Thursday, March 23, 2017

Tafisran Terhadap Kitab Ayub 1:1-5 Dengan Metode Ilmu Murni



Nama                     : Johannes Nababan
Mata Kuliah        : Hermeneutika Perjanjian Lama II
Tafisran Terhadap Kitab Ayub 1:1-5 Dengan Metode Ilmu Murni (Sosial, Politik, Budaya, Ekonomi, dan Agama)
I.                   Pendahuluan
Kitab Ayub adalah bagian dari kitab sastra hikmat. kitab Ayub juga berbicara tentang seorang laki-laki yang jujur dan saleh, yang banyak mengalami kesusahan di dalam setiap aspek kehidupannya. Kitab ini juga bisa dikatakan sebagai kitab penderitaan karena  banyak penderitaan yang dialami Ayub. Namun, pada kesempatan ini, kita hanya akan membahas mengenai kehidupan Ayub sebelum Allah mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub dan merampas semua yang dimilikinya. Penyaji akan mencoba menafsirkan teks Ayub 1:1-5 dengan menggunakan metode ilmu murni.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Metode Penafsiran Ilmu Murni
Metode penafsiran Ilmu Murni merupakan suatu metode yang menceritakan bagaimana konteks sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama yang ada pada suatu kitab atau nats yang telah kita tentukan. Konteks sosial adalah suatu konteks yang berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat dan yang akrab dengan nilai-nilai keyakinan dan budaya, peran dan kepribadian, sejarah serta limngkungan masyarakat.[1] Konteks politik merupakan suatu konteks yang menangani segala urusan dan tindakan yang berhubungan dengan pemerintahan dalam Negara.[2]konteks ekonomi adalah suatu konteks yang berhubungan dengan mata pencaharian, penghasilan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perekonomian penduduk. Agar para penafsir dapat mengetahui bagaimana perekonomian yang ada pada teks Alkitab tersebut. Konteks budaya dapat dikatakan sebagai suatu hasil karya cipta dan karsa manusia itu sendiri dan dapat dipergunakan dalam kehidupannya. Dan konteks agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut manusia yang sangat berguna dalam kehidupannya, karena manusia itu sadar bahwa ada kekuasaan yang lebih besar darinya.[3]
2.2.Kitab Ayub
2.2.1.      Pengertian Kitab
Nama Ayub (Ibr. Iyyov) yang artinyan sebagai “Dimanakah Bapaku?”.[4] Kitab ini disebut Kitab sastra hikmat karena kitab ini berisi filsafat- filsafat hidup yang membimbing manusia kepada keberhasilan hidup.[5] Kitab Ayub berbentuk puisi tentang penderitaan orang beriman, dan merupakan refleksi terhadap penderitaan manusia yang sering hidup skeptis.[6] Kitab Ayub berbicara tentang penderitaan pribadi bukan penderitaan suatu bangsa, yaitu mengenai kebesaran Allah mengijinkan orang yang tidak bersalah mengalami penderitaan dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan iman.[7]
2.2.2.      Latar Belakang Kitab
Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: “hikmat” karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang terpenting dari umat manusia; “syair” karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair.[8] Kitab ini berisi aneka ragam gaya sastra, termasuk dialog (ps. 4-27), percakapan seorang diri (ps. 3), wacana, narasi dan  nyanyian pujian.[9] Pada masa ayub ini, kekayaan diukur berdasarkan jumlah ternak dan pelayan yang dimiliki seseorang.[10] Kitab ini mempermasalahkan penderitaan pribadi, bukan penderitaan suatu bangsa, yaitu mengenai kebebasan Allah mengizinkan orang tidak bersalah mengalami penderitaan, dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan iman.[11]


2.2.3.      Penulis dan Waktu Penulisan
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan mengenai penulis kitab ini, yaitu Ayub, Elihu, Musa, Salomo, Yesaya, Hizkia dan Berukh. Namun tidak dapat dikatakan dengan pasti siapa penulis kitab ini, hanya ada satu hal yang pasti, yaitu penulis pastilah seorang yang setia, yang mengetahui kebenaran dari kisah Ayub atau dapat dikatakan bahwa penulis adalah salah satu kerabat terdekat Ayub yang mengetahui keseluruhan tentang Ayub.[12] Ahli-ahli modern berbeda pendapat mengenai tahunnya. Mulai dari zaman Salomo sampai 250 sM, dan tahun yang paling umum diterima ialah antara tahun 600 samapai dengan 400 sM.[13]
Banyak pendapat para ahli mengenai penulisan kitab ini, tetapi hal itu tidak menjamin keakuratan dari penanggalan penulisan kitab ini. Dengan demikian, tidak dapat dipastikan kapan dan siapa penulis kitab ini, karena tidak ada petunjuk mengenai peristiwa-peristiwa historis yang dapat memberitahukan tentang penulisan kitab ini. akan tetapi ketidakpastian pentarikhkan kitab ayub ini tidak mengurangi makna yang hendak disampaikan oleh kitab ini.
2.2.4.      Tujuan Penulisan Kitab
Tujuan penulisan kitab ini untuk menyelidiki keadilan perlakuan Allah terhadap orang benar. Pertama, iblis menyatakan bagaimana mungkin orang benar setia tanpa ada pamrih (ada penyebabnya, sehingga ia setia kepada Tuhan). Kedua, Ayub mempertanyakan mengapa orang benar dibiarkan menderita oleh Allah. Jawaban-jawaban dari kedua pertanyaan tersebut memberikan keterangan mengenai tujuan penulisan, yaitu memberikan pemahaman yang baru tentang tindakan Allah di dalam kehidupan manusia, termasuk di dalam penderitaan orang benar.[14]
2.2.5.      Ciri-Ciri Kitab Ayub[15]
Ada pun ciri-ciri khas kitab Ayub adalah sebagai berikut :
1.      Ayub, penduduk Arab utara bukan seorang Israel yang benar dan takut akan Allah.
2.      Kitab ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah di tulis mengenai penderitaan. Kitab ini berisi rasa kesedihan yang mengharukan dan dialog yang menggugah perasaan.
3.      Kitab ini menyingkap suatu dinamika yang beroprasi dalam setiap ujian yang dialami orang saleh, Allah bekerja untuk membuktikan iman dan memperdalamnya.
4.      Kitab ini memberikan sumbangan yang tidak ternilai kepada seluruh penyataan Alkitabiah tentang pokok-pokok penting seperti Allah, penciptaan, umat manusia, Iblis, dosa, kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
5.      Kitab ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan Ayub oleh teman-temannya.
6.      Peranan Iblis sebagai “penuduh” orang benar ditunjukkan dengan lebih jelas dalam Ayub dari pada di kitab PL lainnya.

2.2.6.      Struktur Kitab[16]
I.                   Malapetaka : Hikmat Ayub Dicobai ( 1:1-2:10)
A.    Hikmat Ayub diutarakan ( 1:1-5)
B.     Hikmat Ayub Disangkal dan Diperagakan ( 1:6-2:10)
1.      Permusuhan Oleh Iblis (1:6-12)
2.      Intregitas Ayub ( 1:13-22)
3.      Kegigihan Iblis ( 2:1-6)
4.      Kesabaran Ayub (2:7-10)
II.                Keluhan : Jalan Hikmat Hilang ( 2:11-3:26)
A.    Kedatangan Orang-Orang Berhikmat ( 2:11-13)
B.     Ketidak sabaran Ayub (3:1-26)
III.             Penghakiman : Jalan Hikmat Dibuat Kabur dan Diperjelaskan ( 4:1-41:25)
A.    Keputusan –Keputusan Manusia (4:1-37:24)
1.      Putaran Pertama Perdebatan (4:1-14:22)
a.         Kata –kata Nasihat Pertama dari Elifas ( 4:1-5:27)
b.        Jawaban Ayub kepada Elifas (6:1-7:21)
c.         Kata –kata Nasehat Pertama Dari Bildad (8:1-22)
d.        Jawaban Ayub kepada Bildad (9:1-10:22)
e.         Kata –kata Nasihat Pertama dari Zofar (11:1-20)
f.         Jawaban Ayub kepada Zofar (12:1-14:22)
2.      Putaran kedua Perdebatan ( 15:1-21:34)
a.       Kata –kata Nasihat Kedua Elifas (15:1-35)
b.      Jawaban kedua Ayub kepada Elifas (16:1-17:16)
c.       Kata- kata Nasihat kedua dari Bildad (18 :1-21)
d.      Jawaban kedua Ayub kepada Bildad (19:1-29)
e.       Kata –kata Nasihat kedua dari Zofar (20:1-29)
f.       Jawaban Ayub Kepada Zofar(21:1-34)
3.      Putaran Ketiga Perdebatan (22:1-31:40)
a.       Kata-kata Nasihat Ketiga dari Elifas (22:1-30)
b.      Jawaban ketiga Ayub kepada Elifas (23 :1-24:25)
c.       Kata –kata Nasihat Ketiga dari Bildad (25:1-6)
d.      Jawaban Ketiga Ayub kepada Bildad (26:1-14)
e.       Pengajaran Ayub Kepada Rekan-Rekan yang Membisu (27:1-28:28)
f.       Protes Terakhir (29:1-31:40)
4.      Pelayanan Elihu (32:1-37:24)
B.     Suara Allah (38:1-41:25)
1.      Tantangan Ilahi (38:1-39:35)
2.      Ayub menyerah (39:36-38)
3.      Tantangan Ilahi Diulangi ( 40:1-41:25)
IV.             Pengakuan Dosa : Jalan Hikmat Diperoleh Kembali(42:1-6)
V.                Pemulihan : Kemenangan Hikmat Ayub (42:7-17)
A.    Hikmat Ayub Dibenarkan (42:7-9)
B.     Hikmat Ayub Diberkati (42:10-17)
2.3.Analisa Teks
2.3.1.      Perbandingan Bahasa
Dalam hal ini penafsir membandingkan beberapa sumber yakni Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Pustaka Sibadia (PSB), New International Version (NIV), yang diperhadapkan dengan Teks Masorah (TM).
Ayat 1
Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 2
LAI     : ia mendapat tujuh anak laki-laki
NIV     : he had seven sons (ia memiliki tujuh anak)
PSB     : anakna pitu dilaki (anaknya tujuh laki-laki)
TM      :          לָוׄ   דוּ וַיִוֶּלְ         (ada lahir baginya tujuh anak)
Keputusan       : yang mendekati Tm adalah PSB
Ayat 3
LAI     : budak-budak
NIV     : servants (hamba)
PSB     : suruh-suruhenna (pelayannya)
TM      :            וַעֲב֭דֶּה               (hamba)
Keputusan       : yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 4
LAI     : diundang
NIV     : invite (mengundang)
PSB     : itenahkenna (diundang)
TM      :          וְקָרְאוּ֙      (dan mengundang)
Keputusan       : yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 5
Tidak ada perbedaan yang signifikan
2.3.2.      Kritik Aparatus
Pada ayat yang di tafsir yaitu Ayub 1:1-5, tidak terdapat kritik aparatus
2.3.3.      Terjemahan Akhir
Ayat 1 : ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Ayat 2 : ada lahir baginya tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan
Ayat 3 : ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta,lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina, dan hamba dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah Timur.
Ayat 4 : anak-anaknya yang laki-laki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan mengundang ketiga saudara perempuan mereka untuk makan dan minum bersama-sama mereka.
Ayat 5 : setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya; “mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
2.4.Tafsiran
2.4.1.1.Tafsiran Konteks Agama
Ayub adalah contoh dari hidup yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Sikap takut akan Allah bukan seperti seorang budak, melainkan lebih sebagai jawaban ketaatan dalam iman. Dalam konteks teologi hikmat, takut akan Allah adalah permulaan dan hakikat hikmat kebijaksanaan dan biasanya menghasilkan kemakmuran. Ayub selalu mempersembahkan korban bakaran kepada Allah demi anaknya, ketika anaknya siap berpesta, kemungkinan bahwa salah seorang anaknya ditengah kebiasaan pesta keluarga telah berdosa dan mengutuk Allah.[17]
Dalam konteks sekarang ini, sangat sulit menemukan orang yang memiliki jiwa seperti Ayub, yang selalu hidup saleh, jujur, menjauhi kejahatan dan memberikan persembahan yang terbaik kepada Allah. Dan takut akan Allah sudah mulai tidak ada di dalam jiwa beberapa manusia. Manusia lebih cenderung mendekati kejahatan tersebut. Misalnya para pejabat-pejabat Negara ini sudah tidak lagi takut akan larangan Allah, tidak lagi memperdulikan perintah Tuhan demi mencapai kemakmuran dan lupa untuk meminta pengampunan  dosa kepada-Nya. Semestinya kita harus bisa memiliki sifat seperti yang dimiliki Ayub, yang selalu memberikan korban bakaran kepada Tuhan, menjauhi kejahatan.

2.4.2.      Tafsiran Konteks Ekonomi
Ayub adalah orang yang terkaya dari semua orang di sebelah timur. Ayub seorang yang saleh dan jujur kepada Allah sehingga Allah berkenan kepadanya dan memuji kesalehan Ayub. Sahabatnya juga senang melihat Ayub, dia tidak pernah menyombongkan diri sebagai orang yang terkaya di sebelah Timur.
Sifat yang dimiliki Ayub sebagai orang terkaya yang saleh dan jujur kepada Allah, sangat berbanding terbalik dengan orang-orang di dunia ini, terkhusus di Indonesia. Karena banyak orang yang kaya selalu  menyombongkan diri, dan kekayaan itu membuat seseorang menjauh dari Allah. Hendaknya kita sebagai orang Kristen jangan menjadikan harta sebagai prioritas utama di dalam hidup yang menyebabkan kita menjauh dari jalan Tuhan.
2.4.3.       Tafsiran Konteks Sosial- Budaya
Ayub hidup dalam budaya kesukuan. Ia adalah kepala suku dan berkewajiban memperhatikan kebutuhan mereka, baik bagi keturunannya maupun tanahnya. Ikatan keluarga sangatlah erat dan ia dapat berharap hidup terus dalam kehadiran keturunan (pada waktu itu orang-orang Israel tidak mempunyai konsep mengenai hidup sesudah kematian). Budaya kesukuan juga bersifat lisan.[18] Anak-anak Ayub memiliki kebiasaan mengadakan pesta dirumah di rumah masing-masing secara bergiliran untuk mempererat tali persudaraan bukan untuk berpesta pora.
Pada masa sekarang ini juga ditengah-tengah kita banyak orang yang melakukan hal seperti yang dilakukan anak-anak Ayub, yaitu mengadakan pesta atau arisan bersama keluarga sebagai wadah untuk  bersilaturahmi antar sesama keluarga. Ada yang berpesta-pesta bersama kerabat dekat, yang terkadang menyebabkan seseorang secara tidak sengaja telah berbuat dosa dan mengutuk Allah,  karena seperti kebiasaan suku batak saat berkumpul selalu disediakan minuman keras yang memabukkan yang tidak disenangi oleh Allah.  Hendaknya di dalam setiap kegiatan yang kita lakukan, kita selalu takun akan Allah dan menjauhi kejahatan.


III.             Kesimpulan
Ayub adalah orang yang saleh, jujur dan takut akan Allah. Di dalam status sosialnya yang tinggi sebagai orang terkaya di sebelah Timur, dia tidak menyombongkan diri dan selalu memberi persembahan korban bakaran kepada Allah karena dia sadar bahwa semuanya itu adalah pemberian dari Allah kepadanya.
IV.             Daftar Pustaka
...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas,2006
...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992
...., KBBI , Jakarta: Balai Pustaka, 1999
...., Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002
...., The Wycliffe Bible Commentary Vol 2,Malang: Gandum Mas, 2005
Bakker, F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007
Hasegrave, David J. dan Edward Romen, Kontekstualisasi Makna dan Model, Jakarta: BPK-GM, 2006
Heavenor,C.S.P. dan W.B. Sijabat, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1994
Hill,Andrew E. & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008
Lasor, W.S., D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2,Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012
Ludji,Barhabas, Pemahaman dasar Perjanjian Lama 2, Bandung: Bina Media Informasi, 2009
Sutanto, Hasan, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran, AlkitabMalang: Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1995



[1] David J. Hasegrave dan Edward Romen, Kontekstualisasi Makna dan Model, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 52
[2] ...., KBBI  (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 780
[3] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, (Malang: Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1995), 196
[4]W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2,(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 107
[5] Barhabas Ludji, Pemahaman dasar Perjanjian Lama 2, ( Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 202
[6] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007), 235
[7] W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, 109
[8] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, ), 754
[9]  Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008),427
[10] ...., Alkitab Edisi Studi, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 815
[11]  W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, 109
[12] C.S.P. heavenor dan W.B. Sijabat, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1994), 67
[13] ...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992), 113
[14] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 433
[15] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 756
[16] ...., The Wycliffe Bible Commentary Vol 2, (Malang: Gandum Mas, 2005), 24-25
[17]  ...., Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002), 404 -406
[18]  ...., Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, 404

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...