Thursday, March 23, 2017

Modifikasi Kepercayaan Primitif pada zaman Modern



Nama              : Johannes Nababan
Mata Kuliah  : Okultisme
Modifikasi Kepercayaan Primitif pada zaman Modern
I.                   Pendahuluan
Primitif adalah sekelompok orang yang hidup pada masa lampau dan bergantung pada alam. Serta mempercayai bahwa semua hal-hal yang berada di alam seperti pepohonan memiliki kekuatan magis yang dianggap mereka sebagai dewa. Akan tetapi dengan adanya perkembangan zaman, kepercayaan ini mengalami pergeseran dan mulai di ubah dengan hadirnya agama-agama yang memiliki ideologi sampai ke zaman modern ini. akan tetapi kepercayaan primitif tetap tidak bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat sekarang, ada saja orang yang masih mempercayainya walaupun orang tersebut telah memiliki agama. Kepercayaan primitif itu dimodifikasi atau di ubah, dengan cara-cara meminta kekuatan, pergi ke dukun dan lain sebagainya. Hal ini akan kita bahas di dalam paper ini lebih dalam. Semoga paper ini dapat menambah wawasan kita bersama.  
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Modifikasi
Modifikasi menurut KBBI adalah suatu pengubahan atau perubahan.[1] Dengan demikian, modifikasi merupakan suatu usaha perubahan yang dilakukan berupa penyesuaian-penyesuaian baik dalam bentuk, metode, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian.
2.2.Pengertian Primitif
Manusia primitif adalah sekelompok masyarakat yang memiliki ciri dan karakteristik yang mempunya isme-isme, praktek, dan tradisi tertentu yang di anut dan diyakininya. Seperti adanya kepercayaan terhadap mahluk-mahluk halus dan pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, atau melakukan ritual tertentu terhadap benda-benda yang dianggap keramat dan dipercayai memiliki kekuatan gaib. Maka dengan adanya hal semacam ini timbullah upacara sesajen yang merupakan suatu keyakinan dan sudah menjadi doktrin, karena kegiatan ini merupakan perwujudan dari agama. Yang memiliki fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat yang ditujuakan pada dewa melalui adanya korban binatang.[2] Setelah melihat uraian di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat primitif berpandangan bahwa dunia dan alam sekitarnya bukanlah objek, lainnya halnya dengan masyarakat modern memandang dirinya sebagai subjek, sedangkan alam sebagai objeknya.
Menurut pendapat Dr. A. G. Honig sebagaimana yang dikutip oleh Jirhanuddin dalam bukunya Perbandingan Agama, agama primitif adalah susunan tertentu dari manusia, suatu acar tertentu dalam mengalami dan mendekati dunia dan Tuhan. suatu pandangan tertentu terhadap segala kehidupan sekeliling manusia dan suatu mentalitas atau sikap rohani yang tertentu.[3] Istilah primitif dicirikan pada manusia atau sekelompok orang yang hidup pada waktu lampau, oleh karena itu primitif tidak dilihat sebagai sesuatu yang ada dan hidup pada masa lampau, tetapi dapat saja terjadi pada seseorang pada saat sekarang masyarakat modern.
2.3.Modifikasi Kepercayaan Primitif pada zaman Modern
Kehidupan modern ditandai oleh melemahnya pola-pola kehidupan tradisional dan berkembangnya rasionalitas. Masyarakat modern lebih menggunakan perhitungan-perhitungan rasional tentang cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, masyarakat modern lebih percaya pada nasib atau campur tangan ilahi.[4] Walaupun masyarakat modern menciptakan banyak kemudahan dalam kehidupan, masyarakat modern tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan fundamental tentang makna dan tujuan hidup manusia.
Pada zaman modern sekarang masih ada kelompok masyarakat primitif yang menyembah kekuatan supernatural sebagai berhala yang mereka anggap dapat memberikan apa yang mereka minta. Kekuatan supernatural itu tidak dapat divisualisasikan tetapi dapat dibentuk dalam imanjinasi, yang mereka sebut Tuhan. masyarakat primitif zaman sekarang mulai digusur kepinggiran kota. Ciri-ciri masyarakat primitif adalah “kebodohan” berkiblat kebelakang, berpikiran dubjektif, bertindak arasionil, memlihara berhala, mudah diprovokasi.[5] Pada masyarakat modern, ternyata masih banyak ditemukan praktik-praktik kepercayaan primitif dalam pembuatan zimat, meminta tolong orang pintar agar tidak turun hujan ketika pesta, meminta pertahanan diri dan lain sebagainya. Artinya, kepercayaan ini seakan menyatu dengan manusia dan tidak bisa di tinggalkan, karena mereka yang merasakan efeknya (kekuatan) tidak mungkin menolaknya.[6]
Dalam sejarah kepercayaan umat manusia yang sudah ribuan tahun lalu, hanya tercatat beberapa perkembangan sistem kepercayaan kepada yang ghaib, yaitu dinamisme, animisme, politeisme, henoteisme, dan monoteisme. Kepercayaan animisme dan dinamisme dianggap sebagai awal dari kepercayaan umat manusia, dan sampai sekarang kepercayaan itu masih terdapat di berbagai lapisan masyarakat. Walaupun kepercayaan itu tidak seperti masyarakat tetapi masih ada kemiripan, seperti meminta pertolongan kepada dukun, paranormal dan memakai cincin/benda tertentu agar terhindar dari bahaya dan bencana.[7]
Secara umum, agama merupakan alat untuk membawa kedamaian dan kepuasan jiwa, kenyamanan jiwa dengan keyakinan tertentu. Setiap orang selalu memiliki kecenderungan yang berbeda. Oleh karena itu, di antara umat manusia mempunyai jalan hidup yang berbeda. Perbedaan itu dipengaruhi oleh lingkungan, geografi dan iklim. Kepercayaan primitif yang dimodifikasi pada kehidupan modern ini ditandai dengan melemahnya pola-pola kehidupan tradisional dan berkembangnya rasionalitas. Dengan kata lain, masyarakat modern lebih percaya pada perhitungan rasional yang masuk akal dari pada percaya pada nasib atau campur tangan ilahi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa agama yang ada pada zaman modern ini dapat dikatakan sebagai kepercayaan primitif yang dimodifikasi pada zaman sekarang, yang memiliki ideologi dan menempatkan kebenaran tertinggi adalah Tuhan.
III.             Refleksi Teologis
Yang menjadi reflekis teolgis dalam topik adalah mat 6: 24a yang mengatakan tak seorang pun dapat mengabdi kepada 2 tuan, makna kta tuan dsini dapat kita kaitkan dengan tuhan, karena perubahan kepercayaan primitif pada zaman sekarang diakibatkan kerna   
IV.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa keprcayaan primitif pada zaman modern ini telah mengalami perubahan makna, gaya atau metode. Secara tidak langsung agama primitif masih ada pada zaman ini, namun mengalami suatu perubahan. Hal ini terlihat dalam kehidupan masyarakat modern kebanyakan saat ini. Mereka cenderung menggunakan jimat-jimat yang digunakan untuk mempertahankan hidup, agar memiliki kekuatan, dan pergi ke tempat-tempat yang dianggap sakral atau memiliki kekuatan gaib dan memberi sesajen dengan harapan setelah pulang dari sana akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat modern masih memiliki kepercayaan-kepercayaan primitif walaupun mereka sudah hidup pada zaman modern.
V.                Daftar Pustaka  
Jirhanuddin, Perbandingan Agama, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Prasetyo, Joko Tri, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998
Tylor, Edward Burnett, Primitive Culture, New York : Harper Torchbook, 1958
Warsito, Loekisno Choiril, Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-Pokok Ajarannya, Surabaya: Elkaf, 2003
Sumber Lain :
http://kbbi.web.id/modifikasi, diakses pada 15 November 2015 jam 17.00
http://koleksi.org/tips/pengertian-agama-modern, diakses pada 15 November 2015 pada jam 14.00
www. Kompasiana.com, diakses  pada 15 November 2015, jam 14.30




[1] http://kbbi.web.id/modifikasi, diakses pada 15 November 2015 jam 17.00
[2] Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), 48
[3] Jirhanuddin, Perbandingan Agama, (yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 49
[4]  http://koleksi.org/tips/pengertian-agama-modern, diakses pada 15 November 2015 pada jam 14.00
[5] www. Kompasiana.com, diakses  pada 15 November 2015, jam 14.30
[6]  Loekisno Choiril Warsito, Paham Ketuhanan Modern Sejarah Dan Pokok-Pokok Ajarannya, (Surabaya: Elkaf, 2003), 62
[7] Edward Burnett Tylor, Primitive Culture, (New York : Harper Torchbook, 1958), 40

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...