Thursday, March 23, 2017

Langkah - Langkah dalam Mempersiapkan Khotbah Memahami/Pengenalan Konteks dan Kasualistik



Nama              : Johannes Nababan
Mata Kuliah  : Homiletika I
Langkah - Langkah dalam Mempersiapkan Khotbah
Memahami/Pengenalan Konteks dan Kasualistik
I.                   Pendahuluan
Khotbah adalah salah satu unsur penting dalam ibadah gereja. Oleh karena itu dalam menyampaikan khotbah yang diperlukan si pengkhotbah tidak hanya tujuan dan dasar acuan khotbah tersebut. Tetapi dalam penyampaiannya si pengkhotbah juga harus memperhatikan dan memahami konteks dan kasualistik jemaatnya agar para pendengar dapat memahami apa yang akan pengkhotbah beritakan. Dalam pertemuan hari ini kita akan membahas bagaimana kita dapat memahami konteks dan kasualistik itu, supaya dapat melakukan khotbah dengan baik dan dapat diterima pendengar. Semoga pembahasan kita hari ini dapat menambah pemahaman kita bersama, terlebih kita kelak akan memberitakan Firman Tuhan di tengah-tengah jemaat yang berbeda-beda dalam pergumulan hidupnya.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Konteks dan Kasualistik
Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan kehidupan atau keadaan suatu kejadian, yaitu harus di lihat dari kehidupan dalam lingkungan jemaat atau pendengar.[1] Konteks akan membawa kita kepada pemikiran yang lebih dinamis, konteks juga tidak akan pernah terlepas dari kejadian dan pengalaman yang terus berjalan dan mengalir, sehingga harus direspon dengan segera dan tepat. Pemahaman akan konteks akan memberi kita kemampuan untuk menjalankan peranan kita yakni menggarami dan memberi pengaruh bagi dunia.[2] Sedangkan Kasualistik diartikan tentang perkara keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara, keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau sesuatu hal.[3]
2.2.Memahami Konteks dan Kasualistik
2.2.1.      Memahami Konteks
Khotbah merupakan salah satu media pengajaran kepada semua orang. Oleh karena itu, khotbah harus bisa dikontekstualkan (dalam hal berbicara kepada orang dan masyarakat dalam waktu tertentu). Gereja juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai perkembangan zaman. Sehingga si pengkhotbah dituntut perlu meningkatkan kualitas khotbahnya. Karena salah satu penyebab banyak warga gereja yang meninggalkan ibadah gerejanya adalah karena khotbah si pengkhotbah dinilai tidak sesuai dengan selera dan tidak menyentuh kebutuhan warga gereja, serta kering akan makna.[4]
Memahami konteks maksudnya adalah si pengkhotbah harus mengetahui tentang keadaan jemaatnya, si pengkhotbah harus mengetahui dimana dia berkhotbah, siapa pendengarnya, apa pekerjaan mereka dan si pengkhotbah juga harus mengetahui bagaimana situasi pergumulan kehidupan religius jemaat itu serta tantangan-tantangan yang sedang mereka hadapi (gagal panen, pengangguran, broken home, krisi ekonomi, serta masalah jodoh atau cinta bagi para pemuda), dengan mengetahui hal ini maka akan sangat membantu si pengkhotbah dalam menyampaikan khotbahnya. Dengan menyelaraskan nats khotbah dengan konteks kehidupan jemaat, maka jemaat akan menemukan jawaban dari pergumulan hidup dan pergumulan rohani yang mereka alami, karena khotbah yang disampaikan menyentuh hati setiap jemaat yang mendengarnya, sehingga jemaat memiliki pengharapan dalam mengikut Yesus Kristus Juru Selamat manusia itu adalah khotbah yang hidup.[5] Kepekaan pada konteks mendorong pengkhotbah untuk mengamati dengan seksama konteks sosial. Oleh karena itu segala yang kita lihat dan kita dengarkan haruslah diamati sebaik-baiknya, sehingga jika kita melakukan pengamatan terlebih dahulu kepada pendengar dengan teliti maka pendengar akan mengetahui dan mendapat banyak faedah dari khotbah tersebut.[6]



2.2.2.      Memahami Kasualistik
Yang dimaksud dengan memahami kasualistik adalah seorang pengkhotbah harus menganalisa apa yang menjadi pergumulan jemaat atau kejadian apa yang menimpa mereka. Si pengkhotbah juga harus mengenal setiap anggota jemaatnya, ada berbagai situasi yang dihadapi baik suka dan duka yang dimana setiap pengkhotbah harus siap dipanggil oleh jemaat setiap saat. Misalnya dalam acara pernikahan, ulang tahun, syukuran memasuki rumah, kematian dan lain sebagainya. Disini pengkhotbah harus memilih nats yang tepat untuk dasar khotbahnya.[7] Misalnya dalam acara kematian, si pengkhotbah tidak hanya melihat kepada siapa dia berkhotbah, berapa umur dan pekerjaannya. Tetapi sipengkhotbah akan lebih menyoroti tentang kematian tersebut, menjelaskan kepada pendengar apa itu kematian dan memberikan penguatan dan kata-kata penghiburan. Demikan juga halnya dengan pernikahan, seorang pengkhotbah juga harus menjelaskan arti pernikahan.[8] Dalam hal ini, si pengkhotbah harus mencari nats Alkitab yang tepat untuk setiap peristiwa yang dialami oleh jemaat yang benar-benar berfungsi untuk memberi tuntunan dan jawaban kepada jemaat, sehingga di dalam khotbah kita harus mempertemukan nats dengan khotbah.[9]
Sehingga dari situ kita dapat memahami pengenalan khotbah yang kasualistik, dimana khotbah itu beranjak dari kasus yang ada, dan si pengkhotbah membawa atau memilih teks yang tepat. Dan dapat menjabarkan teks tersebut berdasarkan kasus atau dalam acara apa kita berkhotbah, suapaya khotbah itu mengena ke jemaat dan si pengkhotbah juga harus mampu menjadi motivator bagi pendengar dan tidak menjadikan khotbah itu hanya sebatas lewat saja tetapi bisa tinggal dalam hati dan diapakai dalam kehidupan pendengar/jemaat.
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, khotbah adalah salah satu hal yang penting dalam ibadah karena merupakan sentral atau pusat dalam suatu ibadah yang harus disampaikan semenarik mungkin akan pendengar dapat menerima dan memahami arti khotbah dimana dasar pemberitaannya adalah Yesus Kristus. Oleh karena itu, dalam berkhotbah si pengkhotbah perlu harus memahai konteks dan kasualistik jemaat tersebut. Sipengkhotbah harus melihat latar belakang jemaatnya, pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan tentang kehidupannya. Dan juga dalam pemahaman kasualistik si pengkhotbah harus menganalisa atau mendalami bagaimana atau apa yang sedang terjadi pada jemaat itu, dan harus mampu memberikan nats yang tepat untuk persoalan yang sedang dihadapi jemaatnya baik dalam suka dan duka.
IV.             Daftar Pustaka
...., Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:  Balai Pustaka, 1995
Abineno, J. L. Ch., Pemberitaan Firman Pada Hari-Hari Khusus, Jakarta: BPK-GM, 1985
Evans, William, Cara Mempersiapkan Khotbah, Jakarta; BPK-GM, 1983
Gintings, E. P., Khotbah dan Pengkhotbah,Jakarta; BPK-GM, 2012
Margana, A., Komunitas Basis Gerak menggereja Kontekstual, Yogyakarta: Kanisius, 2004
Tambunan, Lukman, Khotbah dan Retorika, Jakarta: BPK-GM, 2011



[1]  ...., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:  Balai Pustaka, 1995), 458
[2] A. Margana, Komunitas Basis menggereja Kontekstual, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 13
[3] ...., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaaka, 1995), 522
[4] Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 22
[5] E. P. Gintings, Khotbah dan Pengkhotbah, (Jakarta; BPK-GM, 2012), 22-23
[6] William Evans, Cara Mempersiapkan Khotbah, (Jakarta; BPK-GM, 1983), 50-51
[7] William Evans, Cara Mempersiapkan Khotbah, 22-23
[8] J. L. Ch. Abineno, Pemberitaan Firman Pada Hari-Hari Khusus, (Jakarta: BPK-GM, 1985), 30
[9] Jhon S. Mc Clure, Firman Pemberitaan, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 23

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...