Nama :
Johannes
Nababan
Mata Kuliah :
Okultisme
Modifikasi Kepercayaan
Primitif pada zaman Modern
I.
Pendahuluan
Primitif
adalah sekelompok orang yang hidup pada masa lampau dan bergantung pada alam.
Serta mempercayai bahwa semua hal-hal yang berada di alam seperti pepohonan
memiliki kekuatan magis yang dianggap mereka sebagai dewa. Akan tetapi dengan
adanya perkembangan zaman, kepercayaan ini mengalami pergeseran dan mulai di
ubah dengan hadirnya agama-agama yang memiliki ideologi sampai ke zaman modern
ini. akan tetapi kepercayaan primitif tetap tidak bisa dihilangkan dari
kehidupan masyarakat sekarang, ada saja orang yang masih mempercayainya
walaupun orang tersebut telah memiliki agama. Kepercayaan primitif itu
dimodifikasi atau di ubah, dengan cara-cara meminta kekuatan, pergi ke dukun
dan lain sebagainya. Hal ini akan kita bahas di dalam paper ini lebih dalam. Semoga
paper ini dapat menambah wawasan kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Modifikasi
Modifikasi
menurut KBBI adalah suatu pengubahan
atau perubahan.[1]
Dengan demikian, modifikasi merupakan suatu usaha perubahan yang dilakukan
berupa penyesuaian-penyesuaian baik dalam bentuk, metode, gaya, pendekatan,
aturan serta penilaian.
2.2.Pengertian Primitif
Manusia
primitif adalah sekelompok masyarakat yang memiliki ciri dan karakteristik yang
mempunya isme-isme, praktek, dan tradisi tertentu yang di anut dan diyakininya.
Seperti adanya kepercayaan terhadap mahluk-mahluk halus dan pemujaan terhadap
arwah-arwah nenek moyang, atau melakukan ritual tertentu terhadap benda-benda
yang dianggap keramat dan dipercayai memiliki kekuatan gaib. Maka dengan adanya
hal semacam ini timbullah upacara sesajen yang merupakan suatu keyakinan dan
sudah menjadi doktrin, karena kegiatan ini merupakan perwujudan dari agama.
Yang memiliki fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat yang
ditujuakan pada dewa melalui adanya korban binatang.[2]
Setelah melihat uraian di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat primitif
berpandangan bahwa dunia dan alam sekitarnya bukanlah objek, lainnya halnya
dengan masyarakat modern memandang dirinya sebagai subjek, sedangkan alam
sebagai objeknya.
Menurut
pendapat Dr. A. G. Honig sebagaimana yang dikutip oleh Jirhanuddin dalam
bukunya Perbandingan Agama, agama primitif adalah susunan tertentu dari manusia,
suatu acar tertentu dalam mengalami dan mendekati dunia dan Tuhan. suatu
pandangan tertentu terhadap segala kehidupan sekeliling manusia dan suatu
mentalitas atau sikap rohani yang tertentu.[3]
Istilah primitif dicirikan pada manusia atau sekelompok orang yang hidup pada
waktu lampau, oleh karena itu primitif tidak dilihat sebagai sesuatu yang ada
dan hidup pada masa lampau, tetapi dapat saja terjadi pada seseorang pada saat
sekarang masyarakat modern.
2.3.Modifikasi Kepercayaan
Primitif pada zaman Modern
Kehidupan
modern ditandai oleh melemahnya pola-pola kehidupan tradisional dan
berkembangnya rasionalitas. Masyarakat modern lebih menggunakan
perhitungan-perhitungan rasional tentang cara yang paling efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, masyarakat modern lebih percaya pada
nasib atau campur tangan ilahi.[4]
Walaupun masyarakat modern menciptakan banyak kemudahan dalam kehidupan,
masyarakat modern tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan fundamental
tentang makna dan tujuan hidup manusia.
Pada
zaman modern sekarang masih ada kelompok masyarakat primitif yang menyembah
kekuatan supernatural sebagai berhala yang mereka anggap dapat memberikan apa
yang mereka minta. Kekuatan supernatural itu tidak dapat divisualisasikan
tetapi dapat dibentuk dalam imanjinasi, yang mereka sebut Tuhan. masyarakat
primitif zaman sekarang mulai digusur kepinggiran kota. Ciri-ciri masyarakat
primitif adalah “kebodohan” berkiblat kebelakang, berpikiran dubjektif,
bertindak arasionil, memlihara berhala, mudah diprovokasi.[5] Pada
masyarakat modern, ternyata masih banyak ditemukan praktik-praktik kepercayaan
primitif dalam pembuatan zimat, meminta tolong orang pintar agar tidak turun
hujan ketika pesta, meminta pertahanan diri dan lain sebagainya. Artinya,
kepercayaan ini seakan menyatu dengan manusia dan tidak bisa di tinggalkan,
karena mereka yang merasakan efeknya (kekuatan) tidak mungkin menolaknya.[6]
Dalam
sejarah kepercayaan umat manusia yang sudah ribuan tahun lalu, hanya tercatat
beberapa perkembangan sistem kepercayaan kepada yang ghaib, yaitu dinamisme,
animisme, politeisme, henoteisme, dan monoteisme. Kepercayaan animisme dan
dinamisme dianggap sebagai awal dari kepercayaan umat manusia, dan sampai
sekarang kepercayaan itu masih terdapat di berbagai lapisan masyarakat.
Walaupun kepercayaan itu tidak seperti masyarakat tetapi masih ada kemiripan,
seperti meminta pertolongan kepada dukun, paranormal dan memakai cincin/benda
tertentu agar terhindar dari bahaya dan bencana.[7]
Secara
umum, agama merupakan alat untuk membawa kedamaian dan kepuasan jiwa,
kenyamanan jiwa dengan keyakinan tertentu. Setiap orang selalu memiliki
kecenderungan yang berbeda. Oleh karena itu, di antara umat manusia mempunyai
jalan hidup yang berbeda. Perbedaan itu dipengaruhi oleh lingkungan, geografi
dan iklim. Kepercayaan primitif yang dimodifikasi pada kehidupan modern ini
ditandai dengan melemahnya pola-pola kehidupan tradisional dan berkembangnya
rasionalitas. Dengan kata lain, masyarakat modern lebih percaya pada
perhitungan rasional yang masuk akal dari pada percaya pada nasib atau campur
tangan ilahi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa agama yang ada pada zaman
modern ini dapat dikatakan sebagai kepercayaan primitif yang dimodifikasi pada
zaman sekarang, yang memiliki ideologi dan menempatkan kebenaran tertinggi
adalah Tuhan.
III.
Refleksi
Teologis
Yang menjadi reflekis teolgis dalam
topik adalah mat 6: 24a yang mengatakan tak seorang pun dapat mengabdi kepada 2
tuan, makna kta tuan dsini dapat kita kaitkan dengan tuhan, karena perubahan
kepercayaan primitif pada zaman sekarang diakibatkan kerna
IV.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keprcayaan primitif pada zaman modern
ini telah mengalami perubahan makna, gaya atau metode. Secara tidak langsung
agama primitif masih ada pada zaman ini, namun mengalami suatu perubahan. Hal
ini terlihat dalam kehidupan masyarakat modern kebanyakan saat ini. Mereka
cenderung menggunakan jimat-jimat yang digunakan untuk mempertahankan hidup,
agar memiliki kekuatan, dan pergi ke tempat-tempat yang dianggap sakral atau
memiliki kekuatan gaib dan memberi sesajen dengan harapan setelah pulang dari
sana akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat modern masih memiliki kepercayaan-kepercayaan primitif walaupun
mereka sudah hidup pada zaman modern.
V.
Daftar
Pustaka
Jirhanuddin,
Perbandingan Agama, yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010
Prasetyo,
Joko Tri, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta
: PT. Rineka Cipta, 1998
Tylor,
Edward Burnett, Primitive Culture, New
York : Harper Torchbook, 1958
Warsito,
Loekisno Choiril, Paham Ketuhanan Modern
Sejarah Dan Pokok-Pokok Ajarannya, Surabaya: Elkaf, 2003
Sumber Lain :
http://kbbi.web.id/modifikasi,
diakses pada 15 November 2015 jam 17.00
http://koleksi.org/tips/pengertian-agama-modern,
diakses pada 15 November 2015 pada jam 14.00
www.
Kompasiana.com, diakses pada 15 November
2015, jam 14.30
[1] http://kbbi.web.id/modifikasi,
diakses pada 15 November 2015 jam 17.00
[2] Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya
Dasar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), 48
[3] Jirhanuddin, Perbandingan Agama,
(yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 49
[4] http://koleksi.org/tips/pengertian-agama-modern,
diakses pada 15 November 2015 pada jam 14.00
[5] www. Kompasiana.com, diakses
pada 15 November 2015, jam 14.30
[6] Loekisno Choiril Warsito, Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan
Pokok-Pokok Ajarannya, (Surabaya: Elkaf, 2003), 62
[7] Edward Burnett Tylor, Primitive
Culture, (New York : Harper Torchbook, 1958), 40
No comments:
Post a Comment