Monday, March 13, 2017

KONTROVERSI DOKTRIN SAKRAMEN



KONTROVERSI DOKTRIN SAKRAMEN
Johannes Nababan
STT. Abdi Sabda
Apa dan Bagaimana Sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus Menurut : GKR, Luther, Zwingly dan Calvin
I.                    Pendahuluan
Berbicara tentang sakramen sebenarnya berbicara tentang 3 masalah utama yaitu tentang hakekat dan jumlah sakramen, transmutasi atau perubahan unsur-unsur, serta nilai kedudukan dan cara kerja sakramen itu. Ketiga hal inilah yang menjadi perdebatan para tokoh gereja. Semua hal yang terkait dengan sakramen tidaklah menjadi hal-hal yang menjadi sebuah ketetapan secara langsung, tetapi ditetapkan dengan berbagai pergumulan yang mendalam oleh para tokoh gereja tersebut.Sajian menspesifikasikan diri untuk membahas tentang kontroversi doktrin  sakramen yang menurut Gereja Katolik Roma, Martin Luther, Zwingli dan John Calvin. Jumlah sakramen yang bervariasi di antara mereka melandaskan diri pada masalah hakekat sakramen. Bagaimana mereka memandang hakekat sakramen bagi mereka menentukan jumlah sakramen yang mereka percayai.
II.                  Pembahasan
2.1.   Pengertian Sakramen
Sakramen berasal dari kata Latin Sacramentum yang sudah dilazimkan oleh Tertualianus menjadi istilah theologia. Kata “sacramentum” dapat diterjemahkan dengan “benda suci” atau “perbuatan kudus” atau “rahasia suci”. [1] kata “sakramen” tidak diambil dari Alkitab, melainkan dari adat istiadat Roma yaitu dari kata sacramentum. Didalam Gereja semula yang disebut sakramen adalah segala rahasia yang bersangkutan dengan Tuhan Allah serta penyataan-Nya yaitu upacara-upacara kebaktian dan lain-lain.[2]
2.1.1.         Sakramen Menurut Gereja Khatolik Roma (GKR)
Bagi Gereja Roma Khatolik sakramen 7 ini tidak dapat diganggu gugat. Pertama-tama angka 7 adalah suatu angka yang menunjukkan gabungan angka kudus 3 dan 4, yaitu angka Ilahi dan angka insan. Selanjutnya ketujuh sakramen itu dipandang sebagai sejajar dengan 7 tahapan jalan hidup manusia menurut kodrat, sehinga hidup kodrati manusia, sejak awal hingga akhirnya diliputi dan diberkati oleh ketujuh sakramen itu. Ajaran Gereja Khatolik Roma mengenai sakramen ini berpusat kepada pengertian sacramentum atau mysterion  atau rahasia. Sakramen adalah suatu Mysterion, suatu rahasia, sebab di dalam sakramen itu senantiasa ada karunia yang baru yang dicurahkan.[3] Menurut ajaran Gereja Roma, rahmat dan keselamatan hanya boleh disambut manusia dengan menerima sakramen.[4] Gereja Khatolik Roma (GKR) mengenal tujuh sakramen. Di dalam Katekismus Indonesia sakramen-sakramen itu disebut sebagai berikut:
1.       Permandian, yang olehnya menurut ajaran Khatolik Roma “dihilangkan dosa asal”
2.       Penguatan, yang  diberikan kepada anak-anak setelah berumur kira-kira duabelas tahun untuk “menguatkan” mereka dalam perjuangan iman yang akan datang.
3.       Ekaristi, erasal dari pada istilah Yunani “Eucharistia”, artinya “ucapan syukur”
4.       Pengakuan, yaitu pengakuan dosa-dosa yang dilakukan sesudah permandian dan yang diampuni dengan perantaraan kuasa Iman.
5.       Perminyakan, yang memberi kepada orang sakit kekuatan untuk mati secara Kristen.
6.       Imamat, (keimaman, pentahbisan menjadi imam) yang olehnya diberi kekuasaan untuk melanjutkan keimaman Kristen.
7.       Perkawinan, yang menurut ajaran khatolik Roma ditetapkan oleh Allah dalam taman Firdaus dan oleh Yesus diangkat menjadi sakramen.[5]
Sakramen dengan jelas diberi kedudukan yang lebih tinggi dari pada khotbah di dalam katilikisme tradisional. Pemberitaan dilihat hanya sebagai persiapan untuk sakramen. Pemberitaan dilihat sebagai medium keselamatan yang lebih lemah, sebab hanya suatu perkataan yang tidak kelihatan dan bukan perkataan yang gampang, karena hanya menyapa pendengaran anusia dan bukanlah seperti sakramen yang dapat menyapa pengelihatan dan indera-indera lainnya. Dengan tegas dapat dikatakan bahwa menurut ajaran Khatolik Roma yang tradisional hanya sakramenlah merupakan “pengantar anugrah” dengan demikian berbeda dengan Firman yang diberitakan.[6]Diantara sakramen-sakramen, yang jumlahnya tujuh itu yang paling penting ialah sakramen Misa (Ekaristi). Perayaan Misa merupakan ibadah yang sebenarnya; Khotbah, pemberitaan firman Allah, bersifat pendahuluaan untuk Misa. Anggapan bahwa sakramen merupakan saluran anugrah yang utama menjadi tampak juga dalam taat kebaktian. Khotbah kurang dipentingkan kalau dibandingakan dengan sakramen.[7] Baptisan dianggap sebagai suatu hal yag sangat penting, baptisan memberikan tanda yang nyata pada penerimaannya sebagai anggota Gereja, baptisan membebaskan orang dari dosa asal dan dosa yang dilakukan dalam perbuatan yang diakui pada hari pembabtisan walaupun nafsu manusia masih ada. Baptisan yang membebaskan manusia darihukuman kekal dan baptisan menyatukan kita dalam persekutuan orang kudus dan didalam Gereja.[8]Menurut Gereja Roma Khatolik sakramen bekerja ex opera operato, artinya bekerja dengan perantaraan yang dikerjakan. Jadi sakramen sudah mengandung daya kerja didalamnya, sehingga kalau sakramen dilayankan, tindakan pelayanan ini membawa akibat atau hasilnya. Yang ditekankan adalah bahwa sakramen bekerja secara objektif, tidak tergantung pada orang yang menerimanya. Sakramen memiliki daya yang objektif yang menjadikan jiwa kita benar-benar mendapat bagian dari hidup Ilahi Tuhan Yesus Kristus.[9]

2.1.2.         Sakramen Menurut Luther
Martin Luther lahir di Eisleben 10 November 1483 dilingkungan keluarga yang sangat setia dengan GKR.[10]Luther lahir dari pasangan petani di Eisleben. Ayahnya seorang penambang, mendorongnya belajar hukum dengan mengirimkannya ke universitas Erfurt.[11] Sakramen menurut Luther adalah tanda dari apa yang dinyatakan oleh Firman itu, Firman dalam rupa tanda, dan jawaban kita atas penerimaan sakramen itu hanyalah Iman.[12] Menurut Luther ketujuh sakramen yang ada dalam Gereja Khatolik Roma menawan seorang Kristen sejak ia lahir hingga masuk kubur, padahal menurut kesaksian Alkitab hanya ada dua sakramen yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus.[13] Posisi sentral Firman Allah dalam ajaran Luther adalah sama-sama penting dan haruslah setara dalam penyampaian sakramen. Karena bagi Luther sakramen itu adalah pemberian Allah secara mutlak, sehingga sakramen itu merupakan tanda berkat yang mutlak lewat roti, anggur (mendiami didalamnya). Bahkan Luther juga mengatakan kedatangan dan pengorbanan Kristus di kayu salib adalah membawa keselamatan, sehingga manusia tidak dapat mengusahakannya sendiri. Berdasarkan penelitiannya, Alkitab Luther menemukan bahwa hanya ada dua sakramen yang punya dasar Alkitabiah dalam arti yang langsung ditetapkan oleh Kristus sendiri. Berkenaan dengan pemahaman Luther atas sakramen yang terutama perlu dibicarakan bahwa pemahamannya tentang perjamuan kudus. Ajaran Luther tentang perjamuan kudus disebut konsubstansiasi (con= bersama-sama; berbarengan; substansi; hakikat, zat). Artinya kedua unsur perjamuan, yaitu roti dan anggur, mencakup kedua hakikat (substansi) sekaligus : hakikat jasmani tetap sebagai roti dan anggur dan hakikat rohani sebagai tubuh dan darah Kristus, yang diterima peserta perjamuan secara nyata. Penerima ini terjadi karena janji Tuhan Yesus pada perjamuan malm terakhir bersama murid-muridnya. Ini berarti pergeseran dari ajaran GKR yaitu transsubstansiasi. Bagi Luther, pemahaman GKR itu bersifat magis dan tidak reaistis, sebab tidak lagi mengakui bahwa roti dan anggur itu tetap berada sebagai roti dan anggur dan juga sekaligus berbeda dari pemahaman Calvin yang hanya melihat kehadiran tubuh dan darah Kristus secara rohani dalam roti dan anggur. Luther yakin dan mengerti bahwa perjamuan itu bukanlah suatu perbuatan atau usaha dari pihak manusia, melainkan suatu anugerah dari Tuhan yang dikaruniakanNya untuk menyatakan bahwa ia telah membenarkan manusia yang berdosa oleh karena kasih dan rahmat-Nya saja.
2.1.3.          Sakramen Menurut Zwingly
Jalan hidup Zwingly secara-secara lahiriah dan batiniah adalah lain sekal daripada luther. Sejak waktu menuntut ilmu theologia di Wina dan Basel, Zwingly dipegaruhi oleh Humanisme. Kemudian ia bekerja antara lain sebagai pendeta tentara dari pasukan-pasukan Swiss. Pada tahun 1518 Zwingly di panggil ke kota Zurich dan menjadi pendeta dari gereja yang besar disana. Zwingly mengatakan kalau perjamuan kudus harus diartikan secara kiasan atau ]lambang saja. Tatkala Yesus mengatakan : inilah tubuhKu ! maka maksud Tuhan tak lain dari menytakan bahwa roti itu uadalah kiasan tubuhNya. Luther sama sekali tidak setuju denga tafsiran dan ajaran itu. Ia mempertahankan, bahwa roti dan anggur itu benar-benar mengandung tubuh dan darah Kristus. Zwingly memandang perjamuan kudus itu sebagai suatu hidangan persaudaraan dan peringatan dari jemaat Kristen.[14] Khotbah yang melahirkan iman ; sakramen-sakramen hanya menyediakan kesempatan yang dengannya iman ini dapat didemonstrasikan di depan umum. Pemberitaan Firman Allah adalah paling penting dan sakramen-sakramen adalah seperti cap atau materai pada sebuah surat mereka menginformasikan Subtansinya. Bagi Zwingly yang dimana dia selalu menafsirkan teks dari Matius 26:26, dan disebut didalamnya inilah tubuhKu, Zwingly menyatakan itu dengan ini menandakan tubuhku dengan kata lain roti dan perjamuan itu mewakili tubuh Kristus. Jadi, sakramen menurut Zwingly itu adalah tindakan yang simbolis saja yang menunjukkan kepada adanya keselamatan yang diperoleh dari Kristus yang dimana dipakai oleh orang-orang percaya untuk memperingati apa yang dibuat Kristus untuk menyatakan iman mereka, dimana yang bertindak dalam menyelamatkan manusia yang bertindak adalah orang-orang percaya yang memakai sakramen sebagai bukti dari iman yang dimilikinya.[15]Perkataan Yesus “inilah tubuhKu” menurut Zwingly hanyalah berarti dengan ini dikiaskan tubuh/Ku. Ia menganggap sakramen hanya selaku suatu perbuatan yag bersifat lambang yang dilakukan oleh orang-orang beriman.[16] Bagi Zwingly perjamuan kudus adalah suatu perjamuan peringatan akan kematian dan kebangkitan Kristus (memorial), tubuh dan darah adalah lambang keselamatan yang kita peroleh dari Kristus dengan tubuh dan darahNya di Kayu Salib, Zwingly memandang perjamuan kudus hanya sebagai simbolis artinya sebagai tanda, lambang, simbol peringatan atau pengenangan akan pengorbanan dan kematian Yesus di kayu salib untuk menebus dosa manusia.[17]
Zwingly berpandangan bahwa sakramen (baptisan) adalah tindakan simbolis yang menunjukkan kepada keselamatan yang diberitakan Kristus dan yang dipakai oleh orang-orang percaya untuk memperingatai dan untuk menyatakan iman mereka. Bagi Zwingly sakramen terutama adalah suatu tanda perjanjian yang menunjukkan bahwa semua yang menerimanya rela memperbaiki hidupnya untuk mengikut Kristus. Ia mengungkapkan bahwa sakramen baptisan adalah suatu tanda yang mewajibkan kita untuk mengikat diri pada Kristus.[18]
2.1.4.          Sakramen Menurut Calvin
Yohanes Calcin lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di kota Noyon. Ayahnya seorang pegawai uskup disana. Ibunya meninggal selagi Calvin masih muda. Bagi Calvin perjamuan itu adalah pertama-tama suatu pemberian Allah dan bukan suatu perbuatan pengakuan manusia.[19] Menurut Calvin sakramen adalah suatu tanda lahiriah yang dipakai Allah untuk memateraikan dalam batin kita dan janji akan kerelaanNya terhadap kita, supaya iman kita yag lemah diteguhkan, dan supaya kitapun menyatakan kasih dan kesetiaan kita kepadaNya, baik dihadapan Dia sendiri dan Malaikat-malaikatNya, maupun dihadapan manusia.[20]Calvin menyatakan Gereja haurs disiplin karena kalau sudah disiplin dalam gereja maka dapat melaksanakan sakramen yang ada dalam gereja. Karena jikalau seorang aggota jemaat melanggar hukum-hukum gereja maka imannya menurut Calvin sudah surut, sehingga ia harus kena disiplin. Denga tegas Calvin menerangkan bahwa sakramen yang benar dapat dikenal dengan dua ciri yang tidak boleh tidak harus ada yaitu pemberitaan firman menurut Alkitab dan pelayanan skaramen, sesuai dengan kehendak Kristus. perjamuan kudus menambahkan sesuatu kepada iman orang percaya dan kepada apa yang disampaikan dalam pemberitaan firman. Mengenai cara kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus, Calvin mempuyai persamaan dan perbedaan pemahaman dengan Luther. Disatu phak Luther dengan Calvin sama-sama menolak paham Transubstansiasi dari GKR, akan tetapi dilain poihak Calvin berbeda pendapat dengan Luther tentang kehadiran Kristus di dalam roti dan anggur itu. Menurut Calvin kehadiran Kristus di dalam perjamuan hanyalah secara rohani dan dipahami di dalam iman. Begitu juga Calvin menolak ajaran Zwingly yang mengatakan bahwa perjamuan kudus semata-mata merupakan peringatan akan tubuh dan darah Kristus. bagi Calvin, perjamuan kudus lebih dari skeedar peringatan ketika perjamuan kudus dilayankan tubuh Kristus tetap di dalam Sorga, tetapi RohNya memenuhi roti dan anggur sehingga para peserta perjamuan yang beriman menerima Kristus secara Rohani.[21] Mengenai baptisan pandangan Calvin sangat ditentukan oleh diskusinya dengan kaum Anabaptis. Menurut Calvin baptisan meruoakan tanda pengampunan dan hidup baru. Baptisan menandakan bahwa kita telah ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan bahwa kita menjadi satu dengan Dia. Baptisan sekaligus pula tanda bahwa kita masuk kedalam persekutuan gereja. Menurut Calvin, baptisan bukan syarat melainkan materai yang menandakan bahwa seseorang telah memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan dalam salib Kristus. pengampunan ituu telah dikaruniakan Allah pada kita sebelum kita lahir, sehingga tidak ditentukan oleh baptisan.[22]
2.2.  Baptisan
2.2.1.         Pengertian Baptisan
Kata sakramen berasal dari bahasa latin “sacramentum” dan dapat di terjemahkan dengan “benda suci” atau perbuatan kudus atau juga rahasia suci.[23] Baptisan adalah suatu tanda dan ibarat sederhana untuk ketergolongannya kepada umat kristen. Siapa yang menjadi anggota gereja kristen, ia menerima tanda baptisan itu pada waktu ia di gabungkan ke dalam persekutuan gereja. Anak seorang tua kristen tidak lama sudah ia lahir, di baptiskan pula dalam suatu kebaktian gereja.[24] Baptisan berasal dari bahasa Yunani yaitu “Baptiso” yang artinya adalah membasahi. Perbuatan ini bersifat lambang sebagai mana air digunakan untuk membersikan, demikian juga baptisan itu bersangkut paut dengan pembersihan manusia dari dosanya. Dengan baptisan manusia mengaku percaya kepada Dia yang telah mengajarkan pengampunan kepada manusia.[25] Baptisan adaah sakramen yang dilakukan untuk menerima seseorang menjadi anggota gereja.[26]
2.2.2.         Baptisan Menurut Alkitab
Dalam perjanjian lama, bangsa Israel diharuskan mengkhitankan semua anak laki-lakinya pada watu anak itu berumur 8 hari. Khitan adalah adat yang ada pada zaman itu dipakai pula oleh bangsa-bangsa lain misalnya dimesir, Syria. Akan tetapi Tuhan memberikan peraturan demikian kepada Bansa Israel sebagai umat-Nya., dengan maksud yang khusus dan luar biasa. Bahwa khitan itu menjadi tanda dan materai atau cap dari perjanjian-Nya dengan umat-Nya (Kejadian 17:10). Khitan itu menjadi cap kebenaran dari iman (Rom 4:11), maka disini pun iman itu menjadi pokoknya. Kepercayaan akan hal, bahwa Tuhan hendak mendatangkan kebenaran yang tidak dapat di capai oleh manusia berdosa. Sebagai titik beratnya, orang tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari upaya-upaya sendiri, melainkan dari Tuhan Sanga Sahmani[27]
                Dalam perjanjian baru baptisan adalah merupakan perintah dari Tuhan Yesus Sendiri (Yoh 3:5, Mat 28:19, Kis 8:13; 10:33). Baptisan dalam perjanjian baru semula memakaia rumusan “Dalam Nama Tuhan Yesus” tetapi paling tidak sejak akhir abad pertama baptisan sudah memakai rumusan Trinitas yaitu Baptis, “Dalam Nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus”.[28] Menurut kisah rasul tentang kehidupan jemaat yang pertama atau yang tertua di Yerusalem, segera setelah peristiwa pentakosta sakramen baptisan dan sakramen perjamuan kudus berhubungan erat satu sama lain. Orang yang menaruh perhatian kata-kata petrus membiarkan dirinya dibaptis (Kis 2:41),dan pengikut Tuhan yang baru bertekun dalam pengajaran dan persekutuan, dan memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42), melalui baptisan seseorang di pindahkan ke dalam persekutuan Yesus yang di muliakan.[29] Sakramen baptisan khusus sebagai tanda dan materai yang mencap orang beriman dan anak-anaknya selaku jemaat yang di kuduskan untuk menjadi milik kristus (1 Kor 7:14).[30]


2.2.3. Baptisan Menurut G.K.R
G.K.R memahami bahwa baptisan itu mendatangkan pengampunan dosa warisan dan dosa-dosanya yang telah di perbuat sampai pada saat itu di permandikan. Dan menurut mereka baptisan itu adalah:
a. Baptisan itu perlu untuk mendapat keselamatan
b. Baptisan memberi pengampunan segala dosa warisan
c. Baptisan memberikan pengampunan segala dosa yang di perbuat sebelum baptisan. Ddari sebab itu maka pada zaman dahulu banyak orang yang menunda-nunda pembabtisannya.
d. Baptisan menanamkan benih anugrah  dan benih kesucian di dalam roh orang dan memindahkan oran dari hidup lama ke dalam hidup baru di dalam anugrah yang di karuniakan di atas kodrat.
Oleh karena itu, anggapan yang demikian itu maka GKR harus menerima baptisan. Jadi GKR terpaksa mengakui baptis darurat yaitu baptis yang tidak di layani oleh pastor atau iman lainnya. jika mereka tidak datang kalau ada anak yang lahir kemudian akan meninggal sebelum di baptis, segala orang dapat melayani sakramen ini hanya orang  tidak diperbolehkan membaptis dirinya sendiri. Anggota GKR ini bertentangan dengan kitab suci. Baptisan itu tidak mendatangkan anugrah Allah dengan sendirinya. Anugrah Allah tidak bergantung dengan baptisan. Letaknya keselamatan manusia tidak pada baptisan. Baptisan itu tanda dan materai, namun faktor yang terpenting adalah kepercayaan, maaka orang yang menerima anugrah Allah atau tidak, tergantung kepada kepercayaannya, bukan baptisan. Baptisan itu memang penting, tetapi bagi orang percaya (Mark 16:16).[31]
2.2.4.         Baptisan Menurut Luther
Menurut Luther, baptisan bukan hasil pikiran manusia, melainkan wahyu dan pemberian Allah.[32] Baptisan tidak dapat dianggap sepele, melaikan harus di pandang suatu yang terbaik dan luhur. Meskipun baptisan merupakan hal lahir riah. Namun yangjelas firman dan perintah Allah menetapkannya dan meneguhkannya. Lebih-lebih baptisan itu di lakukan dalam nama-Nya. Luther mendirikan pendapatnya dalam sebuah Nats “pergilah dan baptis di dalam Nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus”(Mat 28:19-20). Di baptis dalam nama Allah bukanlah di baptis oleh manusia, melainkan oleh Allah sendiri. Walaupun manusia yang melakukannya namun baptisan itu benar-benar perbuatan Allah.[33] Artinya jika pun seorang Iman atau pendeta melayani sakramen baptisan kudus, sebenarnya Allah sendrilah pelaku utama dalam sakramen tersebut bukan Iman atau Perndeta. Luther berpendapat baptisan bukanlah air biasa saja, melainkan air yang terkandung dalam firman dan perintah Allah serta di kuduskan oleh-Nya.[34]Dengan demikian baptisan tidak lain dari Allah sendiri, bukan karena air itu lebih istimewa dari segala jenis air lainnya, tetapi karena firman dan perintah Allah yang menyertai. Dia meringkaskan bahwa kuasa, pengaruh manfaat buah dan tujuan baptisan agar orang-orang yang memiliki kesukaan kekal. Kesukaan kekal artinya di bebaskan dari dosa, maut dan iblis, masuk ke dalam kerajaan Kristus dan hidup bersama Dia selamanya.[35] Sehingga Luhter mengatakan bahwa air yang di gunakan dalam baptisan merupaka air Ilahi yang memperoleh kuasa menjadi “kelahiran kembali” (bnd Tit 3:5). Oleh karena itu manfaat baptisan disebut dan di janjikan dengan kata-kata yang menyertai air itu, maka manfaat itu tidak dapat kita terima bila kita tidak percaya.[36] Mengenai baptisan anak-anak, Luther sah atau tidak baptisan tidak tergantung pada orang yang dibaptis. Baptisan bergantung pada firman yang menyatu dengan air. Siapapun yang dibaptis, Allah yang berkenan atas baptisan tersebut, sebab memang Allah sendirilah yang menjadi Aksiom baptisan. Oleh sebab itu, baik anak-anak ataupun orang dewasa, jika baptisan itu atas nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, maka baptisan itu sah adanya.[37]
2.2.5.         Babtisan menurut Zwingli
Menurut Zwingli baptisan adalah hanya suatu penyerahan diri. Ia berlandaskan pada Rom. 6:3-5, yang ditafsirkannya secara aguratif. Baptisan juga bagi Zwingli adalah persekutuan dengan Kristus, akan tetapi dia tidak mempercayai tanda-tanda fisik, karena “jelas dan tidak dapat di bantah, tidak ada unsur atau tidak eksternal yany dapat menyucikan jiwa”.karena itu Zwingli menyimpulkan baptisan air tidak lebih dari ucapan eksternal. artinya, tanda luar bahwa kita di persatukan dan di tanamkan di dalam Tuhan Yesus Kristus dan bersumpah untuk hidup bagi Dia dan mengikuti Dia. Dan konsep Zwingli tentang baptisan sebagai penyerahan diri, sebagai sumpah setia, atau sebagai tanda perjanjian.[38]  Pandangan Zwingli mengenai baptisan anak merrupakan rangkaian sakramen yang dilaksanakan oleh para umat katolik. Dalam pemaknaannya, baptisan anak memiliki makna dan tujuan sama halnya sunat dalam perjanjian lama yang merupakan bukti dan tanda perjanjian Tuhan Allah dengan Umat-Nya. Sedangkan dalam perjanjian baru, ritual itu di gantikan dengan ritual baptis.
Baptisan disini juga bermakna sebagai upaya penebusan dosa manusia, yang padahal bayi itu belum dosa, selain daripada dosa turunan yang di bawa Adam. Inilah yang menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam perjuangan reformasi Zwingli, bahwa ia menegaskan baptisan itu merupakan penghapusan dosa asal, tetapi hanya saja tidak dapat mendemonstrsikan Iman dalam diri mereka. Dari praktek ini, pemikiran reformasi Zwingli mendapat sebuah ide tetang baptisan anak, jika dihubungkan dengan praktis sunat dalam tradisi Israel di Perjanjian Lama.[39] Disitu juga ia membela baptisan anak atas dasar bahwa itu adalah tanda perjanjian dan perjanjian itu meliputi seluruh keluarga, jadi bukan hanya sipembabtis. Namun ia sekaligus menolak pandangan G.K.R bahwa baptisan memberi kelahiran baru terutama merupakan tanda lahiriah dari Iman.[40]
2.2.6.         Baptisan Menurut Lutheranisme
Lutheranisme merupakan aliran yang berpegang pada ajaran-ajaran Luther dimana Lutheranisme menyusun ajaran Luther secara sistematis, secara tulisan, Katekhismus Luther, Pengakuan iman Augsburg, pengakuan iman Schamalkakden dan Formula Konkord, yang disatukan ddalam buku Konkord pada tahun 1580.[41] Lutheranisme mengajarkan Alkitab merupakan dasar untuk aturan iman dengan semboyan Sola Sriptura yang artinya hanya oleh iman. Menegenai babtisan ajaran Luteranisme sama dengan pemahaman Luther “Babtisan merupakan karya keselamatan dari Allah yang diberikan sebagai anugerah.” Babtisan bukanlah perbuatan kita melainkan suatu harta yang Allah berikan kepada kita dan yang dipegang oleh Iman.[42] Karenah babtisan merupakan suatu pembenaran Allah yang diterima dalam Iman. Dalam konfesi Autsburg ada tiga hal yang mendasar Lutheranisme dalam hal babtisan:
a) dikalangan Lutheran diajarkan bahwa babtisan itu penting dan anugerah diberikan melaluinya,
b) anak-anak jugah perkuh dibabtiskan sebab dalam babtisan mereka diserahkan kepada Allah dan menjadi berkenan kepada-Nya.
c) dengan alasan ini lutheranisme menolak kaum Anababtis yang mengajarkan babtisan anak tidak benar.[43]
2.2.7. Babtisan menurut Cavinisme
Babtisan menurut Calvin dilihat sebagai tanda pengampunan dosa dan kelahiran baru. Lebih lanjut babtisan menurut Calvin memnandai bahwa orang-orang percaya ikut serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan bahwah ia menjadi satu dengan dia dan tanda bahwa kita diterima masuk dalam persekutuan Gereja. Dalam defenisi ini babtisan pertama-tama dihubungkan dengan keanggotaan Gereja. Hal ini menyatakan keengganan Calvin untuk menjadikan babtisan sebagai syarat untuk keselamatan. Babtisan merupakan materai dan pengampunan dosa yang diperoleh dari Kristus di kayu salib dan pengampunan diberikan Allah kepada manusia sebelum Ia lahir, sehinggah tidak dapat diikat pada pelayanan babtisan, apalagi pada air babtisan. Konsekuensi dari ikatan babtisan dengan keanggotaan Gereja bagi Clvin adalah bahwa pelayan babtisan harus terjadi di dalam kebaktian jemaat oleh pejabat yang ditentukan oleh Gereja yaitu Pendeta.[44]
Menyangkut keabsahan babtisan anak-anak terletak pada perjanjian anugerah antara Allah dan Gereja, kita melihat alasan pokok mengapa ia mempertahankan tradisi Gereja yang membabtis bayi yang baru lahir. Menurutnya babtisan anak-anak, iman para orangtua diperkuat karena menyatakan dengan ketaan yang kelihatan bahwa kesetian Allah juga untuk anak mereka bahkan turun-temurun. Calvin menegaskan bahwa kselamatan untuk anak yang meninggal sebelum dibabtis tidak perlu diragukan , karena keselamatan itu terjamin oleh janji Allah bahwa Ia akan menjadi Allah bagi kita dan bagi keturunan sesuda kita (bnd, Kej 17:7, Kis 2:29). Dengan itu dia menyatakan bahwa anak-naka kita yang kecil sudah diterimaNya sebagai anak-anakNya sebelum mereka lahir, dalam kata ini tercakub keselamatan mereka.[45] Sehinggah dapat kesimpulan bahwa anak-anak orang percaya dibabtis bukan supaya baru pada ketika itu menjadi anak-anak Allah sedangan yang tadinya mereka sama sekali bukan termasuk Gereja, melainkan supaya mereka diterima kedalam Gereja melalui tanda resmi. Mengenai cara penahbisan dalam aliran Calvinisme adalah mirip ajaran dengan gereja Protestan dengan Katolik yaitu babtisan percik, sehingga sangat jelas Calvinisme mengaku adanya babtisan anak.[46]
2.2.7.         Babtisan menurut Anabaptisme.
Kata Anabaptisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Anad dan Baptize yang berarti membabtis kembali. Kata ini dipergunakan untuk menunjukkan pada beberapa kelompok Kristen di Eropa daratan pada Abad ke-16 yang menolak anak-anaknya dibabtis. Mereka menekankan babtisan orang percaya atau dewasa. Nama ini merupakan nama sindiran yang diberikan oleh lawan-lawan nya kepada mereka karena mereka menolak babtisan anak sebagai babtisan yang benar.[47] Menurut kaum Anababtis Gereja hanya terdiri dari orang-orang percaya karena telah dibenarkan Allah, dilahirkan kembali dan menerima Roh Kudus. Mereka memisakan diri dari segalah urusan Dunia seperti pemerintahan dan perang.[48]
Kaum Anababtisme mengatakan, babtisan merupakan tanda atau materai yang memperlihatkan bahewa seseorang telah sungguh-sungguh memahami imannya serta telah sadar menyatakan pengakuannya  bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat. Karena itu babtisan hanya bisa dilayangkan bagi orang dewasa karena merekalah yang telah memenuhi syarat-syarat itu. Karena itu pula mereka yang telah dibabtis waktu anak-anak harus dibaptis ulang sebab babtisan anak- anak itu tidak sah.[49] Sah yang hanyalah babtisan dewasa, yang menekankan iman yang berdasarkan Mat 16:16 percaya dulu baru dibaptis. Bagi anabaptisme cara pembaptisan menurut mereka adalah baptisan selam karena bagi mereka cara pembaptisan dengan percik tidak berkenan kepada Yesus Kristus.[50] Yang menjadi dasar gereja menurut mereka yang pertama adalah kesucian anggota-anggotanya bukan rahmat Allah atas orang-orang berdosa. Mereka mencita-citakan jemaat kecil terasing dari hidup kemasyarakatan dan kenegaraan, tidak mungkin perjanjain Allah seluas bangsa tetapi perjanjian itu hanya meliputi orang-orang percaya.[51] Kaum anabaptis mengeluarkan tujuh pasal iman, ketujuh pasal ini bukanlah pernyataan yang luas dan lengkap, akan tetapi mencakup pokok-pokok perselisihan antara anabaptis dan reformasi. Ketujuh pasal itu adalah sebagai berikut:[52]
1.       Baptisan bukan untuk anak-anak tetapi bagi mereka yang secara sadar memilih menjadi Kristen “pembaptisan anak diberikan kepada mereka yang telah belajar untuk bertobat dan memperbaiki hidupnya”, mereka yang sungguh-sungguh percaya dosanya telah ditanggung oleh Kristus dan mereka hidup di dalam kebangkitan Kristus dan mau dikuburkan dalam kematianNya bersama Dia. Oleh karena itu makna ini, maka mereka sendirilah yang akan memohon untuk dibaptis.
2.       Orang percaya sudah dibaptis tapi berbuat dosa lagi tidak mau mengoreksi diri akan dikucilkan di dalam persekutuan.
3.       Upacara memecahan roti adalah perjamuan persekutuan untuk memperingati Yesus Kristus dan hanya murid yang dibaptis oleh berpartisipasi.
4.       Orang percaya harus memisahkan diri dari dunia yang jahat.
5.       Gembala-gembala yang dipilih dari antara laki-laki yang memiliki nama baik di dunia ini.
6.       Yesus Kristus melarang penggunaan kekerasan oleh sebab itu orang Kristen tidak dapat menerima menjadi penjabat.
7.       Bagi orang Kristen bersumpah itu jahat.

2.3.        Perjamuan Kudus
2.3.1.         Perjamuan Kudus Menurut GKR
Menurut GKR mengenai perjamuan kudus adalah Transubtansiasi, maksudnya ialah pada saat Iman mengulangi perkataan-perkataan Yesus, roti dan anggur diubah (Trans) oleh kemahakuasaan Alaah menjadi tubuh dan darah Kristus, yang artinya bahwa roti dan anggur di ubah menjadi tubuh dan darah Kristus Sebenarnya.[53] Cara perjamuan kudus meneurut GKR adalah “Ex Opera Operatio” yang artinya ketergantungan sakramen pada pemimpin dan penerima sakramen.[54]
Ajaraan GKR terhadap perjamuan kudus ialah Yesus mengorbankan diri dalam kurban misa waktu konsekrasi (konsekrasi artinya, bahwa roti dan anggur yang berada di atas altar itu disucikan atau ditahbiskan oleh iman dengan mengulang perkataan-perkataan Yesus yang menetapkan perjamuan kudus). Sebelum konsekrasi ada roti dan anggur, namun sesuda konsekrasi di altar ada tubuh dan darah Kristus, yaitu Kristus itu sendiri. Jadi menurut ajaran ini, kehadiran Kristus tidak hanya dalam perayaan perjamuan, ketika kita menyambut kata-kata itu dengan kepercayaan, terlebih dahulu dan tetaplah sesudah itu Ia terdapat dalam semua bagian, baik roti maupun anggur. Setiap semua yang menerima bagian dari roti itu, menerima Kristus seluruhnya.[55]
2.3.2.         Perjamuan Kudus Menurut Luther
Ajaran Luther tentang perjamuan kudus disebut konsubtansiasi (eon= bersama-sama, subtansi= hakikat, zat. Artinya kedua unsur perjamuan, yaitu roti dan anggur mencapai kedua hakikat (subtansi) sekaligus hakikat jasmani tetapi sebagai roti dan anggur, dan hakikat rohani, sebagai tubuh dan darah Kristus, yang diterima peserta perjamuan secara nyata. Penerimaan ini terjadi karena janji Tuhan Yesus pada perjamuan malam terakhir bersama murid-murid-Nya.[56] Luther dengan sekuat-kuatnya mengkritik dan melawan ajaran perjamuan kudus Katolik Roma, yang mengemukakan bahwa dalam misa manusia memepersembahkan Kristus sebagai korban yang kudus kepada Allah dan untuk mengerjakan keselamatan bagi diri sendiri. Luther yakin dan mengerti bahwa perjamuan itu bukanlah suatu perbuatan atau usaha dari pihak manusia, malainkan suatu anuhgrah dari Tuhan yang dikaruniakan-Nya untuk menyatkan bahwa Ia telah membenarkan manusia yang berdosa oleh karena kasih dan rahmat-Nya saja.[57] Menurut keterangan Luther, ajaran transubtanssi Katolik Roma salah benar, sebab roti dan anggur itu tidak kehilangan zat nya sendiri, sehingga berubah benar menjadi subtansiasi atau zat lain, yakni tubuh dan darah Kristus, tetapi yang harus di percayai kaum keristen ialah ajaran konsubtansiasi, yakni tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur, sehingga ada dua zat atau subtansiasi yang sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu.[58]
Jadi Luther menyimpulkan Kristus memang di pandang sebagai sungguh hadir secara badani di dalam perjamuan kudus.Kristus hadir di dalam, bersama-sama dan dibawah tanda-tanda roti dan anggur.(Consubtansiasi) hal ini disebabkan karena tubuh Kristus yang telah di muliakan itu sekarang bukan hanya berada di sorga, melainkan juga berada dimana-mana, sehingga tubuh itu juga berada dalam roti dan anggur dari perjamuan kudus.Itulah sebabnya maka Tuhan Yesus berkata “inilah tubuhKu” dan “inilah darahKu”.[59] Luther memandang cara kerja sakramen ini adalah “Ex Opera Operano” artinya (melalui karya yang di kerjakan). Luther yakin dan mengerti bahwa perjamuan itu bukanlah suatu perbuatan manusia, melainkan suatu anugerah dari Tuhan di karuniakan-Nya untuk menyatakan bahwa itulah yang membenarkan manusia yang berdosa oleh rahmat-Nya saja.[60]
2.3.3.         Perjamuan Kudus Menurut Zwingly
Bagi Zwingly perjamuan kudus adalah suatu perjamuan peringatan akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Tubuh  dan darah adalah lambang keselamatan yang kita terima dari Kristus, dengan tubuh dan darah Kristus di kayu salib, Zwingly memandang perjamuan kudus hanya sebagai simbolis artinya sebagai tanda, lambang, syimbol peringatan atau mengenang akan pengorbanan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib untuk penebusan dosa manusia. Zwingly menganggap bahwa roti dan anggur hanyalah suatu simbol belaka dari tubuh Kristus yang telah hadir. Dengan kata lain Zwingly tidak menyangkal bahwa Kristus hadir waktu jemaat merayakan perjamuan kudus, akan tetapi kehadiran ini bukan kehadiran jasmani melainkan kehadiran dalam Roh Kudus dan tidak terikat pada roti dan anggur.[61] Dan Zwingly memandang perjamuan kudus itu sebagai sesuatu hidangan persaudaraan dan peringatan dari jemaat Kristen, yang olehnya jemaat Kristen di ingatkan lagi tentang milik dan tugasnya.[62]
2.3.4.         Kontroversi Perjamuan Kudus Menurut GKR, Luther dan Zwingly
Luther melancarkan serangan serangan besar-besaran atas pergantian Gereja Katolik Roma mengenai sakramen-sakramen salasatunya perjamuan kudus.Menjelang abad ke-13, kaum awan secara efektif telah dilarang menerima anggur.Menurut Luther hal ini tidak dapat dibenarkan dan tidak mempunyai teladan alkitabiah atau teladan patristic.Luther menyatakan bahwa penolakan para Klerus untuk menawarkan cawan (tempat memuat anggur) kepada kaum awam adalah tindakan yang berdosa. Alasan utamanya untuk mengambil posisi ini bersangkut paut dengan implikasi teologinya yaitu bahwa kaum awam dicegah untuk mempunyai akses kedalam apa yang di tandai dengan anggur itu. Seharusnya mengenai ajaran tentang transubtansiasi, menrut Luther, bukan ajaran transubtansiasi yang harus di percaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar hadir didalam ekaristi.[63]
Perbedaan suasana dan semangat Luther dan Zwingly, yang menyebabkan perbedaan pendapat tentang kehadiran Kristus dalam perjamuan Kudus.Luther menolak ajaran GKR tentang perjamuan kudus. Ditolak cara teologi katolik menjelaskan kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus dalam ajaran tentang transubtansiasi. Tetapi tidak disangkal bahwa dalam perjamuan kudus Kristus hadir secara jasmani dalam roti dan anggur yang di terima orang. Semangat reformasi di Swiss dan Jerman selatan lain, perjamuan kudus dilihat senagai tanda menyatakan iman gereja, seperti upacara-upacara yang di anggap hal lahiriah yang kurang hakiki. Gagasan bahwa Kristus hadir secarah jasmani dalam perjamuan kudus dianggap sebagai sisa teologi abad pertengahan yang perlu dibuang. Kristus hadir, tapi didalam Roh, dan tidak hadir di dalam roti dan anggur tetapi di tengah-tengah jemaat yang sedang merayakan perjamuan.[64]
                Zwingly diyakinkan oleh karangan Cornelis Hoen, seorang humanis Belanda di kota Den Haak, bahwa perjamuan kudus harus diartikan secara kiasan atau lambang saja. Tatkala Yesus menyatakan: inilah tubuh-Ku! Maka maksud Tuhan tak lain dari menyatakan, bahwa roti itu kiasan tubuh-Nya. Luther marah, karna ia sama sekali tidak setuju dengan ajaran itu, ia mempertahankan, bahwa roti dan anggur itu mengandung dan tarah Kristus. Kristus sendiri berada didalam zat itu, bukan secara rohani, tetapi secarah badani juga.Pertengkaran kedua pimpinan reformasi itu memuncak pada tahun 1527.Luther tidak suka mengadakan perserikatan dengan golongan itu, yang ada hematnya hanya menghina sakramen itu.Zwingly merasa, bahwa perselisian secara teologia itu tidak boleh membatalkan perserikatan militer dan politik yang sangat perlu itu.Philip dari Hassen, yang juga berpendirian demikian, membujuk Luther untuk mengadakan perdebatan agama dengan Zwingly tentang perjamuan kudus.Pertemuan dilaksanakan di Marburg pada permulaan oktober 1529. Luther menunjukan banyak kesabaran dalam debat itu; ia tidak mau membicarakan tentang cara bagaimana Kristus hadir didalam perjamuan Kudus. Hanya dituntutnya bahwa lawannya mengaku bahwa tubuh dan darah Kristus sungguh-sungguh hadir dalam benda-benda itu.Akan tetapi pandangan itu ditolak samasekali oleh Zwingly, karena pada pendapatnya itu masih berbau Katolik Roma.Akhirnya kedua pihak bercerai dengan tidak mencapai persetujuan pikiran.[65]
2.3.5.         Perjamuan Kudus Menurut Lutheranisme
Lutheranisme adalah aliran yang berpegang pada ajaran-ajaran Luther. Lutherranisme mengajarkan bahwa Alkitab merupakan dasar untuk aturan Iman.[66] Perjamuan kudus menurut Luther adalah konsubstansiasi yaitu Kristus dipandang sungguh hadir secara badani di dalam perjamuan kudus. Kristus hadir dalam, bersama-sama dan dibawah tanda-tanda roti dan anggur, hal ini disebutkan karena tubuh Kristus yang telah dimuliakan itu sekarang bukan hanya berada di Sorga, melainkan juga ada di mana-mana, sehingga tubuh itu juga di dalam Roh dan anggur didalam perjamuan kudus.[67] Luther mempertahankan bahwa Kristus sungguh hadir dan benar-benar berada dalam sakramen perjamuan kudus dimana ajaran Luther roti dan anggur tidak berubah menjad anggur, tidak berubah menjadi darah dan tubuh Kristus. akan tetapi tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada dua zat atau subtansi yang bersama-sama. Terkadang dalam roti dan naggur ini sama seperti besi pijar berzat dua.[68] Tubuh dan adarh Kristus dibawah roti dan anggur benar-benar hadir namun satu kelihatan dan yang lainnya tidak keihatan, inilah yang disebut Lther dengan konsubstansiasi  yang digantikannya dari ajaran transubstansiasi.[69]
2.3.5.1.    Manfaat Perjamuan Kudus Menurut Lutheranisme[70]
1.       Pengampunan Dosa
Hal ini tampak jelas dan nyata dalam kata-kata yang dikutip: “inilah tubuhKu dan darahKu yang diserahkan dan ditumpuhkan bagi kamu untuk pengampunan dosa”. Secara singkat dapat dikatakan inilah yang mendorong kita untuk mengikuti sakramen ini untuk memperoleh pengampunan dosa.
2.       Peneguhan Iman
Perjamuan kudus diberikan kepada kita sebagai makanan dan penyelenggaraan sehari-hari sehingga iman kita dapat bertumbuh lagi dan memperbaharui kekuatannya; tidak jatuh kembali dalam pergumulan ini melainkan teguh.
2.3.5.2.     Cara Kerja Perjamuan Kudus Menurut Lutheranisme
Luther yakin bahwa perjamuan kudus itu bukan suatu perbuatan atau usaha dari pihak manusia melainkan suatu anugrah dari Tuhan yang dikaruniakan untuk menyatakan bahwa Ia telah menyatakan manusia.[71] Teknis pelaksanaan perjamuan kudus menurut Luther praktek tidak diberikan cawan kepada umat, bertentangan dengan Alkitab. Semua sakramen dimasukkan baik untuk para Klerus maupun kaum awam.[72]
2.3.6.         Perjamuan Kudus Menurut Calvinisme
Ajaran Calvinisme mengenai Perjamuan Kudus adalah tanda yang ditetapkan Allah melalui Anakn-Nya Yesus Kristus, supaya melalui roti dan anggur itu orang-orang beriman dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus.[73] dalam perjamuan kudus Kristus benar-benar hadir untuk menjadi satu dengan orang percaya dan memperkuat iman mereka. Kristus membuat makanan jasmani menjadi makanan rohani sehingga mereka yang mengikuti perjmauan kudus menerima apa yang disediakan Kristus dikayu salib yaitu pengampunan dosa dan hidup yang kekal. Bagi Calvin perjamuan kudus lebih dari peringatan kematian Kristus oleh jemaat. Makan secara jasmani menunjukkan kepada makan secara rohani ini ditafsirkan Calvin sebagai penguatan jiwa karena sudah dipersatukan dengan Kristus. kesatuan ini nyata dalam arti bahwa manusia tidak hanya merasa hubungan iman yang erat dengan Kristus tetapi betul-betul menjadi satu dengan tubuh dengan darahNya.[74]
2.3.6.1.    Manfaat Perjamuan Kudus Menurut Calvinisme
Manfaat perjamauan kudus bagi Calvinisme adalah pengampunan dosa dan kehidupan yang kekal karena Yesus membuat makanan jasmani menjadi makanan rohani sehingga mereka yang mengikuti perjamuan kudus akan menerima apa yang disediakan Kristus di kayu salib. Dan perjamuan kudus juga menambahkan sesuatu kepada iman orang yang percaya dan kepaa apa yang disampaikan dalam pemberitaan Firman.[75]
2.3.6.2.    Cara Kerja Perjamuan Kudus Menurut Calvinisme
Cara merayakannya diserahkan kepada masing-masing jemaat. Calvin mendukung upacara yang sederhana menjadi tampak dalam cerita-cerita mengenai perjamuan di Perjanjian Baru. Roti yang diapaki adalah roti uuang tidak beragi dan roti tidak mutlak hanya diberikan oleh pendeta tetapi juga dapat diberikan oleh salah satu warga gereja kepada yang lain.[76]
2.3.7.         Perjamuan Kudus Menurut Anabaptisme
Anabaptisme berasal dari bahasa Yunani yaitu, Ana dan Baptizo yang berarti membaptis kembali. Kata ini dipergnakan untuk menunjukkan pada berbagai kelompok Kristen di Eropa.[77] Menurut Anabaptisme perjmauan kudus pada hakikatnya adalah pengenangan (seremonial) suatu upacara simbolik yang membuktikan bahwa pesertanya mengenang pengorbanan dan kematian Kristus. pengenangan ini sekaligus mengingatkan akan kelahiran Yesus Kristus pada masa kini dan kedatangannya pada masa kelak, seperti yang Ia janjikan.[78]
2.3.7.1.    Manfaat Perjamuan Kudus Menurut Anabaptisme
Anabaptis memandang bahwa perjamuan kudus bukanlah sebagai suatu alat anugrah, melainkan sebagai tanda dan anugrah yang diberikan. Orang-orang percaya memakan roti dan minum anggur karena mereka percaya pada Yesus Kristus dan mereka ingin menaati perinah-Nya.[79]
2.3.7.2.    Cara Kerja Perjmauan Kudus Menurut Anabaptisme
Perjamuan kudus harus dilalui oleh pemeriksaan diri yang sungguh-sungguh, mereka harus sungguh-sungguh menyatakan pertobatan pribadi, melakukan intropeksi menyatakan pengakuan dosa dan berdamai dengan semua orang. Dan yang berkenan mengikutinya adalah mereka yang sudah Kristen dalam arti yag sudah dibaptis menurut pemahaman mereka.[80]
III.               Kesimpulan
Dalam pengkajian ini kami melihat bahwa pada awalnya ada variasi bentuk sakramen dan belum ada jumlah yang pasti hingga pada Konsili Trente 1547 . Dalam konsili ini disahkan 7 jenis sakramen. Tapi pada perkembangan berikutnya pada era reformasi para reformator melihat bahwasanya hanya ada 2 sakramen di dalam Alkitab dan pemberitaan Firman berada di atas sakramen. Dan paham ini diterapkan oleh Luther, Calvin dan Zwingly, sampai saat ini dan faham ini banyak diadopsi oleh berbagai aliran gereja saat ini.
IV.                Daftar Pustaka
.....Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2000
Althaaus,Paul, The Teology of Martin Luther Pres, Philadelphia, 1981
Aritonang,Jan S., Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2013
Becker, Theol. Dieter, Pedoman Dogmatika Suatu Kompendium Singkat, Jakarta: BPK-GM, 2009
Berkhof ,H. & Enklaar ,I.H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2014
Berkhoff,Louis, Teologi Sistematika Vol.5 Doktrin Gereja,Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia,1997
Calvin, Yohanes, institutio pengajaran Agama Kristen,Jakarta: BPK-GM,2013
Cen ,Anwar  , katekismus Besar, Jakarta: BPK-GM, 2007Bruce Milne, Menggali Kebenaran,Jakarta: BPK-GM, 2005
Curust ,A.Kannath, 100 Peristiwa Penting dan Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2002
End,Th. Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 1997
Grath ,Aliester E. Mc., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta:BPK-GM, 2002
Hadiwidjono ,Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2010
Jonge ,Christiaan De, Gereja Mencari Jawab, Jakarta:BPK-GM,
Jonge ,Christian De,   Apa dan Bagaimana Gereja,Jakarata:BPK-GM,2003
Kerr ,Hug Thomson, Jr. (ed), A Compend of Luther Theology, The student. Cristian Movement Pres Ltd, (London t.t), I.H.Enklaar, Pembaptisan Massal dan Pemisahan Sakramen, Jakarta: BPK-GM, 2003
Lane,Tony, Runtut Pijar, Jakarta:BPK-GM, 2006
Luther,Marthin, The Holy and Blssed Sacrament of Baptism” dalam E.D Theodore Bacmann (ed), Luhers Works Volume 35, Philadelphia, 1960Martin Luther, Katekhismus Besar, Jakarta: BPK-GM,2007
Lutzer ,Erwin W., Teologi Kotemporer, Malang: Gandum Mas, 2005
Niftrik ,G.C. Van & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 2014
Soedarmo,R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK-GM, 2011
Tappert,Theodore G., Buku Konkord, Jakarta: BPK-GM, 2004
Urban,Linwood, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, Jakarta: BPK-GM 2006
Verkuyl ,J., Aku Percaya,Jakarta: BPK-GM, 2000
Wellem ,F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 1989
Wellem ,F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2006
White,James. F., Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2002




[1]G.C. Van Niftrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 437
[2]. Harun Hadiwijon, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM,2014), 424-425
[3].Harun Hadiwijon, Iman Kristen, 425-426
[4].H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2014), 111
[5].G.C. Van Niftrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 437-438
[6].Theol. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika Suatu Kompendium Singkat, (Jakarta: BPK-GM, 2009),158
[7]. (Jakarta: BPK-GM, 2013),133-134
[8]. Louis Berkhoff, Teologi Sistematika Vol.5 Doktrin Gereja,(Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia,1997), 141-142
[9]. Harun Hadiwijono, Iman Keristen,(Jakarta:BPK-GM, 2010), 430
[10]. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,(Jakarta: BPK-GM,2012), 27
[11]. A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK-GM,2013), 76
[12].  Thomas Van Den End, Hata Dalam Bejana, 166
[13]. F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1989), 173
[14]H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 144-145. 
[15]Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta : BPK-GM, 2011), 193-195. 
[16]G. C. Van Niftrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 462-463. 
[17]Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 219-210.
[18]Erwin W. Lutzer, Teologi Kotemporer, (Malang: Gandum Mas, 2005), 105. 
[19]H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja,175-176.
[20]Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,193.
[21]Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme,205
[22]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 67.
[23].....Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2000),106
[24]J.Verkuyl, Aku Percaya,(Jakarta: BPK-GM, 2000), 220
[25]G.C. Van Niftrik, B. J Bolan, Dokmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM 2001), 436
[26]F.D Wellem, Iman Kristen (Jakarta: BPK-GM), 37
[27]R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 237
[28]H. Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM,1979), 432
[29]I.H.Enklaar, Pembaptisan Massal dan Pemisahan Sakramen, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 1
[30]G.C. Van Nitftrik, B.J Bolan, Dogmatika Masa Kini, 444-445
[31]R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, 239-240
[32]Martin Luther, Katekhismus Besar, (Jakarta: BPK-GM,2007), 184
[33]Paul Althaaus, The Teology of Martin Luther Pres, (Philadelphia, 1981), 353
[34]Hug Thomson Kerr, Jr. (ed), A Compend of Luther Theology, The student. Cristian Movement Pres Ltd, (London t.t), 164
[35]Marthin Luther, The Holy and Blssed Sacrament of Baptism” dalam E.D Theodore Bacmann (ed), Luhers Works Volume 35, (Philadelphia, 1960) 41
[36]Marthin Luther, The Holy and Blssed Sacrament of Baptism” dalam E.D Theodore Bacmann (ed), Luhers Works Volume 35, 43
[37]Martin Luther, Katekismus Besar, 191
[38]James. F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 219-220
[39]Alister.E.Mc.Gratf, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-GM), 229-231
[40]Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran disekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 1007
[41]F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 169
[42]Anwar Cen, katekismus Besar, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 192
[43]Teodore G.Tampert, buku konkor,(Jakarta: BPK-GM, 2004)41
[44]Christian De Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: BPK-GM,2008),195-198
[45]Yohanes Calvin, nstitutio pengajaran Agama Kristen,(Jakarta: BPK-GM,2013),291
[46]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Sekitar Gereja, 123
[47]F.D. Wellem, Kamus Sejara Gereja, 16
[48]Christian De Jonge, Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja,(Jakarata:BPK-GM,2003),38
[49]Jan S. Aritonang,  Berbagai Aliran Di Sekitar Gereja, 45
[50]A. Kannath Curust, 100 Peristiwa Penting dan Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 79. 
[51]Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 1997), 178-179
[52]Tony ane, Runtut Pijar, (Jakarta:BPK-GM, 2006), 161-162.
[53]Bruce Milne, Menggali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM, 2005), 325
[54]F.D. Willem, Kamus Sejarah Gereja,(jakarta:BPK-GM,2001),99
[55] G.C. Van Niftrik & B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 46
[56] Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM,1995), 46
[57]H. Brerkhof & L.H. Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2004),145
[58]…..Ibid, 145-146
[59]Harun Hadiwijono, Iman Kristen,(Jakarta:BPK-GM, 2012),461-462
[60]H. Brerkhof & L.H. Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2004),144
[61]H. Brerkhof & L.H. Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2004),141-142
[62]H. Brerkhof & L.H. Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2004),145
[63]Aliester E. Mc. Grath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta:BPK-GM, 2002),217
[64]Christiaan De Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta:BPK-GM, 2013),28
[65]H. Brerkhof & L.H. Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2004),144-145
[66]F. D Wellem, kamus sejarahGereja, 269
[67]Harun Hadiwidjono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 451-462
[68]G C Van Niftrik&B J Boland, Dogmatika masa kini, 463.
[69]F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 128.
[70]Theodore G. Tappert, Buku Konkord, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 625-626. 
[71]H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 144
[72]F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 128.
[73]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2013), 77. 
[74]Christian de Jonge, Apa Itu Calvinisme ?, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 222-223. 
[75]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, 77
[76]Christian de Jonge, Apa Itu Calvinisme ?, 228
[77]F. D Wellem, kamus sejarahGereja, 16
[78]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, 141.
[79]Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakarta: BPK-GM 2006), 370. 
[80]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, 141. 

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...