Thursday, March 23, 2017

Karl Marx dan Marxisme



Nama              : Johannes Nababan
M. Kuliah       : Filsafat Timur dan Barat
Karl Marx dan Marxisme
I.                   Pendahuluan
Dalam pembahasan kali ini bahwa Karl Max dan Marxisme  bagaimana pahaman-pahaman tokoh ini. Dimana dapat kita ketahui paham tokoh Marxisme adalah pengikut paham Karl Max. Jadi dalam kali ini kami penyeminar ingin mengali paham tokoh tersebut. Semoga melalui penyajian ini kita mendapat wawasan yang lebih berwawasan lagi.
II.                Pembahasan
2.1.Biografi dan latar Belakang Pemikiran Karl Marx
Karl Heinrich Marx lahir di Trier, Prusia pada tanggal 5 Mei 1818 dan  meninggal pada tanggal 14 Maret 1883. Ia adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis banyak hal tentang semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai “sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas”, sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari ManifestoKomunis.[1]
Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tidak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian.[2] Karl Marx beserta teman dekatnya, yakni Friedrich Engles (1820-1895) menuliskan sebuah buku Das Kapital, yang isisnya kurang lebih tentang bagaimana ekonomi sosial atau komunis diorganisasikan. Yang kemudian disusul buku The Communist Manifesto (1848) yang berisikan daftar singkat karakter alamiah komunis. Dimana struktur yang berfungsi untuk menjaga relasi produksi yang dipengaruhi oleh historis (seni, filsafat,huku,agama).[3]
Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan yang menjadikan negara sebagai revolusi kediktatoran proletariat (kaum paling bawah di negara Romawi).[4] Karya-karya Kar Marx yang terkenal adalah Manifest der Kommunisttischen Partei, dan Achtzehnte Brumaire.
Pemikiran Marx dipengaruhi oleh Hegel, Feurbach, pemikir-pemikir sosialis Perancis : St. Simon, Prudhon dan tokoh revolusioner seperti Blanqul. Marx menggunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan terwujud keadilan sosial. Marx merupakan tokoh pengkritik system kapitalis paling awal dan paling sengit. Dia menolak kapitalisme karena menyebabkan pengangguran, konsentrasi modal satu golongan, dan bertambahnya kesengsaraan kaum protelar.[5]
2.2. Pemikiran atau Filsafat Karl Marx
2.2.1.      Materialisme Dialektis
Dialektika adalah berarti sesuatu itu hanya benar apabila dilihat seluruh hubungannya. Dan ini berhubungan dengan negasi, karena melalui negasi kita bisa maju, kita dapat mencapai keutuhan, dan dapat menemukan diri kita sendiri. Dialektika memandang apapun yang ada sebagai kesatuan dari apa yang berlawanan, sebagai perkembangan melalui langkah-langkah yang saling berlawanan, sebagai hasil dari atau unsur dalam sebuah proses kemajuan lewat negasi atau penyangkalan.[6] Marx mengadopsi metode dialektika Hegel, tetapi tidak mengadopsi filsafatnya yang idealisme. Dengan demikian marx boleh dikatakan murid dari Hegel dan feurbach. Ketiga pemikir ini merupakan pemikir terbesar pada zamannya. Hegel dikenal karena metode berpikir dialektikanya dan Feurbach terkenal dengan filsafat materialisme dan Marx sendiri dikenal karena materialisme dan dialektikanya.[7]
2.2.2.      Materialisme Historis
Materialisme Historis adalah pandangan sejarah dialektik dalam proses kerja dan laju perkembangan ekonomi yang dikembangkan oleh Marx dan Engels.[8] Dalam pandangan ini, bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi keadaan sosial mereka yang menentukan kesadaran mereka. Cara manusia berpikir ditentukan oleh cara ia bekerja. Oleh karena itu, kita tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan manusia, tetapi cukup melihat bagaimana cara ia bekerja. Kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh kedudukan dalam kelas sosial. Keanggotaan dalam kelas sosial tertentu akan menentukan cara memandang dunia, apa yang kita harapkan dan kita khawatirkan. Sejarah tidak ditentukan oleh pikiran manusia, tetapi oleh cara manusia menjalankan produksinya. Oleh sebab itu, perubahan masyarakat tidak dapat terjadi dari perubahan piikiran, tetapi dari perubahan dalam cara produksi.[9]
2.2.3.      Manusia
Manusia menurut marx adalah manusia kongkrit, yaitu orang-orang yang hidup pada zaman tertentu dan sebagai anggota masyarakat tertentu. Manusia ditentukan oleh keadaan masyarakat dimana mereka hidup. Untuk dapat mempertahankan dan melasungkan hidup, manusia harus mengubah alam dan menciptakan lembaga sosial. Maka manusia dan alam, manusia dan keadaan sosial harus dihubungkan antara satu dengan lainnya dan tidak dapat dilepaskan dari yang lainnya, dimana unsur-unsurnya tidak berdiri sendiri dan terlepas satu sama lain.[10]
2.2.4.      Agama
Marx mengatakan bahwa, agama haruslah ditiadakan krena agama menjadi kebahagiaan semu dari orang-orang tertindas. Marx menekankan bahwa agama itu tidak punya masa depan. Agama bukanlah kecenderungan naluriah manusia yang melekat tetapi merupakan produk dari lingkungan sosial. Menurut marx, agama adalah universal ground of consolation dan sebagai candu rakyat. Artinya, bahwa penghiburan yang dibawa oleh agama bagi  mereka yang menderita dan tertindas adalah merupakan suatu penghiburan yang semu dan hanya bersifat memberi kelegaan sementara. Agama tidak menghasilkan solusi yang nyata dan dalam kenyataannya justru sering merintangi berbagai solusi nyata dengan membuat penderitaan dan penindasan menjadi dapat ditanggung. Agama mengajak orang hanya berpasrah dengan keadaan daripada mengusahakan barang-barang yang dapat memperbaiki kondisi hidup. Dalam hal ini, agama cenderung mengabaikan usaha konkrit manusiawi untuk memperjuangkan taraf hidupnya lewat barang-barang duniawi. Agama malah menyarankan untuk tidak menjadi lekat dengan barang-barang duniawi dan mengajak orang untuk berpikir mengenai hal-hal surgawi sehingga membuat orang melupakan penderitaan material yang sedang dialami. Agama mengajarkan orang untuk menerima apa adanya. Dengan demikian, secara tidak langsung agama telah membiarkan orang untuk tetap pada kondisi materialnya dan menerima secara pasrah apa yang ia terima walaupun ia tengah mengalami penderitaan secara material.
Marx mengatakan bahwa penderitaan agama adalah pada saat yang sama merupakan ekspresi atas penderitaan yang real dan suatu protes terhadap penderitaan yang real. Agama adalah keluh kesah makhluk yang tertindas. Kritik agama berarti menyingkirkan ilusi-ilusi dimana manusia mencari rasa nyaman di tengah situasi tertindas yang dialami. Kritik agama justru akan membuat mereka membuka mata terhadap kenyataan diri mereka, sehingga akan berusaha berhenti dari segala bentuk ketertindasannya. Oleh karena itu, kritik agama menjadi pembuka kesadaran dari kelas bawah, dimana mereka perlu bangkit maju untuk memperbaiki kondisi hidup mereka secara real. Agama harus ditinggalkan supaya orang dapat merdeka.[11]
2.3. Marxisme  
Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.[12]
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern.[13] Teori ini tertuang dalam buku Manifesto komunis yang dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes marx terhadap paham kapitalisme[14][15] Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum protelar.[16] Kondisi kaum protelar sangat sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, dan hasil pekerjaannya hanya dinikmati oleh kaum kapitalis.[17] Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya “keppemilikan pribadi” dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang kaya. Untuk menyejahterahkan kaum protelar, marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah yang menjadi dasar dari marxisme.[18]
2.4.Pengaruh Marxisme
Marxisme merupakan sistem pemikiran yang sangat kaya, karena marxisme mamadukan tiga tradisi intelektual yang masih sangat berkembang saat itu, yaitu, filsafat Jerman, teori politik Perancis, dan ilmu ekonomi Inggris. Marxisme tidak dapat begitu saja dikategorikan sebagai “filsafat”  seperti filsafat lainnya, sebab marxisme mengandung suatu dimensi filosofis yang utama bahkan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap banyak pemikiran filsafat setelahnya. Itulah sebabnya, sejarah filsafat zaman modern tidak mungkin mengabaikannya.[19]
2.4.1.      Tradisi Hegel[20]
Dalam mengemukakan teori ini, marx sangat dipengaruhi oleh hegel. Bahkan sampai saat ini kalangan marxis masih menggunakan terminologi ini. Berikut ini beberapa ide Hegelianisme yang menjadi isi penting Marxisme.
·         Realitas bukanlah suatu keadaan tertentu, melainkan sebuah proses  sejarah yang terus berlangsung.
·         Karena realitas merupakan suatu proses sejarah yang terus berlangsung, kunci untuk memahami realitas adalah memahami hakikat perubahan sejarah.
·         Perubahan sejarah tidak bersifat acak, melainkan mengikuti suatu hukum yang dapat ditemukan.
·         Hukum perubahan itu adalah dialektika, yaitu pola gerakan triadik yang terus berulang antar tesis, antitesis dan sintesis[21]
·         Yang membuat hukum ini terus bekerja adalah aliensi (keterasingan) yang menjamin bahwa keadaan itu pada akhirnya akan dibawa menuju sebuah akhir akibat kontradiksi-kontradiksi dalam dirinya.
·         Proses ini berjalan diluar kendali manusia, bergerak karena hukum-hukum internalnya sendiri, sementara manusia hanya terbawa arus bersama dengannya.
·         Proses ini akan terus berlangsung sampai tercapai suatu situasi, di mana semua kontradiksi internal sudah terselesaikan.
·         Ketika situasi tanpa konflik itu tercapai, manusia tidak lagi terbawa ars oleh kekuatan-kekuatan yang bekerja di luar kendali mereka. Tetapi manusia akan mampu menentukan jalan hidup mereka sendiri dan menjadi penentu perubahan.
·         Pada saat inilah manusia dimungkinkan untuk memperoleh kebebasannya dan pemenuhan diri.
·         Bentuk masyarakat yang memungkinkan kebebasan dan ppemenuhan diri itu bukanlah masyarakat yang terpecah-pecah atas individu yang beridiri sendiri seperti orang liberal. Akan tetapi, merupakan sebuah masyarakat organik, di mana individu terserap ke dalam totalitas yang lebih besar, sehingga lebih memungkinkan memberi pemenuhan daripada kehidupan mereka yang terpisah-pisah.

2.4.2.      Ilmu Ekonomi Sebagai Dasar[22]
Menurut karl marx, hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup. Apapun yang bisa menghasilkan pangan serta untuk memenuhi kebutuha hidup. Tidak ada yang bisa menghindar dari tugas ini. Namun, ketika cara-cara produksi berkembang, segera muncul kebutuhan agar individu dapat melakukan spesialisasi, karena menemukan bahwa mereka akan lebih makmur dengan cara itu. Dan kemudian orang akan bergantung satu dengan yang lain. Produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas sosial, bukan lagi aktivitas individu.
III.             Kesimpulan
Fisalat atau pemikiran karl Marx banyak dipengaruhi oleh Hegel dan Feuerbach. Berdasarkan gagasan Marx ini mampu menggerakkan kesadaran kelompok buruh atau protelar untuk mengorganisir diri sendiri dan berjuang mewujudkan perubahan dalam diri sendiri. Filsafat marx merupakan salah satu yang paling berpengaruh di dalam perkembangan sejarah dan zaman.
IV.             Daftar Pustaka
Audi Robert, The Cambridge Dictionary of Philosophy, United Kingdom: Cambridge University Press, 1995
Bagus Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta:  PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000
H. Turner Jonathan, The Emergence of Sociological Theory, Illionis: The Dorsey Press, 1981
Magee Bryan, The Story of Philosophy, Yogyakarta: Kanisius, 2008
Magnis Suseno Franz, Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010
Magnis-Suseno Franz, Berfilsafat dari Konteks, Jakarta: PT. Gramedia Utama, 1999
McLellan David, Karl Marx: His Life and Thought, New York: Harper Colophon, 1973
Pals Daniel L, Seven Theories of Religion, Yogyakarta: Qaljam, 1996,
Prawironegoro Darsono, Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi-Revelusi, Jakarta: Nusantara Consulting, 2012
Shadily Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7 edisi khusus, Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, 1992
Van der P.A Weij, Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991



[1] Jonathan H. Turner, The Emergence of Sociological Theory, (Illionis: The Dorsey Press, 1981), 165-166
[2] David McLellan, Karl Marx: His Life and Thought, (New York: Harper Colophon, 1973), 35
[4]  Jonathan H. Turner, The Emergence of Sociological Theory,168
[5] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1992,  20
[6] Franz Magnis-Suseno, Berfilsafat dari Konteks, (Jakarta: PT. Gramedia Utama, 1999), 67
[7] Darsono Prawironegoro, Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi-Revelusi, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2012), 27
[8] Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7 edisi khusus, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, ), 201
[9] Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), 135-137
[10]  Darsono Prawironegoro, Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi-Revelusi, 22
[11]  Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, 66-71
[12] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta:  PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), 572
[13] Robert Audi, The Cambridge Dictionary of Philosophy, (United Kingdom: Cambridge University Press, 1995), 465
[14] Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat ekonomi pasar. Dan pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tetapi intervensi ini berlaku untuk keuntungan pribadi.
[15]  Lorens Bagus, Kamus Filsafat, 573
[16] P.A. van der Weij, Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), 111
[17] Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, (Yogyakarta: Qaljam, 1996), 207
[18]  P.A. van der Weij, Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia,
[19] Bryan Magee, The Story of Philosophy, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 164-165
[20]  Bryan Magee, The Story of Philosophy, 166-168
[21] Hasil akhir dari percobaan untuk menggabungkan anatar tesis dan antitesis
[22] Bryan Magee, The Story of Philosophy,  169  

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...