Nama :
Johannes
Nababan
Mata Kuliah :
Hermeneutika Perjanjian Lama II
Tafisran Terhadap Kitab
Ayub 1:1-5 Dengan Metode Ilmu Murni (Sosial, Politik, Budaya, Ekonomi, dan
Agama)
I.
Pendahuluan
Kitab
Ayub adalah bagian dari kitab sastra hikmat. kitab Ayub juga berbicara tentang
seorang laki-laki yang jujur dan saleh, yang banyak mengalami kesusahan di dalam
setiap aspek kehidupannya. Kitab ini juga bisa dikatakan sebagai kitab
penderitaan karena banyak penderitaan
yang dialami Ayub. Namun, pada kesempatan ini, kita hanya akan membahas
mengenai kehidupan Ayub sebelum Allah mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub dan
merampas semua yang dimilikinya. Penyaji akan mencoba menafsirkan teks Ayub
1:1-5 dengan menggunakan metode ilmu murni.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Metode
Penafsiran Ilmu Murni
Metode
penafsiran Ilmu Murni merupakan suatu metode yang menceritakan bagaimana
konteks sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama yang ada pada suatu kitab
atau nats yang telah kita tentukan. Konteks sosial adalah suatu konteks yang
berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat dan yang akrab dengan nilai-nilai
keyakinan dan budaya, peran dan kepribadian, sejarah serta limngkungan
masyarakat.[1]
Konteks politik merupakan suatu konteks yang menangani segala urusan dan
tindakan yang berhubungan dengan pemerintahan dalam Negara.[2]konteks
ekonomi adalah suatu konteks yang berhubungan dengan mata pencaharian,
penghasilan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perekonomian penduduk.
Agar para penafsir dapat mengetahui bagaimana perekonomian yang ada pada teks
Alkitab tersebut. Konteks budaya dapat dikatakan sebagai suatu hasil karya
cipta dan karsa manusia itu sendiri dan dapat dipergunakan dalam kehidupannya.
Dan konteks agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut manusia yang sangat
berguna dalam kehidupannya, karena manusia itu sadar bahwa ada kekuasaan yang
lebih besar darinya.[3]
2.2.Kitab Ayub
2.2.1.
Pengertian
Kitab
Nama
Ayub (Ibr. Iyyov) yang artinyan sebagai
“Dimanakah Bapaku?”.[4]
Kitab ini disebut Kitab sastra hikmat karena kitab ini berisi filsafat-
filsafat hidup yang membimbing manusia kepada keberhasilan hidup.[5]
Kitab Ayub berbentuk puisi tentang penderitaan orang beriman, dan merupakan
refleksi terhadap penderitaan manusia yang sering hidup skeptis.[6]
Kitab Ayub berbicara tentang penderitaan pribadi bukan penderitaan suatu
bangsa, yaitu mengenai kebesaran Allah mengijinkan orang yang tidak bersalah
mengalami penderitaan dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan iman.[7]
2.2.2.
Latar
Belakang Kitab
Kitab
Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: “hikmat”
karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang terpenting dari umat
manusia; “syair” karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair.[8] Kitab
ini berisi aneka ragam gaya sastra, termasuk dialog (ps. 4-27), percakapan
seorang diri (ps. 3), wacana, narasi dan
nyanyian pujian.[9]
Pada masa ayub ini, kekayaan diukur berdasarkan jumlah ternak dan pelayan yang
dimiliki seseorang.[10]
Kitab ini mempermasalahkan penderitaan pribadi, bukan penderitaan suatu bangsa,
yaitu mengenai kebebasan Allah mengizinkan orang tidak bersalah mengalami
penderitaan, dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan iman.[11]
2.2.3.
Penulis
dan Waktu Penulisan
Ada
beberapa pendapat yang dikemukakan mengenai penulis kitab ini, yaitu Ayub,
Elihu, Musa, Salomo, Yesaya, Hizkia dan Berukh. Namun tidak dapat dikatakan
dengan pasti siapa penulis kitab ini, hanya ada satu hal yang pasti, yaitu
penulis pastilah seorang yang setia, yang mengetahui kebenaran dari kisah Ayub
atau dapat dikatakan bahwa penulis adalah salah satu kerabat terdekat Ayub yang
mengetahui keseluruhan tentang Ayub.[12]
Ahli-ahli modern berbeda pendapat mengenai tahunnya. Mulai dari zaman Salomo
sampai 250 sM, dan tahun yang paling umum diterima ialah antara tahun 600
samapai dengan 400 sM.[13]
Banyak
pendapat para ahli mengenai penulisan kitab ini, tetapi hal itu tidak menjamin
keakuratan dari penanggalan penulisan kitab ini. Dengan demikian, tidak dapat dipastikan
kapan dan siapa penulis kitab ini, karena tidak ada petunjuk mengenai
peristiwa-peristiwa historis yang dapat memberitahukan tentang penulisan kitab
ini. akan tetapi ketidakpastian pentarikhkan kitab ayub ini tidak mengurangi
makna yang hendak disampaikan oleh kitab ini.
2.2.4.
Tujuan
Penulisan Kitab
Tujuan penulisan
kitab ini untuk menyelidiki keadilan perlakuan Allah terhadap orang benar.
Pertama, iblis menyatakan bagaimana mungkin orang benar setia tanpa ada pamrih
(ada penyebabnya, sehingga ia setia kepada Tuhan). Kedua, Ayub mempertanyakan
mengapa orang benar dibiarkan menderita oleh Allah. Jawaban-jawaban dari kedua
pertanyaan tersebut memberikan keterangan mengenai tujuan penulisan, yaitu
memberikan pemahaman yang baru tentang tindakan Allah di dalam kehidupan
manusia, termasuk di dalam penderitaan orang benar.[14]
2.2.5.
Ciri-Ciri
Kitab Ayub[15]
Ada
pun ciri-ciri khas kitab Ayub adalah sebagai berikut :
1. Ayub,
penduduk Arab utara bukan seorang Israel yang benar dan takut akan Allah.
2. Kitab
ini menyajikan pembahasan terdalam yang pernah di tulis mengenai penderitaan.
Kitab ini berisi rasa kesedihan yang mengharukan dan dialog yang menggugah
perasaan.
3. Kitab
ini menyingkap suatu dinamika yang beroprasi dalam setiap ujian yang dialami
orang saleh, Allah bekerja untuk membuktikan iman dan memperdalamnya.
4. Kitab
ini memberikan sumbangan yang tidak ternilai kepada seluruh penyataan
Alkitabiah tentang pokok-pokok penting seperti Allah, penciptaan, umat manusia,
Iblis, dosa, kebenaran, penderitaan, keadilan, pertobatan, dan iman.
5. Kitab
ini mencatat penilaian teologis yang salah tentang penderitaan Ayub oleh
teman-temannya.
6. Peranan
Iblis sebagai “penuduh” orang benar ditunjukkan dengan lebih jelas dalam Ayub
dari pada di kitab PL lainnya.
2.2.6.
Struktur
Kitab[16]
I.
Malapetaka
: Hikmat Ayub Dicobai ( 1:1-2:10)
A. Hikmat
Ayub diutarakan ( 1:1-5)
B. Hikmat
Ayub Disangkal dan Diperagakan ( 1:6-2:10)
1. Permusuhan
Oleh Iblis (1:6-12)
2. Intregitas
Ayub ( 1:13-22)
3. Kegigihan
Iblis ( 2:1-6)
4. Kesabaran
Ayub (2:7-10)
II.
Keluhan
: Jalan Hikmat Hilang ( 2:11-3:26)
A. Kedatangan
Orang-Orang Berhikmat ( 2:11-13)
B. Ketidak
sabaran Ayub (3:1-26)
III.
Penghakiman
: Jalan Hikmat Dibuat Kabur dan Diperjelaskan ( 4:1-41:25)
A. Keputusan
–Keputusan Manusia (4:1-37:24)
1. Putaran
Pertama Perdebatan (4:1-14:22)
a.
Kata –kata Nasihat Pertama
dari Elifas ( 4:1-5:27)
b.
Jawaban Ayub kepada
Elifas (6:1-7:21)
c.
Kata –kata Nasehat
Pertama Dari Bildad (8:1-22)
d.
Jawaban Ayub kepada
Bildad (9:1-10:22)
e.
Kata –kata Nasihat
Pertama dari Zofar (11:1-20)
f.
Jawaban Ayub kepada
Zofar (12:1-14:22)
2. Putaran
kedua Perdebatan ( 15:1-21:34)
a. Kata
–kata Nasihat Kedua Elifas (15:1-35)
b. Jawaban
kedua Ayub kepada Elifas (16:1-17:16)
c. Kata-
kata Nasihat kedua dari Bildad (18 :1-21)
d. Jawaban
kedua Ayub kepada Bildad (19:1-29)
e. Kata
–kata Nasihat kedua dari Zofar (20:1-29)
f. Jawaban
Ayub Kepada Zofar(21:1-34)
3. Putaran
Ketiga Perdebatan (22:1-31:40)
a. Kata-kata
Nasihat Ketiga dari Elifas (22:1-30)
b. Jawaban
ketiga Ayub kepada Elifas (23 :1-24:25)
c. Kata
–kata Nasihat Ketiga dari Bildad (25:1-6)
d. Jawaban
Ketiga Ayub kepada Bildad (26:1-14)
e. Pengajaran
Ayub Kepada Rekan-Rekan yang Membisu (27:1-28:28)
f. Protes
Terakhir (29:1-31:40)
4. Pelayanan
Elihu (32:1-37:24)
B. Suara
Allah (38:1-41:25)
1. Tantangan
Ilahi (38:1-39:35)
2. Ayub
menyerah (39:36-38)
3. Tantangan
Ilahi Diulangi ( 40:1-41:25)
IV.
Pengakuan
Dosa : Jalan Hikmat Diperoleh Kembali(42:1-6)
V.
Pemulihan
: Kemenangan Hikmat Ayub (42:7-17)
A. Hikmat
Ayub Dibenarkan (42:7-9)
B. Hikmat
Ayub Diberkati (42:10-17)
2.3.Analisa Teks
2.3.1.
Perbandingan
Bahasa
Dalam
hal ini penafsir membandingkan beberapa sumber yakni Lembaga Alkitab Indonesia
(LAI), Pustaka Sibadia (PSB), New International Version (NIV), yang
diperhadapkan dengan Teks Masorah (TM).
Ayat
1
Tidak
ada perbedaan yang signifikan
Ayat
2
LAI : ia mendapat tujuh anak laki-laki
NIV : he had seven sons (ia memiliki tujuh anak)
PSB : anakna pitu dilaki (anaknya tujuh
laki-laki)
TM : לָוׄ דוּ וַיִוֶּלְ (ada lahir baginya tujuh anak)
Keputusan : yang mendekati Tm adalah PSB
Ayat
3
LAI : budak-budak
NIV : servants (hamba)
PSB : suruh-suruhenna (pelayannya)
TM : וַעֲב֭דֶּה (hamba)
Keputusan :
yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 4
LAI : diundang
NIV : invite (mengundang)
PSB :
itenahkenna (diundang)
TM : וְקָרְאוּ֙
(dan mengundang)
Keputusan :
yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 5
Tidak ada perbedaan yang signifikan
2.3.2.
Kritik
Aparatus
Pada
ayat yang di tafsir yaitu Ayub 1:1-5, tidak terdapat kritik aparatus
2.3.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat 1 : ada
seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur, ia takut
akan Allah dan menjauhi kejahatan.
Ayat 2 : ada lahir baginya tujuh
anak laki-laki dan tiga anak perempuan
Ayat 3 : ia
memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta,lima ratus pasang
lembu, lima ratus keledai betina, dan hamba
dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari
semua orang di sebelah Timur.
Ayat 4 : anak-anaknya
yang laki-laki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut
giliran dan mengundang ketiga saudara
perempuan mereka untuk makan dan minum bersama-sama mereka.
Ayat 5 : setiap
kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan
menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu
mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya;
“mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam
hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
2.4.Tafsiran
2.4.1.1.Tafsiran Konteks Agama
Ayub
adalah contoh dari hidup yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan. Sikap takut akan Allah bukan seperti seorang budak, melainkan lebih
sebagai jawaban ketaatan dalam iman. Dalam konteks teologi hikmat, takut akan
Allah adalah permulaan dan hakikat hikmat kebijaksanaan dan biasanya
menghasilkan kemakmuran. Ayub selalu mempersembahkan korban bakaran kepada
Allah demi anaknya, ketika anaknya siap berpesta, kemungkinan bahwa salah
seorang anaknya ditengah kebiasaan pesta keluarga telah berdosa dan mengutuk
Allah.[17]
Dalam
konteks sekarang ini, sangat sulit menemukan orang yang memiliki jiwa seperti Ayub,
yang selalu hidup saleh, jujur, menjauhi kejahatan dan memberikan persembahan
yang terbaik kepada Allah. Dan takut akan Allah sudah mulai tidak ada di dalam
jiwa beberapa manusia. Manusia lebih cenderung mendekati kejahatan tersebut. Misalnya
para pejabat-pejabat Negara ini sudah tidak lagi takut akan larangan Allah,
tidak lagi memperdulikan perintah Tuhan demi mencapai kemakmuran dan lupa untuk
meminta pengampunan dosa kepada-Nya.
Semestinya kita harus bisa memiliki sifat seperti yang dimiliki Ayub, yang
selalu memberikan korban bakaran kepada Tuhan, menjauhi kejahatan.
2.4.2.
Tafsiran
Konteks Ekonomi
Ayub
adalah orang yang terkaya dari semua orang di sebelah timur. Ayub seorang yang
saleh dan jujur kepada Allah sehingga Allah berkenan kepadanya dan memuji
kesalehan Ayub. Sahabatnya juga senang melihat Ayub, dia tidak pernah
menyombongkan diri sebagai orang yang terkaya di sebelah Timur.
Sifat
yang dimiliki Ayub sebagai orang terkaya yang saleh dan jujur kepada Allah,
sangat berbanding terbalik dengan orang-orang di dunia ini, terkhusus di
Indonesia. Karena banyak orang yang kaya selalu
menyombongkan diri, dan kekayaan itu membuat seseorang menjauh dari
Allah. Hendaknya kita sebagai orang Kristen jangan menjadikan harta sebagai
prioritas utama di dalam hidup yang menyebabkan kita menjauh dari jalan Tuhan.
2.4.3.
Tafsiran Konteks Sosial- Budaya
Ayub
hidup dalam budaya kesukuan. Ia adalah kepala suku dan berkewajiban
memperhatikan kebutuhan mereka, baik bagi keturunannya maupun tanahnya. Ikatan
keluarga sangatlah erat dan ia dapat berharap hidup terus dalam kehadiran
keturunan (pada waktu itu orang-orang Israel tidak mempunyai konsep mengenai
hidup sesudah kematian). Budaya kesukuan juga bersifat lisan.[18] Anak-anak Ayub memiliki kebiasaan
mengadakan pesta dirumah di rumah masing-masing secara bergiliran untuk
mempererat tali persudaraan bukan untuk berpesta pora.
Pada
masa sekarang ini juga ditengah-tengah kita banyak orang yang melakukan hal
seperti yang dilakukan anak-anak Ayub, yaitu mengadakan pesta atau arisan
bersama keluarga sebagai wadah untuk
bersilaturahmi antar sesama keluarga. Ada yang berpesta-pesta bersama
kerabat dekat, yang terkadang menyebabkan seseorang secara tidak sengaja telah
berbuat dosa dan mengutuk Allah, karena
seperti kebiasaan suku batak saat berkumpul selalu disediakan minuman keras yang
memabukkan yang tidak disenangi oleh Allah. Hendaknya di dalam setiap kegiatan yang kita
lakukan, kita selalu takun akan Allah dan menjauhi kejahatan.
III.
Kesimpulan
Ayub
adalah orang yang saleh, jujur dan takut akan Allah. Di dalam status sosialnya
yang tinggi sebagai orang terkaya di sebelah Timur, dia tidak menyombongkan
diri dan selalu memberi persembahan korban bakaran kepada Allah karena dia
sadar bahwa semuanya itu adalah pemberian dari Allah kepadanya.
IV.
Daftar
Pustaka
....,
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
Malang: Gandum Mas,2006
...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992
....,
KBBI , Jakarta: Balai Pustaka, 1999
....,
Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2002
....,
The Wycliffe Bible Commentary Vol 2,Malang:
Gandum Mas, 2005
Bakker,
F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta:
BPK Gunung Mulia 2007
Hasegrave, David J. dan
Edward Romen, Kontekstualisasi Makna dan
Model, Jakarta: BPK-GM, 2006
Heavenor,C.S.P. dan
W.B. Sijabat, Tafsiran Alkitab Masa Kini
2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1994
Hill,Andrew
E. & Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008
Lasor, W.S., D.A.
Hubbard & F.W. Bush, Pengantar
Perjanjian Lama 2,Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012
Ludji,Barhabas, Pemahaman dasar Perjanjian Lama 2, Bandung:
Bina Media Informasi, 2009
Sutanto, Hasan, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran,
AlkitabMalang: Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1995
[1] David J. Hasegrave dan Edward Romen, Kontekstualisasi Makna dan Model, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 52
[2] ...., KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 780
[3] Hasan Sutanto, Hermeneutik:
Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, (Malang: Seminar Alkitab Asia
Tenggara, 1995), 196
[4]W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2,(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), 107
[5] Barhabas Ludji, Pemahaman dasar
Perjanjian Lama 2, ( Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 202
[6] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan
Allah 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007), 235
[7] W.S. Lasor, D.A. Hubbard & F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, 109
[8] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, ), 754
[9] Andrew E. Hill & Jhon H.
Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:
Gandum Mas, 2008),427
[10] ...., Alkitab Edisi Studi, (Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 815
[11] W.S. Lasor, D.A. Hubbard &
F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2, 109
[12] C.S.P. heavenor dan W.B. Sijabat, Tafsiran
Alkitab Masa Kini 2, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1994), 67
[13] ...., Ensiklopedia Alkitab Masa
Kini Jilid 1 A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992), 113
[14] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 433
[15] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, 756
[16] ...., The Wycliffe Bible
Commentary Vol 2, (Malang: Gandum Mas, 2005), 24-25
[17] ...., Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2002), 404 -406
[18] ...., Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, 404
No comments:
Post a Comment