Nama : Johannes Nababan
M. Kuliah : Hermeneutika PL
Tafsiran Kitab Keluaran
20: 3-17
Dengan Metode Kanonikal
I.
Pendahuluan
Kitab
Keluaran merupakan kitab kedua dari kitab Perjanjian Lama. Dimana dalam Kitab
Keluaran menceritakan tentang keluarnya Bangsa Israel dari Mesir menuju ke
tanah Kanaan yang dibawa oleh Musa. Dan juga tentang Hukum Taurat yang
diberikan Tuhan kepada Musa dan juga tentang kesepuluh tulah yang diberikan
Tuhan kepada Bangsa Israel. Dan pada kesempatan kali ini, saya mencoba menggali
atau menafsirkan bagaimana Hukum Taurat itu dengan menggunakan metode
penafsiran kanonikal untuk melengkapi tugas ujian tengah semester.
II.
Pembahasan
2.1.Metode penafsiran
Kanonikal
Kata
kanon berasal dari bahasa Yunani yaitu Kανον
yang berasal dari bahasa Semit. Pada awalnya kanon berarti alat pengukur
tapi kemjudian di buat dalam arti kiasan yaitu peraturan. Dalam kaitan ini
metode panafsiran kanonikal adalah sangat berbeda dengan yang dinamakan metode
historis kritis, dimana metode historis kritis ini kurang memperhatikan pesan
Alkitab.[1]
2.1.1.
Latar
belakang metode Kanonikal
Pendekatan
Kanonik berasal dari Amarikan Serikat, berawal dari persepsi bahwa metode
historis kritis kadang-kadang mengalami kesulitan besar untuk sampai pada level
yang sungguh-sungguh teologis dalam kesimpulan yang dihasilkannya. Munculnya
metode ini dapat dikatakan sebagai kritikan bagi pengkritik yang hanya menekankan
pada analisa Alkitab saja, sehingga lupa terhadap pesan teologis yang
terkandung didalamnya.[2]
2.1.2.
Tujuan
penafsiran Metode Kanonikal
Pendekatan
penafsiran metode kanonikal ini bertujuan untuk melaksanakan tugas teologis
dari penafsiran Alkitab secara lebih baik dengan berpangkal dari dalam kerangka
iman eksplisit: Alkitab sebagai suatu kesatuan iman yang utuh. Untuk mencapai
tujuan ini, metode kanonikal menafsirkan masing-masing teks Alkitab dalam
terang kanon kitab suci yaitu kanon Alkitab seperti yang diterima oleh orang
percaya. Pendekatan penafsiran ini mencoba meletakkan masing-masing teks dalam
rencana tunggal Allah, dengan tujuan untuk sampai pada suatu pemaparan kitab
suci yang sungguh-sungguh valid untuk jaman kita sekarang ini. Metode kanonikal
juga tidak mengklaim dirinya untuk menjadi pengganti metode historis kritis,
namun sebaliknya metode kanonikal menjadi harapan untuk melengkapi metode
historis kritis tersebut.[3]
2.2.Pengertian Kitab
Keluaran
Kata
Keluaran adalah terjemahan dari bahasa Yunani “exodus” yang artinya “keluar” (Keluaran 19:1), nama yang diberikan
dalam Septuaginta. Meskipun tidak seluruhnya menggambarkan isinya, namun nama
ini tepat untuk kitab ini, karena salah satu bagian terpenting adalah peristiwa
“Keluaran dari Mesir”.[4] Dalam
Alkitab Ibrani, kitab itu dikenal dari 2 kata pertamanya, “we,elle syemot”,
yang berarti “inilah nama-nama”, mengikuti kebiasaan kuno dalam menamai suatu
naskah.[5]
Jadi, kitab keluaran adalah kitab yang menceritakan tentang pembebasan orang
Israel dari perbudakan Mesir menuju ke tanah Perjanjian Allah yaitu Tanah
Kanaan.
2.3.Latar Belakang Kitab
Keluaran
melanjutkan kisah yang dimuliakan dalam Kejadian. Menunjuk kepada pembebasan
bangsa Israel secara luar biasa dari perhambaan di Mesir oleh Allah dan keberangkatan
dari negeri itu sebagai umat Allah.[6]
Melalui peristiwa ini, Allah menggenapi janji-janji-Nya kepada bapak leluhur
israel bahwa Ia akan memberikan tanah kepada mereka dan keturunan mereka akan
menjadi Bangsa yang besar.
2.4.Penulis dan Waktu
Penulisan
Menurut
tradisi dan kepercayaan Bangsa Israel, yang menyatakan bahwa penulis Kitab
Keluaran adalah Nabi Musa. Beberapa pakar menganggap bahwa Musa hanya menulis
bagian utama dari Keluaran dan beberapa tambahan tertentu telah dibuat oleh
Editor-editor di kemudian hari. Orang lain menganggap kitab Keluaran sebagai
hasil penulisan pengganti Musa, seperti Yosua atau Imam Eleazar, berdasarkan
tradisi lisan yang diterima dari Musa dan Harun. Akan tetapi bagaimanapun juga,
semua pandangan ini tetap mengakui bahwa Musa adalah sumber dari Dokumen
tertulis yang mencatat peristiwa keluaran dari Mesir.[7]
2.5.Tujuan Penulisan Kitab
Tujuan
historis kitab Keluaran adalah pelestarian kisah-kisah yang menjelaskan
bagaimana umat Israel sampai menjadi budak di Mesir, kelepasan mereka, dan
kehadiran mereka di gurun sinai.
Tujuan
teologis pokok dari kitab ini adalah penyataan diri Allah. Allah tidak hanya
mengingat janji-janji konvenan-Nya kepada para Bapa leluhur Ibrani, tetapi juga
kepada Israel sebagai Yahweh (Kel 6:2-3). Walaupun penyataan Yahweh ini terjadi
dalam berbagai manifestasi, hasil akhirnya adalah bahwa Ia akan memanggil
Israel ssebagai umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka (6:7). Yang terakhir,
tujuan didaktik dari kitab ini meliputi petunjuk-petunjuk mengenai pentingnya
memelihara hubungan konvenan dengan Yahweh dan pentingnya taurat-Nya sebagai
sarana untuk membentuk dan memelihara jati diri Israel sebagai umat Yahweh
(23:20-23). [8]
2.6.Konteks Kitab Keluaran
2.6.1.
Konteks
Sosial
Kehidupan
orang Israel kuno tampaknya berfokus pada tatanan sosial yang tidak lagi
dialami pada masa modern, yang menanamkan perasaan bertanggung jawab terhadap
sesama manusia yang memerlukan pertolongan.[9]
2.6.2.
Konteks
Politik
Banyak
ahli berpendapat bahwa Yusuf yang berkuasa di Mesir pada pemerintahan Raja-raja
Hiksos. Mereka pertama-tama memasuki Mesir dari Asia Barat Daya sejak tahun
1720 SM. Kemudian berhasil menyatukan Mesir di bawah pemerintahan mereka
sekitar 1690 SM. Mereka juga mendirikan Ibukota Pemerintahannya di Avaris. Dari
Ibukota ini mereka memrinbtah suatu wilayah yang luas di Asia Barat Daya Kuno,
termasuk Palestina, bahkan Mesopotamia. Mereka bersama dengan orang Israel,
sehingga dapat dimengerti mengapa Yusuf menjadi Pemimpin Baru diantara mereka.[10]
2.6.3.
Konteks
Agama
Pada
zaman keluaran, Mesir mungkin merupakan negeri yang terkuat di seluruh dunia,
dan sebab itu berhala yang dipujanya dianggap yang terkuat pula. Tatkala Allah
memanggil Israel keluar untuk suatu hidup baru, dan untuk misi nasional mereka,
yaitu menegakkan kembali pengetahuan sejati tentang Keesaan Allah, maka
bersamaan dnegan itu Ia pun bermaksud pula membuka kepalsuan segala berhala
buatan manusia.[11]
2.7.Kedudukan Kitab dalam
Kanon
Tradisi
Yahudi menggolongkan Kitab keluaran dalam kitab “Torah”, “Hukum Musa”, “Kitab
Hukum Musa”. Keluaran termasuk kedalam Panteteukh yaitu lima gulungan kitab
yang terletak pada urutan kedua. Kelima kitab yang termasuk dalam Pentateukh
berisi pengajaran Allah mengenai asal-usul dunia ini, asal-usul Israel dan
menjelaskan bagaimana bangsa yang berdosa dapat bertemu dengan Allah.
2.8.Struktur Kitab[12]
I.
Penindasan Orang Ibrani
di Mesir (1:1-11:10)
A. Beban
Orang Yang Tertindas (1:1-22)
B. Persiapan
Sang Pembebas (2:1-4:31)
1. Kelahiran
Musa dan 40 tahun yang pertama (2:1-15a)
2. Pelarian
Musa dan 40 tahun yang kedua (2:15b-25)
3. Panggilan
Musa dan kembalinya ke Mesir (3:1-4:31)
C. Pergumulan
dengan Sang Penindas (5:1-11:10)
1. Permintaan:
“Biarkan umatKu pergi” (5:1-3)
2. Tanggapan:
penindas di tingkatkan (5:4-21)
3. Jaminan:
Tuhan akan menyatakan ke-TuhanNya (5:22-7:13)
4. Usaha:
sepuluh tulah (7:14-11:10)
II.
Pembebasan Bangsa
Ibrani dari Mesir (12:1-15:21)
A. Pembebasan
Waktu Paskah: Penebusan oleh darah (12:1-13:16)
B. Pembebasan
di Laut Merah: Penebusan oleh Kuasa (13:17-14:31)
C. Nyanyian
Pembebasan: pujian kepada Sang Penebus (15:1-21)
III.
Pendidikan Bangsa
Ibrani dalam Perjalanan ke gunung Sinai (15:22-18:27)
A. Ujian
Kesengsaraan dan Pemeliharaan Ilahi (15:22-17:16)
1. Ujian
pertama: Air Pahit di Mara (15:22-27)
2. Ujian
Kelaparan: Burung puyuh dan Manna (16:1-36)
3. Ujian
Ketiga: Air di Rafidim (17:1-7)
4. Ujian
Pertentangan: Perang dengan Amalekh (17:8-16)
B. Nasehat
Jetro yang Bijaksana (18:1-27)
IV.
Perjanjian dengan
Bangsa Ibrani di Gunung Sinai (19:1-24:18)
A. Pengarahan
Persiapan kepada Musa (19:1-25)
B. Sepuluh
Hukum: Landasan Hidup Perjanjian (20:1-17)
C. Peraturan
Pelindung Hubungan Perjanjian (20:18-23:19)
D. Janji-janji
mengenai Tanah Perjanjian (23:20-33)
E. Pengesahan
Perjanjian (24:1-18)
V.
Ibadah Orang Ibrani di
Lukiskan di Gunung Sinai (25:1-40:38)
A. Pengarahan
Tentang Kemah Suci (25:1-27:21)
B. Pengarahan
Mengenai Imam (28:1-31:18)
C. Dosa
Penyembahan Berhala (31:1-34:35)
D. Pelaksanaan
Pengarahan Ilahi (35:1-40:38)
2.9.Ciri – Ciri Khas[13]
1. Kitab
ini mencatat keadaan sejarah dari kelahiran Israel sebagai bangsa.
2. Dalam
kesepuluh hukum (psal 20), kitab ini memuat ringkasan hukum moral dan tuntutan
kebenaran Allah bagi umatNya.
3. Merupakan
Kitab terpenting dalam menggambarkan sifat kasih karunia dan kuasa penebusan
Allah dalam tindakan. Keluaran melukiskan sifat adikodrati pembebasan umat
Allah dari bahaya dan perbudakan dosa, iblis dan dunia.
4. Seluruh
kitab ini penuh dengan penyataan yang agung mengenai Allah.
5. Kitab
keluaran menekankan bagaimana, apa, dan mengapa ibadah sejati harus menyusul
sebagai akibat dari penebusan umat Allah.
2.10.
Analisa
Teks
2.10.1.
Perbandingan
Bahasa
Di
dalam perbandingan bahasa ini, saya menggunakan Lembaga Alkitab Indonesia
(LAI), New International Version (NIV), Pustaka Sibadia (PSB) dan Teks Masorah
(TM).
Ayat 3: Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 4: Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 5: Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 6; Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 7:
LAI : jangan menyebut nama Tuhan
NIV : not take the name of the Lord
(Jangan mengambil nama Tuhan)
PSB :
Ola ipakendu gelarKu (Jangan pakai namaKu)
TM : ל֥א חִשָא֛ אֶת־ שֵם־ יְהוָה֥ (jangan kau
sebut nama Tuhan)
Keputusan
: Yang mendekati Teks Masorah adalah
LAI
Ayat 8: Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 9: Tidak ada
perbedaan yang signifikan
Ayat 16:
LAI : jangan mengucapkan saksi
dusta
NIV : you shall not give false
testimony (kau tidak akan mengucapkan saksi dusta)
PSB : ola ibahan-bahanindu salah
kalak (jangan kau buat-buat salah orang)
TM :
לִא־ תַצְַנֶה֥ כְרֵצְַךְָ (jangan kau mengucapkan
saksi dusta tentang sesamamu lagi)
Keputusan
: Yang mendekati Teks Masorah adalah
LAI dan NIV
Ayat 17:
LAI : jangan mengingini isterinya
NIV :
you shall not covet your neighbour’s wife (jangan kau mendambakan istri tetanggamu)
PSB : ola mengga atendu ndeharana
(jangan mengingini istri sesamamu)
TM : לִא־ תַחְמ֞ר אֵ֣שֶת רֵעֶךָ (Jangan mengingini
istri tetanggamu)
Keputusan
: Yang mendekati Teks Masorah adalah
NIV dan PSB
2.10.2.
Kritik
Aparatus
Ayat 3
Pada ayat 3 terdapat kata עַל־פָּנׇֽי yang artinya di
hadapanKu, dalam Terjemahan Yunani dari PL (PL terjemahan Siria dan
targum-targum) diusulkan kata πλήν έμού .
dan demikian juga kondeks
Leningrad dari PL Ibrani, banyak naskah PL Ibrani abad pertengahan di satukan
dalam beberapa edisi penerbitan PL Ibrani.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena
memperkabur makna teks
Ayat 4
Pada
ayat 4 terdapat kata לׇאָרֶץ yang artinya di dunia, bandingkan dengan koondeks
Leningrad dari naskah PL ibrani abad pertengahan di satukan dalam beberapa
edisi penerbitan PL ibrani.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena
memperkabur makna teks
Ayat 5
Pada ayat 5 terdapat kata קַנָּ֔א yang artinya cemburu,dalam
naskah yang terdapat dalam phapirus mengusulkan קנוא tanpa tanda baca.
Keputusan :
Penafsir menolak usulan apparatus karena mempersulit pembaca dalam menafsir
Ayat 7
Pada ayat 7 terdapat kata אֶת־שְׁםֻוֹ yang artinya nama-Nya,
dalam naskah yang terdapat dalam phapirus mengusulkan שםה tanpa tanda baca.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena
memperkabur makna teks
Ayat 8
Pada ayat 8a terdapat kata זׇכִ֯וֹר֯ yang artinya Ingatlah, dalam kitab pentateukh samaria mengusulkan kata שׁמור yang artinya...
Dan 8b לְקַדְּשֽׁוֹ yang artinya Kuduskanlah,
dapat dibandingkan dengan koondeks Leningrad dari naskah PL ibrani abad
pertengahan di satukan dalam beberapa edisi penerbitan PL ibrani.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena
memperkabur makna teks
2.10.3.
Terjemahan
Akhir
20:3.
Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu
20:4.
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas,
atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5.
Jangan sujud menyembah atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
adalah Allah yang mencemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku.
20:6.
Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang
mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu.
20:7.
Jangan kau sebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan
memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan.
20:8.
Ingatlah dan kuduskanlah hari sabat;
20:9.
Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu
20:10.
Tetapi hari ketujuh adalah hari sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan
sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau
hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang
ditempat kediamanmu.
20:11.
Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala
isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati
hari Sabat dan menguduskannya.
20:12.
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu ditanah yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu.
20:13.
Jangan membunuh
20:14.
Jangan berzinah
20:15.
Jangan mencuri
20:16.
Jangan kau mengucapkan saksi dusta
tentang sesamamu lagi
20:17.
Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan
mengingini istri tetanggamu, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
2.11.
Tafsiran
Ayat 3:
Taurat
tidak diberikan sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Taurat diberikan
kepada bangsa yang sudah selamat (19:4; 20:2) untuk mengajar mereka tentang
kehendak Tuhan supaya mereka dapat memenuhi maksud Allah bagi mereka sebagai
sebuah “kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Penyataan tersebut diberikan
“bukan untuk memberikan kehidupan tetapi untuk menuntun kehidupan”. Perintah
pertama ini diberikan bukan sekedar pernyataan monoteisme. Perintah ini
melarang penyembahan atau penghormatan kepada sesuatu yang lain lebih daripada
kepada Allah baik dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan, “sehingga Ia yang
lebih utama dalam segala sesuatu” (Kolose 1:18).[14]
Ayat 4:
Patung;
dalam bahasa Ibrani Pesel. meskipun
kata ini diterjemahkan sebagai “patung pahatan” dalam Ulangan 27:15 dan “patung
tuangan” disebut juga disana, tetapi pastilah semua macam patung ditunjukkan di
sini, yaitu patung pahatan yang dibuat dari kayu, tanah liat, atau batu dan
patung tuangan yang dibuat dari logam.[15]
Perintah
kedua ini di tujukan terhadap penyembahan berhala, dan bersifat umum, termasuk
usaha menggambarkan Allah atau gambaran patung berhala makhluk-makhluk ciptaan.
Hal-hal semacam ini merendahkan harkat Sang Pencipta dan makhluk ciptaan yang
memuja mereka.[16]
Perintah ini juga melarang pembuatan dan penggunaan patung ukiran sebagai obyek
untuk disembah. Tetapi yang lebih hakiki, perintah ini merupakan pengingat
bahwa Allah adalah Roh sehingga tidak dapat dipahami sebagai yang dibuat
menurut rupa manusia ataupun menurut rupa suatu makhluk ciptaan lainnya.[17]
Ayat 5-6 :
Membalaskan kesalahan (ayat
5). Akibat dari dosa tampak mempengaruhi tiga atau generasi, tetapi kemurahan
Allah menjangkau sampai ribuan generasi. “Allah tidak menyatakan diriNya akan
setia atau adil terhadap orang-orang yang berpegang pada hukumNya, tetapi bahwa
Ia akan bermurah hati. Mereka yang
mengasihi Aku (ay. 6). “sumber dan asal-usul dari kebenaran diungkapkan,
sebab ketaatan lahiriah terhadap hukum Taurat tidak ada gunanya terkecuali jika ketaatan itu bersumber dari kasih kepada
Allah”.[18]
Allah
tidak akan mengizinkan diberikan kepada
siapapun juga apa yang menjadi hakNya yang pantas berkenaan dengan penghormatan
dan ketaatan. Kehormatan Allah ada berhubungan dengan pelayanan bangsa itu yang
penuh pemujaan. Allah tidak menghukum anak-anak karena dosa-dosa orangtuanya,
kecuali kalau mereka melanjutkannya terus-menerus. Yang penting ialah, bahwa
mereka yang dihukum dengan cara itu adalah mereka yang ‘membenci’ Allah.
Kemurahan hati-Nya mengatasi kemarahan-Nya, dan berkatNya atas mereka yang
mengasihi dan menaati Dia mencapai seribu angkatan.[19]
Ayat 7 :
Memakai
nama Allah dengan sembarangan berarti
mempergunakanNya dengan maksus hampa, sembrono, menghina atau tidak tulus. Ini
tidak melarang sumpah dusta. Memandang bersalah berarti tidak membiarkan tidak
terhukum. [20]
perintah itu melarang orang memakai nama
Allah “untuk mendukung ketidakpercayaan atau kebohongan”. Disini juga terdapat
kekuatan yang mendukung perintah kepada orang kepada orang Kristen untuk hidup
... berpadanan dengan panggilan” (Ef 4:1), maksunya tidak menyandang nama
Kristus dengan sia-sia. Dalam perintah ketiga kita dilarang untuk menyamkan Dia
melalui cara apapun dengan mahluk ciptaan sebab Dia adalah Sang Pencipta. [21]
Ayat 8 -11 :
Ingatlah
hari sabat. Sabat PL adalah hari ketujuh dalam setiap menggu. Menguduskan hari
itu berarti memisahkannya sebagi berbeda dari hari lainnya dengan berhenti bekerja
supaya dapat beristirahat, melayani Allah, dan memusatkan perhatian pada
hal-hal yang menyangkut keabadian, kehidupan Rohani dan kebenaran Allah.[22]
Kerja berat selama 6 hari memberi hak kepada seseorang untuk istirahat satu
hari, tapi hari ini adalah peringatan kepada karya baik penciptaan oleh Allah
untuk keberuntungan manusia, dan sebagai yang demikian memberi kesempatan yang
sangat cocok untuk pemujaan. Itu dibuat untuk manusia. Itu adalah suatu kelesuhan (bnd Amsal 8:5) ataupun suatu
kesenangan (bnd Yesaya 58:13).[23]
Secara
subyektif, dalam Ulangan 5:14,15 dikemukakan alasan bahwa manusia pada
kenyataannya memerlukan isturahat. Bangsa Israel juga diingatkan melalui Sabat
ini bahwa Allah telah melepaskan mereka dari perbudakanndi Mesir untuk
menikmati perhentian.[24]
Ayat 12 :
Manusia
berkewajiban untuk menghormati orang-tuanya sebagaimana dia menghormati Allah
dan memikul tanggung jawab atas sesamanya manusia.[25]
Dan kesatuan keluarga adalah dasar tata tertib sosial dan damai sejahtera.
Pemeliharaannya menyatakan suatu sifat yang diperintah dengan baik, dan memberi
harapan yang baik untuk keamanan perorangan dan bangsa di masa depan. Berkat
Allah melekat pada pemeliharaan-Nya dengan tujuan seperti yang dilukiskan.[26]
Supaya lanjut umurmu. Pernyataan
ini dapat dipahami sebagai mengacu baik pada lamanya Israel tinggal di Negeri
yang Dijanjikan, maupun pada usia perseorangan. Bukan hanya di Israel, tetapi
juga disemua bangsa dan dalam kehidupan pribadi, hancurnya rumah tangga
merupakan awal dari kehancuran.[27]
Ayat 13:
Membunuh. Ada
beberapa kata untuk “membunuh” dalam bahasa Ibrani. Kata ini tidak dipakai
untuk pembunuhan musuh dalam perang atau (dengan satu kekecualian saja,
Bilangan 35:30) untuk hukuman mati atas pembunuh orang lain. Namun, menunjuk
kepada semua bentuk pembunuhan yang mengganggu atau merugikan masyarakat.
Mungkin termasuk kecelakaan yang disebabkan karena orang lalai dan kurang
berhati-hati.[28]
Jangan
membunuh. Hukum keenam ini melarang pembunuh dengan sengaja, yaitu mengambil
nyawa tanpa izin atau perintah hukum (Mat 5:22) pb bukan saja mengutuk pembunuh
pembunuhan, tetapi juga kebencian, yang membuat seseorang menginginkan kematian
orang lain ( 1Yoh 3 :15), dan tindakan atau pengaruh lainnya yang menyebabkan
kematian rohani orang lain ( Mat 5:21, 18:6) .[29]
Ayat 14 :
Hukum
ketujuh yang melarang perzinahan meliputi semua tindakan percabulan dan dosa
seksual (Mat. 5:27-32).[30]
Sekalipun diarahkan untuk secara khusus memlihara kesucian dan kemurnian
pernikahan, oleh Yesus perintah ini juga dikenakan untuk semua bentuk
kedursilaan baik dalam pikiran maupun perbuatan (Mat. 5:27,28).[31]
Kemurnian status perkawinan adalah dasar lain kehidupan sosial dan haruslah
dipertahankan dengan ancaman hukuman (Imamat 20:10).[32]
Ayat 15:
Hak
untuk mempunyai milik pribadi sendiri haruslah dihormati dan hukuman-hukuman
atas pencurian diberikan (Keluaran 21:16; 22:1).[33]
Hukum ini melarang pengambilan uang atau benda apa saja yang milik orang lain.
Kecurangan juga adalah suatu bentuk pencurian (2 Korintus 8:21). Hukum
kedelapan ini menuntut kejujuran di dalam semua urusan kita dengan sesama kita.[34]
Ayat 16:
Sesamamu:
secara harafiah “tetanggamu”. Meskipun kata ini sering berarti “sesama Israel”,
disini menunjuk kepada semua orang, termasuk orang asing yang denganmu ada
kontak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kel 12:49, “satu hukum saja akan
berlaku untuk semua orang”. Pada hari sabat orang asing berhenti dari pekerjaan
disamping orang Israel. Oleh karena itu Firman ini tidak terbatas pada hubungan
antara orang Israel saja.[35]
Hukum
ini melindungi nama dan reputasi orang lain. Tidak seorangpun boleh membuat
pernyataan palsu tentang sifat atau tindakan orang lain.[36]
Yang dilarang bukan hanya berbohong, tetapi secara umum juga pemberian bukti
yang palsu dan tidak berdasar.[37] Hukuman-hukuman
diberikan dalam Ulangan 19:16-21.
Ayat 17:
Keserakahan
ialah “keinginan yang tidak terkendali untuk memiliki sesuatu yang bukan
miliknya”. Perintah yang paling hakiki bukanlah melarang sebuah tindakan
lahiriah, melainkan keadaan mental yang tidak tampak, suatu keadaan yang
bagaimanapun juga merupakan akar dari nyaris semua dosa terhadap sesama.[38] Keadaan
batin seseorang, pikiran-pikiran dan keinginan-keinginannya, tidaklah
tersembunyi daripada Allah dan berada dibawah tauratNya.[39]
Jangan Mengingini. (1).
Hukum ini menjangkau lebih jauh daripada dosa berupa kata atau perbuatan untuk
mengutuk motivasi atau keinginan jahat. Ketamakan meliputi keinginan atau nafsu
untuk memperoleh hal yang salah atau menjadi milik orang lain. Paulus
menyatakan bahwa perintah ini menunjukkan betapa dalamnya keberdosaan manusia
(Roma 7:7-13). (2). Baik hukum ini maupun hukum yang lain, mengungkapkan
kebobrokan manusia dan menghimbau mereka
untuk mencari kasih karunia dan kuasa moral dari Allah (bnd. Lukas 12:15-21).[40]
2.12.
Skopus
Taurat membentuk dan
membimbing jati diri Israel sebagai Umat Allah.
2.13.
Refleksi
Seperti
yang dikatakan pada tafsiran ayat 3 bahwa Hukum Taurat tidak diberikan sebagai
sarana untuk mencapai keselamatan. Taurat diberikan kepada bangsa yang sudah
selamat untuk mengajar mereka tentang
kehendak Tuhan supaya mereka dapat memenuhi maksud Allah bagi mereka sebagai
sebuah “kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Dan bukan untuk memberikan
kehidupan tetapi untuk menuntun kehidupan. Jadi, hukum taurat ini hanya sebagai
penuntun kita untuk tetap hidup di dalam Tuhan atau sebagai penuntun kita, bukan
sebagai sumber dan jalan keselamatan kepada Bapa di . Karena Yesus telah
berfirman di dalam Yohanes 14:6 “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” Hanya melalui
Yesus lah kita bisa sampai kepada Bapa, dan memperoleh keselamatan dari-Nya,
bukan dengan Hukum Taurat. Taurat hanya sebagai penuntun kita kepada jalan dan
keselamatan itu dan Taurat bukanlah jalan.
III.
Kesimpulan
Hukum
Taurat atau Dasa Titah bukanlah suatu hukum dalam pengertian jaman sekarang
ini, karena tidak didefinisikan dengan cermat dan tidak berisi hukuman. Taurat
ini adalah suatu “kebijaksanaan hukum”, pernyataan pokok tentang perilaku yang
hendak dipelihara oleh umat perjanjian dengan segenap kekuatan.
IV.
Daftar
Pustaka
....,
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
Malang:Gandum Mas & LAI, 1974
....,
Pedoman Alkitab dalam Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2003
...., Tafsiran Alkitab
Masa Kini 1, Jakarta: Komunikasi Bina Kasih, 2005
Barr
James, Alkitab di Dunia Modern, Jakarta:
BPK-GM, 1997
Baxter J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab 1 :Kejadian-Ester, Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih,2001
Hill
Andrew E. & Walton Jhon H., Survei
perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004
Hinson David F., Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 1991
King Philip J. &
Stager Lawrence E., Kehidupan Orang
Israel Alkitabiah, Jakarta: BPK-GM, 2010
Lasor W.S., Pengantar Perjanjian Lama I, Jakarta :
BPK-GM, 2004
Paterson Robert M., Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran,Jakarta:
BPK-GM, 2006
Pfeiffer Charles F., Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, Malang:
Gandum Mas, 2004
Sitompul , A.A. &
Beyer Ulrich, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta
: BPK-GM, 2004
[1] A.A. Sitompul & Ulrich Beyer, Metode
Penafsiran Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2004), 274
[2] James Barr, Alkitab di Dunia
Modern, (Jakarta: BPK-GM, 1997), 10
[3] ...., Pedoman Alkitab dalam
Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 65-66
[4] W.S Lasor, Pengantar Perjanjian
Lama I, (Jakarta : BPK-GM, 2004), 190
[5] Robert M. Paterson, Tafsiran
Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 1
[6] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang:Gandum Mas & LAI,
1974), 93
[7] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 166
[8] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei perjanjian Lama,174
[9] Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 4-5
[10] David F. Hinson, Sejarah Israel
pada Zaman Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 1991), 58
[11] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi
Alkitab 1 :Kejadian-Ester, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2001),
79
[12] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 93
[13] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, 95
[14] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran
Alkitab Wyclife Volume 1, (Malang: Gandum Mas, 2004), 200-202
[15] Robert M. Paterson, Tafsiran
Alkitab: Kitab Keluaran, 262
[16] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini
1, (Jakarta: Komunikasi Bina Kasih, 2005), 169
[17] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 202
[18] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1,202-203
[19] ...., Tafsuran Alkitab Masa Kini 1,169-170
[20] ...., Tafsuran Alkitab Masa Kini
1, 170
[21] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran
Alkitab Wyclife Volume 1,203
[22] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, 129
[23] ...., Tafsuran Alkitab Masa Kini 1, 170
[24] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 203
[25] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 204
[26] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 170
[27] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 204
[28] Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, 264
[29] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan,130
[30] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, 130
[31] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1,204
[32] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 170
[33] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini
1, 170
[34] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,130
[35] Robert M. Paterson, Tafsiran
Alkitab: Kitab Keluaran, 264
[36] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,130
[37] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 204
[38] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran
Alkitab Wyclife Volume 1,204-205
[39] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 170
[40] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,130-131
No comments:
Post a Comment