Monday, March 13, 2017

PENGENALAN TERHADAP USIA ANAK: FISIK, AFEKTIF, MORAL, KOGNITIF, SPIRITUAL DAN SOSIAL SERTA TANTANGANNYA



Nama                         : Johannes Nababan
STT. Abdi Sabda
PENGENALAN TERHADAP USIA ANAK: FISIK, AFEKTIF, MORAL, KOGNITIF, SPIRITUAL DAN SOSIAL SERTA TANTANGANNYA
I.                   PENDAHULUAN
Usia merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Pada umumnya semakin tua usia seseorang, semakin dewasalah dia secara fisik, pemikiran, dan tingkah laku. Namun sebelum mencapai kedewasaan tersebut bukanlah tanpa proses, dimulai pada masa bayi, awal anak-anak, akhir masa anak-anak hingga remaja dan akhirnya dewasa. Dan di dalam setiap proses tersebutlah terjadilah pembentukan afektif, moral, kognitif, spiritual dan sosial. Dalam proses tersebut bukan juga tanpa tantangan-tantangan yang sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dan juga dapat mengakibatkan hal yang fatal. Untuk memahami dan menyelaminya lebih dalam, kami para penyaji akan berusaha memaparkannya. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.
II.                PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Anak
Anak-anak adalah anugerah dan warisan Allah kepada orangtuanya (Mazmur 127:3). Mereka merupakan generasi penerus dari sebuah Negara.[1] Anak adalah seorang pribadi yang unik. Menurut Antony & Elizabeth Capon, dalam karya mereka, The church and the Child (1967) menyatakan bahwa anak adalah pribadi yang matang dalam pandangannya sendiri. Yang artinya anak memiliki potensi untuk mengerti, memahami, namun sesuai dengan tingkat perkembangannya.[2]  Dalam bahasa Ibrani, anak disebut “Ben”, dalam bahasa Aram disebut “Bar” yang berarti anggota satu tubuh seperti Allah namun bukan dilahirkan oleh Allah.[3] Dalam KBBI, kata “anak” mempunyai banyak pengertian, antara lain : keturunan yang kedua, manusia yang masih kecil.[4] Anak adalah individu yang unik dan sangat berharga di hadapan Allah. Oleh karena itu, mereka yang telah dewasa baik orang tua, pendeta, Majelis dan guru sekolah minggu berkewajiban untuk mendidik anak dalam ajaran Tuhan.[5]
Menurut Jhon Locke, anak adalah pribadi yang masih bersih atau polos, belum mengerti apa-apa namun mereka memepunyai kepekaan terhadap rangsangan dari lingkungannya, tempat ia hidup dan bertumbuh.[6]  Menurut Iris V. Cully, anak adalah seorang yang unik yang berbeda dari setiap anak dan tidak sama dengan yang lain.[7] Menurut Dokter Dubos, anak adalah seorang yang dimana kesehariannya suka menunjukkan sifat haus pengetahuan dan memperlihatkan hasrat yang menyala-nyala, selalu semangat yang membuat rasa bangga pada orang tuanya.[8]
  2.2  Masa Anak-Anak[9]
 Masa Anak-anak dimulai pada akhir masa bayi sampai saat anak matang secara seksual. Jadi mulai sekitar umur 2 tahun sampai sekitar umur 12 tahun, ada sebagian anak yang baru berumur 11 tahun sudah tidak termasuk anak-anak, tetapi ada juga yang sudah berumur 14 tahun masih termasuk masa anak-anak. Masa anak-anak dibagi menjadi dua periode, yaitu awal masa anak-anak sekitar umur 2-6 tahun, dan akhir masa anak-anak sekitar umur 6-12 tahun. Ada beberapa sebutan untuk masa anak-anak yang sesuai dengan sifat mereka misalnya, orang tua menyebut masa yang menyulitkan, karena pada masa awal anak-anak mereka cenderung menolak ungkapan kasih sayang orang tua dan tidak mau ditolong. Sedangkan pada masa akhir anak-anak mereka tidak lagi mau menuruti perintah orang tua, dan lebih senang mengikuti aturan kelompoknya. Ada pula yang memberi nama masa anak-anak sebagai usia bermain. Hal ini dikarenakan pada awal masa anak-anak sebagian waktunya digunakan untuk bermain. Untuk akhir masa anak-anak, bukan karena banyak waktu bermain, karena anak sudah sekolah, tetapi karena luasnya minat dan kegiatan bermain.
2.2.1        Psikologi Perkembangan Anak
2.2.1.1  Tugas Perkembangan Anak
a.      Awal Masa Anak-Anak
     Pada saat masa bayi berakhir, semua bayi normal telah belajar berjalan meskipun dalam tingkat kecakapan yang berbeda-beda, telah belajar makan makanan yang keras, dan telah mencapai stabilitas fisiologis yang cukup baik. Tugas pokok  dalam belajar mengendalikan pembuangan kotoran sudah hampir sempurna dan akan sepenuhnya dikuasai dalam setahun atau dua tahun lagi. Meskipun sebagian besar bayi telah menambah kosa kata yang berguna, telah dapat dengan tepat mengucapkan kata-kata yang mereka gunakan, dapat mengerti arti dari pernyataan dan perintah yang sederhana, dan dapat menggabungkan beberapa kata menjadi kalimat yang berarti, namun kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain masih dalam taraf yang rendah.  Demikian juga halnya tentang pengertian tentang benar dan salah yaitu masih terbatas dan harus diperluas dengan pengertian benar dan salah dalam hubungannya dengan orang-orang di lingkungan tetangga, sekolah dan tempat bermain.  Salah satu yang tak kalah pentingnya dan yang bagi banyak anak-anak merupakan tugas perkembangan yang paling sulit adalah belajar untuk berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara-saudara kandung dan orang lain. Alasannya adalah karena hubungan dengan orang lain dalam masa bayi berdasarkan pada ketergantungan bayi pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, terutama kebutuhan kasih sayang.[10]   



b.      Akhir Masa Anak-Anak
    Untuk memperoleh tempat di dalam kelompok sosial, anak yang lebih besar harus menyesuaikan tugas dalam perkembangan. Penguasaan tugas tersebut tidak lagi sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua seperti pada tahun-tahun prasekolah. Misalnya, pengembangan pelbagai keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dan pembangunan sikap-sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga merupakan tanggung jawab guru dan juga orang tua.[11]
       
2.2.1.2  Ciri-ciri Perkembangan Masa Anak
a.      Awal Masa Anak-Anak[12]
·         Sebutan Yang Digunakan Orang Tua
Sebagian besar orang tua menganggap awal masa anak-anak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit. Dengan datangnya masa anak-anak, sering terjadi masalah perilaku yang menyulitkan daripada masalah perawatan kulit bayi. Hal itu dikarenakan karena anak tersebut sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebesan. Lagi pula, anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, tidak menurut, negativistis, dan melawan. Karena pelbagai masalah itu, maka bagi orang tua pada umumnya masa awal anak-anak tampaknya merupakan usia yang kurang menarik dibandingkan masa bayi. Seringkali orang tua menganggap masa awal anak-anak sebagai Usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktu bermain dengan mainannya. Penyelidikan tentang permainan anak menunjukkan bahwa bermain dengan mainan mencapai puncaknya pada tahun-tahun awal masa anak-anak.  Selama tahun prasekolah, taman kanak-kanak, pusat penelitian anak-anak dan kelompk bermain, semuanya menekankan permainan yang memakai mainan. Akibatnya, baik sendiri ataupun kelompok, mainan merupakan unsur yang penting dari aktivitas bermain mereka.


·      Sebutan Yang Digunakan Para Pendidik
               Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa anak-anak sebagai usia prasekolah untuk membedakannya dimana anak-anak dianggap cukup tua, baik secara fisik maupun mental, untuk menghadapi tugas-tugas ketika mereka masuk pendidikn formal. Di rumah, di pusat-pusat perawatan, taman indria atau taman kanak-kanak, tekanan dan harapan yang dikenakan kepada anak-anak sangat berbeda dengan apa yang dialaminya pada saat memulai pendidikan formal. Awal masa anak-anak merupakan masa persiapan.
·      Sebutan Yang Digunakan Para Ahli Psikologi
               Para ahli menggunakan sejumlah sebutan yang berbeda. Salah satu sebutan yang yang banyak digunakan adalah usia kelompok, masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk sekolah nantinya. Karena perkembangan utama yang terjadi selama awal masa anak-anak berkisar disekitar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi melabelkan awal masa anak-anak sebagai usia menjelajah, hal label yang menunjukan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi lingkungan adalah dengan bertanya, Sehingga periode ini sering disebut sebagai usia bertanya. Yang paling menonjol pada priode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Oleh karena itu, periode ini juga dikenal sebagai usia meniru. Namun meskipun demikian, anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain sehingga banyak para ahli psikologi menamakan periode ini sebagai usia kreatif.

b.   Akhir Masa Anak-Anak[13]
·         Label yang digunakan oleh orang tua
Bagi orang tua, akhir masa anak-anak merupakan usia yang menyulitkan- suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi teman sebayanya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Karena kebanyakan anak, terutama anak laki-laki, kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya sendiri, maka orang tua memandang periode ini sebagai usia tidak rapih- suatu masa dimana anak-anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Dalam keluarga yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan, sudah jamak bila anak laki-laki mengejek anak perempuan. Jikalau anak perempuannya membalas, maka terjadilah pertengkaran dalam bentuk maki-makian atau serangan fisik. Periode ini disebut sebagai usia bertengkar.
·         Label yang digunakan oleh para pendidik
Pendidik melabelkan akhir masa aanak-anak sebagai usia sekolah dasar. Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan. Pendidik juga menganggap periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi-suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Tingkat perilaku berprestasi pada anak-anak mempunyai kolerasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa. 
·         Label yang digunakan oleh Ahli Psikologi
Bagi ahli psikologi, akhir masa anak-anak adalah usia berkelompok- suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan , berbicara, dan perilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri. Masa akhir anak-anak juga dinamakan sebagai usia kreatif, suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak menjadi antara ciri-konformis atau pencipta karya yang baru dan orisinal. Akhir masa anak-anak juga disebut sebagai usia bermain. Bukan karena dapat memiliki waktu yang banyak untuk bermain melainkan karena terdapat tumpang tindih antar ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda denagn ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.  

2.3           Aspek-Aspek Dalam Pengenalan Terhadap Anak
2.3.1        Aspek Perkembangan Fisik
Menurut Elizabeth yang dikutip oleh Mansur bahwa perkembangan fisik sangat penting dipelajari karena secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung perkembangan fisik anak-anak akan menentukan keterampilan anak-anak dalam bergerak. Secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak itu memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain. Pada anak usia dini perkembangan fisik memerlukan keterampilan motorik sehingga otot syaraf yang mulai tumbuh dapat berfungsi dengan baik. Perkembangan motorik anak usia dini mencakup motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar diperlukan untuk keterampilan    menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh, seperti melompat. Sedangkan perkembangan motorik halus meliputi perkembangan motorik halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, dan sebagainya.[14]

2.3.2     Aspek Perkembangan Afektif[15]
Pada saat ini, hangat dibicarakan tentang kecerdasan emosi. Dapat diungkap, orang yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan lebih berhasil menyelesaikan masalah daripada orang yang hanya mempunyai kecerdasan kurang tinggi.
1.      Emosi pada masa anak-anak
Pada masa ini, emosi anak sangat kuat, ditandai oleh ledakan marah, ketakutan yang hebat, ir hati yang tidak masuk akal. Hal ini karena kelemahan anak akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, makan terllu sidikit. Disamping itu, anak menjadi marah karena tidak dapat melkukan suatu kegiatan yang dianggap dapat dilakuan dengan mudah. Ketegangan emosa dapat terjadi pada anak kalu anak diharapkan menjadi standard yang tidak masuk akal. Emosi yamg diungkapkan dengan menangis dan murumg kalau susah dan emosi tersenyum, tertawa jika senang, mengalami perkembangan saat anak mencapai usia 5 tahun
Pola emosi umum yang terjadi pada masa awal anak-anak antara lain adalah:
a.       Marah
Penyebab marah, paling umum ialah pertengkaran karena permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan dari anak-anak lain.
b.      Takut
Anak takut mendengar cerita, melihat gambar , melihat tv, mendengarkan radio, mellihat orang marah-marah. Reaksi anak terhadap marah ialah: panik, kemudian lari, menghindar, bersembunyi, menangis.
c.       Cemburu
Anak cemburu karena perhatian orang tua beralih kepada orang lain, misalnya adiknya yang baru lahir. Ungakapan cemburu: anak pura-pura sakit, anak menjadi nakal, regresi, yaitu melakukan hal-hal yang dulu pernah dilakukan dan menarik perhatian.
d.      Ingin tau
Anak ingin mengetahui hal-hal yang baru, juga ingin mengetahui tubuhnya sendiri. Reaksinya, ia banyak bertanya.
e.       Iri hati
Anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Ungkapan iri hati adalah ialah mengeluh tentang hal-hal yang dimiliki, mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang orang lain, mengambil benda yang ingin dimilikinya.
f.       Gembira
Anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba, membohongi orang lain, berhasl melakukan tugas yang dianggapnya sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia.
g.      Sedih
Anak sedih karena kehilangan sesuatu yang disayanginya. Ungkapan sedh pada anak adalah menangis, kehilangan gairah mengerjakan kegiatan sehari-hari.
h.      Kasih sayang
Anak belajar mencintai sesuatu yang ada disekitarnya. Ungkapan kasih sayang yang dilakukan anak adalah memeluk, menepuk, mencium objek yang disayanginya dengan kasih sayang, mengajak bicara dengan mesra, mengelus-elus binatang yang disayanginya dan menggendongnya.
2.      Emosi anak pada akhir masa anak-anak
Dengan bertambah besarnya badan dan luasnya pergaulan anak pada akhir masa anak-anak, anak jarang melakukan ledakan marah seperti menangis, berteriak-berteriak. Anak lebih sering mengungkapakan emosi marah dengan menggerutu, murung, dan ungkapan kasar.
Pada umumnya, akhir masa anak-anak merupakan periode relative tenang dan berlangsung sampai mulainya masa puber. Hal ini disebabkan:
a.       Peranan yang harus dilakukan anak sudah terumus secara jelas dan anak tahu cara melakukannya.
b.      Mereka sudah dapat melakukan berbagai permainan dan olah raga sehingga emosi dapat tersalurkan secara positif.
c.       Fisik anak makin kuat, sensor motorik makin baik, keterampilan makin meningkat, sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugasnya.
Walaupun akhir masa anak-anak merupakan periode yang relative tenang, ada kalanya anak-anak pada masa tersebut menalami tekanan emosi yang hebat karena kondisi fisik dan lingkungan.
2.3.3     Aspek Perkembangan Moral
Beberapa kaum struktural tidak meremehkan hubungan pribadi di dalam pertumbuhan moral, oleh karena itu mereka menyatakan bahwa perkembangan moral tumbuh melalui interaksi dengan lingkungan. Sementara pengalaman baru membawa anak-anak itu kedalam situasi moral yang baru.[16] Pada tingkat pertama, anak berorientasi pada ketaatan dan hukuman. Tindakan yang mengikuti aturan dinilai sebagai tindakan yang baik. Namun, jika menimbulkan kesakitan atau ketakutan dianggap perbuatan yang tidak baik. Pada tahap selanjutnya, anak erorientasi secara naif-egoistis. Dalam tahap ini, perbuatan yang menurut aturan dianggap baik apabila perbuatan tersebut memuaskan hati. Aspek-aspek seperti kejujuran saling memberi dan membalas sudah mulai muncul, tetapi  ditafsirkan secara pragmatis. Timbul rasa ketakutan kepada yang memiliki kekuasaan/otoritas dan tumbuh motivasi karena takut kepada hukuman. Perhatiannya masih tertuju kepada dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan konsentrasi fisik.

2.3.4        Aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir. Semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama melalui 4 tahapan. Pertama, sensorik motorik (0-2 tahun). Dalam perkembangan kognisi (kemampuan berpikir atau mental) selama stadium sensorik motorik, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimuli sensorik. Dalam tahap ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan yang imaginer. Kedua, preoperasional (2-7 tahun). Dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi serta bayangan dalam mental dan bersifat egosentrik. Ketiga, konkret operasional (7-11 tahun). Cara berpikir anak kurang egosentrik, aspek dinamis dalam perubahan situasi sudah diperhatikan, analisis logis dalam situasi konkrit. Keempat, formal operasional (11 ke atas). Berpikir operasional formal dan mempunyai dua sifat yang penting yaitu, deduktif, hipotesis dan kombinatoris.
2.3.5        Aspek Perkembangan Spiritual
Pada usia ini anak hidup dalam dunia fantasi dan imitasi dari contoh-contoh dongeng atau cerita, dan model yang disampaikan oleh orang dewasa yang dekat dengannya. Mereka mengembangkan dasar kepercayaan. Mereka bersandar kepada orang-orang yang memberi kasih, pemeliharaan dan pertumbuhan. Mereka mengidentifikasi Tuhan sebagai pribadi yang menolong, seperti orang tua yang penuh kasih yang memelihara dalam melindungi mereka.[17]
2.3.6           Aspek Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak dimulai dari egosentrik, individual, kearah interelatif komunal. Pada mulannya anak bersifat egosentrik, hanya memandang dari satu sisi yaitu diri sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain biasa berpandangan berbeda dengan dirinya. Maka pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri. Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan  anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosialnya.[18] Dasar untuk sosialisasi diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih banyak bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara. Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial  sehingga mereka lebih popular daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas. Manfaat yang diperoleh anak dengan dberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya.[19]
Pada akhir masa Anak-anak sering disebut sebagai “usia berkelompok” karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota satu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudara-saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolahraga, dan dapat memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima kelompok menjadi semakin kuat.[20]

2.4           Tantangan Perkembangan  Masa Anak-Anak[21]
a.      Fisik
·         Kematian
Kematian dalam awal masa anak-anak lebih sering disebabkan karena kecelakaan daripada karena penyakit dan karena anak laki-laki lebih banyak mengalami kecelakaan daripada anak perempuan.
·         Penyakit
Anak-anak sangat muda terkena semua jenis penyakit, tetapi yang paling umum adalah penyakit pernafasan. Sebagian besar penyakit disebabkan oleh karena sebab-sebab fisiologis, tetapi ada juga penyebabnya psikomotoris dan ketegangan keluarga.
·         Kecelakaan
Kebanyakan anak-anak mengalami luka-luka iris, memar, radang, terbakar, patah tulang, otot kaku, atau gangguan ringan lain sebagai akibat kecelakaan. Meskipun kebanyakan kecelakaan dalam awal masa anak-anak tidak fatal, tetapi banyak yang meninggalkan cacat fisik atau psikologis selamanya. Banyak ketidakmampuan masa anak-anak, misalnya disebabkan oleh kecelakaan. Ketidakmampuan dapat menyebabkan perasaan rendah diri atau menyerah, yang akan selamanya mengganggu pola kepribadiannya.
·         Tidak Menarik
Dengan berjalannya awal masa anak-anak, anak-anak semakin tidak menarik sampai ia memasuki masa akhir anak-anak. Hal ini disebabkan karena beberapa hal. Pertama, dengan berubahnya bentuk tubuh, anak-anak mulai terlihat kurus dan janggal,. Kedua, rambutnya menjadi lebih kasar dan sulit diatur sehingga penampilan anak-anak menjadi kurang rapih. Ketiga, terdapat celah-celah dimulut di mana gigi yang tumbuh tetap menggantikan gigi-gigi bayi yang tanggal tampaknya terlalu besar. Keempat, anak-anak lebih memperhatikan waktu-waktu yang menyenangkan daripada memperhatikan kerapihan dan kebersihan.  Sehingga anak-anak tampak kotor dan tidak terawat.

·         Kejanggalan
Kekakuan yang aneh mungkin disebabkan oleh kerusakan otak pada waktu lahir, keterbelakangan mental atau penyebab fisik lain. Tetapi yang lebih sering terjadi, adalah bahwa anak-anak terhambat oleh sikap orang tua yang sangat melindungi, ketakutan yang disebabkan kecelakaan atau peringatan-peringatan untuk berhati-hati, hambatan lingkungan  atau kesempatan untuk berlatih. Akibatnya, perkembangan motorik terlambat dan anak-anak menampilkan kesan kaku. Ia akan menganggap bahwa teman-temannya lebih baik, suatu perasaan yang akan berkembang menjadi perasaan rendah diri atau minder.
·         Kegemukan
Secara medis, anak-anak yang berat tubuh dan bentuk tubuhnya 20% atau lebih diatas anak-anak normal yang seusia, dianggap sebagai “gemuk”. Kegemukan selalu merupakan bahaya ditingkat usia manapun juga. Pertama, kegemukan membahayakan kesehatan. Kedua, kegemukan membahayakan penampilan tubuh yang menarik. Di samping itu, kegemukan merupakan bahaya dalam awal masa anak-anak karena inilah terbentuknya kebiasaan makan.
·         Tangan-Kidal
Sepanjang sejarah, tangan kiri mempunyai arti buruk. Alasannya, kalau anak tangan kidal mempelajari keterampilan orang yang tidak tangan kidal, ia barang kali menjadi bingung bagaimana harus meniru model tersebut. Tangan kidal dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan anak dan kemudian keberhasilan dalam pekerjaan.

b.      Psikologis
·         Berbicara
Bicara merupakan sarana komunikasi dan karena komunikasi penting bagi kehidupan sosial maka anak-anak yang tidak dapat berkomunikasi akan mengalami hambatan sosial dan akhirnya dalam dirinya timbul perasaan rendah diri dan tidak mampu. Ada empat bahaya umum sehubungan dengan berkomunikasi : Pertama, orang lain tidak dapat mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang dikatakan apabila orang lain memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh anak-anak. Kedua, Kalau mutu pembicaraan anak-anak begitu buruk sehingga sulit untuk dimengerti, kemampuan berkomunikasi dengn orang lain lebih terancam bahaya daripada kalau ia tidak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya. Ketiga, Berbahasa dua merupakan hambatan yang serius dalam perkembangan sosial anak-anak. Keempat dan yang terparah, menyangkut isi pembicaraan anak. Banyak orang yang mengabaikan pembicaraan anak yang buruk karena menganggap anak akan belajar lebih baik seiring bertambahnya usia. Tetapi pembicaraan anak sangat egosentris dan kalau komentar terhadap orang lain bersifat kritis dan merendahkan.
·         Emosional
Bahaya emosional awal masa anak-anak yang besar kelihatan pada dominasi emosi yang kurang baik, terutama amarah. Kalau anak mengalami terlalu banyak emosi yang kurang baik dan hanya sedikit mengalami emosi-emosi yang menyenangkan maka hal ini akan mengganggu pandangan hidup dan mendorong perkembangan watak yang kurang baik. Bahaya yang juga besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial berupa ketidakmampuan untuk melakukan empathic complex, suatu ikatan emosional antara individu dan orang-orang berarti.
·         Sosial
Ada sejumlah bahaya terhadap berkembangnya penyesuaian sosial yng baik pada awal masa anak-anak, diantaranya ada lima yang sangat sering terjadi dan serius. Pertama, kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan ia tidak popular diantara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian tetapi yang lebih penting lagi ia kurang mempunyai kesempatan untuk belajar berperilaku sesuai dengan harapan teman-teman sebaya. Kedua, anak yang secara keras dipaksa bermain sesuai dengan seksnya akan bertindak secara berlebihan dan ini akan menjengkelkan teman-temannya sebaya. Ketiga, sebagai akibat perlakuan dari teman-teman sebayanya, anak mungkin dan seringkali mengembangkan sikap sosial yang tidak sehat. Keempat, penggunaan teman khayalan dan binatang peliharaan untuk mengimbangi kurangnya teman. Penggunaan teman khayalan hanyalah penyelesaian sementara saja terhadap masalah anak kesepian, tetapi dengan demikian sosialisasi anak menjadi sedikit. Ada beberapa hal binatang peliharaan dapat memenuhi kebutuhan sosial anak. Hewan yang sesuai haruslah jinak dan siap menerima segala perlakuan dari anak tanpa protes.  Kelima, dorongan orang tua untuk lebih banyak menggunakan waktu dengan anak-anak lain dan tidak banyak menghabiskan waktu sendiri. 
·         Bermain
Kalau anak kurang mempunyai teman bermain, baik disebabkan karena lingkungannya terpencil atau tidak diterima oleh teman-temannya untuk bermain, ia terpaksa bermain sendiri. Moore dan kawan-kawan mengatakan, “bermain sendiri merupakan kegiatan yang normal dan menguntungkan, bukan merupakan dari penyesuaian sosial yang buruk”. Di lain pihak, karena sosialisasi pada masa awal ank-anak terutama berkembang melalui bermain dengan teman-teman, maka anak yang memiliki sedikit teman bermainakan kekurangan kesempatan untuk belajar bersikap sosial.
·         Perkembangan Konsep
Ada 3 bahaya dalam perkembangan konsep. Pertama, ketidaktepatan pengertian. Karena terbatasnya pengalaman anak dengan orang dan benda, karena terbatasnya kosakata sehingga menyulitkan anak untuk mengerti denagn tepat maksud yang dikatakan orang lain kepadanaya dan karena terbatasnya kesempatan untuk mempelajari arti yang benar dari sumber-sumber otoriter seperti buku-buku dan orang-orang dewasa dengan informasi yang benar, dapatlah dimengerti kalau konsep-konsep yang dipelajari anak-anak tidak tepat atau benar-benar salah. Kedua, perkembangan konsep-konsep dibawah di bawah tingkat perkembangan teman-teman sebaya. Kalau ini terjadi dapat sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Ketiga, bobot emosi, Misalnya, kalau anak membentuk konsep hari natal di sekitar santa claus dengan bobot emosi yang menyenangkan, mereka tidak mau mengubah konsep natal ketika diketahui bahwa santa claus tidak ada. Lebih gawat lagi, anak akan merasa tertipu oleh mereka yang menceritakan tentang santa claus, dan akan merasa bahwa hari Natal kurang berarti baginya.
·         Moral
Ada empat bahaya dalam perkembangan moral selama awal masa anak-anak yaitu; Pertama, displin yang tidak konsisten memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri dengan harapan sosial. Kedua, kalau anak tidak ditegur atas perbuatan-perbuatan yang melanggar dan kalau anak dibiarkan memperoleh kepuasan sementara dari kekaguman dan iri hati teman-teman terhadap perlakuan yang salah, maka akan mendorong anak untuk tetap melakukan hal yang salah. Ketiga, Terlampau banyak penekanan pada hukuman terhadap perilaku salah dan terlampau sedikit penekanan pada siakap yang kurang baik kepada orang-orang berkuasa. Keempat, anak yang terkena displin otoriter yang pokok penekanannya pada penegendalian eksternal tidak didorong untuk mengembangkan pengendalian internal terhadap perilaku yang membentuk dasar bagi perkembangan lebih lanjut hati nurani.
·         Hubungan Keluarga
Kemerosotan dalam tiap hubungan manusiawi berbahaya bagi penyesuaian sosial yang baik, terutama hubungan anak dengan orang tuanya. Anak perempuan yang merasa bahwa orang tua lebih menyukai anak laki-laki di dalam keluarga akan membenci orang tua dan saudara laki-lakinya. Bagi anak laki-laki ancaman terbesar dalam hubungan orang tua anak adalah kurangnya identifikasi ayah dan kurangnya kehangatan emosional antara ayah dan anak yang mendorong terus berlangsungnya identifikasi anak dengan ibu dan perkembangan pola dan minat yang dianggap “banci” oleh teman-temaan sebayanya.
·         Kepribadian
Bahaya kepribadian yang paling serius adalah perkembangan konsep diri yang kurang baik yang dapat disebabkan perlakuan anggota keluarga dan teman-teman, sebab adanya harapan-harapan yang tidak realistis sehingga anak merasa gagal karena tidak dapat mencapai tujuan yang diletakkan oleh orang tua, atau disebabkan egosentrisme yang kuat. Apapun sebabnya konsep diri yang kurang baik mudah berkembang pada masa awal anak-anak. Sekali berkembang, konsep tersebut sulit diatasi. Sayangnya terlalu banyak orang tua yang tidak melihat bahwa anak mengembangkan konsep diri kurang baik, atau mereka beranggapan bahwa anak akan mengatasi konsep diri yang kurang baik dengan bertambahnya usia dan dengan meluasnya cakrawala sosial mereka.

III.             KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas kami para penyaji mengambil kesimpulan bahwa bertambahnya usia seseorang berpengaruh terhadap perkembangan fisik, afektif, moral, kognitif, spiritual dan sosial nya. Pada umumnya, semakin bertambahnya umur seseorang, semakin meningkatlah perkembangan fisik, afektif, moral, kognitif, spiritual dan sosialnya. Baik buruknya perkembangan tersebut dipengaruhi oleh proses panjang, yang dimulai pada awal masa anak-anak, akhir masa anak-anak , remaja dan akhirnya menuju kedewasaan. Proses panjang itulah yang menentukan hasil akhir dari kehidupan seseorang. Jika proses perkembangannya baik, maka besar kemungkinan menghasilkan perkembangan yang baik pula, begitu juga sebaliknya, jikalau perkembangannya buruk, maka akan menghasilkan hal yang buruk. Dalam proses inilah diperlukan peran penting dan kepekaan dari orang tua, sebagai orang terdekat dengan si anak. Namun bukan juga berarti sepenuhnya bertumpu pada orang tua, dapat juga melalui kelembagaan seperti taman kanak-kanak dan lain sebagainya.

IV.             DAFTAR PUSTAKA
Cully, V. Iris, Children In The Church, Philadelphia, The West Minster Press
Douglas J.D, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, A-L, Yogyakarta : YKBK/OMF, 1997
Dubos, Cecile Drawin & Alain, Bagaimana Mengetahui Anak Anda, Jakarta : Gelora Aksara Pertama, 1987
Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini, Bandung: Bina Media Informasi, 2009
Gunarsa, D. Singgih, Dasar Dan Teologi Perkembangan Anak, Jakarta : BPK-GM, 1987
Hurlock, B. Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga
Moeliono, M. Anton, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998
Sidjabat, B. Samuel , Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta : ANDI, 1996
Sundari, Sri Rumini & Siti, Perkembangan Anak & Remaja, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004
Turnip Genti, Gultom Rida, Taruli Dame, Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-anak, Medan: CV.MITRA, 2011


[1] Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 1                        
[2] Rida Gultom, Dame Taruli, Genti Turnip, Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-anak, (Medan: CV.MITRA, 2011), 13
                [3] J. D Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, A-L, (Yogyakarta : YKBK/OMF, 1997), 36
[4] Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), 950
                [5] B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, (Yogyakarta : ANDI, 1996), 159
                [6] Singgih D. Gunarsa, Dasar Dan Teologi Perkembangan Anak, (Jakarta : BPK-GM, 1987), 16
[7] Iris V. Cully, Children In The Church, (Philadelphia, The West Minster Press), 13-16
[8] Cecile Drawin & Alain Dubos, Bagaimana Mengetahui Anak Anda, (Jakarta : Gelora Aksara Pertama, 1987), 38
[9] Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan Anak & Remaja, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 37 
                [10] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga), 109-110
[11]Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 148
                [12] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan , 108-109
 [13] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 146-148
[14] Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini, 22-23
[15] Sri Rumini & Siti Sundari, Perkembangan Anak & Remaja, 47-51
[16] Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-anak (Bandung, Yayasan Kalam Hidup, 2007), 214
[17]  Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 22-23
                [18] Elisabeth, Pembelajaran PAK Pada Anak Usia Dini,24
                [19] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 117
                [20] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan,, 155-156
[21] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, 133-139

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...