Nama : Johannes Nababan
Mata
Kuliah : Homiletika I
Langkah - Langkah dalam
Mempersiapkan Khotbah
Memahami/Pengenalan
Konteks dan Kasualistik
I.
Pendahuluan
Khotbah
adalah salah satu unsur penting dalam ibadah gereja. Oleh karena itu dalam
menyampaikan khotbah yang diperlukan si pengkhotbah tidak hanya tujuan dan
dasar acuan khotbah tersebut. Tetapi dalam penyampaiannya si pengkhotbah juga
harus memperhatikan dan memahami konteks dan kasualistik jemaatnya agar para
pendengar dapat memahami apa yang akan pengkhotbah beritakan. Dalam pertemuan
hari ini kita akan membahas bagaimana kita dapat memahami konteks dan
kasualistik itu, supaya dapat melakukan khotbah dengan baik dan dapat diterima
pendengar. Semoga pembahasan kita hari ini dapat menambah pemahaman kita
bersama, terlebih kita kelak akan memberitakan Firman Tuhan di tengah-tengah
jemaat yang berbeda-beda dalam pergumulan hidupnya.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Konteks dan
Kasualistik
Konteks
adalah situasi yang ada hubungannya dengan kehidupan atau keadaan suatu
kejadian, yaitu harus di lihat dari kehidupan dalam lingkungan jemaat atau
pendengar.[1]
Konteks akan membawa kita kepada pemikiran yang lebih dinamis, konteks juga
tidak akan pernah terlepas dari kejadian dan pengalaman yang terus berjalan dan
mengalir, sehingga harus direspon dengan segera dan tepat. Pemahaman akan
konteks akan memberi kita kemampuan untuk menjalankan peranan kita yakni
menggarami dan memberi pengaruh bagi dunia.[2]
Sedangkan Kasualistik diartikan tentang perkara keadaan yang sebenarnya dari
suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan
seseorang atau sesuatu hal.[3]
2.2.Memahami Konteks dan
Kasualistik
2.2.1.
Memahami
Konteks
Khotbah
merupakan salah satu media pengajaran kepada semua orang. Oleh karena itu,
khotbah harus bisa dikontekstualkan (dalam hal berbicara kepada orang dan
masyarakat dalam waktu tertentu). Gereja juga harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi berbagai perkembangan zaman. Sehingga si pengkhotbah dituntut perlu
meningkatkan kualitas khotbahnya. Karena salah satu penyebab banyak warga
gereja yang meninggalkan ibadah gerejanya adalah karena khotbah si pengkhotbah
dinilai tidak sesuai dengan selera dan tidak menyentuh kebutuhan warga gereja,
serta kering akan makna.[4]
Memahami
konteks maksudnya adalah si pengkhotbah harus mengetahui tentang keadaan
jemaatnya, si pengkhotbah harus mengetahui dimana dia berkhotbah, siapa
pendengarnya, apa pekerjaan mereka dan si pengkhotbah juga harus mengetahui
bagaimana situasi pergumulan kehidupan religius jemaat itu serta
tantangan-tantangan yang sedang mereka hadapi (gagal panen, pengangguran, broken
home, krisi ekonomi, serta masalah jodoh atau cinta bagi para pemuda), dengan
mengetahui hal ini maka akan sangat membantu si pengkhotbah dalam menyampaikan
khotbahnya. Dengan menyelaraskan nats khotbah dengan konteks kehidupan jemaat,
maka jemaat akan menemukan jawaban dari pergumulan hidup dan pergumulan rohani
yang mereka alami, karena khotbah yang disampaikan menyentuh hati setiap jemaat
yang mendengarnya, sehingga jemaat memiliki pengharapan dalam mengikut Yesus
Kristus Juru Selamat manusia itu adalah khotbah yang hidup.[5]
Kepekaan pada konteks mendorong pengkhotbah untuk mengamati dengan seksama
konteks sosial. Oleh karena itu segala yang kita lihat dan kita dengarkan
haruslah diamati sebaik-baiknya, sehingga jika kita melakukan pengamatan
terlebih dahulu kepada pendengar dengan teliti maka pendengar akan mengetahui
dan mendapat banyak faedah dari khotbah tersebut.[6]
2.2.2.
Memahami
Kasualistik
Yang
dimaksud dengan memahami kasualistik adalah seorang pengkhotbah harus
menganalisa apa yang menjadi pergumulan jemaat atau kejadian apa yang menimpa
mereka. Si pengkhotbah juga harus mengenal setiap anggota jemaatnya, ada
berbagai situasi yang dihadapi baik suka dan duka yang dimana setiap
pengkhotbah harus siap dipanggil oleh jemaat setiap saat. Misalnya dalam acara
pernikahan, ulang tahun, syukuran memasuki rumah, kematian dan lain sebagainya.
Disini pengkhotbah harus memilih nats yang tepat untuk dasar khotbahnya.[7] Misalnya
dalam acara kematian, si pengkhotbah tidak hanya melihat kepada siapa dia berkhotbah,
berapa umur dan pekerjaannya. Tetapi sipengkhotbah akan lebih menyoroti tentang
kematian tersebut, menjelaskan kepada pendengar apa itu kematian dan memberikan
penguatan dan kata-kata penghiburan. Demikan juga halnya dengan pernikahan,
seorang pengkhotbah juga harus menjelaskan arti pernikahan.[8]
Dalam hal ini, si pengkhotbah harus mencari nats Alkitab yang tepat untuk
setiap peristiwa yang dialami oleh jemaat yang benar-benar berfungsi untuk
memberi tuntunan dan jawaban kepada jemaat, sehingga di dalam khotbah kita
harus mempertemukan nats dengan khotbah.[9]
Sehingga
dari situ kita dapat memahami pengenalan khotbah yang kasualistik, dimana
khotbah itu beranjak dari kasus yang ada, dan si pengkhotbah membawa atau
memilih teks yang tepat. Dan dapat menjabarkan teks tersebut berdasarkan kasus
atau dalam acara apa kita berkhotbah, suapaya khotbah itu mengena ke jemaat dan
si pengkhotbah juga harus mampu menjadi motivator bagi pendengar dan tidak
menjadikan khotbah itu hanya sebatas lewat saja tetapi bisa tinggal dalam hati
dan diapakai dalam kehidupan pendengar/jemaat.
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, khotbah adalah salah satu hal yang
penting dalam ibadah karena merupakan sentral atau pusat dalam suatu ibadah
yang harus disampaikan semenarik mungkin akan pendengar dapat menerima dan
memahami arti khotbah dimana dasar pemberitaannya adalah Yesus Kristus. Oleh
karena itu, dalam berkhotbah si pengkhotbah perlu harus memahai konteks dan
kasualistik jemaat tersebut. Sipengkhotbah harus melihat latar belakang
jemaatnya, pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan tentang kehidupannya. Dan juga
dalam pemahaman kasualistik si pengkhotbah harus menganalisa atau mendalami
bagaimana atau apa yang sedang terjadi pada jemaat itu, dan harus mampu
memberikan nats yang tepat untuk persoalan yang sedang dihadapi jemaatnya baik
dalam suka dan duka.
IV.
Daftar
Pustaka
...., Kamus Besar
Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Abineno,
J. L. Ch., Pemberitaan Firman Pada
Hari-Hari Khusus, Jakarta: BPK-GM, 1985
Evans,
William, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta;
BPK-GM, 1983
Gintings,
E. P., Khotbah dan Pengkhotbah,Jakarta;
BPK-GM, 2012
Margana,
A., Komunitas Basis Gerak menggereja
Kontekstual, Yogyakarta: Kanisius, 2004
Tambunan,
Lukman, Khotbah dan Retorika, Jakarta:
BPK-GM, 2011
[1] ...., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 458
[2] A. Margana, Komunitas Basis
menggereja Kontekstual, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 13
[3] ...., Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaaka, 1995), 522
[4] Lukman Tambunan, Khotbah dan
Retorika, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 22
[5] E. P. Gintings, Khotbah dan
Pengkhotbah, (Jakarta; BPK-GM, 2012), 22-23
[6] William Evans, Cara
Mempersiapkan Khotbah, (Jakarta; BPK-GM, 1983), 50-51
[7] William Evans, Cara
Mempersiapkan Khotbah, 22-23
[8] J. L. Ch. Abineno, Pemberitaan
Firman Pada Hari-Hari Khusus, (Jakarta: BPK-GM, 1985), 30
[9] Jhon S. Mc Clure, Firman
Pemberitaan, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 23
No comments:
Post a Comment