Nama : Johannes
Nababan
STT. Abdi Sabda
PENGENALAN
TERHADAP USIA ANAK: FISIK, AFEKTIF, MORAL, KOGNITIF, SPIRITUAL DAN SOSIAL SERTA
TANTANGANNYA
I.
PENDAHULUAN
Usia
merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Pada umumnya
semakin tua usia seseorang, semakin dewasalah dia secara fisik, pemikiran, dan tingkah
laku. Namun sebelum mencapai kedewasaan tersebut bukanlah tanpa proses, dimulai
pada masa bayi, awal anak-anak, akhir masa anak-anak hingga remaja dan akhirnya
dewasa. Dan di dalam setiap proses tersebutlah terjadilah pembentukan afektif,
moral, kognitif, spiritual dan sosial. Dalam proses tersebut bukan juga tanpa
tantangan-tantangan yang sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dan juga
dapat mengakibatkan hal yang fatal. Untuk memahami dan menyelaminya lebih
dalam, kami para penyaji akan berusaha memaparkannya. Semoga sajian ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anak
Anak-anak
adalah anugerah dan warisan Allah kepada orangtuanya (Mazmur 127:3). Mereka
merupakan generasi penerus dari sebuah Negara.[1] Anak
adalah seorang pribadi yang unik. Menurut Antony & Elizabeth Capon, dalam
karya mereka, The church and the Child (1967)
menyatakan bahwa anak adalah pribadi yang matang dalam pandangannya sendiri.
Yang artinya anak memiliki potensi untuk mengerti, memahami, namun sesuai
dengan tingkat perkembangannya.[2] Dalam bahasa Ibrani, anak disebut “Ben”, dalam
bahasa Aram disebut “Bar” yang berarti anggota satu tubuh seperti Allah namun
bukan dilahirkan oleh Allah.[3]
Dalam KBBI, kata “anak” mempunyai banyak pengertian, antara lain : keturunan
yang kedua, manusia yang masih kecil.[4] Anak
adalah individu yang unik dan sangat berharga di hadapan Allah. Oleh karena
itu, mereka yang telah dewasa baik orang tua, pendeta, Majelis dan guru sekolah
minggu berkewajiban untuk mendidik anak dalam ajaran Tuhan.[5]
Menurut
Jhon Locke, anak adalah pribadi yang masih bersih atau polos, belum mengerti
apa-apa namun mereka memepunyai kepekaan terhadap rangsangan dari
lingkungannya, tempat ia hidup dan bertumbuh.[6] Menurut Iris V. Cully, anak adalah seorang
yang unik yang berbeda dari setiap anak dan tidak sama dengan yang lain.[7]
Menurut Dokter Dubos, anak adalah seorang yang dimana kesehariannya suka
menunjukkan sifat haus pengetahuan dan memperlihatkan hasrat yang
menyala-nyala, selalu semangat yang membuat rasa bangga pada orang tuanya.[8]
2.2 Masa Anak-Anak[9]
Masa Anak-anak dimulai
pada akhir masa bayi sampai saat anak matang secara seksual. Jadi mulai sekitar
umur 2 tahun sampai sekitar umur 12 tahun, ada sebagian anak yang baru berumur
11 tahun sudah tidak termasuk anak-anak, tetapi ada juga yang sudah berumur 14
tahun masih termasuk masa anak-anak. Masa anak-anak dibagi menjadi dua periode,
yaitu awal masa anak-anak sekitar umur 2-6 tahun, dan akhir masa anak-anak
sekitar umur 6-12 tahun. Ada beberapa sebutan untuk masa anak-anak yang sesuai
dengan sifat mereka misalnya, orang tua menyebut masa yang menyulitkan, karena
pada masa awal anak-anak mereka cenderung menolak ungkapan kasih sayang orang
tua dan tidak mau ditolong. Sedangkan pada masa akhir anak-anak mereka tidak
lagi mau menuruti perintah orang tua, dan lebih senang mengikuti aturan
kelompoknya. Ada pula yang memberi nama masa anak-anak sebagai usia bermain.
Hal ini dikarenakan pada awal masa anak-anak sebagian waktunya digunakan untuk
bermain. Untuk akhir masa anak-anak, bukan karena banyak waktu bermain, karena
anak sudah sekolah, tetapi karena luasnya minat dan kegiatan bermain.
2.2.1
Psikologi
Perkembangan Anak
2.2.1.1 Tugas Perkembangan Anak
a.
Awal
Masa Anak-Anak
Pada saat masa bayi berakhir, semua bayi
normal telah belajar berjalan meskipun dalam tingkat kecakapan yang
berbeda-beda, telah belajar makan makanan yang keras, dan telah mencapai
stabilitas fisiologis yang cukup baik. Tugas pokok dalam belajar mengendalikan pembuangan kotoran
sudah hampir sempurna dan akan sepenuhnya dikuasai dalam setahun atau dua tahun
lagi. Meskipun sebagian besar bayi telah menambah kosa kata yang berguna, telah
dapat dengan tepat mengucapkan kata-kata yang mereka gunakan, dapat mengerti
arti dari pernyataan dan perintah yang sederhana, dan dapat menggabungkan
beberapa kata menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan untuk mengerti apa yang dikatakan orang
lain masih dalam taraf yang rendah. Demikian juga halnya tentang pengertian
tentang benar dan salah yaitu masih terbatas dan harus diperluas dengan
pengertian benar dan salah dalam hubungannya dengan orang-orang di lingkungan
tetangga, sekolah dan tempat bermain.
Salah satu yang tak kalah pentingnya dan yang bagi banyak anak-anak
merupakan tugas perkembangan yang paling sulit adalah belajar untuk berhubungan
secara emosional dengan orang tua, saudara-saudara kandung dan orang lain.
Alasannya adalah karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi berdasarkan
pada ketergantungan bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya,
terutama kebutuhan kasih sayang.[10]
b.
Akhir
Masa Anak-Anak
Untuk memperoleh tempat di dalam kelompok
sosial, anak yang lebih besar harus menyesuaikan tugas dalam perkembangan.
Penguasaan tugas tersebut tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang
tua seperti pada tahun-tahun prasekolah. Misalnya, pengembangan pelbagai
keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dan pembangunan
sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga merupakan tanggung jawab guru
dan juga orang tua.[11]
2.2.1.2
Ciri-ciri
Perkembangan Masa Anak
a.
Awal
Masa Anak-Anak[12]
·
Sebutan
Yang Digunakan Orang Tua
Sebagian
besar orang tua menganggap awal masa anak-anak sebagai usia yang mengundang
masalah atau usia sulit. Dengan datangnya masa anak-anak, sering terjadi
masalah perilaku yang menyulitkan daripada masalah perawatan kulit bayi. Hal
itu dikarenakan karena anak tersebut sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebesan. Lagi pula, anak yang lebih muda
seringkali bandel, keras kepala, tidak menurut, negativistis, dan melawan.
Karena pelbagai masalah itu, maka bagi orang tua pada umumnya masa awal
anak-anak tampaknya merupakan usia yang kurang menarik dibandingkan masa bayi. Seringkali
orang tua menganggap masa awal anak-anak sebagai Usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktu bermain
dengan mainannya. Penyelidikan tentang permainan anak menunjukkan bahwa bermain
dengan mainan mencapai puncaknya pada tahun-tahun awal masa anak-anak. Selama tahun prasekolah, taman kanak-kanak,
pusat penelitian anak-anak dan kelompk bermain, semuanya menekankan permainan
yang memakai mainan. Akibatnya, baik sendiri ataupun kelompok, mainan merupakan
unsur yang penting dari aktivitas bermain mereka.
· Sebutan Yang Digunakan Para
Pendidik
Para pendidik menyebut tahun-tahun
awal masa anak-anak sebagai usia
prasekolah untuk membedakannya dimana anak-anak dianggap cukup tua, baik
secara fisik maupun mental, untuk menghadapi tugas-tugas ketika mereka masuk
pendidikn formal. Di rumah, di pusat-pusat perawatan, taman indria atau taman
kanak-kanak, tekanan dan harapan yang dikenakan kepada anak-anak sangat berbeda
dengan apa yang dialaminya pada saat memulai pendidikan formal. Awal masa
anak-anak merupakan masa persiapan.
·
Sebutan
Yang Digunakan Para Ahli Psikologi
Para ahli menggunakan sejumlah
sebutan yang berbeda. Salah satu sebutan yang yang banyak digunakan adalah usia kelompok, masa dimana anak-anak
mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial
yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka
masuk sekolah nantinya. Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa
anak-anak berkisar disekitar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak
ahli psikologi melabelkan awal masa anak-anak sebagai usia menjelajah, hal label yang menunjukan bahwa anak-anak ingin
mengetahui keadaan lingkungannya. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi
lingkungan adalah dengan bertanya, Sehingga periode ini sering disebut sebagai
usia bertanya. Yang paling menonjol pada priode ini adalah meniru pembicaraan
dan tindakan orang lain. Oleh karena itu, periode ini juga dikenal sebagai usia meniru. Namun meskipun demikian,
anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain sehingga banyak para ahli
psikologi menamakan periode ini sebagai usia
kreatif.
b. Akhir Masa Anak-Anak[13]
·
Label
yang digunakan oleh orang tua
Bagi
orang tua, akhir masa anak-anak merupakan usia
yang menyulitkan- suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah
dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi teman sebayanya daripada oleh orang tua
dan anggota keluarga lainnya. Karena kebanyakan anak, terutama anak laki-laki,
kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan
benda-benda miliknya sendiri, maka orang tua memandang periode ini sebagai usia tidak rapih- suatu masa dimana
anak-anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan
kamarnya sangat berantakan. Dalam keluarga yang terdiri dari anak laki-laki dan
perempuan, sudah jamak bila anak laki-laki mengejek anak perempuan. Jikalau
anak perempuannya membalas, maka terjadilah pertengkaran dalam bentuk
maki-makian atau serangan fisik. Periode ini disebut sebagai usia bertengkar.
·
Label
yang digunakan oleh para pendidik
Pendidik
melabelkan akhir masa aanak-anak sebagai usia
sekolah dasar. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar
pengetahuan. Pendidik juga menganggap periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi-suatu masa dimana anak
membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses.
Tingkat perilaku berprestasi pada anak-anak mempunyai kolerasi yang tinggi
dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
·
Label
yang digunakan oleh Ahli Psikologi
Bagi
ahli psikologi, akhir masa anak-anak adalah usia
berkelompok- suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan
diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok yang bergengsi dalam
pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan
standar yang disetujui kelompok dalam penampilan , berbicara, dan perilaku.
Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri. Masa akhir
anak-anak juga dinamakan sebagai usia
kreatif, suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak
menjadi antara ciri-konformis atau pencipta karya yang baru dan orisinal. Akhir
masa anak-anak juga disebut sebagai usia
bermain. Bukan karena dapat memiliki waktu yang banyak untuk bermain
melainkan karena terdapat tumpang tindih antar ciri-ciri kegiatan bermain
anak-anak yang lebih muda denagn ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan
periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan
kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.
2.3
Aspek-Aspek
Dalam Pengenalan Terhadap Anak
2.3.1
Aspek
Perkembangan Fisik
Menurut
Elizabeth yang dikutip oleh Mansur bahwa perkembangan fisik sangat penting
dipelajari karena secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi
perilaku anak sehari-hari. Secara langsung perkembangan fisik anak-anak akan
menentukan keterampilan anak-anak dalam bergerak. Secara tidak langsung
pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak itu
memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain. Pada anak usia
dini perkembangan fisik memerlukan keterampilan motorik sehingga otot syaraf
yang mulai tumbuh dapat berfungsi dengan baik. Perkembangan motorik anak usia
dini mencakup motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar
diperlukan untuk keterampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh, seperti
melompat. Sedangkan perkembangan motorik halus meliputi perkembangan motorik
halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian
tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, dan sebagainya.[14]
2.3.2
Aspek
Perkembangan Afektif[15]
Pada saat ini, hangat dibicarakan tentang kecerdasan
emosi. Dapat diungkap, orang yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan lebih
berhasil menyelesaikan masalah daripada orang yang hanya mempunyai kecerdasan
kurang tinggi.
1.
Emosi
pada masa anak-anak
Pada
masa ini, emosi anak sangat kuat, ditandai oleh ledakan marah, ketakutan yang
hebat, ir hati yang tidak masuk akal. Hal ini karena kelemahan anak akibat
lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terllu sidikit. Disamping itu,
anak menjadi marah karena tidak dapat melkukan suatu kegiatan yang dianggap
dapat dilakuan dengan mudah. Ketegangan emosa dapat terjadi pada anak kalu anak
diharapkan menjadi standard yang tidak masuk akal. Emosi yamg diungkapkan
dengan menangis dan murumg kalau susah dan emosi tersenyum, tertawa jika
senang, mengalami perkembangan saat anak mencapai usia 5 tahun
Pola emosi umum yang
terjadi pada masa awal anak-anak antara lain adalah:
a. Marah
Penyebab
marah, paling umum ialah pertengkaran karena permainan, tidak tercapainya
keinginan, dan serangan dari anak-anak lain.
b. Takut
Anak
takut mendengar cerita, melihat gambar , melihat tv, mendengarkan radio,
mellihat orang marah-marah. Reaksi anak terhadap marah ialah: panik, kemudian
lari, menghindar, bersembunyi, menangis.
c. Cemburu
Anak
cemburu karena perhatian orang tua beralih kepada orang lain, misalnya adiknya
yang baru lahir. Ungakapan cemburu: anak pura-pura sakit, anak menjadi nakal,
regresi, yaitu melakukan hal-hal yang dulu pernah dilakukan dan menarik
perhatian.
d. Ingin
tau
Anak
ingin mengetahui hal-hal yang baru, juga ingin mengetahui tubuhnya sendiri.
Reaksinya, ia banyak bertanya.
e. Iri
hati
Anak
sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
Ungkapan iri hati adalah ialah mengeluh tentang hal-hal yang dimiliki,
mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang orang lain, mengambil benda yang
ingin dimilikinya.
f. Gembira
Anak
merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba,
membohongi orang lain, berhasl melakukan tugas yang dianggapnya sulit. Anak
mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, bertepuk tangan,
melompat-lompat, memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
g. Sedih
Anak
sedih karena kehilangan sesuatu yang disayanginya. Ungkapan sedh pada anak
adalah menangis, kehilangan gairah mengerjakan kegiatan sehari-hari.
h. Kasih
sayang
Anak
belajar mencintai sesuatu yang ada disekitarnya. Ungkapan kasih sayang yang
dilakukan anak adalah memeluk, menepuk, mencium objek yang disayanginya dengan
kasih sayang, mengajak bicara dengan mesra, mengelus-elus binatang yang
disayanginya dan menggendongnya.
2.
Emosi
anak pada akhir masa anak-anak
Dengan
bertambah besarnya badan dan luasnya pergaulan anak pada akhir masa anak-anak,
anak jarang melakukan ledakan marah seperti menangis, berteriak-berteriak. Anak
lebih sering mengungkapakan emosi marah dengan menggerutu, murung, dan ungkapan
kasar.
Pada umumnya, akhir
masa anak-anak merupakan periode relative tenang dan berlangsung sampai
mulainya masa puber. Hal ini disebabkan:
a. Peranan
yang harus dilakukan anak sudah terumus secara jelas dan anak tahu cara
melakukannya.
b. Mereka
sudah dapat melakukan berbagai permainan dan olah raga sehingga emosi dapat
tersalurkan secara positif.
c. Fisik
anak makin kuat, sensor motorik makin baik, keterampilan makin meningkat,
sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugasnya.
Walaupun akhir masa
anak-anak merupakan periode yang relative tenang, ada kalanya anak-anak pada
masa tersebut menalami tekanan emosi yang hebat karena kondisi fisik dan
lingkungan.
2.3.3 Aspek Perkembangan Moral
Beberapa
kaum struktural tidak meremehkan hubungan pribadi di dalam pertumbuhan moral,
oleh karena itu mereka menyatakan bahwa perkembangan moral tumbuh melalui
interaksi dengan lingkungan. Sementara pengalaman baru membawa anak-anak itu
kedalam situasi moral yang baru.[16]
Pada tingkat pertama, anak berorientasi pada ketaatan dan hukuman. Tindakan
yang mengikuti aturan dinilai sebagai tindakan yang baik. Namun, jika menimbulkan
kesakitan atau ketakutan dianggap perbuatan yang tidak baik. Pada tahap
selanjutnya, anak erorientasi secara naif-egoistis. Dalam tahap ini, perbuatan
yang menurut aturan dianggap baik apabila perbuatan tersebut memuaskan hati.
Aspek-aspek seperti kejujuran saling memberi dan membalas sudah mulai muncul,
tetapi ditafsirkan secara pragmatis.
Timbul rasa ketakutan kepada yang memiliki kekuasaan/otoritas dan tumbuh
motivasi karena takut kepada hukuman. Perhatiannya masih tertuju kepada dirinya
sendiri, terutama yang berkaitan dengan konsentrasi fisik.
2.3.4
Aspek
Perkembangan Kognitif
Perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga
dapat berpikir. Semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama
melalui 4 tahapan. Pertama, sensorik motorik (0-2 tahun). Dalam perkembangan
kognisi (kemampuan berpikir atau mental) selama stadium sensorik motorik,
intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi
stimuli sensorik. Dalam tahap ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit
dan bukan tindakan yang imaginer. Kedua, preoperasional (2-7 tahun). Dimulai
dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi serta
bayangan dalam mental dan bersifat egosentrik. Ketiga, konkret operasional
(7-11 tahun). Cara berpikir anak kurang egosentrik, aspek dinamis dalam
perubahan situasi sudah diperhatikan, analisis logis dalam situasi konkrit.
Keempat, formal operasional (11 ke atas). Berpikir operasional formal dan
mempunyai dua sifat yang penting yaitu, deduktif, hipotesis dan kombinatoris.
2.3.5
Aspek
Perkembangan Spiritual
Pada
usia ini anak hidup dalam dunia fantasi dan imitasi dari contoh-contoh dongeng
atau cerita, dan model yang disampaikan oleh orang dewasa yang dekat dengannya.
Mereka mengembangkan dasar kepercayaan. Mereka bersandar kepada orang-orang
yang memberi kasih, pemeliharaan dan pertumbuhan. Mereka mengidentifikasi Tuhan
sebagai pribadi yang menolong, seperti orang tua yang penuh kasih yang
memelihara dalam melindungi mereka.[17]
2.3.6
Aspek
Perkembangan Sosial
Perkembangan
sosial anak dimulai dari egosentrik, individual, kearah interelatif komunal.
Pada mulannya anak bersifat egosentrik, hanya memandang dari satu sisi yaitu
diri sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain biasa berpandangan berbeda
dengan dirinya. Maka pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri.
Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan
anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosialnya.[18] Dasar
untuk sosialisasi diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan
teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih banyak
bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara. Kalau anak
menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka
sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial
yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai
interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan
sosial sehingga mereka lebih popular
daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas. Manfaat yang diperoleh anak
dengan dberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi
oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya.[19]
Pada
akhir masa Anak-anak sering disebut sebagai “usia berkelompok” karena ditandai
dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan
yang kuat untuk diterima sebagai anggota satu kelompok, dan merasa tidak puas
bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di
rumah atau dengan saudara-saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan
anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa
kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Dua atau tiga teman
tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya
dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolahraga, dan dapat
memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk sekolah sampai masa puber, keinginan
untuk bersama dan untuk diterima kelompok menjadi semakin kuat.[20]
2.4
Tantangan
Perkembangan Masa Anak-Anak[21]
a.
Fisik
·
Kematian
Kematian
dalam awal masa anak-anak lebih sering disebabkan karena kecelakaan daripada
karena penyakit dan karena anak laki-laki lebih banyak mengalami kecelakaan
daripada anak perempuan.
·
Penyakit
Anak-anak
sangat muda terkena semua jenis penyakit, tetapi yang paling umum adalah
penyakit pernafasan. Sebagian besar penyakit disebabkan oleh karena sebab-sebab
fisiologis, tetapi ada juga penyebabnya psikomotoris dan ketegangan keluarga.
·
Kecelakaan
Kebanyakan
anak-anak mengalami luka-luka iris, memar, radang, terbakar, patah tulang, otot
kaku, atau gangguan ringan lain sebagai akibat kecelakaan. Meskipun kebanyakan
kecelakaan dalam awal masa anak-anak tidak fatal, tetapi banyak yang
meninggalkan cacat fisik atau psikologis selamanya. Banyak ketidakmampuan masa
anak-anak, misalnya disebabkan oleh kecelakaan. Ketidakmampuan dapat
menyebabkan perasaan rendah diri atau menyerah, yang akan selamanya mengganggu
pola kepribadiannya.
·
Tidak Menarik
Dengan
berjalannya awal masa anak-anak, anak-anak semakin tidak menarik sampai ia
memasuki masa akhir anak-anak. Hal ini disebabkan karena beberapa hal. Pertama,
dengan berubahnya bentuk tubuh, anak-anak mulai terlihat kurus dan janggal,.
Kedua, rambutnya menjadi lebih kasar dan sulit diatur sehingga penampilan
anak-anak menjadi kurang rapih. Ketiga, terdapat celah-celah dimulut di mana
gigi yang tumbuh tetap menggantikan gigi-gigi bayi yang tanggal tampaknya
terlalu besar. Keempat, anak-anak lebih memperhatikan waktu-waktu yang
menyenangkan daripada memperhatikan kerapihan dan kebersihan. Sehingga anak-anak tampak kotor dan tidak
terawat.
·
Kejanggalan
Kekakuan
yang aneh mungkin disebabkan oleh kerusakan otak pada waktu lahir,
keterbelakangan mental atau penyebab fisik lain. Tetapi yang lebih sering
terjadi, adalah bahwa anak-anak terhambat oleh sikap orang tua yang sangat
melindungi, ketakutan yang disebabkan kecelakaan atau peringatan-peringatan
untuk berhati-hati, hambatan lingkungan
atau kesempatan untuk berlatih. Akibatnya, perkembangan motorik
terlambat dan anak-anak menampilkan kesan kaku. Ia akan menganggap bahwa
teman-temannya lebih baik, suatu perasaan yang akan berkembang menjadi perasaan
rendah diri atau minder.
·
Kegemukan
Secara
medis, anak-anak yang berat tubuh dan bentuk tubuhnya 20% atau lebih diatas
anak-anak normal yang seusia, dianggap sebagai “gemuk”. Kegemukan selalu
merupakan bahaya ditingkat usia manapun juga. Pertama, kegemukan membahayakan
kesehatan. Kedua, kegemukan membahayakan penampilan tubuh yang menarik. Di
samping itu, kegemukan merupakan bahaya dalam awal masa anak-anak karena inilah
terbentuknya kebiasaan makan.
·
Tangan-Kidal
Sepanjang
sejarah, tangan kiri mempunyai arti buruk. Alasannya, kalau anak tangan kidal
mempelajari keterampilan orang yang tidak tangan kidal, ia barang kali menjadi
bingung bagaimana harus meniru model tersebut. Tangan kidal dapat mempengaruhi
keberhasilan pendidikan anak dan kemudian keberhasilan dalam pekerjaan.
b.
Psikologis
·
Berbicara
Bicara
merupakan sarana komunikasi dan karena komunikasi penting bagi kehidupan sosial
maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi akan mengalami hambatan sosial
dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan rendah diri dan tidak mampu. Ada empat
bahaya umum sehubungan dengan berkomunikasi : Pertama, orang lain tidak dapat
mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang dikatakan apabila orang lain
memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Kedua, Kalau mutu
pembicaraan anak-anak begitu buruk sehingga sulit untuk dimengerti, kemampuan
berkomunikasi dengn orang lain lebih terancam bahaya daripada kalau ia tidak
mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya. Ketiga, Berbahasa dua merupakan
hambatan yang serius dalam perkembangan sosial anak-anak. Keempat dan yang
terparah, menyangkut isi pembicaraan anak. Banyak orang yang mengabaikan
pembicaraan anak yang buruk karena menganggap anak akan belajar lebih baik
seiring bertambahnya usia. Tetapi pembicaraan anak sangat egosentris dan kalau
komentar terhadap orang lain bersifat kritis dan merendahkan.
·
Emosional
Bahaya
emosional awal masa anak-anak yang besar kelihatan pada dominasi emosi yang
kurang baik, terutama amarah. Kalau anak mengalami terlalu banyak emosi yang
kurang baik dan hanya sedikit mengalami emosi-emosi yang menyenangkan maka hal
ini akan mengganggu pandangan hidup dan mendorong perkembangan watak yang
kurang baik. Bahaya yang juga besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial
berupa ketidakmampuan untuk melakukan empathic
complex, suatu ikatan emosional antara individu dan orang-orang berarti.
·
Sosial
Ada
sejumlah bahaya terhadap berkembangnya penyesuaian sosial yng baik pada awal
masa anak-anak, diantaranya ada lima yang sangat sering terjadi dan serius.
Pertama, kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan ia tidak popular
diantara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian tetapi yang
lebih penting lagi ia kurang mempunyai kesempatan untuk belajar berperilaku
sesuai dengan harapan teman-teman sebaya. Kedua, anak yang secara keras dipaksa
bermain sesuai dengan seksnya akan bertindak secara berlebihan dan ini akan
menjengkelkan teman-temannya sebaya. Ketiga, sebagai akibat perlakuan dari
teman-teman sebayanya, anak mungkin dan seringkali mengembangkan sikap sosial
yang tidak sehat. Keempat, penggunaan teman khayalan dan binatang peliharaan
untuk mengimbangi kurangnya teman. Penggunaan teman khayalan hanyalah
penyelesaian sementara saja terhadap masalah anak kesepian, tetapi dengan
demikian sosialisasi anak menjadi sedikit. Ada beberapa hal binatang peliharaan
dapat memenuhi kebutuhan sosial anak. Hewan yang sesuai haruslah jinak dan siap
menerima segala perlakuan dari anak tanpa protes. Kelima, dorongan orang tua untuk lebih banyak
menggunakan waktu dengan anak-anak lain dan tidak banyak menghabiskan waktu sendiri.
·
Bermain
Kalau
anak kurang mempunyai teman bermain, baik disebabkan karena lingkungannya
terpencil atau tidak diterima oleh teman-temannya untuk bermain, ia terpaksa
bermain sendiri. Moore dan kawan-kawan mengatakan, “bermain sendiri merupakan
kegiatan yang normal dan menguntungkan, bukan merupakan dari penyesuaian sosial
yang buruk”. Di lain pihak, karena sosialisasi pada masa awal ank-anak terutama
berkembang melalui bermain dengan teman-teman, maka anak yang memiliki sedikit
teman bermainakan kekurangan kesempatan untuk belajar bersikap sosial.
·
Perkembangan Konsep
Ada
3 bahaya dalam perkembangan konsep. Pertama, ketidaktepatan pengertian. Karena
terbatasnya pengalaman anak dengan orang dan benda, karena terbatasnya kosakata
sehingga menyulitkan anak untuk mengerti denagn tepat maksud yang dikatakan
orang lain kepadanaya dan karena terbatasnya kesempatan untuk mempelajari arti
yang benar dari sumber-sumber otoriter seperti buku-buku dan orang-orang dewasa
dengan informasi yang benar, dapatlah dimengerti kalau konsep-konsep yang
dipelajari anak-anak tidak tepat atau benar-benar salah. Kedua, perkembangan
konsep-konsep dibawah di bawah tingkat perkembangan teman-teman sebaya. Kalau
ini terjadi dapat sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial anak. Ketiga, bobot emosi, Misalnya, kalau anak membentuk konsep hari
natal di sekitar santa claus dengan bobot emosi yang menyenangkan, mereka tidak
mau mengubah konsep natal ketika diketahui bahwa santa claus tidak ada. Lebih
gawat lagi, anak akan merasa tertipu oleh mereka yang menceritakan tentang
santa claus, dan akan merasa bahwa hari Natal kurang berarti baginya.
·
Moral
Ada
empat bahaya dalam perkembangan moral selama awal masa anak-anak yaitu;
Pertama, displin yang tidak konsisten memperlambat proses untuk belajar
menyesuaikan diri dengan harapan sosial. Kedua, kalau anak tidak ditegur atas
perbuatan-perbuatan yang melanggar dan kalau anak dibiarkan memperoleh kepuasan
sementara dari kekaguman dan iri hati teman-teman terhadap perlakuan yang
salah, maka akan mendorong anak untuk tetap melakukan hal yang salah. Ketiga,
Terlampau banyak penekanan pada hukuman terhadap perilaku salah dan terlampau
sedikit penekanan pada siakap yang kurang baik kepada orang-orang berkuasa. Keempat,
anak yang terkena displin otoriter yang pokok penekanannya pada penegendalian
eksternal tidak didorong untuk mengembangkan pengendalian internal terhadap
perilaku yang membentuk dasar bagi perkembangan lebih lanjut hati nurani.
·
Hubungan Keluarga
Kemerosotan
dalam tiap hubungan manusiawi berbahaya bagi penyesuaian sosial yang baik,
terutama hubungan anak dengan orang tuanya. Anak perempuan yang merasa bahwa
orang tua lebih menyukai anak laki-laki di dalam keluarga akan membenci orang
tua dan saudara laki-lakinya. Bagi anak laki-laki ancaman terbesar dalam
hubungan orang tua anak adalah kurangnya identifikasi ayah dan kurangnya
kehangatan emosional antara ayah dan anak yang mendorong terus berlangsungnya
identifikasi anak dengan ibu dan perkembangan pola dan minat yang dianggap
“banci” oleh teman-temaan sebayanya.
·
Kepribadian
Bahaya
kepribadian yang paling serius adalah perkembangan konsep diri yang kurang baik
yang dapat disebabkan perlakuan anggota keluarga dan teman-teman, sebab adanya
harapan-harapan yang tidak realistis sehingga anak merasa gagal karena tidak
dapat mencapai tujuan yang diletakkan oleh orang tua, atau disebabkan
egosentrisme yang kuat. Apapun sebabnya konsep diri yang kurang baik mudah
berkembang pada masa awal anak-anak. Sekali berkembang, konsep tersebut sulit
diatasi. Sayangnya terlalu banyak orang tua yang tidak melihat bahwa anak
mengembangkan konsep diri kurang baik, atau mereka beranggapan bahwa anak akan
mengatasi konsep diri yang kurang baik dengan bertambahnya usia dan dengan
meluasnya cakrawala sosial mereka.
III.
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas kami para penyaji mengambil
kesimpulan bahwa bertambahnya usia seseorang berpengaruh terhadap perkembangan fisik,
afektif, moral, kognitif, spiritual dan sosial nya. Pada umumnya, semakin
bertambahnya umur seseorang, semakin meningkatlah perkembangan fisik, afektif,
moral, kognitif, spiritual dan sosialnya. Baik buruknya perkembangan tersebut
dipengaruhi oleh proses panjang, yang dimulai pada awal masa anak-anak, akhir
masa anak-anak , remaja dan akhirnya menuju kedewasaan. Proses panjang itulah
yang menentukan hasil akhir dari kehidupan seseorang. Jika proses
perkembangannya baik, maka besar kemungkinan menghasilkan perkembangan yang
baik pula, begitu juga sebaliknya, jikalau perkembangannya buruk, maka akan
menghasilkan hal yang buruk. Dalam proses inilah diperlukan peran penting dan
kepekaan dari orang tua, sebagai orang terdekat dengan si anak. Namun bukan
juga berarti sepenuhnya bertumpu pada orang tua, dapat juga melalui kelembagaan
seperti taman kanak-kanak dan lain sebagainya.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Cully, V. Iris, Children In The Church, Philadelphia, The West Minster Press
Douglas J.D, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, A-L, Yogyakarta :
YKBK/OMF, 1997
Dubos, Cecile Drawin & Alain, Bagaimana Mengetahui Anak Anda, Jakarta
: Gelora Aksara Pertama, 1987
Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini, Bandung: Bina Media
Informasi, 2009
Gunarsa, D. Singgih, Dasar Dan Teologi Perkembangan Anak, Jakarta : BPK-GM, 1987
Hurlock, B. Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Jakarta :
Erlangga
Moeliono, M. Anton, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998
Sidjabat, B. Samuel , Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta : ANDI, 1996
Sundari, Sri Rumini & Siti, Perkembangan Anak & Remaja, Jakarta
: PT. Rineka Cipta, 2004
Turnip Genti, Gultom Rida, Taruli Dame, Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-anak, Medan:
CV.MITRA, 2011
[1]
Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak
Usia Dini, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 1
[2]
Rida Gultom, Dame Taruli, Genti Turnip, Pendidikan
Agama Kristen Kepada Anak-anak, (Medan: CV.MITRA, 2011), 13
[4]
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), 950
[7]
Iris V. Cully, Children In The Church, (Philadelphia,
The West Minster Press), 13-16
[8]
Cecile Drawin & Alain Dubos, Bagaimana
Mengetahui Anak Anda, (Jakarta : Gelora Aksara Pertama, 1987), 38
[9]
Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan
Anak & Remaja, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 37
[11]Elizabeth
B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 148
[14]
Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak
Usia Dini, 22-23
[15]
Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan
Anak & Remaja, 47-51
[16]
Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada
Anak-anak (Bandung, Yayasan Kalam Hidup, 2007), 214
[17] Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini, (Bandung: Bina Media
Informasi, 2009), 22-23
[21]
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi
Perkembangan, 133-139
No comments:
Post a Comment