Penafsiran Nahum 1: 2-5
dengan Metode Kanonikal
Jangan di Copy bulat-bulat yah?
ini tulisan saya dan asli, sesekali cantumkan nama saya sebagai sumbernya..
heheheheheh
Jangan di Copy bulat-bulat yah?
ini tulisan saya dan asli, sesekali cantumkan nama saya sebagai sumbernya..
heheheheheh
I.
Pendahuluan
Alkitab
akan lebih mudah dipahami apabila sudah ditafsirkan dan digali makna teks
tersebut. Karena jika hanya dibaca akan sulit menemukan maknanya. Salah satu
metode yang yang dilakukan adalah dengan metode kanonikal pada kitab Nahum
1:2-5. Dan paper ini disusun untuk persyaratan dalam Ujian Tengah Semester
Hermeneutika Perjanjian Lama II. Semoga paper ini dapat bermanfaat dan isinya
dapat berguna bagi kita semua.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Metode
Kanonikal
Kata
kanon berawal dari kata Qaneh yang
artinya gelagah atau batang papirus.[1]
Istilah kanon ini dipakai oleh orang Yahudi. Sehubungan dengan kata dan arti
kanon tersebut yang dapat dipergunakan mengukur, misalnya: pengukur, norma
hukum, batas, daftar dan indeks.[2]
Istilah kanon tidak dijumpai dalam Alkitab, namun dari bahasa Yunani atau
bahasa Semit kanon memiliki arti pengukur, kemudian dalam arti kiasan disebut
peraturan.[3]
Dengan demikian metode kanonikal adalah suatu pendekatan yang mengarah kepada
percerai-beraian Alkitab yang berkesinambungan membentuk suatu makna teologis,
atau dengan kata lain metode kanonikal adalah suatu metode pendekatan yang
tidak menantang pendekatan yang lain namun menawarkan suatu penafsiran yang
bersifat memperhatikan teks Alkitab secara menyeluruh.[4]
2.2.Kelemahan dan Kekuatan
Metode Kanonikal
1. Kekuatan
metode kanonikal
·
Alkitab dihargai
sebagai Firman Allah dan sejarah pembentukannya sebagai pekerjaan Allah yang
berkarya dan berkomunikasi di dalam, melalui dan kepada umatnya.
·
Dengan menafsirkan teks
secara kanonikal, maka teks dapat dilihat secara keseluruhan dan utuh. Itu
dikarenakan tidak adanya pemenggalan teks dalam proses penafsiran sehingga
maksud atau makna yang ditimbulkan oleh penulis Alkitab dapat dimengerti.
2. Kelemahan
·
Metode kanonikal kurang
bersifat Historis.
·
Adanya perbedaan kanon
antara umat beriman pemelihara kitab membuat metode ini mempunyai unsur
subjektifitas dan relatifitas.
2.3.Latar belakang Kitab
Nahum
Nahum
adalah orang Elkosy. Nahum berarti “penghiburan”, “perasaan lega”.[5]
Bila dipakai secara teknis di antara tulisan para nabi, nama ini berarti hal yang
membebani hati Allah dan juga membebani hati nabi ini : yaitu, suatu berita
yang berisi ancaman atau hukuman.[6]
Nahum adalah salah satu nabi yang berkarya sebelum bangsa Israel (Yehuda)
ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babel.[7]
Kitab
Nahum ditulis untuk memperingati jatuhnya kota Niniwe, ibu kota bangsa Asiria
(2 Raja-raja 19:36; Yunus 1:2; Yunus 3:1).[8]
Nabi Nahum bernubuat terhadap Asyur antara tahun 663, ketika tentara
Asyurbanipal mengalahkan tentara Mesir dan menjatuhkan ibu kotanya, serta tahun
612 ketika Niniwe direbut orang Babel. Ada kemungkinan Nahum berkarya di
tengah-tengah bangsa Israel, ketika Asyur masih di puncak kekuasaan. Asyur
memerintah dengan keras dan kejam melalui serangkaian tindakan dan peraturan
yang ketat. Hal ini nyata dengan tindakan Asyur yang memindahkan
penduduk-penduduk jajahan mereka ke negeri yang jauh, memusnahkan bangsa-bangsa
yang memberontak, menuntut pajak yang berat, dan tidak berkompromi terhadap
pembatalan perjanjian. Niniwe merupakan kota penumpah darah yang selalu
merampas dan tiada henti menerkam. Niniwe seperti perempuan sundal yang cantik
parasnya dan ahli dalam sihir (Nahum 3:4). Dalam kondisi yang demikian, Nahum
tampil, bernubuat, dan memberitahukan tentang Allah serta mengajar orang-orang
Yehuda, untuk menantikan Tuhan, sekalipun masyarakat berada dalam situasi yang
suram.[9]
2.4.Waktu dan Tempat
Penulisan
Waktu
dan tempat penulisan kitab ini dapat di tetapkan dari pasal 3:8, yang menyebut
jatuhnya Amon. Kota itu dibinasakan oleh raja Asyur, Assurbanipal pada tahun
663 SM. Nahum menulis kitab ini tidak lama sesudah tahun itu, dan sebelum tahun
608, tahun kehancuran Niniwe.[10]
Oleh karena itu, kitab ini mungkin bertanggal antara 663 SM dan 612 Sm.
Walaupun tidak ada yang diketahui mengenai kehidupan Nahum, selain pernyataan
bahwa ia adalah seorang Elkosy, tidak ada bukti sah yang pernah diajukan untuk
menetapkan seorang lain sebagai penulis nubuatan ini.[11]
2.5.Tujuan dan Pesan Penulisan
Kitab
Tujuan
penulisan kitab ini adalah menyatakan kehancuran Niniwe. Ini merupakan ucapan
hukum yang sama dengan ucapan-ucapan hukuman yang diucapkan terhadap
bangsa-bangsa, sebagaimana dijumpai secara menonjol dalam kitab-kitab para nabi
besar. Pesannya adalah bahwa hari-hari kekuasaan Asyur sudah hampir diakhiri
oleh Tuhan. ini bukan sekedar pasang surut dalam sejarah tetapi merupakan tindakan hukuman Allah terhadap
Niniwe.[12]
Dengan demikian Allah bermaksud mengunjungi bangsa itu yang telah menjadi
tongkat amarah Allah atas Israel. Niniwe telah bertobat dengan tulus pada masa
Nabi Yunus, namun ia sekarang siap dihukum karena kekejaman dan keinginan besarnya
untuk memiliki. Kekuatan yang telah menguasai Asia bagian barat selama sekitar
tiga abad, sekarang akan dihancurkan oleh kekuatan gabungan bangsa Babel dan
Media.[13]
2.6.Struktur Kitab Nahum[14]
Pasal I
i.
Judul 1:1
ii.
Allah agung Israel
1:2-8
iii.
Penghakiman Allah atas
Asyur 1:9-14
iv.
Pelepasan Yehuda 1:15
Pasal II
i.
Nyanian ejekan terhadap
Niniwe 2:1-2
ii.
Pengepungan Niniwe
2:3-7
iii.
Malapetaka Niniwe
2:8-10
iv.
Penyebab kejatuhan
Niniwe 2:11-13
Pasal III
i.
Gambaran kejatuhan
tersebut 3:1-3
ii.
Kegagalan moral Niniwe
3:4-7
iii.
Peringatan yang tidak
diindahkan dari No-Amon dan Tebe 3:8-10
iv.
Keadaan Niniwe yang
tanpa harapan 3:11-19
2.7.Analisa Teks
2.7.1.
Perbandingan
Bahasa
Pada
analisa teks perbandingan bahasa ini penulis memakai Lembaga Alkitab Indonesia
(LAI), Pustaka Si badia (PSB), Teks Masorah (TM), dan New International Version
(NIV).
Ayat 2
LAI : musuh-Nya
NIV : enemies
= Musuh-musuhNya
PSB : kalak
si ngelawan Ia = orang yang melawan DIa
TM :לְאיְבָֽיו = enemies = musuh-musuh-Nya
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah NIV
Ayat 3
LAI : Panjang
sabar
NIV : slow
to anger = lambat untuk marah
PSB : labo
meter merawa = tidak cepat marah
TM : אֶ֚דֶךְ אַפַּיִם = Slow of anger = lambat untuk marah
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV dan PSB
Ayat 4
LAI : menghardik
NIV : rebuke
= memarahi
PSB :iperentahkenNa
= diperintahkan-Nya
TM : גּוֹצֵ֚ד =
Teguran
Keputusan : tidak ada yang mendekati TM
Ayat 5
LAI : Bumi
menjadi sunyi sepi di hadapannya
NIV : The
earth trembles at his presence = bumi bergetar ketika kehadiranNya
PSB :doni mundu-undu
tupung TUHAN encidahken baNa = bumi bergetar ketika Tuhan menampakkan diri-Nya
TM : וַחִּשָּ֚א הָאָדֶץ מִפָּנָ֔יו = bumi
bergetar ketika kehadiran-Nya
Keputusan : yang mendekati TM adalah NIV dan PSB
2.7.2.
Kritik
Aparatus
2a : Dalam
Teks Masorah terdapat kata וְנֹקֵם yang artinya
pembalas. Pindahkanlah kata itu dibelakang kata יהוה , Keputusan : penafsir menolak usulan aparatus jika kata itu
dipindahkan, karena akan memperkabur makna teks.
2b-b : Dalam
Teks Masorah terdapat kata נֺקֵם
יֽהוָה
yang artinya Tuhan itu pembalas.Kata ini tidak terdapat dalam Kodeks-kodeks
terjemahan Yunani. Keputusan :
3a-a : Dalam
Teks Masorah terdapat kata יְהוָה
אֶ֚ךֶךְ אַפַּיִם וּגְּדׇ֩ול־בּחַ וְנַקַּה ל֣א יְנַקֶּ֑ה יְהוָה yang artinyaTUHAN
itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari
hukuman orang yang bersalah. Kata tersebut ditambahkan. Keputusan : penafsir
menolak usulan aparatus karena memperkabur makna teks.
3b : Dalam
Teks Masorah terdapat kata וּגְּדׇ֩ול־בּחַ yang artinya dan
besar. Dalam Kritik aparatus kata ini diusulkan oleh peneliti modern menjadi חָסֶד. Yang artinya Kasih Setia. Keputusan : penafsir menolak usulan
aparatus karena dapat memperkabur makna teks.
3c : Dalam
Teks Masorah terdapat kata יְהוָה yang artinya
Yahweh. Kata ini pindahkanlah ke sini bandingkanlah dalam Terjemahan Yunani
Septuaginta. Keputusan :
4a : Dalam
Teks Masorah terdapat kata וַיַּבְּשׁ֔הוּ yang artinya dan
mengeringkannya barangkali kata itu menjadi וַיּבִשהוּ yang artinya dikeringkan. Keputusan : penafsir menolak usulan,
karena kata tersebut memiliki makna yang sama.
4b : Dalam
Teks Masorah terdapat kata אֻמְלַ֚ל yang artinya
menjadi layu. Kata ד ada dalam bait,
diusulkan peneliti modern menjadi דָּלְלוּ (Bandingkanlah Parallelismum maupun terjemahan). Keputusan : penafsir
menolak usulan aparatus karena tidak mengerti maksud kata yang diusulkan.
5a : Dalam
Teks Masorah terdapat kata הׇדִים yang artinya
gunung-gunung. Kodeks Kairo mengusulkan kata itu menjadi הֶהדים dimana ada penambahan kata di tengah ה yang artinya itu, jadi arti kata tersebut menjadi gunung-gunung
itu Bandingkan terjemahan yunani septuaginta dan Fragmen salah satu kodeks
berbahasa ibrani yang dijumpai dalam geniza. Keputusan : penafsir menolak
usulan aparatus
5b : Dalam
Teks Masorah terdapat kata וַחִּשָּ֚א yang artinya
menjadi sunyi. Dalam kritik aparatus kata itu menjadi וחשׁא bandingkanlah kepada perjanjian lama terjemahan Syiria dimana
mereka menghilangkan kata kerja penghubung dan Vulgata menjadi artinya sunyi.
Keputusan : penafsir menolak usulan aparatus karena memperkabur makna teks.
5c-c : Dalam
Teks Masorah terdapat kata וְחֵבֵ֯ל
וְכָל yang artinya dunia dan semua. Dalam kritik
aparatus kata itu diusulkan oleh peneliti modern menjadi וְחֵבֵ֯ל וְכָלatau וַיּאַבְלוּ כל yang artinya dunia ini dan semua. Keputusan : Penafsir menolak
usulan aparatus karena memperkabur makna teks.
2.7.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat
2: TUHAN itu adalah Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan
penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam
kepada musuh-musuh-Nya.
Ayat
3: TUHAN itu lambat untuk marah dan
besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-sekali membebaskan dari hukuman orang
yang bersalah. Dia berjalan dalam puting
beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.
Ayat
4: Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya
kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu.
Ayat
5: gunung-gunung gemetar terhadap Dia, dan bukit-bukit mencair. Bumi bergetar ketika kehadiran-Nya, dunia
serta seluruh penduduknya.
2.8.Tafsiran
Ayat 2. Allah yang
cemburu. Ketika Kitab Suci berbicara tentang
Allah yang ‘cemburu’, kata yang digunakan bukanlah dalam arti yang ditujukan
kepada manusia. Di sini kata itu lebih berarti bahwa Allah sungguh-sungguh
berusaha memelihara kekudusan-Nya serta pemerintahan-Nya yang adil di Dunia
(band. Kel. 20:5; Bil. 25:11,13). Allah mengasihi umat-Nya, dan Dia harus
memperbaiki kesalahan yang diperbuat terhadap mereka dalam pembuangan kerajaan
Israel dan penyerbuan kerajaan Yehuda, dua-duanya oleh kerajaan Asyur.[15]
Tuhan itu pembalas. Tiga
kali dalam bagian ayat ini nabi menyatakan bahwa Allah akan membalas dendam
kepada musuh-musuh-Nya. Keseriusan dan kepastian diberikan pada pernyataan itu
bahwa pada akhirnya kelak Allah yang adil sudah menetapkan untuk menjatuhkan
hukuman terhadap para penentang-Nya.[16]
Dengan berulang-ulang nabi Nahum menekankan dan sekali lagi menekankan, bahwa
Tuhan itu pembalas. ia menerangkan,
bahwa karena murka Allah lambat menimbun, tepat seperti itu murka-Nya lambat
hilang.[17]
Ayat 3. Panjang sabar. Fakta
bahwa tindakan balas dendam Allah dinyatakan dengan terus terang dan secara
berulang-ulang, bukan merupakan alasan untuk menyimpulkan bahwa keputusan Allah
diambil secara tergesa-gesa; sebaliknya Ia panjang sabar. Bodoh untuk
membayangkan bahwa kesabaran Tuhan datang dari kurangnya kuasa (lih. Kel.
34:6-7). Tuhan tidak dapat dipengaruhi untuk menghadapi orang-orang bersalah seolah-olah
mereka tidak berdosa. Dalam puting
beliung dan badai.Kemahakuasaan Allah jelas terlihat dalam fenomena alam,
yaitu kekuatan-kekuatan dasar yang manusia, bahkan sampai sekarang ini, tak
berdaya untuk menjinakkan atau mengekangnya (band. Kel. 19:16-18). Awan adalah debu kaki-Nya. Allah
memakai awan di langit sebagaimana manusia memakai debu di bumi. Dalam
tulisan-tulisan dengan huruf paku Ras Shamra (Ugarit) di Siria, penyair kafir
berbicara mengenai dewa-dewa mereka sebagai mengendarai awan. Namun hanya Allah
yang mampu melakukan perbuatan-perbuatan yang penuh kuasa dan agung seperti itu
(band. Mzm. 104:3).[18]
Ia tidak sekali-sekali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah, tapi Ia
akan menganggap mereka bertanggung jawab dan akan menghakimi mereka. Manusia
terlalu cepat menyangka, bahwa karena kefasikan dibiarkan pada suatu waktu, hal
itu dimaafkan begitu saja. Ayat ini ialah suatu peringatan, bahwa murka Allah
ditujukan kepada semua kelaliman, dan tanpa pertobatan tidak ada pengampunan
dosa, apalagi dengan harga murah.[19]
Ayat 4-5. Menghardik
laut. Atas perintah Allah, sungai-sungai dan
lautan mengering, seperti dulu Laut Merah dan Sungai Yordan (Yes. 50:2).
Tuhan kita Yesus mewujudkan kuasa ini di
Sungai Galilea (Mat. 8:26).Gunung-gunung
gemetar. Gempa bumi, yang meratakan gunung-gunung dan bukit-bukit, terjadi
karena perintah Allah; api juga melakukan maksud Allah yang tidak terelakkan.
Setiap kebijakan bumi hangus yang diterapkan mencakup orang-orang yang mendiami
wilayah itu.[20]
Untuk
meyakinkan hati pendengarnya akan kebengisan Tuhan, nabi Nahum mengingatkan
akan kekuatan alam dan ia melukiskan angin topan, puting beliung, kekeringan,
gempa bumi dan keruntuhan. Semuanya menunjukkan kekuatan dari Allah Yang
Mahakuasa, dan bertentangan dengan itu. Sedangkan orang yang paling perkasa
sekalipun menjadi sadar bahwa mereka tidak mempunyai arti apa-apa.[21]
III.
Kesimpulan
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, Nabi Nahum di utus Allah ke Niniwe untuk
memberitakan penghukuman yang akan datang dari Allah. Karena Niniwe telah
berlaku kejam. Dan Allah adalah Allah yang pencemburu, sehingga Ia tidak suka
Niniwe menyembah patung-patung atau allah-allah lain.
IV.
Daftar
Pustaka
...., Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: Yayasan Bina
Kasih,2007
...., Tafsiran Alkitab
Masa Kini 2 : Ayub-Maleakhi, Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 1994
....,Tafsiran Alkitab
Wycliffe, Malang:Gandum Mas, 2005
Barth,
C., Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta;
BPK-GM, 1989
Baxter,
J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab 2, Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1983
Darmawijaya,
Pr., Warta Nabi Sebelum Pembuangan,Yogyakarta:
Kanisius, 1990
Hill,
Andrew E. & John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008
Lasor
W. S., Pengantar Perjanjian Lama 1:
Taurat dan Sejarah,Jakarta: BPK-GM, 2007
Sitompul,
A. A. dkk, Metode Penasiran Alkitab, Jakarta:
BPK-GM, 2006
Veitch,
J., Tafsiran Nahum,Jakarta; BPk-GM,
1997
[1] Papirus merupakan tanaman serat atau tebu manis, dimana gelagah
dipakai sebagai tongkat pengukur atau kayu penggaris untuk membuat garis lurus,
maka kanon berarti ukuran atau buluh pengukur. Lih. Andrew E. Hill, Survai
Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 27
[2]W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian
Lama 1: Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 45
[4]A. A. Sitompul dkk, Metode
Penasiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 274
[5]...., Tafsiran Alkitab Masa
Kini 2 : Ayub-Maleakhi, (Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 1994), 678
[6]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang:Gandum
Mas, 2005), 1103
[7]Pr. Darmawijaya, Warta Nabi
Sebelum Pembuangan, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 40
[8]J. Veitch, Tafsiran Nahum, (Jakarta;
BPk-GM, 1997), 10
[9]C. Barth, Theologia Perjanjian
Lama 4, (Jakarta; BPK-GM, 1989), 65-66
[10]J. Sidlow Baxter, Menggali Isi
Alkitab 2, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1983), 402
[11]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe, 1103
[12]Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), 655
[13]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe,
1104
[14]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe, 1104-1105
[15]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe,
1105
[16]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe, 1105
[18]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe,
1106
[19]...., Tafsiran Alkitab Masa
Kini 2 : Ayub-Maleakhi, 681-682
[20]...., Tafsiran Alkitab Wycliffe,
1106
No comments:
Post a Comment