Nama : Johannes Nababan
M. Kuliah : Filsafat Timur dan Barat
Karl Marx dan Marxisme
I.
Pendahuluan
Dalam
pembahasan kali ini bahwa Karl Max dan Marxisme bagaimana pahaman-pahaman tokoh ini. Dimana
dapat kita ketahui paham tokoh Marxisme adalah pengikut paham Karl Max. Jadi
dalam kali ini kami penyeminar ingin mengali paham tokoh tersebut. Semoga
melalui penyajian ini kita mendapat wawasan yang lebih berwawasan lagi.
II.
Pembahasan
2.1.Biografi dan latar
Belakang Pemikiran Karl Marx
Karl
Heinrich Marx lahir di Trier, Prusia pada tanggal 5 Mei 1818 dan meninggal pada tanggal 14 Maret 1883. Ia
adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari
Prusia. Walaupun Marx menulis banyak hal tentang semasa hidupnya, ia paling
terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan
kelas, yang dapat diringkas sebagai “sejarah dari berbagai masyarakat hingga
saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas”, sebagaimana yang
tertulis dalam kalimat pembuka dari ManifestoKomunis.[1]
Marx
tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak
menyetujuinya karena ia tidak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi
dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Di Berlin, minat Marx beralih
ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal
sebagai Pemuda Hegelian.[2] Karl
Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan
sebuah buku Das Kapital, yang isisnya
kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan.
Yang kemudian disusul buku The Communist
Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis.
Dimana struktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi
oleh historis (seni, filsafat,huku,agama).[3]
Marx
percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat
tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan
yang menjadikan negara sebagai revolusi kediktatoran proletariat (kaum paling
bawah di negara Romawi).[4]
Karya-karya Kar Marx yang terkenal adalah Manifest
der Kommunisttischen Partei, dan Achtzehnte
Brumaire.
Pemikiran
Marx dipengaruhi oleh Hegel, Feurbach, pemikir-pemikir sosialis Perancis : St.
Simon, Prudhon dan tokoh revolusioner seperti Blanqul. Marx menggunakan
metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang
perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan
terwujud keadilan sosial. Marx merupakan tokoh pengkritik system kapitalis
paling awal dan paling sengit. Dia menolak kapitalisme karena menyebabkan
pengangguran, konsentrasi modal satu golongan, dan bertambahnya kesengsaraan
kaum protelar.[5]
2.2. Pemikiran atau
Filsafat Karl Marx
2.2.1.
Materialisme
Dialektis
Dialektika
adalah berarti sesuatu itu hanya benar apabila dilihat seluruh hubungannya. Dan
ini berhubungan dengan negasi, karena melalui negasi kita bisa maju, kita dapat
mencapai keutuhan, dan dapat menemukan diri kita sendiri. Dialektika memandang
apapun yang ada sebagai kesatuan dari apa yang berlawanan, sebagai perkembangan
melalui langkah-langkah yang saling berlawanan, sebagai hasil dari atau unsur
dalam sebuah proses kemajuan lewat negasi atau penyangkalan.[6] Marx
mengadopsi metode dialektika Hegel, tetapi tidak mengadopsi filsafatnya yang
idealisme. Dengan demikian marx boleh dikatakan murid dari Hegel dan feurbach.
Ketiga pemikir ini merupakan pemikir terbesar pada zamannya. Hegel dikenal
karena metode berpikir dialektikanya dan Feurbach terkenal dengan filsafat
materialisme dan Marx sendiri dikenal karena materialisme dan dialektikanya.[7]
2.2.2.
Materialisme
Historis
Materialisme
Historis adalah pandangan sejarah dialektik dalam proses kerja dan laju
perkembangan ekonomi yang dikembangkan oleh Marx dan Engels.[8]
Dalam pandangan ini, bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka,
tetapi keadaan sosial mereka yang menentukan kesadaran mereka. Cara manusia
berpikir ditentukan oleh cara ia bekerja. Oleh karena itu, kita tidak perlu
memperhatikan apa yang dipikirkan manusia, tetapi cukup melihat bagaimana cara
ia bekerja. Kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh kedudukan dalam
kelas sosial. Keanggotaan dalam kelas sosial tertentu akan menentukan cara
memandang dunia, apa yang kita harapkan dan kita khawatirkan. Sejarah tidak
ditentukan oleh pikiran manusia, tetapi oleh cara manusia menjalankan
produksinya. Oleh sebab itu, perubahan masyarakat tidak dapat terjadi dari
perubahan piikiran, tetapi dari perubahan dalam cara produksi.[9]
2.2.3.
Manusia
Manusia
menurut marx adalah manusia kongkrit, yaitu orang-orang yang hidup pada zaman
tertentu dan sebagai anggota masyarakat tertentu. Manusia ditentukan oleh
keadaan masyarakat dimana mereka hidup. Untuk dapat mempertahankan dan
melasungkan hidup, manusia harus mengubah alam dan menciptakan lembaga sosial.
Maka manusia dan alam, manusia dan keadaan sosial harus dihubungkan antara satu
dengan lainnya dan tidak dapat dilepaskan dari yang lainnya, dimana
unsur-unsurnya tidak berdiri sendiri dan terlepas satu sama lain.[10]
2.2.4.
Agama
Marx
mengatakan bahwa, agama haruslah ditiadakan krena agama menjadi kebahagiaan
semu dari orang-orang tertindas. Marx menekankan bahwa agama itu tidak punya
masa depan. Agama bukanlah kecenderungan naluriah manusia yang melekat tetapi
merupakan produk dari lingkungan sosial. Menurut marx, agama adalah universal ground of consolation dan
sebagai candu rakyat. Artinya, bahwa
penghiburan yang dibawa oleh agama bagi
mereka yang menderita dan tertindas adalah merupakan suatu penghiburan
yang semu dan hanya bersifat memberi kelegaan sementara. Agama tidak
menghasilkan solusi yang nyata dan dalam kenyataannya justru sering merintangi
berbagai solusi nyata dengan membuat penderitaan dan penindasan menjadi dapat
ditanggung. Agama mengajak orang hanya berpasrah dengan keadaan daripada
mengusahakan barang-barang yang dapat memperbaiki kondisi hidup. Dalam hal ini,
agama cenderung mengabaikan usaha konkrit manusiawi untuk memperjuangkan taraf
hidupnya lewat barang-barang duniawi. Agama malah menyarankan untuk tidak
menjadi lekat dengan barang-barang duniawi dan mengajak orang untuk berpikir
mengenai hal-hal surgawi sehingga membuat orang melupakan penderitaan material
yang sedang dialami. Agama mengajarkan orang untuk menerima apa adanya. Dengan
demikian, secara tidak langsung agama telah membiarkan orang untuk tetap pada
kondisi materialnya dan menerima secara pasrah apa yang ia terima walaupun ia
tengah mengalami penderitaan secara material.
Marx
mengatakan bahwa penderitaan agama adalah pada saat yang sama merupakan
ekspresi atas penderitaan yang real dan suatu protes terhadap penderitaan yang
real. Agama adalah keluh kesah makhluk yang tertindas. Kritik agama berarti
menyingkirkan ilusi-ilusi dimana manusia mencari rasa nyaman di tengah situasi
tertindas yang dialami. Kritik agama justru akan membuat mereka membuka mata
terhadap kenyataan diri mereka, sehingga akan berusaha berhenti dari segala
bentuk ketertindasannya. Oleh karena itu, kritik agama menjadi pembuka
kesadaran dari kelas bawah, dimana mereka perlu bangkit maju untuk memperbaiki
kondisi hidup mereka secara real. Agama harus ditinggalkan supaya orang dapat
merdeka.[11]
2.3. Marxisme
Marxisme
adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx. Marxisme
mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya
pada kehidupan sosial.[12]
Marxisme
merupakan dasar teori komunisme modern.[13]
Teori ini tertuang dalam buku Manifesto komunis yang dibuat oleh Marx dan
Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes marx terhadap paham
kapitalisme[14][15]
Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum
protelar.[16]
Kondisi kaum protelar sangat sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja
berjam-jam dengan upah minimum, dan hasil pekerjaannya hanya dinikmati oleh
kaum kapitalis.[17]
Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya “keppemilikan pribadi”
dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang kaya. Untuk menyejahterahkan kaum
protelar, marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham
komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan
memberontak dan menuntut keadilan. Inilah yang menjadi dasar dari marxisme.[18]
2.4.Pengaruh Marxisme
Marxisme
merupakan sistem pemikiran yang sangat kaya, karena marxisme mamadukan tiga
tradisi intelektual yang masih sangat berkembang saat itu, yaitu, filsafat
Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak dapat
begitu saja dikategorikan sebagai “filsafat”
seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi
filosofis yang utama bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak
pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern
tidak mungkin mengabaikannya.[19]
2.4.1.
Tradisi
Hegel[20]
Dalam
mengemukakan teori ini, marx sangat dipengaruhi oleh hegel. Bahkan sampai saat
ini kalangan marxis masih menggunakan terminologi ini. Berikut ini beberapa ide
Hegelianisme yang menjadi isi penting Marxisme.
·
Realitas bukanlah suatu
keadaan tertentu, melainkan sebuah proses
sejarah yang terus berlangsung.
·
Karena realitas
merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami
realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
·
Perubahan sejarah tidak
bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.
·
Hukum perubahan itu
adalah dialektika, yaitu pola gerakan triadik yang terus berulang antar tesis,
antitesis dan sintesis[21]
·
Yang membuat hukum ini
terus bekerja adalah aliensi (keterasingan) yang menjamin bahwa keadaan itu
pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi
dalam dirinya.
·
Proses ini berjalan
diluar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri,
sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.
·
Proses ini akan terus
berlangsung sampai tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi internal
sudah terselesaikan.
·
Ketika situasi tanpa
konflik itu tercapai, manusia tidak lagi terbawa ars oleh kekuatan-kekuatan
yang bekerja di luar kendali mereka. Tetapi manusia akan mampu menentukan jalan
hidup mereka sendiri dan menjadi penentu perubahan.
·
Pada saat inilah
manusia dimungkinkan untuk memperoleh kebebasannya dan pemenuhan diri.
·
Bentuk masyarakat yang
memungkinkan kebebasan dan ppemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang
terpecah-pecah atas individu yang beridiri sendiri seperti orang liberal. Akan
tetapi, merupakan sebuah masyarakat organik, di mana individu terserap ke dalam
totalitas yang lebih besar, sehingga lebih memungkinkan memberi pemenuhan
daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah.
2.4.2.
Ilmu
Ekonomi Sebagai Dasar[22]
Menurut
karl marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus
hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Apapun yang bisa
menghasilkan pangan serta untuk memenuhi kebutuha hidup. Tidak ada yang bisa
menghindar dari tugas ini. Namun, ketika cara-cara produksi berkembang, segera
muncul kebutuhan agar individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan
bahwa mereka akan lebih makmur dengan cara itu. Dan kemudian orang akan
bergantung satu dengan yang lain. Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas
sosial, bukan lagi aktivitas individu.
III.
Kesimpulan
Fisalat
atau pemikiran karl Marx banyak dipengaruhi oleh Hegel dan Feuerbach.
Berdasarkan gagasan Marx ini mampu menggerakkan kesadaran kelompok buruh atau
protelar untuk mengorganisir diri sendiri dan berjuang mewujudkan perubahan
dalam diri sendiri. Filsafat marx merupakan salah satu yang paling berpengaruh
di dalam perkembangan sejarah dan zaman.
IV.
Daftar
Pustaka
Audi Robert, The Cambridge Dictionary of Philosophy, United
Kingdom: Cambridge University Press, 1995
Bagus
Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000
H.
Turner Jonathan, The Emergence of
Sociological Theory, Illionis: The Dorsey Press, 1981
https://hobirsoleh.wordpress.com/tag/pemikiran-karl-marx-dan-teorinya/,
di akses tanggal 28 April 2015 pukul 14:00
Magee
Bryan, The Story of Philosophy, Yogyakarta:
Kanisius, 2008
Magnis
Suseno Franz, Pemikiran Karl Marx : Dari
Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010
Magnis-Suseno
Franz, Berfilsafat dari Konteks, Jakarta:
PT. Gramedia Utama, 1999
McLellan
David, Karl Marx: His Life and Thought, New
York: Harper Colophon, 1973
Pals
Daniel L, Seven Theories of Religion, Yogyakarta:
Qaljam, 1996,
Prawironegoro Darsono, Karl Marx: Ekonomi Politik dan
Aksi-Revelusi, Jakarta: Nusantara Consulting, 2012
Shadily Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7 edisi
khusus, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve
Soekanto
Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, 1992
Van der P.A Weij, Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991
[1] Jonathan H. Turner, The
Emergence of Sociological Theory, (Illionis: The Dorsey Press, 1981),
165-166
[2] David McLellan, Karl Marx: His
Life and Thought, (New York: Harper Colophon, 1973), 35
[3] https://hobirsoleh.wordpress.com/tag/pemikiran-karl-marx-dan-teorinya/,
di akses tanggal 28 April 2015 pukul 14:00
[4] Jonathan H. Turner, The Emergence of Sociological Theory,168
[5] Soerjono Soekanto, Sosiologi
Suatu Pengantar, 1992, 20
[6] Franz Magnis-Suseno, Berfilsafat
dari Konteks, (Jakarta: PT. Gramedia Utama, 1999), 67
[7] Darsono Prawironegoro, Karl
Marx: Ekonomi Politik dan Aksi-Revelusi, (Jakarta: Nusantara Consulting,
2012), 27
[8] Hasan Shadily, Ensiklopedia
Indonesia, Jilid 7 edisi khusus, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, ), 201
[9] Franz Magnis Suseno, Pemikiran
Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2010), 135-137
[10] Darsono Prawironegoro, Karl Marx: Ekonomi Politik dan
Aksi-Revelusi, 22
[11] Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis
ke Perselisihan Revisionisme, 66-71
[12] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), 572
[13] Robert Audi, The Cambridge
Dictionary of Philosophy, (United Kingdom: Cambridge University Press,
1995), 465
[14] Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, dikendalikan
oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat ekonomi pasar. Dan pemerintah tidak
dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tetapi intervensi ini
berlaku untuk keuntungan pribadi.
[15] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 573
[16] P.A. van der Weij, Filsuf-filsuf
Besar Tentang Manusia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), 111
[17] Daniel L. Pals, Seven Theories
of Religion, (Yogyakarta: Qaljam, 1996), 207
[18] P.A. van der Weij, Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia,
[19] Bryan Magee, The Story of
Philosophy, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 164-165
[20] Bryan Magee, The Story of Philosophy, 166-168
[21] Hasil akhir dari percobaan untuk menggabungkan anatar tesis dan
antitesis
[22] Bryan Magee, The Story of Philosophy, 169
No comments:
Post a Comment