Nama
: Johannes Nababan
Mata
Kuliah : Hermeneutika PL
Tafsiran dengan Metode
Historis Kritis
Terhadap 2 Samuel 23:1-7
I.
Pendahuluan
Alkitab akan
lebih mudah dipahami apabila sudah ditafsirkan dan digali makna teks tersebut. Karena
jika hanya dibaca akan sulit menemukan maknanya. Salah satu metode yang yang
dilakukan adalah dengan historis kritis pada kitab 2 Samuel 23:1-7 . Semoga
kita dapat menggali makna teks, maksud dan tujuan teks tersebut dan apa
refleksi atau relevansinya pada masa sekarang.
II.
Pembahasan
2.1. Metode penafsiran
Historis Kritis
Historis
kritis adalah salah satu usaha untuk mendekati pengertian Perjanjian Lama dari
sistem-sistem seperti pendekatan antropologi, religio-historis, kesusteraan,
sosiologi, arkeologi, dan teologi yang mendekati kritik histori.[1]
Kritik historis terhadap Alkitab bermula dri usaha para penafsir untuk mengerti
kondisi sejarah penulisan kitab-kitab yang kemudan berkembang pesat sehingga
menjadi beberapa bentuk kritis, yaitu: kritik bentuk, kritik tradisi, kritik
redaksi, dan kritik teks.[2] Kritik
historis berkembang pada abad ke-19 dan mencapai kejayaan sampai abad ke-20.
Ada
tiga dasar pendekatan historis kritis, yaitu:
1. Alkitab
sebagai buku sejarah yang harus disellidiki sama seperti buku-buku lain.
2. Penelitian
ilmiah terhadap Alkitab harus bebas dari kukungan dan tuntutan doktrin dan
tradisi gereja.
3. Fungsi
analisa tidak hanya menyangkut keputusan tetapi harus mencapai penilaian
terhadap teks-teks Alkitab.[3]
Note:Jangan Di Copy Bulat2 Coy,
Belajarlah dengan Giat, Saya masukkan ini sebagai referensi bagi yang Membutuhkan.
Note:Jangan Di Copy Bulat2 Coy,
Belajarlah dengan Giat, Saya masukkan ini sebagai referensi bagi yang Membutuhkan.
Metode
penafsiran historis kritis sangat penting dalam penafsiran karena dapat
menjangkau teks asli yang dapat dipercayai. Dengan mengadakan rekontruksi teks
yang terjadi pada masa teks ditulis, yang diterima sebelum pengkanonan seluruh
Alkitab. Dengan metode ini penafsir juga akan mempelajari teks yang ditafsir
dan kemudian dimampukan untuk mengenal kesalahan-kesalahan yang akan
dibenarkan, bagaimna ia melengkapi, menyisipkan, memelihara sampai pada penulisan-penulisan
yang kurang atau berlebih.[4]
Kelemahan
dan kelebihan historis kritis :
Kelemahan
:
1. Analisa
sejarah bersifat dugaan
2. Alkitab
dipahami sebagai buku sejarah
3. Dalam
penafsiran yang digunakan tidak sama dengan kitab lain, sehingga banyak orang
mengabaikan Alkitab secara totalitas.
4. Bersifat
ilmiah dan sering kehillangan makna teks sampai masa ini.
5. Adanya
perubahan-perubahan teks sehingga tidak terlihat kesinambungan dengan
tekslainnya.
Kelebihan
:
1. Adanya
pendekatan diakronis
2. Membuka
jalan pembaca modern tentang makna teks Alkitabiah
3. Memahami
makna teks secara mendalam tanpa mengeluarkan makna teks yang terkandung
didalamnya.
2.2. Analisa Sejarah
2.2.1.
Latar
Belakang Kitab
Kitab Samuel semula
hanya merupakan satu kitab, namun kemudian dibagi menjadi dua jilid (pada awal
tarikh Masehi). Pembagian tersebut pertama kali dilakukan dalam Septuaginta
yang menganggap kitab samuel dan Raja-raja sebagai bagian dari satu karya utuh
yang disebut kitab kerajaan.[5]
Secara bersama-sama
kedua kitab ini meliputi periode peralihan dari hakim-hakim sampai pada
pendirian monarki untuk memimpin mereka (Israel) dalam kepercayaan melawan bangsa
Filistin. Mereka rupanya menyadari bahwa hanya dengan satu organisasi yang baik
dan satu angkatan perang yang terlatih dan berdisiplin tinggi, musuh-musuh
dapat dikalahkan. Namun, tidaklah mudah mengumpulkan para sukarelawan dari
berbagai suku Israel dalam waktu yang singkat dalam suatu peperangan,
sebagaimana yang dilakukan para hakim dahulu. Karena itu orang Israel
memerlukan seorang pemimpin yang dapat membangun suatu angkatan perang yang
kuat dan terlatih. Dan Samuel mempersiapkan peranannya untuk menjadi pemimpin
seperti yang diharapkan bangsa Israel.[6] 2
Samuel hanya mencatat pemerintahan Daud, suatu masa yang lamanya 40 tahun
(sekitar 1010-970 SM).[7]
2.2.2.
Penulis
dan Waktu Penulisan
Menurut tradisi Yahudi
(Talmud), kitab 1 dan 2 Samuel dituliskan oleh Samuel sendiri sebab dalam kitab
ini dia mempunyai peranan yang dominan,[8]
dan mungkin juga dibantu atau bersama dengan Natan dan Gad, sebagaimana
tersirat dalam 1 Tawarikh 29:29.[9] Peristiwa-peristiwa
dalam kitab ini terjadi antara akhir abad ke-11 dan bagian dari awal abad ke-10
SM, tetapi sulit untuk memastikan kapan peristiwa-peristiwa itu dicatat. Tidak
ada alasan tertentu untuk menetapkan tanggal dari sumber-sumber yang digunakan
oleh penyusun dari peristiwa-peristiwa tersebut.[10]
2.2.3.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
kitab Samuel adalah memusatkan perhatian pada permulaan kerajaan Israel, dengan
segala cita-cita dan kemampuannya.[11] 2 Samuel
melanjutkan sejarah yang bersifat nubuat dari sifat teokratis kerajaan Israel.
Kitab ini secara mendalam mengilustrasikan dari kehidupan pribadi dan
pemerintahan Daud syarat-syarat perjanjian sebagaimana dikemukakan Musa dalam
kitab Ulangan: ketaatan pada perjanjian menghasilkan berkat-berkat Allah;
pengabaian hukum Allah mengakibatkan kutukan dan hukuman (lih. Ul 27:1-30:20).[12]
2.2.4.
Kedudukan
Kitab dalam Kanon
Para pengarang
Septuanginta (LXX) menganggap Samuel dan Raja-raja selaku suatu hikayat
Kerajaan Israel yang lengkap. Sejak abad 16 kebanyakan terbitan PL dalam bahasa
Ibrani mengikuti susunan yang membagikan kitab Samuel yang asli menjadi 2
bagian serta menyebutnya 1 Samuel dan 2 Samuel.[13]
2.2.5.
Ciri-ciri
Khas Kitab 2 Samuel[14]
1. 2
Samuel mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pemerintahan Daud selama 40
tahun.
2. Titik
pusat kitab ini (pasal. 11) yang sangat penting mencatat dosa Daud yang tragis
yang melibatkan Batsyeba dan suaminya Uria.
3. Menyatakan
sebuah prinsip kepemimpinan yang penting dan abadi dalam kerajaan Allah:
4. Pasal-pasal
yang menggambarkan dampak-dampak beriak yang terus-menerus dari dosa atas
keluarga dan seluruh negeri itu (pasal 12-21) menunjukkan betapa terikatnya
kesejahteraan seluruh bangsa dengan keadaan rohani dan moral pemimpinnya.
5.
Kitab ini menyoroti
pelajaran moral abadi bahwa keberhasilan dan kemakmuran sering mendatangkan
kelemahan moral, yang akhirnya menimbulkan kegagalan moral. Kehidupan dan
pemerintahan Daud yang mengagumkan secara tragis tercemar dengan perzinahan dan
pembunuhan ketika ia mencapai puncak keberhasilan dan kuasa sebagai raja.
2.3.Struktur Kitab[15]
1 Samuel
1:1-7 : 14 Masa
muda
Samuel
1:1-3:21 Samuel dan Eli
4:1-7:14 Perang dengan bangsa Filistin
7:15-15:35 Samuel
dan Saul
7:15-12:25 Saul menjadi raja
13:1-14:52 Perang dengan bangsa Filistin
15:1-35 Kekalahan bangsa Amalek
16:1-31:13 Saul
dan Daud
16:1-17:58 Daud memasuki istana raja
18:1-20:42 Daud dan Yonatan
21:1-26:25 Masa Daud dalam pengejaran
27:1-30:31 Daud di daerah Filistin
31:1-13 Kekalahan dan kematian Saul dan
Yonatan
2 Samuel
1:1-8:18 Permulaan
pemerintahan Daud
1:1-27 Sikap Daud terhadap berita
kematian Saul
2:1-4:12 Daud dan Isyboset
5:1-25 Daud mengalahkan bangsa Filistin
6:1-7:29 Daud, tabut perjanjian
dan rumah Allah
8:1-18 Kemenangan-kemenangan Daud
selanjutnya
9:1-20:26 Raja
Daud dan penghuni istananya
9:1-13 Daud dan Mefiboset
10:1-12:31 Perang melawan bangsa Amon dengan segala
akibatnya
13:1-18:33 Daud dengan para puteranya
19:1-20:26 Masa kembalinya Daud, pemberontakan Seba
21:1-24:25 Pemerintahan
Daud : persoalan dan harapan
21:1-22 Kelaparan dan peperangan
22:1-23:7 Dua mazmur karangan Daud
23:8-39 Pahlawan-pahlawan Daud
24:1-25 Sensus dan bala sampar
2.4. Analisa Bentuk Sastra
2.4.1.
Analisa
Bentuk
Dalam
II Samuel memiliki bentuk teks sebuah sejarah kerajaan. Sejarah yang berisikan
bagaimana Daud memimpin bangsa Israel dan hal pewarisan kerajaan.[16]
2.4.2.
Analisa
Sastra
Adannya
bentuk puisi dan nasehat yang diberikan oleh Daud agar di dalam memimpin
manusia hendaklah dengan takut akan Allah sehingga apapun yang dilakukan tetap
sesuai dengan kehendak Allah.
2.4.3.
Analisa
Redaksi
Dalam
kritik redaksi ini salah satu bukti penjelasannya ialah bahwa ada dua dokumen
yang mencerminkan sikap yang berbeda-beda terhadap jabatan raja dan keduanya
telah dijalin menjadi satu. Seperti analisis Kennedy (1905) mengatakan bahwa
sumber mendukung kerajaan yang disebut M lebih tua dan meliputi sebagian besar
II Samuel. Sumber yang menentang kerajaan disebutnya D (Deuteronomik) dan
sumber ini menggambarkan pemerintahan atas bangsa Israel.[17]
2.4.4.
Analisa
Sumber
Dalam
kritik sumber kitab II Samuel ini memilki pengaruh dengan sumber E dan J dimana
kitab II Samuel ini cenderung menekankan latar belakang dan asal usul berbagai
bagian kitab misalnya berpendapat bahwa
cerita-cerita kuno telah digabungkan menjadi rangkaian cerita,
masing-masing dengan tujuan sendiri. Dimana kisah ini menceritakan tentang
tabut Tuhan (2 Sam. 6) dan pemerintahan Daud (2 Sam 9-20). Kerangka dalam
penyuntingan kitab II Samuel hampir tidak dapat dilihat; sebagian besar berupa
cerita yang lugas dan hanya sebagian kecill saja berupa tafsiran, nasihat atau
himbauan.[18]
2.5. Sitz Im Leben
2.5.1.
Konteks
sosial[19]
Para suku-suku yang
dulu tidak begitu erat ikatannya, kini disatupadukan oleh satu kerajaan yang
kuat yang menjadi model selama hampir empat abad. Masa ini benar-benar zaman
keemasan Israel.
2.5.2.
Konteks
Agama[20]
Bangsa Israel tidak
dapat benar-benar dipersatukan kecuali jika pemimpin dalam bidang politik
adalah juga pemimpin dalam bidang agama. Tabut Tuhan yang sudah lama diabaikan
oleh saul, dipindahkan Daud ke Yerusalem dan ditempatkannya dalam sebuah kemah.
Dengan demikian, Daud membuat kotanya menjadi ibu kota dalam bidang agama
maupun politik.
2.5.3.
Konteks
Politik-ekonomi[21]
Yehuda dan Israel
menjadi kesatuan militer yang mampu menguasai wilayah sekitarnya, sekaligus
menjadi pusat perdagangan yang membawa kekayaan dan kejayaan yang belum pernah
dialami sebelumnya.
2.6. Analisa Teks
2.6.1.
Perbandingan
Bahasa
Penafsir
akan membandingkan tiga versi terjemahan yaitu NIV(New Internasional Version),
PSB (Pustaka Si Badia), LAI (Lembaga Alkitab Indonesia), yang diperhadapkan
dengan TM (Teks Masora).
Ayat
1
Tidak
ada perbedaan yang signifikan
Ayat
2
LAI : berkata melalui aku
PSB : ngerana arah aku (berbicara
melalui aku)
NIV : Spoke through me (berbicara melalui saya)
TM : דִּבֶּר־בִּי (speaks by me/berbicara dengan saya)
Keputusan : tidak ada yang mendekati TM
Ayat
3
LAI : Allah Israel berfirman
PSB : Dibata nu Israel enggo
ngerana (Allah orang Israel telah berbicara)
NIV : The God of Israel spoke (Allah Israel
berbicara )
TM : אָמַר (Has spoken/telah berbicara /Allah israel)
Keputusan : yang mendekati TM adalah PSB dan NIV
Ayat
4
LAI : bersinar seperti fajar di
waktu pagi.
PSB : bali ras sinalsal matawari si
la lit embunna (seperti matahari yang tidak berembun)
NIV :
like the light of morning at sunrise (seperti cahaya pagi saat matahari terbit)
TM : זּכְאזֹרבֹּקֵר (and as the light
of the morning/dan seperti cahaya pagi hari)
Keputusan : yang mendekati TM adalah LAI dan NIV
Ayat
5
Tidak
ada perbedaan yang signifikan
Ayat
6
Tidak
ada perbedaan yang signifikan
Ayat
7
LAI : dengan api
PSB : meseng me kerina kalak si
ngelawan Dibata (terbakarlah semua orang-orang yang melawan Tuhan)
NIV : they are burned up where they
lie (mereka terbakar dimana mereka berbohong)
TM : זּבָאֵשֺ (and with fire/ dengan api)
Keputusan : yang mendekati TM adalah LAI
2.6.2.
Kritik
Aparatus
Ayat 1
a. Kata וּנְאֻ֤ם yang terdapat dalam TM, yang artinya terdapat dalam kodeks
tulisan tangan yang dikutip dari kitab para Rabi dan sastra Yahudi dalam Teks
Yunani LXX hasil penelitian ulang Lukianos dari Antiokhia (fidelisa אמן) terjemahan Siria נ֙.
b. Kata עׇ֔ל֯הֻ֣קַ֯םyang terdapat dalam TM, yang
artinya terdapat dalam buku-buku tulisan tangan berbahasa Ibrani yang baru-baru
ini ditemukan didekat Khibar Qumran
dan catatan dipinggir halaman suatu Incunabel.
Keputusan : penafsir
menolak usulan aparatus, karena memperkabur makna teks
Ayat 3
a. Kata יׅשְֺרָאֵ֔ל yang terdapat dalam TM,
yang artinya Israel terdapat dalam teks Yunani LXX “Ιακωβ” (Yakub), bandingkan
dengan catatan dalam replica (tiruan) kodeks Legionesis dan catatan dipinggir
halaman sebuah Inkunabel.
Keputusan: penafsir
menerima usulan apparatus, karena memperjelas makna teks
b. Kata לׅי֥ dalam TM, yang artinya tidak terdapat dalam minuskul-minuskul;
terjemahan Siria yang mendahului kata sambung; terdapat dalam teks Yunani LXX
“έν έμοί”, bandingkan dengan Replika (tiruan) kodeks Legionensis dan
catatan-catatan di pinggir-pinggir halaman Inkunabilis.
c. Banyak
kodeks-kodeks seperti בְּי֙ bandingkan dengan teks
Yunani, Replika (tiruan) dan catatan di pinggir-pinggir halaman Inkunabilis,
terjemahan Siria, Targum, dan vulgate
Keputusan : penafsir
menolak usulan kritik aparatus, karena memperkabur makna teks
Ayat 4
a. Kata וּכְא֥וֹר dalam TM, yang artinya
terdapat dalam teks Yunani LXX, teks terjemahan Siria, mereka menghilangkannya.
b. Kata מִמָּטָ֥ר banyak naskah minuskul terjemahan Siria וּמ֙ , bandingkan Teks Yunani terkecuali terjemahan Yunani hasil
penelitian ulang Lukionos dari Antiokhia dengan kata “καί ώς έζ̇̇ ύετοϋ”, teks
terjemahan Yunani LXX terjemahan ulang Lukianos “ώς ύετός (ώς β.), Replika
(tiruan) dan catatan-catatan di pinggir kecuali pluvial, vulgata dan demikian
pluvis.
Keputusan : penafsir
menolak usulan kritik aparatus, karena memperkabur makna teks
Ayat 5
a. Kata לִ֗י dalam TM, yang artinya sedikit
jumlahnya dalam minuskul-minuskul dengan kata לו
b. Kata כִּֽי dalam TM, tidak terdapat
dalam sedikit minuskul terjemahan Siria dan targum; sedikit jumlah minuskul
yang menggunakan kata בּי
c. Kata ל֥א֗ yang artinya dalam
TM, tidak terdapat dalam kodeks terjemahan Yunani LXX hasil penelitian ulang
Lukianos dari Antiokhia dalam terjemahan Siria.
Keputusan : penafsir
menolak usulan kritik aparatus, karena memperkabur makna teks
Ayat 7
a. Kata יִמָּלֵ֥֯א dalam TM yang artinya , dalam teks terjemahan Yunani PL dibuat dengan
kata “έάν μή” maupun replika (tiruan) kodeks Legionensis dan catatan-catatan di
pinggir-pinggir halaman dalam Inkunabilis
Keputusan : penafsir
menolak usulan kritik aparatus, karena memperkabur makna teks
2.6.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat 1 : Inilah perkataan
Daud yang terakhir: “Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang
diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi
Israel:
Ayat 2 : Roh TUHAN berbicara dengan saya, firman-Nya ada di
lidahku;
Ayat 3 : Allah Israel telah berbicara,
gunung batu Israel berkata kepadaku: Apabila seorang memerintah manusia dengan
adil, memerintah dengan takut akan Allah,
Ayat 4: Ia seperti cahaya pagi hari, pagi yang
tidak berawan, yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di tanah.
Ayat 5: Bukankah seperti
itu keluargaku di hadapan Allah? Sebab Ia menegakkan bagiku suatu perjanjian
kekal, teratur dalam segala-galanya dan terjamin. Sebab segala keselamatanku
dan kesukaanku bukankah Dia yang menumbuhkannya?
Ayat 6: Tetapi
orang-orang yang dursila mereka semuanya seperti duri yang dihamburkan;
sesungguhnya, mereka tidak terpegang oleh tangan:
Ayat 7: tidak ada orang yang dapat mengusik mereka,
kecuali dengan sebatang besi atau gagang tombak, dan dengan api mereka dibakar habis!’
2.7. Tafsiran
Ayat
1.
Pemazmur
yang disenangi di Israel. Daud dikenang untuk
banyak hal. Dia bukan saja perintis sinagoge dan musik paduan suara gereja,
namun juga merupakan pengubah lahu yang paling disenangi di Israel. Mereka
sangat menyenangi musik-musik yang keluar dari kedalaman hatinya. Kata-kata
Daud yang terakhir adalah dalam bentuk puisi yang mengungkapkan kemuliaan Allah
di dalam pemerintahan-Nya selaku raja yang adil.[22] Namun,
beberapa ahli menolak bahwa mazmur ini adalah tulisan Daud, dengan alasan yang
tidak meyakinkan, yaitu tak mungkin Daud menonjolkan dirinya dengan kata-kata
seperti yyang tertera dalam ayat ini. Ada kemungkinan bahwa pemazmur yang
sebenarnya dimulai pada ayat 3.[23]
Ayat
2
Roh TUHAN berbicara
dengan perantaraanku.
Dalam ayat ini dijelaskan dimana Daud telah terpilih
dan telah diurapi Allah. Melalui lidahnya Roh Tuhan datang dan berbicara
kepadanya sehingga dia diberi kekuasaan dalam menyampaikan firman Allah.[24]
Daud dipilih oleh Tuhan dalam menyampaikan kebenaran firman Tuhan sehingga apa
yang disampaikannya memberikan inspirasi Ilahi.
Ayat 3
Ayat
ini menunjukan bahwa Allah ingin supaya setiap pemimpin di muka bumi ini untuk
bersikap adil dan Daud rupanya berpesan bagi para penerusnya untuk memerintah
dengan bijaksana dan menjaga kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Karena jika
kita melihat konteks pada zaman ini, banyak para pemimpin yang tidak berlaku
adil, yang hanya tau mengambil keuntungan belaka atau menindas yang lemah tanpa
memiliki rasa keadilan di dalam dirinya.
Ayat
4.
Seperti
fajar. Daud melihat di dalam raja yang baik itu
tanggapan bangsa itu kepada kepemimpinan
yang benar. Kepemimpinan yang benar akan disambut gembira bagaikan
matahari pagi dan menyegarkan bagaikan hujan.[25]
Hal memperbandingkan
keadilan yang terdapat pada seorang raja dengan kesuburan Hujan dan bersinar menunjukkan
kepandaian pengarang yang mengesankan.[26]
Ayat
5.
Perjanjian
kekal. Tuhan adalah Allah yang mengadakan
perjanjian. Perjanjian-perjanjian di dalam Alkitab mencakup perjanjian yang
dibuat dengan perseorangan maupun dengan bangsa. Di dalam setiap perjanjian
tersirat adanya kewajiban untuk setia kepada apa yang telah dijanjikan.
Sekalipun Israel gagal melaksanakan kewajibanya dari perjanjian itu, Israel harus
mengetahui bahwa Allah senantiasa setia.[27]
Ayat
6
Ayat ini menekankan
bahwa orang-orang dursila atau orang yang berbahaya harus diperlakukan dengan
sangat hati-hati, tapi walaupun demikian ada jalan untuk menghadapi mereka dan
Allah sendiri juga akan menepati janji-Nya ketika tiba saatnya penghakiman.[28]
Orang seperti ini adalah orang yang licik.
Ayat
7
Di dalam ayat ini terdapat suatu
perumpamaan yaitu, orang jahat dan berbahaya kalau didekati akan seperti duri
yang sudah ditentukan dan harus dibakar agar tidak menyakiti yang lainnya
setiap tindakan akan ada balasannya begitu juga dengan kejahatan. Allah tidak
akan tinggal diam, karena setiap karya dan janji-Nya akan ditetapi-Nya.[29]
2.8.Skopus
Pemerintah
yang adil dan takut akan Allah
III.
Refleksi
Teologis
Pada masa atau zaman
sekarang ini, kita dapat melihat bagaimana para pemimpin-pemimpin negeri ini
yang mulai banyak berlaku tidak adil terhadap rakyatnya. Kita juga bisa melihat
bagaimana hukum di negeri ini “tumpul keatas, tapi tajam ke bawah”, yang artinya
hukum hanya berlaku pada orang-orang tertentu. Pemerintah sudah mulai menjauh
dari Tuhan, mereka tidak lagi mengutamakan keadilan dan takut akan Allah,
tetapi mereka lebih mementingkan urusan sendiri dan bagaikan seperti duri yang
dihamburkan yang tidak bisa dipegang dengan tangan kosong seperti yang tersirat
dalam 2 Samuel 23:6. Jadi hendakla kita sebagai calon-calon hamba Tuhan yang
kelak akan menjadi pemimpin di jemaat, menjadi pemimpin yang adil dan takut
akan Tuhan. Karena Allah akan membawa segala perbuatan kita ke pengadilan yang
berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi (Pengkhotbah 12:13-14).
IV.
Kesimpulan
Kitab 2 Samuel
ini adalah bertujuan untuk memusatkan
perhatian pada permulaan kerajaan Israel, dengan segala cita-cita dan
kemampuannya. Serta melanjutkan sejarah yang bersifat nubuat dari sifat
teokratis kerajaan Israel. Kitab ini secara mendalam mengilustrasikan dari
kehidupan pribadi dan pemerintahan Daud syarat-syarat perjanjian sebagaimana
dikemukakan Musa dalam kitab Ulangan: ketaatan pada perjanjian menghasilkan
berkat-berkat Allah; pengabaian hukum Allah mengakibatkan kutukan dan hukuman
(lih. Ul 27:1-30:20).
V.
Daftar
Pustaka
...., Alkitab Penuntun
Hidup Berkelimpahan, Malang:Gandum Mas
& LAI, 1974
...., Tafsiran
Alkitab Masa Kini 1, Jakarta; Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2005
Bergant Dianne, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, Yogjakarta: Kanisius, 2002
Douglas
J. D., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini
Jilid II, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007
Evans Mary J., The
Message of Samuel, England: International Bible Society, 2004
Halson David F., Sejarah
Israel Pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2001
Hill Andrew E. & Walton John H., Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum
Mas, 2008
Laney Carl., First
& Second Samuel, Amerika: The Moody Bible Institute, 1977
Lasor W. S., Pengantar
Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, Jakarta : BPK-GM, 2012
Ludji
Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama
1, Bandung: Bina Media Informasi, 2009
Lumintang Stweri I., Theologia Abu-abu Pluralisme Agama, Malang:Gandum Mas, 2004
Pfeiffer Charles F., Tafsiran Alkitab Wycliffe,Malang:Gandum Mas, 2004
Saragih Agus Jetron, Eksegese Naratif, Medan:
P3M, 2006
Sitompul, A.A. & Beyer Ulrich, Metode Penafsiran Alkitab,
Jakarta:BPK-GM, 2004
Wahono S. Wismoadey, Disini Kutemukan, Jakarta:
BPK-GM, 2000
[1] A.A. Sitompul & Ulrich Beyer, Metode
Penafsiran Alkitab, (Jakarta:BPK-GM, 2004), 31
[2] Stweri I. Lumintang, Theologia
Abu-abu Pluralisme Agama, (Malang:Gandum Mas, 2004), 170-174
[3] Agus Jetron Saragih, Eksegese
Naratif, (Medan: P3M, 2006), 29
[4] A.A. Sitompul & Ulrich
Beyer, Metode Penafsiran Alkitab,
36-37
[5] W. S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, (Jakarta : BPK-GM, 2012), 325
[6] David F. Halson, Sejarah Israel
Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 114
[7] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Malang:Gandum Mas & LAI, 1974), 465
[8] S. Wismoadey Wahono, Disini
Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 320
[9] J. D. Douglas, Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007),
353
[10] Andrew E. Hill & John H.
Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum
Mas, 2008), 299
[11] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini
1, (Jakarta; Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005), 439
[12] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar
Perjanjian Lama 1, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 156
[13] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 438
[14] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 465-466
[15] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini
1, 441-442
[16] Andrew E,Will, Survei Perjanjian Lama, 300
[17] W.S.Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1, 335
[19] W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan
Sejarah, 348
[20] W. S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, 351-352
[21] W. S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, 348
[22] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang:Gandum
Mas, 2004), 820-821
[23] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 498
[24]Mary J.Evans, The Message of Samuel, (England:
International Bible Society, 2004), 272
[25] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 821
[26] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 498
[27] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe, 821
[28] J.Carl.Laney, First & Second Samuel, (Amerika: The
Moody Bible Institute, 1977), 127
[29]Dianne Bergant, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogjakarta:
Kanisius, 2002), 308
Kitab 1 Samuel 16 : 1-13
ReplyDelete