Sunday, March 26, 2017

Tafsiran Kitab Keluaran 20: 3-17 Dengan Metode Kanonikal



Nama              : Johannes Nababan
M. Kuliah       : Hermeneutika PL
Tafsiran Kitab Keluaran 20: 3-17
Dengan Metode Kanonikal

I.                   Pendahuluan
Kitab Keluaran merupakan kitab kedua dari kitab Perjanjian Lama. Dimana dalam Kitab Keluaran menceritakan tentang keluarnya Bangsa Israel dari Mesir menuju ke tanah Kanaan yang dibawa oleh Musa. Dan juga tentang Hukum Taurat yang diberikan Tuhan kepada Musa dan juga tentang kesepuluh tulah yang diberikan Tuhan kepada Bangsa Israel. Dan pada kesempatan kali ini, saya mencoba menggali atau menafsirkan bagaimana Hukum Taurat itu dengan menggunakan metode penafsiran kanonikal untuk melengkapi tugas ujian tengah semester.
II.                Pembahasan
2.1.Metode penafsiran Kanonikal
Kata kanon berasal dari bahasa Yunani yaitu Kανον yang berasal dari bahasa Semit. Pada awalnya kanon berarti alat pengukur tapi kemjudian di buat dalam arti kiasan yaitu peraturan. Dalam kaitan ini metode panafsiran kanonikal adalah sangat berbeda dengan yang dinamakan metode historis kritis, dimana metode historis kritis ini kurang memperhatikan pesan Alkitab.[1]


2.1.1.      Latar belakang metode Kanonikal
Pendekatan Kanonik berasal dari Amarikan Serikat, berawal dari persepsi bahwa metode historis kritis kadang-kadang mengalami kesulitan besar untuk sampai pada level yang sungguh-sungguh teologis dalam kesimpulan yang dihasilkannya. Munculnya metode ini dapat dikatakan sebagai kritikan bagi pengkritik yang hanya menekankan pada analisa Alkitab saja, sehingga lupa terhadap pesan teologis yang terkandung didalamnya.[2]
2.1.2.      Tujuan penafsiran Metode Kanonikal
Pendekatan penafsiran metode kanonikal ini bertujuan untuk melaksanakan tugas teologis dari penafsiran Alkitab secara lebih baik dengan berpangkal dari dalam kerangka iman eksplisit: Alkitab sebagai suatu kesatuan iman yang utuh. Untuk mencapai tujuan ini, metode kanonikal menafsirkan masing-masing teks Alkitab dalam terang kanon kitab suci yaitu kanon Alkitab seperti yang diterima oleh orang percaya. Pendekatan penafsiran ini mencoba meletakkan masing-masing teks dalam rencana tunggal Allah, dengan tujuan untuk sampai pada suatu pemaparan kitab suci yang sungguh-sungguh valid untuk jaman kita sekarang ini. Metode kanonikal juga tidak mengklaim dirinya untuk menjadi pengganti metode historis kritis, namun sebaliknya metode kanonikal menjadi harapan untuk melengkapi metode historis kritis tersebut.[3]
2.2.Pengertian Kitab Keluaran
Kata Keluaran adalah terjemahan dari bahasa Yunani “exodus” yang artinya “keluar” (Keluaran 19:1), nama yang diberikan dalam Septuaginta. Meskipun tidak seluruhnya menggambarkan isinya, namun nama ini tepat untuk kitab ini, karena salah satu bagian terpenting adalah peristiwa “Keluaran dari Mesir”.[4] Dalam Alkitab Ibrani, kitab itu dikenal dari 2 kata pertamanya, “we,elle syemot”, yang berarti “inilah nama-nama”, mengikuti kebiasaan kuno dalam menamai suatu naskah.[5] Jadi, kitab keluaran adalah kitab yang menceritakan tentang pembebasan orang Israel dari perbudakan Mesir menuju ke tanah Perjanjian Allah yaitu Tanah Kanaan.

2.3.Latar Belakang Kitab
Keluaran melanjutkan kisah yang dimuliakan dalam Kejadian. Menunjuk kepada pembebasan bangsa Israel secara luar biasa dari perhambaan di Mesir oleh Allah dan keberangkatan dari negeri itu sebagai umat Allah.[6] Melalui peristiwa ini, Allah menggenapi janji-janji-Nya kepada bapak leluhur israel bahwa Ia akan memberikan tanah kepada mereka dan keturunan mereka akan menjadi Bangsa yang besar. 
2.4.Penulis dan Waktu Penulisan
Menurut tradisi dan kepercayaan Bangsa Israel, yang menyatakan bahwa penulis Kitab Keluaran adalah Nabi Musa. Beberapa pakar menganggap bahwa Musa hanya menulis bagian utama dari Keluaran dan beberapa tambahan tertentu telah dibuat oleh Editor-editor di kemudian hari. Orang lain menganggap kitab Keluaran sebagai hasil penulisan pengganti Musa, seperti Yosua atau Imam Eleazar, berdasarkan tradisi lisan yang diterima dari Musa dan Harun. Akan tetapi bagaimanapun juga, semua pandangan ini tetap mengakui bahwa Musa adalah sumber dari Dokumen tertulis yang mencatat peristiwa keluaran dari Mesir.[7]
2.5.Tujuan Penulisan Kitab
Tujuan historis kitab Keluaran adalah pelestarian kisah-kisah yang menjelaskan bagaimana umat Israel sampai menjadi budak di Mesir, kelepasan mereka, dan kehadiran mereka di gurun sinai.
Tujuan teologis pokok dari kitab ini adalah penyataan diri Allah. Allah tidak hanya mengingat janji-janji konvenan-Nya kepada para Bapa leluhur Ibrani, tetapi juga kepada Israel sebagai Yahweh (Kel 6:2-3). Walaupun penyataan Yahweh ini terjadi dalam berbagai manifestasi, hasil akhirnya adalah bahwa Ia akan memanggil Israel ssebagai umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka (6:7). Yang terakhir, tujuan didaktik dari kitab ini meliputi petunjuk-petunjuk mengenai pentingnya memelihara hubungan konvenan dengan Yahweh dan pentingnya taurat-Nya sebagai sarana untuk membentuk dan memelihara jati diri Israel sebagai umat Yahweh (23:20-23). [8]

2.6.Konteks Kitab Keluaran
2.6.1.      Konteks Sosial
Kehidupan orang Israel kuno tampaknya berfokus pada tatanan sosial yang tidak lagi dialami pada masa modern, yang menanamkan perasaan bertanggung jawab terhadap sesama manusia yang memerlukan pertolongan.[9]
2.6.2.      Konteks Politik
Banyak ahli berpendapat bahwa Yusuf yang berkuasa di Mesir pada pemerintahan Raja-raja Hiksos. Mereka pertama-tama memasuki Mesir dari Asia Barat Daya sejak tahun 1720 SM. Kemudian berhasil menyatukan Mesir di bawah pemerintahan mereka sekitar 1690 SM. Mereka juga mendirikan Ibukota Pemerintahannya di Avaris. Dari Ibukota ini mereka memrinbtah suatu wilayah yang luas di Asia Barat Daya Kuno, termasuk Palestina, bahkan Mesopotamia. Mereka bersama dengan orang Israel, sehingga dapat dimengerti mengapa Yusuf menjadi Pemimpin Baru diantara mereka.[10]
2.6.3.      Konteks Agama
Pada zaman keluaran, Mesir mungkin merupakan negeri yang terkuat di seluruh dunia, dan sebab itu berhala yang dipujanya dianggap yang terkuat pula. Tatkala Allah memanggil Israel keluar untuk suatu hidup baru, dan untuk misi nasional mereka, yaitu menegakkan kembali pengetahuan sejati tentang Keesaan Allah, maka bersamaan dnegan itu Ia pun bermaksud pula membuka kepalsuan segala berhala buatan manusia.[11]
2.7.Kedudukan Kitab dalam Kanon
Tradisi Yahudi menggolongkan Kitab keluaran dalam kitab “Torah”, “Hukum Musa”, “Kitab Hukum Musa”. Keluaran termasuk kedalam Panteteukh yaitu lima gulungan kitab yang terletak pada urutan kedua. Kelima kitab yang termasuk dalam Pentateukh berisi pengajaran Allah mengenai asal-usul dunia ini, asal-usul Israel dan menjelaskan bagaimana bangsa yang berdosa dapat bertemu dengan Allah.

2.8.Struktur Kitab[12]
I.                   Penindasan Orang Ibrani di Mesir (1:1-11:10)
A.    Beban Orang Yang Tertindas (1:1-22)
B.     Persiapan Sang Pembebas (2:1-4:31)
1.      Kelahiran Musa dan 40 tahun yang pertama (2:1-15a)
2.      Pelarian Musa dan 40 tahun yang kedua (2:15b-25)
3.      Panggilan Musa dan kembalinya ke Mesir (3:1-4:31)
C.     Pergumulan dengan Sang Penindas (5:1-11:10)
1.      Permintaan: “Biarkan umatKu pergi” (5:1-3)
2.      Tanggapan: penindas di tingkatkan (5:4-21)
3.      Jaminan: Tuhan akan menyatakan ke-TuhanNya (5:22-7:13)
4.      Usaha: sepuluh tulah (7:14-11:10)
II.                Pembebasan Bangsa Ibrani dari Mesir (12:1-15:21)
A.    Pembebasan Waktu Paskah: Penebusan oleh darah (12:1-13:16)
B.     Pembebasan di Laut Merah: Penebusan oleh Kuasa (13:17-14:31)
C.     Nyanyian Pembebasan: pujian kepada Sang Penebus (15:1-21)
III.             Pendidikan Bangsa Ibrani dalam Perjalanan ke gunung Sinai (15:22-18:27)
A.    Ujian Kesengsaraan dan Pemeliharaan Ilahi (15:22-17:16)
1.      Ujian pertama: Air Pahit di Mara (15:22-27)
2.      Ujian Kelaparan: Burung puyuh dan Manna (16:1-36)
3.      Ujian Ketiga: Air di Rafidim (17:1-7)
4.      Ujian Pertentangan: Perang dengan Amalekh (17:8-16)
B.     Nasehat Jetro yang Bijaksana (18:1-27)
IV.             Perjanjian dengan Bangsa Ibrani di Gunung Sinai (19:1-24:18)
A.    Pengarahan Persiapan kepada Musa (19:1-25)
B.     Sepuluh Hukum: Landasan Hidup Perjanjian (20:1-17)
C.     Peraturan Pelindung Hubungan Perjanjian (20:18-23:19)
D.    Janji-janji mengenai Tanah Perjanjian (23:20-33)
E.     Pengesahan Perjanjian (24:1-18)
V.                Ibadah Orang Ibrani di Lukiskan di Gunung Sinai (25:1-40:38)
A.    Pengarahan Tentang Kemah Suci (25:1-27:21)
B.     Pengarahan Mengenai Imam (28:1-31:18)
C.     Dosa Penyembahan Berhala (31:1-34:35)
D.    Pelaksanaan Pengarahan Ilahi (35:1-40:38)

2.9.Ciri – Ciri Khas[13]
1.      Kitab ini mencatat keadaan sejarah dari kelahiran Israel sebagai bangsa.
2.      Dalam kesepuluh hukum (psal 20), kitab ini memuat ringkasan hukum moral dan tuntutan kebenaran Allah bagi umatNya.
3.      Merupakan Kitab terpenting dalam menggambarkan sifat kasih karunia dan kuasa penebusan Allah dalam tindakan. Keluaran melukiskan sifat adikodrati pembebasan umat Allah dari bahaya dan perbudakan dosa, iblis dan dunia.
4.      Seluruh kitab ini penuh dengan penyataan yang agung mengenai Allah.
5.      Kitab keluaran menekankan bagaimana, apa, dan mengapa ibadah sejati harus menyusul sebagai akibat dari penebusan umat Allah.
2.10.                    Analisa Teks
2.10.1.  Perbandingan Bahasa
Di dalam perbandingan bahasa ini, saya menggunakan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), New International Version (NIV), Pustaka Sibadia (PSB) dan Teks Masorah (TM).
Ayat 3: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 4: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 5: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 6; Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 7:
LAI                 : jangan menyebut nama Tuhan
NIV                 : not take the name of the Lord (Jangan mengambil nama Tuhan)
PSB                 : Ola ipakendu gelarKu (Jangan pakai namaKu)
TM                  :       ל֥א חִשָא֛ אֶת־ שֵם־ יְהוָה֥          (jangan kau sebut nama Tuhan)
Keputusan       : Yang mendekati Teks Masorah adalah LAI
Ayat 8: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 9: Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 16:
LAI                 : jangan mengucapkan saksi dusta
NIV                 : you shall not give false testimony (kau tidak akan mengucapkan saksi dusta)
PSB                 : ola ibahan-bahanindu salah kalak (jangan kau buat-buat salah orang)
TM                              :  לִא־ תַצְַנֶה֥ כְרֵצְַךְָ   (jangan kau mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu lagi)      
Keputusan       : Yang mendekati Teks Masorah adalah LAI dan NIV
Ayat 17:
LAI                 : jangan mengingini isterinya
NIV                   : you shall not covet your neighbour’s wife (jangan kau mendambakan istri tetanggamu)
PSB                 : ola mengga atendu ndeharana (jangan mengingini istri sesamamu)
TM                  :    לִא־ תַחְמ֞ר אֵ֣שֶת רֵעֶךָ      (Jangan mengingini istri tetanggamu)           
Keputusan       : Yang mendekati Teks Masorah adalah NIV dan PSB
2.10.2.  Kritik Aparatus
Ayat 3
                   Pada ayat 3 terdapat kata  עַל־פָּנׇֽי yang artinya di hadapanKu, dalam Terjemahan Yunani dari PL (PL terjemahan Siria dan targum-targum) diusulkan kata πλήν έμού .
dan demikian juga kondeks Leningrad dari PL Ibrani, banyak naskah PL Ibrani abad pertengahan di satukan dalam beberapa edisi penerbitan PL Ibrani.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena memperkabur makna teks



Ayat 4
                   Pada ayat 4 terdapat kata לׇאָרֶץ yang artinya di dunia, bandingkan dengan koondeks Leningrad dari naskah PL ibrani abad pertengahan di satukan dalam beberapa edisi penerbitan PL ibrani.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena memperkabur makna teks
Ayat 5
                   Pada ayat 5 terdapat kata קַנָּ֔א yang artinya cemburu,dalam naskah yang terdapat dalam phapirus mengusulkan קנוא tanpa tanda baca.
Keputusan    : Penafsir menolak usulan apparatus karena mempersulit pembaca dalam menafsir
Ayat 7
                   Pada ayat 7 terdapat kata אֶת־שְׁםֻוֹ yang artinya nama-Nya, dalam naskah yang terdapat dalam phapirus mengusulkan שםה tanpa tanda baca.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena memperkabur makna teks
Ayat 8
                   Pada ayat 8a terdapat kata זׇכִ֯וֹר֯ yang artinya Ingatlah, dalam kitab pentateukh samaria mengusulkan kata שׁמור yang artinya...
Dan 8b לְקַדְּשֽׁוֹ yang artinya Kuduskanlah, dapat dibandingkan dengan koondeks Leningrad dari naskah PL ibrani abad pertengahan di satukan dalam beberapa edisi penerbitan PL ibrani.
Keputusan : Penafsir menolak usulan apparatus karena memperkabur makna teks

2.10.3.  Terjemahan Akhir
20:3. Jangan ada padamu allah lain dihadapanKu
20:4. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5. Jangan sujud menyembah atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang mencemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.
20:6. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintahKu.
20:7. Jangan kau sebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan.
20:8. Ingatlah dan kuduskanlah hari sabat;
20:9. Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu
20:10. Tetapi hari ketujuh adalah hari sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang ditempat kediamanmu.
20:11. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu ditanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13. Jangan membunuh
20:14. Jangan berzinah
20:15. Jangan mencuri
20:16. Jangan kau mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu lagi
20:17. Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istri tetanggamu, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
2.11.                    Tafsiran
Ayat 3:
Taurat tidak diberikan sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Taurat diberikan kepada bangsa yang sudah selamat (19:4; 20:2) untuk mengajar mereka tentang kehendak Tuhan supaya mereka dapat memenuhi maksud Allah bagi mereka sebagai sebuah “kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Penyataan tersebut diberikan “bukan untuk memberikan kehidupan tetapi untuk menuntun kehidupan”. Perintah pertama ini diberikan bukan sekedar pernyataan monoteisme. Perintah ini melarang penyembahan atau penghormatan kepada sesuatu yang lain lebih daripada kepada Allah baik dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan, “sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kolose 1:18).[14]
Ayat 4:
Patung; dalam bahasa Ibrani Pesel. meskipun kata ini diterjemahkan sebagai “patung pahatan” dalam Ulangan 27:15 dan “patung tuangan” disebut juga disana, tetapi pastilah semua macam patung ditunjukkan di sini, yaitu patung pahatan yang dibuat dari kayu, tanah liat, atau batu dan patung tuangan yang dibuat dari logam.[15]
Perintah kedua ini di tujukan terhadap penyembahan berhala, dan bersifat umum, termasuk usaha menggambarkan Allah atau gambaran patung berhala makhluk-makhluk ciptaan. Hal-hal semacam ini merendahkan harkat Sang Pencipta dan makhluk ciptaan yang memuja mereka.[16] Perintah ini juga melarang pembuatan dan penggunaan patung ukiran sebagai obyek untuk disembah. Tetapi yang lebih hakiki, perintah ini merupakan pengingat bahwa Allah adalah Roh sehingga tidak dapat dipahami sebagai yang dibuat menurut rupa manusia ataupun menurut rupa suatu makhluk ciptaan lainnya.[17]
Ayat 5-6 :
Membalaskan kesalahan (ayat 5). Akibat dari dosa tampak mempengaruhi tiga atau generasi, tetapi kemurahan Allah menjangkau sampai ribuan generasi. “Allah tidak menyatakan diriNya akan setia atau adil terhadap orang-orang yang berpegang pada hukumNya, tetapi bahwa Ia akan bermurah hati. Mereka yang mengasihi Aku (ay. 6). “sumber dan asal-usul dari kebenaran diungkapkan, sebab ketaatan lahiriah terhadap hukum Taurat tidak ada gunanya terkecuali  jika ketaatan itu bersumber dari kasih kepada Allah”.[18]
Allah tidak akan  mengizinkan diberikan kepada siapapun juga apa yang menjadi hakNya yang pantas berkenaan dengan penghormatan dan ketaatan. Kehormatan Allah ada berhubungan dengan pelayanan bangsa itu yang penuh pemujaan. Allah tidak menghukum anak-anak karena dosa-dosa orangtuanya, kecuali kalau mereka melanjutkannya terus-menerus. Yang penting ialah, bahwa mereka yang dihukum dengan cara itu adalah mereka yang ‘membenci’ Allah. Kemurahan hati-Nya mengatasi kemarahan-Nya, dan berkatNya atas mereka yang mengasihi dan menaati Dia mencapai seribu angkatan.[19]
Ayat 7 :
Memakai nama Allah dengan sembarangan berarti mempergunakanNya dengan maksus hampa, sembrono, menghina atau tidak tulus. Ini tidak melarang sumpah dusta. Memandang bersalah berarti tidak membiarkan tidak terhukum. [20] perintah itu melarang orang  memakai nama Allah “untuk mendukung ketidakpercayaan atau kebohongan”. Disini juga terdapat kekuatan yang mendukung perintah kepada orang kepada orang Kristen untuk hidup ... berpadanan dengan panggilan” (Ef 4:1), maksunya tidak menyandang nama Kristus dengan sia-sia. Dalam perintah ketiga kita dilarang untuk menyamkan Dia melalui cara apapun dengan mahluk ciptaan sebab Dia adalah Sang Pencipta. [21]
Ayat 8 -11 :   
Ingatlah hari sabat. Sabat PL adalah hari ketujuh dalam setiap menggu. Menguduskan hari itu berarti memisahkannya sebagi berbeda dari hari lainnya dengan berhenti bekerja supaya dapat beristirahat, melayani Allah, dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang menyangkut keabadian, kehidupan Rohani dan kebenaran Allah.[22] Kerja berat selama 6 hari memberi hak kepada seseorang untuk istirahat satu hari, tapi hari ini adalah peringatan kepada karya baik penciptaan oleh Allah untuk keberuntungan manusia, dan sebagai yang demikian memberi kesempatan yang sangat cocok untuk pemujaan. Itu dibuat untuk manusia. Itu adalah suatu  kelesuhan (bnd Amsal 8:5) ataupun suatu kesenangan (bnd Yesaya 58:13).[23]
Secara subyektif, dalam Ulangan 5:14,15 dikemukakan alasan bahwa manusia pada kenyataannya memerlukan isturahat. Bangsa Israel juga diingatkan melalui Sabat ini bahwa Allah telah melepaskan mereka dari perbudakanndi Mesir untuk menikmati perhentian.[24]
Ayat 12 :
Manusia berkewajiban untuk menghormati orang-tuanya sebagaimana dia menghormati Allah dan memikul tanggung jawab atas sesamanya manusia.[25] Dan kesatuan keluarga adalah dasar tata tertib sosial dan damai sejahtera. Pemeliharaannya menyatakan suatu sifat yang diperintah dengan baik, dan memberi harapan yang baik untuk keamanan perorangan dan bangsa di masa depan. Berkat Allah melekat pada pemeliharaan-Nya dengan tujuan seperti yang dilukiskan.[26]
Supaya lanjut umurmu. Pernyataan ini dapat dipahami sebagai mengacu baik pada lamanya Israel tinggal di Negeri yang Dijanjikan, maupun pada usia perseorangan. Bukan hanya di Israel, tetapi juga disemua bangsa dan dalam kehidupan pribadi, hancurnya rumah tangga merupakan awal dari kehancuran.[27]
Ayat 13:
Membunuh. Ada beberapa kata untuk “membunuh” dalam bahasa Ibrani. Kata ini tidak dipakai untuk pembunuhan musuh dalam perang atau (dengan satu kekecualian saja, Bilangan 35:30) untuk hukuman mati atas pembunuh orang lain. Namun, menunjuk kepada semua bentuk pembunuhan yang mengganggu atau merugikan masyarakat. Mungkin termasuk kecelakaan yang disebabkan karena orang lalai dan kurang berhati-hati.[28]
Jangan membunuh. Hukum keenam ini melarang pembunuh dengan sengaja, yaitu mengambil nyawa tanpa izin atau perintah hukum (Mat 5:22) pb bukan saja mengutuk pembunuh pembunuhan, tetapi juga kebencian, yang membuat seseorang menginginkan kematian orang lain ( 1Yoh 3 :15), dan tindakan atau pengaruh lainnya yang menyebabkan kematian rohani orang lain ( Mat 5:21, 18:6) .[29]
Ayat 14 :
Hukum ketujuh yang melarang perzinahan meliputi semua tindakan percabulan dan dosa seksual (Mat. 5:27-32).[30] Sekalipun diarahkan untuk secara khusus memlihara kesucian dan kemurnian pernikahan, oleh Yesus perintah ini juga dikenakan untuk semua bentuk kedursilaan baik dalam pikiran maupun perbuatan (Mat. 5:27,28).[31] Kemurnian status perkawinan adalah dasar lain kehidupan sosial dan haruslah dipertahankan dengan ancaman hukuman (Imamat 20:10).[32]
Ayat 15:
Hak untuk mempunyai milik pribadi sendiri haruslah dihormati dan hukuman-hukuman atas pencurian diberikan (Keluaran 21:16; 22:1).[33] Hukum ini melarang pengambilan uang atau benda apa saja yang milik orang lain. Kecurangan juga adalah suatu bentuk pencurian (2 Korintus 8:21). Hukum kedelapan ini menuntut kejujuran di dalam semua urusan kita dengan sesama kita.[34]
Ayat 16:
Sesamamu: secara harafiah “tetanggamu”. Meskipun kata ini sering berarti “sesama Israel”, disini menunjuk kepada semua orang, termasuk orang asing yang denganmu ada kontak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kel 12:49, “satu hukum saja akan berlaku untuk semua orang”. Pada hari sabat orang asing berhenti dari pekerjaan disamping orang Israel. Oleh karena itu Firman ini tidak terbatas pada hubungan antara orang Israel saja.[35]
Hukum ini melindungi nama dan reputasi orang lain. Tidak seorangpun boleh membuat pernyataan palsu tentang sifat atau tindakan orang lain.[36] Yang dilarang bukan hanya berbohong, tetapi secara umum juga pemberian bukti yang palsu dan tidak berdasar.[37] Hukuman-hukuman diberikan dalam Ulangan 19:16-21.
Ayat 17:
Keserakahan ialah “keinginan yang tidak terkendali untuk memiliki sesuatu yang bukan miliknya”. Perintah yang paling hakiki bukanlah melarang sebuah tindakan lahiriah, melainkan keadaan mental yang tidak tampak, suatu keadaan yang bagaimanapun juga merupakan akar dari nyaris semua dosa terhadap sesama.[38] Keadaan batin seseorang, pikiran-pikiran dan keinginan-keinginannya, tidaklah tersembunyi daripada Allah dan berada dibawah tauratNya.[39]
Jangan Mengingini. (1). Hukum ini menjangkau lebih jauh daripada dosa berupa kata atau perbuatan untuk mengutuk motivasi atau keinginan jahat. Ketamakan meliputi keinginan atau nafsu untuk memperoleh hal yang salah atau menjadi milik orang lain. Paulus menyatakan bahwa perintah ini menunjukkan betapa dalamnya keberdosaan manusia (Roma 7:7-13). (2). Baik hukum ini maupun hukum yang lain, mengungkapkan kebobrokan manusia dan  menghimbau mereka untuk mencari kasih karunia dan kuasa moral dari Allah (bnd. Lukas 12:15-21).[40]
2.12.                    Skopus
Taurat membentuk dan membimbing jati diri Israel sebagai Umat Allah.
2.13.                    Refleksi
Seperti yang dikatakan pada tafsiran ayat 3 bahwa Hukum Taurat tidak diberikan sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Taurat diberikan kepada bangsa yang sudah selamat  untuk mengajar mereka tentang kehendak Tuhan supaya mereka dapat memenuhi maksud Allah bagi mereka sebagai sebuah “kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Dan bukan untuk memberikan kehidupan tetapi untuk menuntun kehidupan. Jadi, hukum taurat ini hanya sebagai penuntun kita untuk tetap hidup di dalam Tuhan atau sebagai penuntun kita, bukan sebagai sumber dan jalan keselamatan kepada Bapa di . Karena Yesus telah berfirman di dalam Yohanes 14:6 “Akulah  jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” Hanya melalui Yesus lah kita bisa sampai kepada Bapa, dan memperoleh keselamatan dari-Nya, bukan dengan Hukum Taurat. Taurat hanya sebagai penuntun kita kepada jalan dan keselamatan itu dan Taurat bukanlah jalan.




III.             Kesimpulan
Hukum Taurat atau Dasa Titah bukanlah suatu hukum dalam pengertian jaman sekarang ini, karena tidak didefinisikan dengan cermat dan tidak berisi hukuman. Taurat ini adalah suatu “kebijaksanaan hukum”, pernyataan pokok tentang perilaku yang hendak dipelihara oleh umat perjanjian dengan segenap kekuatan.
IV.             Daftar Pustaka
...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang:Gandum Mas & LAI, 1974
...., Pedoman Alkitab dalam Gereja,  Yogyakarta: Kanisius, 2003  
...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, Jakarta: Komunikasi Bina Kasih, 2005
Barr James, Alkitab di Dunia Modern, Jakarta: BPK-GM, 1997  
Baxter J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab 1 :Kejadian-Ester, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2001
Hill Andrew E. & Walton Jhon H., Survei perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004
Hinson David F., Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 1991
King Philip J. & Stager Lawrence E., Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, Jakarta: BPK-GM, 2010  
Lasor W.S., Pengantar Perjanjian Lama I, Jakarta : BPK-GM, 2004   
Paterson Robert M., Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran,Jakarta: BPK-GM, 2006  
Pfeiffer Charles F., Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, Malang: Gandum Mas, 2004
Sitompul , A.A. & Beyer Ulrich, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 2004



[1] A.A. Sitompul & Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2004), 274
[2] James Barr, Alkitab di Dunia Modern, (Jakarta: BPK-GM, 1997), 10
[3] ...., Pedoman Alkitab dalam Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 65-66
[4] W.S Lasor, Pengantar Perjanjian Lama I, (Jakarta : BPK-GM, 2004), 190
[5] Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 1
[6]  ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang:Gandum Mas & LAI, 1974), 93
[7] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), 166
[8] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei perjanjian Lama,174
[9] Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 4-5
[10] David F. Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 1991), 58
[11] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1 :Kejadian-Ester, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,2001), 79
[12]  ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 93
[13] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 95
[14] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, (Malang: Gandum Mas, 2004), 200-202
[15] Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, 262
[16] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, (Jakarta: Komunikasi Bina Kasih, 2005), 169
[17]  Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 202
[18]  Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1,202-203
[19]  ...., Tafsuran Alkitab Masa Kini 1,169-170
[20] ...., Tafsuran Alkitab Masa Kini 1, 170
[21] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1,203
[22] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 129
[23]  ...., Tafsuran Alkitab Masa Kini 1, 170
[24]  Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 203
[25]  Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 204
[26]  ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 170
[27]  Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 204
[28]  Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, 264
[29] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,130
[30] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 130
[31]  Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1,204
[32]  ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 170
[33] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 170
[34]  ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,130
[35] Robert M. Paterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, 264
[36]  ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,130
[37]  Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1, 204
[38] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Volume 1,204-205
[39]  ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, 170
[40]  ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,130-131

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...