KONTROVERSI DOKTRIN SAKRAMEN
Johannes Nababan
STT. Abdi Sabda
Apa dan Bagaimana Sakramen Baptisan dan Perjamuan
Kudus Menurut : GKR, Luther, Zwingly dan Calvin
I.
Pendahuluan
Berbicara
tentang sakramen sebenarnya berbicara tentang 3 masalah utama yaitu tentang
hakekat dan jumlah sakramen, transmutasi atau perubahan unsur-unsur, serta
nilai kedudukan dan cara kerja sakramen itu. Ketiga hal inilah yang menjadi
perdebatan para tokoh gereja. Semua hal yang terkait dengan sakramen tidaklah
menjadi hal-hal yang menjadi sebuah ketetapan secara langsung, tetapi
ditetapkan dengan berbagai pergumulan yang mendalam oleh para tokoh gereja
tersebut.Sajian menspesifikasikan diri untuk membahas tentang kontroversi
doktrin sakramen yang menurut Gereja
Katolik Roma, Martin Luther, Zwingli dan John Calvin. Jumlah sakramen yang
bervariasi di antara mereka melandaskan diri pada masalah hakekat sakramen.
Bagaimana mereka memandang hakekat sakramen bagi mereka menentukan jumlah
sakramen yang mereka percayai.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Sakramen
Sakramen
berasal dari kata Latin Sacramentum
yang sudah dilazimkan oleh Tertualianus menjadi istilah theologia. Kata
“sacramentum” dapat diterjemahkan dengan “benda suci” atau “perbuatan kudus”
atau “rahasia suci”. [1]
kata “sakramen” tidak diambil dari Alkitab, melainkan dari adat istiadat Roma
yaitu dari kata sacramentum. Didalam
Gereja semula yang disebut sakramen adalah segala rahasia yang bersangkutan dengan
Tuhan Allah serta penyataan-Nya yaitu upacara-upacara kebaktian dan lain-lain.[2]
2.1.1.
Sakramen
Menurut Gereja Khatolik Roma (GKR)
Bagi
Gereja Roma Khatolik sakramen 7 ini tidak dapat diganggu gugat. Pertama-tama
angka 7 adalah suatu angka yang menunjukkan gabungan angka kudus 3 dan 4, yaitu
angka Ilahi dan angka insan. Selanjutnya ketujuh sakramen itu dipandang sebagai
sejajar dengan 7 tahapan jalan hidup manusia menurut kodrat, sehinga hidup
kodrati manusia, sejak awal hingga akhirnya diliputi dan diberkati oleh ketujuh
sakramen itu. Ajaran Gereja Khatolik Roma mengenai sakramen ini berpusat kepada
pengertian sacramentum atau mysterion atau rahasia. Sakramen adalah suatu Mysterion, suatu rahasia, sebab di dalam
sakramen itu senantiasa ada karunia yang baru yang dicurahkan.[3]
Menurut ajaran Gereja Roma, rahmat dan keselamatan hanya boleh disambut manusia
dengan menerima sakramen.[4]
Gereja Khatolik Roma (GKR) mengenal tujuh sakramen. Di dalam Katekismus
Indonesia sakramen-sakramen itu disebut sebagai berikut:
1.
Permandian, yang
olehnya menurut ajaran Khatolik Roma “dihilangkan dosa asal”
2.
Penguatan, yang diberikan kepada anak-anak setelah berumur
kira-kira duabelas tahun untuk “menguatkan” mereka dalam perjuangan iman yang
akan datang.
3.
Ekaristi, erasal dari
pada istilah Yunani “Eucharistia”, artinya “ucapan syukur”
4.
Pengakuan, yaitu
pengakuan dosa-dosa yang dilakukan sesudah permandian dan yang diampuni dengan
perantaraan kuasa Iman.
5.
Perminyakan, yang
memberi kepada orang sakit kekuatan untuk mati secara Kristen.
6.
Imamat, (keimaman,
pentahbisan menjadi imam) yang olehnya diberi kekuasaan untuk melanjutkan
keimaman Kristen.
7.
Perkawinan, yang
menurut ajaran khatolik Roma ditetapkan oleh Allah dalam taman Firdaus dan oleh
Yesus diangkat menjadi sakramen.[5]
Sakramen
dengan jelas diberi kedudukan yang lebih
tinggi dari pada khotbah di dalam katilikisme tradisional. Pemberitaan dilihat
hanya sebagai persiapan untuk sakramen. Pemberitaan dilihat sebagai medium
keselamatan yang lebih lemah, sebab hanya suatu perkataan yang tidak kelihatan
dan bukan perkataan
yang gampang, karena hanya menyapa pendengaran anusia dan bukanlah seperti
sakramen yang dapat menyapa pengelihatan dan indera-indera lainnya. Dengan
tegas dapat dikatakan bahwa menurut ajaran
Khatolik Roma yang tradisional hanya sakramenlah merupakan “pengantar anugrah”
dengan demikian berbeda dengan Firman yang diberitakan.[6]Diantara
sakramen-sakramen, yang
jumlahnya tujuh itu yang paling
penting ialah sakramen Misa (Ekaristi). Perayaan Misa merupakan ibadah yang sebenarnya;
Khotbah, pemberitaan firman Allah, bersifat pendahuluaan untuk Misa. Anggapan
bahwa sakramen merupakan saluran anugrah yang utama menjadi tampak juga dalam
taat kebaktian. Khotbah
kurang dipentingkan kalau dibandingakan dengan sakramen.[7]
Baptisan dianggap
sebagai suatu hal yag sangat penting, baptisan memberikan tanda yang nyata pada
penerimaannya sebagai anggota Gereja, baptisan membebaskan orang dari dosa asal
dan dosa yang dilakukan dalam perbuatan yang diakui pada hari pembabtisan
walaupun nafsu manusia masih ada. Baptisan yang membebaskan manusia darihukuman
kekal dan baptisan menyatukan kita dalam persekutuan orang kudus dan didalam
Gereja.[8]Menurut
Gereja Roma Khatolik sakramen bekerja ex
opera operato, artinya bekerja dengan perantaraan yang dikerjakan. Jadi
sakramen sudah mengandung daya kerja didalamnya, sehingga kalau sakramen
dilayankan, tindakan pelayanan ini membawa akibat atau hasilnya. Yang
ditekankan adalah bahwa sakramen bekerja secara objektif, tidak tergantung pada
orang yang menerimanya. Sakramen memiliki daya yang objektif yang menjadikan
jiwa kita benar-benar mendapat bagian dari hidup Ilahi Tuhan Yesus Kristus.[9]
2.1.2.
Sakramen
Menurut Luther
Martin
Luther lahir di Eisleben 10 November 1483 dilingkungan keluarga yang sangat
setia dengan GKR.[10]Luther
lahir dari pasangan petani di Eisleben. Ayahnya seorang penambang, mendorongnya
belajar hukum dengan mengirimkannya ke universitas Erfurt.[11]
Sakramen menurut Luther adalah tanda dari apa yang dinyatakan oleh Firman itu,
Firman dalam rupa tanda, dan jawaban kita atas penerimaan sakramen itu hanyalah
Iman.[12]
Menurut Luther ketujuh sakramen yang ada dalam Gereja Khatolik Roma menawan
seorang Kristen sejak ia lahir hingga masuk kubur, padahal menurut kesaksian
Alkitab hanya ada dua sakramen yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus.[13]
Posisi sentral Firman Allah dalam ajaran Luther adalah sama-sama penting dan
haruslah setara dalam penyampaian sakramen. Karena bagi Luther sakramen itu
adalah pemberian Allah secara mutlak, sehingga sakramen itu merupakan tanda
berkat yang mutlak lewat roti, anggur (mendiami didalamnya). Bahkan Luther juga
mengatakan kedatangan dan pengorbanan Kristus di kayu salib adalah membawa
keselamatan, sehingga manusia tidak dapat mengusahakannya sendiri. Berdasarkan
penelitiannya, Alkitab Luther menemukan bahwa hanya ada dua sakramen yang punya
dasar Alkitabiah dalam arti yang langsung ditetapkan oleh Kristus sendiri.
Berkenaan dengan pemahaman Luther atas sakramen yang terutama perlu dibicarakan
bahwa pemahamannya tentang perjamuan kudus. Ajaran Luther tentang perjamuan
kudus disebut konsubstansiasi (con=
bersama-sama; berbarengan; substansi; hakikat, zat). Artinya kedua unsur
perjamuan, yaitu roti dan anggur, mencakup kedua hakikat (substansi) sekaligus
: hakikat jasmani tetap sebagai roti dan anggur dan hakikat rohani sebagai
tubuh dan darah Kristus, yang diterima peserta perjamuan secara nyata. Penerima
ini terjadi karena janji Tuhan Yesus pada perjamuan malm terakhir bersama
murid-muridnya. Ini berarti pergeseran dari ajaran GKR yaitu transsubstansiasi. Bagi Luther,
pemahaman GKR itu bersifat magis dan tidak reaistis, sebab tidak lagi mengakui
bahwa roti dan anggur itu tetap berada sebagai roti dan anggur dan juga
sekaligus berbeda dari pemahaman Calvin yang hanya melihat kehadiran tubuh dan
darah Kristus secara rohani dalam roti dan anggur. Luther yakin dan mengerti
bahwa perjamuan itu bukanlah suatu perbuatan atau usaha dari pihak manusia,
melainkan suatu anugerah dari Tuhan yang dikaruniakanNya untuk menyatakan bahwa
ia telah membenarkan manusia yang berdosa oleh karena kasih dan rahmat-Nya
saja.
2.1.3.
Sakramen Menurut Zwingly
Jalan
hidup Zwingly secara-secara lahiriah dan batiniah adalah lain sekal daripada
luther. Sejak waktu menuntut ilmu theologia di Wina dan Basel, Zwingly dipegaruhi
oleh Humanisme. Kemudian ia bekerja antara lain sebagai pendeta tentara dari
pasukan-pasukan Swiss. Pada tahun 1518 Zwingly di panggil ke kota Zurich dan
menjadi pendeta dari gereja yang besar disana. Zwingly mengatakan kalau
perjamuan kudus harus diartikan secara kiasan atau ]lambang saja. Tatkala Yesus
mengatakan : inilah tubuhKu ! maka maksud Tuhan tak lain dari menytakan bahwa
roti itu uadalah kiasan tubuhNya. Luther sama sekali tidak setuju denga
tafsiran dan ajaran itu. Ia mempertahankan, bahwa roti dan anggur itu
benar-benar mengandung tubuh dan darah Kristus. Zwingly memandang perjamuan
kudus itu sebagai suatu hidangan persaudaraan dan peringatan dari jemaat
Kristen.[14]
Khotbah yang melahirkan iman ; sakramen-sakramen hanya menyediakan kesempatan
yang dengannya iman ini dapat didemonstrasikan di depan umum. Pemberitaan
Firman Allah adalah paling penting dan sakramen-sakramen adalah seperti cap
atau materai pada sebuah surat mereka menginformasikan Subtansinya. Bagi
Zwingly yang dimana dia selalu menafsirkan teks dari Matius 26:26, dan disebut
didalamnya inilah tubuhKu, Zwingly menyatakan itu dengan ini menandakan tubuhku
dengan kata lain roti dan perjamuan itu mewakili tubuh Kristus. Jadi, sakramen
menurut Zwingly itu adalah tindakan yang simbolis saja yang menunjukkan kepada
adanya keselamatan yang diperoleh dari Kristus yang dimana dipakai oleh
orang-orang percaya untuk memperingati apa yang dibuat Kristus untuk menyatakan
iman mereka, dimana yang bertindak dalam menyelamatkan manusia yang bertindak
adalah orang-orang percaya yang memakai sakramen sebagai bukti dari iman yang
dimilikinya.[15]Perkataan
Yesus “inilah tubuhKu” menurut Zwingly hanyalah berarti dengan ini dikiaskan
tubuh/Ku. Ia menganggap sakramen hanya selaku suatu perbuatan yag bersifat lambang
yang dilakukan oleh orang-orang beriman.[16]
Bagi Zwingly perjamuan kudus adalah suatu perjamuan peringatan akan kematian
dan kebangkitan Kristus (memorial), tubuh dan darah adalah lambang keselamatan
yang kita peroleh dari Kristus dengan tubuh dan darahNya di Kayu Salib, Zwingly
memandang perjamuan kudus hanya sebagai simbolis artinya sebagai tanda,
lambang, simbol peringatan atau pengenangan akan pengorbanan dan kematian Yesus
di kayu salib untuk menebus dosa manusia.[17]
Zwingly
berpandangan bahwa sakramen (baptisan) adalah tindakan simbolis yang
menunjukkan kepada keselamatan yang diberitakan Kristus dan yang dipakai oleh
orang-orang percaya untuk memperingatai dan untuk menyatakan iman mereka. Bagi
Zwingly sakramen terutama adalah suatu tanda perjanjian yang menunjukkan bahwa
semua yang menerimanya rela memperbaiki hidupnya untuk mengikut Kristus. Ia
mengungkapkan bahwa sakramen baptisan adalah suatu tanda yang mewajibkan kita
untuk mengikat diri pada Kristus.[18]
2.1.4.
Sakramen Menurut Calvin
Yohanes
Calcin lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di kota Noyon. Ayahnya seorang pegawai
uskup disana. Ibunya meninggal selagi Calvin masih muda. Bagi Calvin perjamuan
itu adalah pertama-tama suatu pemberian Allah dan bukan suatu perbuatan
pengakuan manusia.[19]
Menurut Calvin sakramen adalah suatu tanda lahiriah yang dipakai Allah untuk
memateraikan dalam batin kita dan janji akan kerelaanNya terhadap kita, supaya
iman kita yag lemah diteguhkan, dan supaya kitapun menyatakan kasih dan
kesetiaan kita kepadaNya, baik dihadapan Dia sendiri dan Malaikat-malaikatNya,
maupun dihadapan manusia.[20]Calvin
menyatakan Gereja haurs disiplin karena kalau sudah disiplin dalam gereja maka
dapat melaksanakan sakramen yang ada dalam gereja. Karena jikalau seorang
aggota jemaat melanggar hukum-hukum gereja maka imannya menurut Calvin sudah
surut, sehingga ia harus kena disiplin. Denga tegas Calvin menerangkan bahwa
sakramen yang benar dapat dikenal dengan dua ciri yang tidak boleh tidak harus
ada yaitu pemberitaan firman menurut Alkitab dan pelayanan skaramen, sesuai
dengan kehendak Kristus. perjamuan kudus menambahkan sesuatu kepada iman orang
percaya dan kepada apa yang disampaikan dalam pemberitaan firman. Mengenai cara
kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus, Calvin mempuyai persamaan dan perbedaan
pemahaman dengan Luther. Disatu phak Luther dengan Calvin sama-sama menolak
paham Transubstansiasi dari GKR, akan tetapi dilain poihak Calvin berbeda
pendapat dengan Luther tentang kehadiran Kristus di dalam roti dan anggur itu.
Menurut Calvin kehadiran Kristus di dalam perjamuan hanyalah secara rohani dan
dipahami di dalam iman. Begitu juga Calvin menolak ajaran Zwingly yang
mengatakan bahwa perjamuan kudus semata-mata merupakan peringatan akan tubuh
dan darah Kristus. bagi Calvin, perjamuan kudus lebih dari skeedar peringatan
ketika perjamuan kudus dilayankan tubuh Kristus tetap di dalam Sorga, tetapi
RohNya memenuhi roti dan anggur sehingga para peserta perjamuan yang beriman
menerima Kristus secara Rohani.[21]
Mengenai baptisan pandangan Calvin sangat ditentukan oleh diskusinya dengan
kaum Anabaptis. Menurut Calvin baptisan meruoakan tanda pengampunan dan hidup
baru. Baptisan menandakan bahwa kita telah ikut serta dalam kematian dan
kebangkitan Kristus dan bahwa kita menjadi satu dengan Dia. Baptisan sekaligus
pula tanda bahwa kita masuk kedalam persekutuan gereja. Menurut Calvin,
baptisan bukan syarat melainkan materai yang menandakan bahwa seseorang telah
memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan dalam salib Kristus. pengampunan
ituu telah dikaruniakan Allah pada kita sebelum kita lahir, sehingga tidak
ditentukan oleh baptisan.[22]
2.2.
Baptisan
2.2.1.
Pengertian
Baptisan
Kata
sakramen berasal dari bahasa latin “sacramentum”
dan dapat di terjemahkan dengan “benda suci” atau perbuatan kudus atau juga
rahasia suci.[23]
Baptisan adalah suatu tanda dan ibarat sederhana untuk ketergolongannya kepada
umat kristen. Siapa yang menjadi anggota gereja kristen, ia menerima tanda
baptisan itu pada waktu ia di gabungkan ke dalam persekutuan gereja. Anak
seorang tua kristen tidak lama sudah ia lahir, di baptiskan pula dalam suatu
kebaktian gereja.[24]
Baptisan berasal dari bahasa Yunani yaitu “Baptiso”
yang artinya adalah membasahi. Perbuatan ini bersifat lambang sebagai mana air
digunakan untuk membersikan, demikian juga baptisan itu bersangkut paut dengan
pembersihan manusia dari dosanya. Dengan baptisan manusia mengaku percaya
kepada Dia yang telah mengajarkan pengampunan kepada manusia.[25]
Baptisan adaah sakramen yang dilakukan untuk menerima seseorang menjadi anggota
gereja.[26]
2.2.2.
Baptisan
Menurut Alkitab
Dalam
perjanjian lama, bangsa Israel diharuskan mengkhitankan semua anak laki-lakinya
pada watu anak itu berumur 8 hari. Khitan adalah adat yang ada pada zaman itu
dipakai pula oleh bangsa-bangsa lain misalnya dimesir, Syria. Akan tetapi Tuhan
memberikan peraturan demikian kepada Bansa Israel sebagai umat-Nya., dengan
maksud yang khusus dan luar biasa. Bahwa khitan itu menjadi tanda dan materai
atau cap dari perjanjian-Nya dengan umat-Nya (Kejadian 17:10). Khitan itu
menjadi cap kebenaran dari iman (Rom 4:11), maka disini pun iman itu menjadi
pokoknya. Kepercayaan akan hal, bahwa Tuhan hendak mendatangkan kebenaran yang
tidak dapat di capai oleh manusia berdosa. Sebagai titik beratnya, orang tidak
mungkin mendapatkan kebenaran dari upaya-upaya sendiri, melainkan dari Tuhan
Sanga Sahmani[27]
Dalam perjanjian baru baptisan
adalah merupakan perintah dari Tuhan Yesus Sendiri (Yoh 3:5, Mat 28:19, Kis
8:13; 10:33). Baptisan dalam perjanjian baru semula memakaia rumusan “Dalam
Nama Tuhan Yesus” tetapi paling tidak sejak akhir abad pertama baptisan sudah
memakai rumusan Trinitas yaitu Baptis, “Dalam Nama Allah Bapa, Anak, dan Roh
Kudus”.[28]
Menurut kisah rasul tentang kehidupan jemaat yang pertama atau yang tertua di
Yerusalem, segera setelah peristiwa pentakosta sakramen baptisan dan sakramen
perjamuan kudus berhubungan erat satu sama lain. Orang yang menaruh perhatian
kata-kata petrus membiarkan dirinya dibaptis (Kis 2:41),dan pengikut Tuhan yang
baru bertekun dalam pengajaran dan persekutuan, dan memecahkan roti dan berdoa
(Kis 2:42), melalui baptisan seseorang di pindahkan ke dalam persekutuan Yesus
yang di muliakan.[29]
Sakramen baptisan khusus sebagai tanda dan materai yang mencap orang beriman
dan anak-anaknya selaku jemaat yang di kuduskan untuk menjadi milik kristus (1
Kor 7:14).[30]
2.2.3.
Baptisan Menurut G.K.R
G.K.R
memahami bahwa baptisan itu mendatangkan pengampunan dosa warisan dan
dosa-dosanya yang telah di perbuat sampai pada saat itu di permandikan. Dan
menurut mereka baptisan itu adalah:
a.
Baptisan itu perlu untuk mendapat keselamatan
b.
Baptisan memberi pengampunan segala dosa warisan
c. Baptisan memberikan pengampunan segala dosa yang
di perbuat sebelum baptisan. Ddari sebab itu maka pada zaman dahulu banyak
orang yang menunda-nunda pembabtisannya.
d. Baptisan menanamkan benih anugrah dan benih kesucian di dalam roh orang dan
memindahkan oran dari hidup lama ke dalam hidup baru di dalam anugrah yang di
karuniakan di atas kodrat.
Oleh
karena itu, anggapan yang demikian itu maka GKR harus menerima baptisan. Jadi
GKR terpaksa mengakui baptis darurat yaitu baptis yang tidak di layani oleh
pastor atau iman lainnya. jika mereka tidak datang kalau ada anak yang lahir
kemudian akan meninggal sebelum di baptis, segala orang dapat melayani sakramen
ini hanya orang tidak diperbolehkan
membaptis dirinya sendiri. Anggota GKR ini bertentangan dengan kitab suci.
Baptisan itu tidak mendatangkan anugrah Allah dengan sendirinya. Anugrah Allah
tidak bergantung dengan baptisan. Letaknya keselamatan manusia tidak pada
baptisan. Baptisan itu tanda dan materai, namun faktor yang terpenting adalah
kepercayaan, maaka orang yang menerima anugrah Allah atau tidak, tergantung
kepada kepercayaannya, bukan baptisan. Baptisan itu memang penting, tetapi bagi
orang percaya (Mark 16:16).[31]
2.2.4.
Baptisan
Menurut Luther
Menurut
Luther, baptisan bukan hasil pikiran manusia, melainkan wahyu dan pemberian
Allah.[32]
Baptisan tidak dapat dianggap sepele, melaikan harus di pandang suatu yang
terbaik dan luhur. Meskipun baptisan merupakan hal lahir riah. Namun yangjelas
firman dan perintah Allah menetapkannya dan meneguhkannya. Lebih-lebih baptisan
itu di lakukan dalam nama-Nya. Luther mendirikan pendapatnya dalam sebuah Nats
“pergilah dan baptis di dalam Nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus”(Mat 28:19-20). Di
baptis dalam nama Allah bukanlah di baptis oleh manusia, melainkan oleh Allah
sendiri. Walaupun manusia yang melakukannya namun baptisan itu benar-benar
perbuatan Allah.[33]
Artinya jika pun seorang Iman atau pendeta melayani sakramen baptisan kudus,
sebenarnya Allah sendrilah pelaku utama dalam sakramen tersebut bukan Iman atau
Perndeta. Luther berpendapat baptisan bukanlah air biasa saja, melainkan air
yang terkandung dalam firman dan perintah Allah serta di kuduskan oleh-Nya.[34]Dengan
demikian baptisan tidak lain dari Allah sendiri, bukan karena air itu lebih
istimewa dari segala jenis air lainnya, tetapi karena firman dan perintah Allah
yang menyertai. Dia meringkaskan bahwa kuasa, pengaruh manfaat buah dan tujuan
baptisan agar orang-orang yang memiliki kesukaan kekal. Kesukaan kekal artinya
di bebaskan dari dosa, maut dan iblis, masuk ke dalam kerajaan Kristus dan
hidup bersama Dia selamanya.[35]
Sehingga Luhter mengatakan bahwa air yang di gunakan dalam baptisan merupaka
air Ilahi yang memperoleh kuasa menjadi “kelahiran kembali” (bnd Tit 3:5). Oleh
karena itu manfaat baptisan disebut dan di janjikan dengan kata-kata yang
menyertai air itu, maka manfaat itu tidak dapat kita terima bila kita tidak
percaya.[36]
Mengenai baptisan anak-anak, Luther sah atau tidak baptisan tidak tergantung
pada orang yang dibaptis. Baptisan bergantung pada firman yang menyatu dengan
air. Siapapun yang dibaptis, Allah yang berkenan atas baptisan tersebut, sebab
memang Allah sendirilah yang menjadi Aksiom baptisan. Oleh sebab itu, baik
anak-anak ataupun orang dewasa, jika baptisan itu atas nama Allah Bapa, Anak
dan Roh Kudus, maka baptisan itu sah adanya.[37]
2.2.5.
Babtisan
menurut Zwingli
Menurut
Zwingli baptisan adalah hanya suatu penyerahan diri. Ia berlandaskan pada Rom. 6:3-5,
yang ditafsirkannya secara aguratif. Baptisan juga bagi Zwingli adalah
persekutuan dengan Kristus, akan tetapi dia tidak mempercayai tanda-tanda
fisik, karena “jelas dan tidak dapat di bantah, tidak ada unsur atau tidak
eksternal yany dapat menyucikan jiwa”.karena itu Zwingli menyimpulkan baptisan
air tidak lebih dari ucapan eksternal. artinya, tanda luar bahwa kita di
persatukan dan di tanamkan di dalam Tuhan Yesus Kristus dan bersumpah untuk
hidup bagi Dia dan mengikuti Dia. Dan konsep Zwingli tentang baptisan sebagai
penyerahan diri, sebagai sumpah setia, atau sebagai tanda perjanjian.[38] Pandangan Zwingli mengenai baptisan anak
merrupakan rangkaian sakramen yang dilaksanakan oleh para umat katolik. Dalam
pemaknaannya, baptisan anak memiliki makna dan tujuan sama halnya sunat dalam
perjanjian lama yang merupakan bukti dan tanda perjanjian Tuhan Allah dengan
Umat-Nya. Sedangkan dalam perjanjian baru, ritual itu di gantikan dengan ritual
baptis.
Baptisan
disini juga bermakna sebagai upaya penebusan dosa manusia, yang padahal bayi
itu belum dosa, selain daripada dosa turunan yang di bawa Adam. Inilah yang
menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam perjuangan reformasi Zwingli,
bahwa ia menegaskan baptisan itu merupakan penghapusan dosa asal, tetapi hanya
saja tidak dapat mendemonstrsikan Iman dalam diri mereka. Dari praktek ini,
pemikiran reformasi Zwingli mendapat sebuah ide tetang baptisan anak, jika
dihubungkan dengan praktis sunat dalam tradisi Israel di Perjanjian Lama.[39]
Disitu juga ia membela baptisan anak atas dasar bahwa itu adalah tanda
perjanjian dan perjanjian itu meliputi seluruh keluarga, jadi bukan hanya
sipembabtis. Namun ia sekaligus menolak pandangan G.K.R bahwa baptisan memberi
kelahiran baru terutama merupakan tanda lahiriah dari Iman.[40]
2.2.6.
Baptisan
Menurut Lutheranisme
Lutheranisme
merupakan aliran yang berpegang pada ajaran-ajaran Luther dimana Lutheranisme
menyusun ajaran Luther secara sistematis, secara tulisan, Katekhismus Luther,
Pengakuan iman Augsburg, pengakuan iman Schamalkakden dan Formula Konkord, yang
disatukan ddalam buku Konkord pada tahun 1580.[41]
Lutheranisme mengajarkan Alkitab merupakan dasar untuk aturan iman dengan
semboyan Sola Sriptura yang artinya hanya oleh iman. Menegenai babtisan ajaran
Luteranisme sama dengan pemahaman Luther “Babtisan merupakan karya keselamatan
dari Allah yang diberikan sebagai anugerah.” Babtisan bukanlah perbuatan kita
melainkan suatu harta yang Allah berikan kepada kita dan yang dipegang oleh
Iman.[42]
Karenah babtisan merupakan suatu pembenaran Allah yang diterima dalam Iman.
Dalam konfesi Autsburg ada tiga hal yang mendasar Lutheranisme dalam hal
babtisan:
a)
dikalangan Lutheran diajarkan bahwa babtisan itu penting dan anugerah diberikan
melaluinya,
b)
anak-anak jugah perkuh dibabtiskan sebab dalam babtisan mereka diserahkan
kepada Allah dan menjadi berkenan kepada-Nya.
c)
dengan alasan ini lutheranisme menolak kaum Anababtis yang mengajarkan babtisan
anak tidak benar.[43]
2.2.7.
Babtisan menurut Cavinisme
Babtisan
menurut Calvin dilihat sebagai tanda pengampunan dosa dan kelahiran baru. Lebih
lanjut babtisan menurut Calvin memnandai bahwa orang-orang percaya ikut serta
dalam kematian dan kebangkitan Kristus dan bahwah ia menjadi satu dengan dia
dan tanda bahwa kita diterima masuk dalam persekutuan Gereja. Dalam defenisi
ini babtisan pertama-tama dihubungkan dengan keanggotaan Gereja. Hal ini
menyatakan keengganan Calvin untuk menjadikan babtisan sebagai syarat untuk
keselamatan. Babtisan merupakan materai dan pengampunan dosa yang diperoleh
dari Kristus di kayu salib dan pengampunan diberikan Allah kepada manusia
sebelum Ia lahir, sehinggah tidak dapat diikat pada pelayanan babtisan, apalagi
pada air babtisan. Konsekuensi dari ikatan babtisan dengan keanggotaan Gereja
bagi Clvin adalah bahwa pelayan babtisan harus terjadi di dalam kebaktian
jemaat oleh pejabat yang ditentukan oleh Gereja yaitu Pendeta.[44]
Menyangkut
keabsahan babtisan anak-anak terletak pada perjanjian anugerah antara Allah dan
Gereja, kita melihat alasan pokok mengapa ia mempertahankan tradisi Gereja yang
membabtis bayi yang baru lahir. Menurutnya babtisan anak-anak, iman para
orangtua diperkuat karena menyatakan dengan ketaan yang kelihatan bahwa
kesetian Allah juga untuk anak mereka bahkan turun-temurun. Calvin menegaskan
bahwa kselamatan untuk anak yang meninggal sebelum dibabtis tidak perlu
diragukan , karena keselamatan itu terjamin oleh janji Allah bahwa Ia akan
menjadi Allah bagi kita dan bagi keturunan sesuda kita (bnd, Kej 17:7, Kis
2:29). Dengan itu dia menyatakan bahwa anak-naka kita yang kecil sudah
diterimaNya sebagai anak-anakNya sebelum mereka lahir, dalam kata ini tercakub
keselamatan mereka.[45]
Sehinggah dapat kesimpulan bahwa anak-anak orang percaya dibabtis bukan supaya
baru pada ketika itu menjadi anak-anak Allah sedangan yang tadinya mereka sama
sekali bukan termasuk Gereja, melainkan supaya mereka diterima kedalam Gereja
melalui tanda resmi. Mengenai cara penahbisan dalam aliran Calvinisme adalah
mirip ajaran dengan gereja Protestan dengan Katolik yaitu babtisan percik,
sehingga sangat jelas Calvinisme mengaku adanya babtisan anak.[46]
2.2.7.
Babtisan
menurut Anabaptisme.
Kata
Anabaptisme berasal dari bahasa Yunani yaitu Anad dan Baptize yang berarti
membabtis kembali. Kata ini dipergunakan untuk menunjukkan pada beberapa
kelompok Kristen di Eropa daratan pada Abad ke-16 yang menolak anak-anaknya
dibabtis. Mereka menekankan babtisan orang percaya atau dewasa. Nama ini
merupakan nama sindiran yang diberikan oleh lawan-lawan nya kepada mereka
karena mereka menolak babtisan anak sebagai babtisan yang benar.[47]
Menurut kaum Anababtis Gereja hanya terdiri dari orang-orang percaya karena
telah dibenarkan Allah, dilahirkan kembali dan menerima Roh Kudus. Mereka
memisakan diri dari segalah urusan Dunia seperti pemerintahan dan perang.[48]
Kaum
Anababtisme mengatakan, babtisan merupakan tanda atau materai yang
memperlihatkan bahewa seseorang telah sungguh-sungguh memahami imannya serta
telah sadar menyatakan pengakuannya
bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat. Karena itu babtisan hanya bisa
dilayangkan bagi orang dewasa karena merekalah yang telah memenuhi
syarat-syarat itu. Karena itu pula mereka yang telah dibabtis waktu anak-anak
harus dibaptis
ulang sebab babtisan anak- anak itu tidak sah.[49]
Sah yang hanyalah babtisan dewasa, yang menekankan iman yang berdasarkan Mat
16:16 percaya dulu baru dibaptis. Bagi anabaptisme cara pembaptisan menurut
mereka adalah baptisan selam karena bagi mereka cara pembaptisan dengan percik
tidak berkenan kepada Yesus Kristus.[50]
Yang menjadi dasar gereja menurut mereka yang pertama adalah kesucian
anggota-anggotanya bukan rahmat Allah atas orang-orang berdosa. Mereka
mencita-citakan jemaat kecil terasing dari hidup kemasyarakatan dan kenegaraan,
tidak mungkin perjanjain Allah seluas bangsa tetapi perjanjian itu hanya
meliputi orang-orang percaya.[51]
Kaum anabaptis mengeluarkan tujuh pasal iman, ketujuh pasal ini bukanlah
pernyataan yang luas dan lengkap, akan tetapi mencakup pokok-pokok perselisihan
antara anabaptis dan reformasi. Ketujuh pasal itu adalah sebagai berikut:[52]
1.
Baptisan bukan untuk
anak-anak tetapi bagi mereka yang secara sadar memilih menjadi Kristen
“pembaptisan anak diberikan kepada mereka yang telah belajar untuk bertobat dan
memperbaiki hidupnya”, mereka yang sungguh-sungguh percaya dosanya telah
ditanggung oleh Kristus dan mereka hidup di dalam kebangkitan Kristus dan mau
dikuburkan dalam kematianNya bersama Dia. Oleh karena itu makna ini, maka
mereka sendirilah yang akan memohon untuk dibaptis.
2.
Orang percaya sudah
dibaptis tapi berbuat dosa lagi tidak mau mengoreksi diri akan dikucilkan di
dalam persekutuan.
3.
Upacara memecahan roti
adalah perjamuan persekutuan untuk memperingati Yesus Kristus dan hanya murid
yang dibaptis oleh berpartisipasi.
4.
Orang percaya harus
memisahkan diri dari dunia yang jahat.
5.
Gembala-gembala yang
dipilih dari antara laki-laki yang memiliki nama baik di dunia ini.
6.
Yesus Kristus melarang
penggunaan kekerasan oleh sebab itu orang Kristen tidak dapat menerima menjadi
penjabat.
7.
Bagi orang Kristen
bersumpah itu jahat.
2.3.
Perjamuan
Kudus
2.3.1.
Perjamuan Kudus Menurut GKR
Menurut GKR mengenai perjamuan kudus adalah Transubtansiasi,
maksudnya ialah pada saat Iman mengulangi perkataan-perkataan Yesus, roti dan
anggur diubah (Trans) oleh kemahakuasaan Alaah menjadi tubuh dan darah Kristus,
yang artinya bahwa roti dan anggur di ubah menjadi tubuh dan darah Kristus Sebenarnya.[53]
Cara perjamuan kudus meneurut GKR adalah “Ex
Opera Operatio” yang artinya ketergantungan sakramen pada pemimpin dan
penerima sakramen.[54]
Ajaraan GKR terhadap perjamuan kudus ialah Yesus
mengorbankan diri dalam kurban misa waktu konsekrasi (konsekrasi artinya, bahwa
roti dan anggur yang berada di atas altar itu disucikan atau ditahbiskan oleh
iman dengan mengulang perkataan-perkataan Yesus yang menetapkan perjamuan
kudus). Sebelum konsekrasi ada roti dan anggur, namun sesuda konsekrasi di
altar ada tubuh dan darah Kristus, yaitu Kristus itu sendiri. Jadi menurut
ajaran ini, kehadiran Kristus tidak hanya dalam perayaan perjamuan, ketika kita
menyambut kata-kata itu dengan kepercayaan, terlebih dahulu dan tetaplah
sesudah itu Ia terdapat dalam semua bagian, baik roti maupun anggur. Setiap
semua yang menerima bagian dari roti itu, menerima Kristus seluruhnya.[55]
2.3.2.
Perjamuan Kudus Menurut Luther
Ajaran Luther tentang perjamuan kudus disebut konsubtansiasi (eon= bersama-sama, subtansi= hakikat, zat. Artinya kedua unsur perjamuan, yaitu
roti dan anggur mencapai kedua hakikat (subtansi) sekaligus hakikat jasmani
tetapi sebagai roti dan anggur, dan hakikat rohani, sebagai tubuh dan darah
Kristus, yang diterima peserta perjamuan secara nyata. Penerimaan ini terjadi karena
janji Tuhan Yesus pada perjamuan malam terakhir bersama murid-murid-Nya.[56]
Luther dengan sekuat-kuatnya mengkritik dan melawan ajaran perjamuan kudus
Katolik Roma, yang mengemukakan bahwa dalam misa manusia memepersembahkan
Kristus sebagai korban yang kudus kepada Allah dan untuk mengerjakan
keselamatan bagi diri sendiri. Luther yakin dan mengerti bahwa perjamuan itu
bukanlah suatu perbuatan atau usaha dari pihak manusia, malainkan suatu
anuhgrah dari Tuhan yang dikaruniakan-Nya untuk menyatkan bahwa Ia telah
membenarkan manusia yang berdosa oleh karena kasih dan rahmat-Nya saja.[57]
Menurut keterangan Luther, ajaran transubtanssi Katolik Roma salah benar, sebab
roti dan anggur itu tidak kehilangan zat nya sendiri, sehingga berubah benar
menjadi subtansiasi atau zat lain, yakni tubuh dan darah Kristus, tetapi yang
harus di percayai kaum keristen ialah ajaran konsubtansiasi, yakni tubuh dan
darah Kristus mendiami roti dan anggur, sehingga ada dua zat atau subtansiasi
yang sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu.[58]
Jadi Luther menyimpulkan Kristus memang di pandang
sebagai sungguh hadir secara badani di dalam perjamuan kudus.Kristus hadir di
dalam, bersama-sama dan dibawah tanda-tanda roti dan anggur.(Consubtansiasi)
hal ini disebabkan karena tubuh Kristus yang telah di muliakan itu sekarang
bukan hanya berada di sorga, melainkan juga berada dimana-mana, sehingga tubuh
itu juga berada dalam roti dan anggur dari perjamuan kudus.Itulah sebabnya maka
Tuhan Yesus berkata “inilah tubuhKu” dan “inilah darahKu”.[59]
Luther memandang cara kerja sakramen ini adalah “Ex Opera Operano” artinya
(melalui karya yang di kerjakan). Luther yakin dan mengerti bahwa perjamuan itu
bukanlah suatu perbuatan manusia, melainkan suatu anugerah dari Tuhan di
karuniakan-Nya untuk menyatakan bahwa itulah yang membenarkan manusia yang
berdosa oleh rahmat-Nya saja.[60]
2.3.3.
Perjamuan Kudus Menurut Zwingly
Bagi Zwingly perjamuan kudus adalah suatu perjamuan
peringatan akan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Tubuh dan darah adalah lambang keselamatan yang
kita terima dari Kristus, dengan tubuh dan darah Kristus di kayu salib, Zwingly
memandang perjamuan kudus hanya sebagai simbolis artinya sebagai tanda,
lambang, syimbol peringatan atau mengenang akan pengorbanan dan kematian Yesus
Kristus di kayu salib untuk penebusan dosa manusia. Zwingly menganggap bahwa
roti dan anggur hanyalah suatu simbol belaka dari tubuh Kristus yang telah
hadir. Dengan kata lain Zwingly tidak menyangkal bahwa Kristus hadir waktu
jemaat merayakan perjamuan kudus, akan tetapi kehadiran ini bukan kehadiran
jasmani melainkan kehadiran dalam Roh Kudus dan tidak terikat pada roti dan
anggur.[61]
Dan Zwingly memandang perjamuan kudus itu sebagai sesuatu hidangan persaudaraan
dan peringatan dari jemaat Kristen, yang olehnya jemaat Kristen di ingatkan
lagi tentang milik dan tugasnya.[62]
2.3.4.
Kontroversi Perjamuan Kudus Menurut GKR, Luther dan
Zwingly
Luther melancarkan serangan serangan besar-besaran
atas pergantian Gereja Katolik Roma mengenai sakramen-sakramen salasatunya
perjamuan kudus.Menjelang abad ke-13, kaum awan secara efektif telah dilarang
menerima anggur.Menurut Luther hal ini tidak dapat dibenarkan dan tidak
mempunyai teladan alkitabiah atau teladan patristic.Luther menyatakan bahwa
penolakan para Klerus untuk menawarkan cawan (tempat memuat anggur) kepada kaum
awam adalah tindakan yang berdosa. Alasan utamanya untuk mengambil posisi ini
bersangkut paut dengan implikasi teologinya yaitu bahwa kaum awam dicegah untuk
mempunyai akses kedalam apa yang di tandai dengan anggur itu. Seharusnya
mengenai ajaran tentang transubtansiasi, menrut Luther, bukan ajaran
transubtansiasi yang harus di percaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar
hadir didalam ekaristi.[63]
Perbedaan suasana dan semangat Luther dan Zwingly,
yang menyebabkan perbedaan pendapat tentang kehadiran Kristus dalam perjamuan
Kudus.Luther menolak ajaran GKR tentang perjamuan kudus. Ditolak cara teologi
katolik menjelaskan kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus dalam ajaran
tentang transubtansiasi. Tetapi tidak disangkal bahwa dalam perjamuan kudus
Kristus hadir secara jasmani dalam roti dan anggur yang di terima orang.
Semangat reformasi di Swiss dan Jerman selatan lain, perjamuan kudus dilihat
senagai tanda menyatakan iman gereja, seperti upacara-upacara yang di anggap hal
lahiriah yang kurang hakiki. Gagasan bahwa Kristus hadir secarah jasmani dalam
perjamuan kudus dianggap sebagai sisa teologi abad pertengahan yang perlu
dibuang. Kristus hadir, tapi didalam Roh, dan tidak hadir di dalam roti dan
anggur tetapi di tengah-tengah jemaat yang sedang merayakan perjamuan.[64]
Zwingly diyakinkan oleh karangan
Cornelis Hoen, seorang humanis Belanda di kota Den Haak, bahwa perjamuan kudus
harus diartikan secara kiasan atau lambang saja. Tatkala Yesus menyatakan:
inilah tubuh-Ku! Maka maksud Tuhan tak lain dari menyatakan, bahwa roti itu
kiasan tubuh-Nya. Luther marah, karna ia sama sekali tidak setuju dengan ajaran
itu, ia mempertahankan, bahwa roti dan anggur itu mengandung dan tarah Kristus.
Kristus sendiri berada didalam zat itu, bukan secara rohani, tetapi secarah
badani juga.Pertengkaran kedua pimpinan reformasi itu memuncak pada tahun
1527.Luther tidak suka mengadakan perserikatan dengan golongan itu, yang ada
hematnya hanya menghina sakramen itu.Zwingly merasa, bahwa perselisian secara
teologia itu tidak boleh membatalkan perserikatan militer dan politik yang
sangat perlu itu.Philip dari Hassen, yang juga berpendirian demikian, membujuk
Luther untuk mengadakan perdebatan agama dengan Zwingly tentang perjamuan
kudus.Pertemuan dilaksanakan di Marburg pada permulaan oktober 1529. Luther
menunjukan banyak kesabaran dalam debat itu; ia tidak mau membicarakan tentang
cara bagaimana Kristus hadir didalam perjamuan Kudus. Hanya dituntutnya bahwa
lawannya mengaku bahwa tubuh dan darah Kristus sungguh-sungguh hadir dalam
benda-benda itu.Akan tetapi pandangan itu ditolak samasekali oleh Zwingly,
karena pada pendapatnya itu masih berbau Katolik Roma.Akhirnya kedua pihak
bercerai dengan tidak mencapai persetujuan pikiran.[65]
2.3.5.
Perjamuan
Kudus Menurut Lutheranisme
Lutheranisme
adalah aliran yang berpegang pada ajaran-ajaran Luther. Lutherranisme
mengajarkan bahwa Alkitab merupakan dasar untuk aturan Iman.[66]
Perjamuan kudus menurut Luther adalah konsubstansiasi
yaitu Kristus dipandang sungguh hadir secara badani di dalam perjamuan
kudus. Kristus hadir dalam, bersama-sama dan dibawah tanda-tanda roti dan
anggur, hal ini disebutkan karena tubuh Kristus yang telah dimuliakan itu
sekarang bukan hanya berada di Sorga, melainkan juga ada di mana-mana, sehingga
tubuh itu juga di dalam Roh dan anggur didalam perjamuan kudus.[67]
Luther mempertahankan bahwa Kristus sungguh hadir dan benar-benar berada dalam
sakramen perjamuan kudus dimana ajaran Luther roti dan anggur tidak berubah
menjad anggur, tidak berubah menjadi darah dan tubuh Kristus. akan tetapi tubuh
dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada dua zat atau
subtansi yang bersama-sama. Terkadang dalam roti dan naggur ini sama seperti
besi pijar berzat dua.[68]
Tubuh dan adarh Kristus dibawah roti dan anggur benar-benar hadir namun satu
kelihatan dan yang lainnya tidak keihatan, inilah yang disebut Lther dengan konsubstansiasi yang digantikannya dari ajaran transubstansiasi.[69]
2.3.5.1. Manfaat Perjamuan Kudus
Menurut Lutheranisme[70]
1.
Pengampunan
Dosa
Hal
ini tampak jelas dan nyata dalam kata-kata yang dikutip: “inilah tubuhKu dan
darahKu yang diserahkan dan ditumpuhkan bagi kamu untuk pengampunan dosa”.
Secara singkat dapat dikatakan inilah yang mendorong kita untuk mengikuti
sakramen ini untuk memperoleh pengampunan dosa.
2.
Peneguhan
Iman
Perjamuan
kudus diberikan kepada kita sebagai makanan dan penyelenggaraan sehari-hari
sehingga iman kita dapat bertumbuh lagi dan memperbaharui kekuatannya; tidak
jatuh kembali dalam pergumulan ini melainkan teguh.
2.3.5.2. Cara Kerja Perjamuan Kudus Menurut
Lutheranisme
Luther
yakin bahwa perjamuan kudus itu bukan suatu perbuatan atau usaha dari pihak
manusia melainkan suatu anugrah dari Tuhan yang dikaruniakan untuk menyatakan
bahwa Ia telah menyatakan manusia.[71]
Teknis pelaksanaan perjamuan kudus menurut Luther praktek tidak diberikan cawan
kepada umat, bertentangan dengan Alkitab. Semua sakramen dimasukkan baik untuk
para Klerus maupun kaum awam.[72]
2.3.6.
Perjamuan
Kudus Menurut Calvinisme
Ajaran
Calvinisme mengenai Perjamuan Kudus adalah tanda yang ditetapkan Allah melalui
Anakn-Nya Yesus Kristus, supaya melalui roti dan anggur itu orang-orang beriman
dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus.[73]
dalam perjamuan kudus Kristus benar-benar hadir untuk menjadi satu dengan orang
percaya dan memperkuat iman mereka. Kristus membuat makanan jasmani menjadi
makanan rohani sehingga mereka yang mengikuti perjmauan kudus menerima apa yang
disediakan Kristus dikayu salib yaitu pengampunan dosa dan hidup yang kekal.
Bagi Calvin perjamuan kudus lebih dari peringatan kematian Kristus oleh jemaat.
Makan secara jasmani menunjukkan kepada makan secara rohani ini ditafsirkan
Calvin sebagai penguatan jiwa karena sudah dipersatukan dengan Kristus.
kesatuan ini nyata dalam arti bahwa manusia tidak hanya merasa hubungan iman
yang erat dengan Kristus tetapi betul-betul menjadi satu dengan tubuh dengan
darahNya.[74]
2.3.6.1. Manfaat Perjamuan Kudus
Menurut Calvinisme
Manfaat
perjamauan kudus bagi Calvinisme adalah pengampunan dosa dan kehidupan yang
kekal karena Yesus membuat makanan jasmani menjadi makanan rohani sehingga
mereka yang mengikuti perjamuan kudus akan menerima apa yang disediakan Kristus
di kayu salib. Dan perjamuan kudus juga menambahkan sesuatu kepada iman orang
yang percaya dan kepaa apa yang disampaikan dalam pemberitaan Firman.[75]
2.3.6.2. Cara Kerja Perjamuan
Kudus Menurut Calvinisme
Cara
merayakannya diserahkan kepada masing-masing jemaat. Calvin mendukung upacara
yang sederhana menjadi tampak dalam cerita-cerita mengenai perjamuan di
Perjanjian Baru. Roti yang diapaki adalah roti uuang tidak beragi dan roti
tidak mutlak hanya diberikan oleh pendeta tetapi juga dapat diberikan oleh
salah satu warga gereja kepada yang lain.[76]
2.3.7.
Perjamuan
Kudus Menurut Anabaptisme
Anabaptisme
berasal dari bahasa Yunani yaitu, Ana dan
Baptizo yang berarti membaptis kembali. Kata ini dipergnakan untuk
menunjukkan pada berbagai kelompok Kristen di Eropa.[77]
Menurut Anabaptisme perjmauan kudus pada hakikatnya adalah pengenangan
(seremonial) suatu upacara simbolik yang membuktikan bahwa pesertanya mengenang
pengorbanan dan kematian Kristus. pengenangan ini sekaligus mengingatkan akan
kelahiran Yesus Kristus pada masa kini dan kedatangannya pada masa kelak,
seperti yang Ia janjikan.[78]
2.3.7.1. Manfaat Perjamuan Kudus
Menurut Anabaptisme
Anabaptis
memandang bahwa perjamuan kudus bukanlah sebagai suatu alat anugrah, melainkan
sebagai tanda dan anugrah yang diberikan. Orang-orang percaya memakan roti dan
minum anggur karena mereka percaya pada Yesus Kristus dan mereka ingin menaati
perinah-Nya.[79]
2.3.7.2. Cara Kerja Perjmauan
Kudus Menurut Anabaptisme
Perjamuan
kudus harus dilalui oleh pemeriksaan diri yang sungguh-sungguh, mereka harus
sungguh-sungguh menyatakan pertobatan pribadi, melakukan intropeksi menyatakan
pengakuan dosa dan berdamai dengan semua orang. Dan yang berkenan mengikutinya
adalah mereka yang sudah Kristen dalam arti yag sudah dibaptis menurut
pemahaman mereka.[80]
III.
Kesimpulan
Dalam
pengkajian ini kami melihat bahwa pada awalnya ada variasi bentuk sakramen dan
belum ada jumlah yang pasti hingga pada Konsili Trente 1547 . Dalam konsili ini
disahkan 7 jenis sakramen. Tapi pada perkembangan berikutnya pada era reformasi
para reformator melihat bahwasanya hanya ada 2 sakramen di dalam Alkitab dan
pemberitaan Firman berada di atas sakramen. Dan paham ini diterapkan oleh
Luther, Calvin dan Zwingly, sampai saat ini dan faham ini banyak diadopsi oleh
berbagai aliran gereja saat ini.
IV.
Daftar
Pustaka
.....Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2000
Althaaus,Paul, The Teology of Martin Luther Pres, Philadelphia, 1981
Aritonang,Jan
S., Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI
Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2013
Becker, Theol.
Dieter, Pedoman Dogmatika Suatu
Kompendium Singkat, Jakarta: BPK-GM, 2009
Berkhof ,H.
& Enklaar ,I.H., Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM, 2014
Berkhoff,Louis, Teologi Sistematika Vol.5 Doktrin Gereja,Surabaya:
Lembaga Reformed Injili Indonesia,1997
Calvin, Yohanes,
institutio pengajaran Agama Kristen,Jakarta:
BPK-GM,2013
Cen ,Anwar , katekismus
Besar, Jakarta: BPK-GM, 2007Bruce
Milne, Menggali Kebenaran,Jakarta:
BPK-GM, 2005
Curust
,A.Kannath, 100 Peristiwa Penting dan
Sejarah Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2002
End,Th. Van Den,
Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM,
1997
Grath
,Aliester E. Mc., Sejarah
Pemikiran Reformasi, Jakarta:BPK-GM, 2002
Hadiwidjono
,Harun, Iman Kristen, Jakarta:
BPK-GM, 2010
Jonge
,Christiaan De, Gereja
Mencari Jawab, Jakarta:BPK-GM,
Jonge ,Christian
De, Apa
dan Bagaimana Gereja,Jakarata:BPK-GM,2003
Kerr ,Hug
Thomson, Jr. (ed), A Compend of Luther
Theology, The student. Cristian Movement Pres Ltd, (London t.t),
I.H.Enklaar, Pembaptisan Massal dan
Pemisahan Sakramen, Jakarta: BPK-GM, 2003
Lane,Tony, Runtut Pijar, Jakarta:BPK-GM, 2006
Luther,Marthin,
The Holy and Blssed Sacrament of Baptism” dalam E.D Theodore Bacmann (ed),
Luhers Works Volume 35, Philadelphia, 1960Martin Luther, Katekhismus Besar, Jakarta: BPK-GM,2007
Lutzer ,Erwin
W., Teologi Kotemporer, Malang:
Gandum Mas, 2005
Niftrik ,G.C.
Van & B. J. Boland, Dogmatika Masa
Kini, Jakarta: BPK-GM, 2014
Soedarmo,R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta: BPK-GM,
2011
Tappert,Theodore
G., Buku Konkord, Jakarta: BPK-GM,
2004
Urban,Linwood, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, Jakarta:
BPK-GM 2006
Verkuyl ,J., Aku Percaya,Jakarta: BPK-GM, 2000
Wellem ,F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 1989
Wellem ,F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM,
2006
White,James. F., Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta:
BPK-GM, 2002
[1]G.C. Van Niftrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM,
2014), 437
[2]. Harun Hadiwijon, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM,2014), 424-425
[3].Harun Hadiwijon, Iman Kristen, 425-426
[4].H. Berkhof & I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2014),
111
[5].G.C. Van Niftrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 437-438
[6].Theol. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika Suatu Kompendium Singkat, (Jakarta: BPK-GM,
2009),158
[7]. (Jakarta: BPK-GM, 2013),133-134
[8]. Louis Berkhoff, Teologi Sistematika Vol.5 Doktrin Gereja,(Surabaya: Lembaga
Reformed Injili Indonesia,1997), 141-142
[9]. Harun Hadiwijono, Iman Keristen,(Jakarta:BPK-GM, 2010), 430
[10]. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja,(Jakarta:
BPK-GM,2012), 27
[11]. A. Kenneth Curtis dkk, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, (Jakarta:
BPK-GM,2013), 76
[12]. Thomas
Van Den End, Hata Dalam Bejana, 166
[13]. F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK-GM, 1989), 173
[14]H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 144-145.
[15]Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta : BPK-GM, 2011),
193-195.
[16]G. C. Van Niftrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 462-463.
[17]Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 219-210.
[18]Erwin W. Lutzer, Teologi Kotemporer, (Malang: Gandum Mas, 2005), 105.
[19]H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja,175-176.
[20]Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,193.
[21]Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme,205
[22]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 67.
[23].....Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2000),106
[24]J.Verkuyl, Aku
Percaya,(Jakarta: BPK-GM, 2000), 220
[25]G.C. Van Niftrik, B. J Bolan, Dokmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM
2001), 436
[26]F.D Wellem, Iman
Kristen (Jakarta: BPK-GM), 37
[27]R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 237
[28]H. Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM,1979), 432
[29]I.H.Enklaar,
Pembaptisan Massal dan Pemisahan Sakramen, (Jakarta: BPK-GM, 2003), 1
[30]G.C. Van Nitftrik, B.J Bolan, Dogmatika Masa Kini, 444-445
[31]R. Soedarmo,
Ikhtisar Dogmatika, 239-240
[32]Martin Luther, Katekhismus Besar, (Jakarta: BPK-GM,2007), 184
[33]Paul Althaaus, The Teology of Martin Luther Pres, (Philadelphia, 1981), 353
[34]Hug Thomson Kerr, Jr. (ed), A Compend of Luther Theology, The student.
Cristian Movement Pres Ltd, (London t.t), 164
[35]Marthin Luther, The Holy and Blssed Sacrament
of Baptism” dalam E.D Theodore Bacmann (ed), Luhers Works Volume 35,
(Philadelphia, 1960) 41
[36]Marthin Luther, The Holy and Blssed Sacrament
of Baptism” dalam E.D Theodore Bacmann (ed), Luhers Works Volume 35, 43
[37]Martin Luther, Katekismus Besar, 191
[38]James. F. White, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 219-220
[39]Alister.E.Mc.Gratf, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-GM), 229-231
[40]Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran disekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 1007
[41]F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 169
[42]Anwar Cen, katekismus
Besar, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 192
[43]Teodore G.Tampert, buku konkor,(Jakarta: BPK-GM, 2004)41
[44]Christian De Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: BPK-GM,2008),195-198
[45]Yohanes Calvin, nstitutio pengajaran Agama Kristen,(Jakarta: BPK-GM,2013),291
[46]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Sekitar Gereja, 123
[47]F.D. Wellem, Kamus Sejara Gereja, 16
[48]Christian De Jonge, Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja,(Jakarata:BPK-GM,2003),38
[49]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Sekitar
Gereja, 45
[50]A. Kannath Curust, 100 Peristiwa Penting dan Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2002),
79.
[51]Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 1997), 178-179
[52]Tony ane, Runtut
Pijar, (Jakarta:BPK-GM, 2006), 161-162.
[53]Bruce Milne, Menggali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM,
2005), 325
[54]F.D. Willem, Kamus Sejarah Gereja,(jakarta:BPK-GM,2001),99
[55] G.C. Van Niftrik & B.J.
Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta:
BPK-GM, 1995), 46
[56] Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar
Gereja, (Jakarta: BPK-GM,1995), 46
[57]H. Brerkhof & L.H.
Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK-GM, 2004),145
[58]…..Ibid, 145-146
[59]Harun Hadiwijono, Iman Kristen,(Jakarta:BPK-GM,
2012),461-462
[60]H. Brerkhof & L.H.
Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK-GM, 2004),144
[61]H. Brerkhof & L.H.
Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK-GM, 2004),141-142
[62]H. Brerkhof & L.H.
Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK-GM, 2004),145
[63]Aliester E. Mc. Grath, Sejarah Pemikiran Reformasi,
(Jakarta:BPK-GM, 2002),217
[64]Christiaan De Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta:BPK-GM,
2013),28
[65]H. Brerkhof & L.H.
Enkelaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK-GM, 2004),144-145
[66]F. D Wellem,
kamus sejarahGereja, 269
[67]Harun Hadiwidjono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 451-462
[68]G C Van Niftrik&B J Boland, Dogmatika masa kini, 463.
[69]F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta:
BPK-GM, 2011), 128.
[70]Theodore G. Tappert, Buku Konkord, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 625-626.
[71]H. Berkhof, Sejarah
Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 144
[72]F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, 128.
[73]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK-GM,
2013), 77.
[74]Christian de Jonge, Apa Itu Calvinisme ?, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 222-223.
[75]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, 77
[76]Christian de Jonge, Apa Itu Calvinisme ?, 228
[77]F. D Wellem,
kamus sejarahGereja, 16
[78]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, 141.
[79]Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen, (Jakarta: BPK-GM 2006),
370.
[80]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan DI Sekitar Gereja, 141.
No comments:
Post a Comment