Nama :
Johannes
Nababan
Mata Kuliah :
Hermeneutika Perjanjian Baru I
Tafsiran terhadap
Yohanes 3: 1- 13 dengan Metode Historis Kritis
Percakapan dengan
Nikodemus
I.
Pembahasan
1.1. Pengertian Historis
Kritis
Metode historis kritis
adalah metode penafsiran yang menaruh perhatian pada sejarah, yakni sejarah
dalam teks. Berdasarkan penyelidikan terhadap teks, maka kita akan mengetahui
kondisi-kondisi keagamaan, sosial dan politik dari suatu atau sejumlah periode
sejarah yang didalamnya teks itu sendiri, yaitu bagaimana teks itu muncul, mengapa,
diamana, dan untuk siapa di tulis, disunting, disusun, dihasilkan dan
dipelihara serta mengapa teks itu di tulis, apa
yang mempengaruhinya pemeliharaannya dan perluasannya. [1]
1.2. Analisa Sejarah
1.2.1.
Latar
Belakang Kitab
Injil
Yohanes berbeda di antara keempat Injil kanonik. Letak perbedaannya terdapat
dalam struktur maupun gayanya. Ia tidak memuat kisah perumpamaan dan hanya
tujuh mukjizat, lima di antaranya tidak termuat dalam kitab-kitab Injil
lainnya.[2]
Dan Injil Yohanes harus ditangani dengan cara yang agak lain, karena mempunyai
bentuk sendiri. Bukan hanya materinya yang berbeda dari injil sinoptis tapi
pola pengajarannya juga berbeda, dalam Injil sinoptis terdapat pada akhir
pelayanannya, sedangkan dalam injil Yohanes pada bagian permulaan (Yohanes 2:13-22).[3]
Namun kini dalam pasal 21:24 kita menemukan alasan mengapa Yohanes memberi
perhatian tertentu kepada murid yang khusus ini. Yohanes menceritakan kepada
kita bahwa murid yang dikasihi Yesus itu yang bertanggung jawab untuk cerita
ini dan bahka mungkin yang menuliskannya
(Lih. Yoh. 21:20-24).[4]
1.2.2.
Penulis,
Waktu dan Tempat Penulisan Injil Yohanes
Identitas
mengenai penulis Injil Yohanes berpusat pada ungkapan “murid yang dikasihi
Yesus”.[5] Hanya
ada satu sumber sebagai pegangan dalam menentukan siapa penulis Injil ini,
yaitu pasal 21:20, 24. Murid yang di kasihi, duduk dekat Yesus sewaktu makan
bersama, yaitu Yohanes anak Zebedeus. Dan Yohanes anak Zebedeus tidak pernah
disebut dengan jelas dalam injil ini. Dengan rendah hati ia menyembunyikan
diri. Dengan demukian ia adalah salah seorang yang sejak mula-mula mengikuti
Yesus (Yoh. 1:35-41).[6]
Injil
Yohanes ditulis di Asia kecil, di Efesus, menjelang akhir abad pertama, ketika
pertumbuhan gereja sudah mencapai kematangannya, dan ketika sudah timbul kebutuhan
akan ajaran yang lebih lanjut tentang iman. Dan ditulis dalam kalangan umat
bukan Yahudi, karena perayaan serta adat istiadat orang Yahudi diterangkan bagi
mereka yang tidak mengenalnya (Yohanes 2:13; 4:9; 19:31).[7]
1.2.3.
Tujuan
Penulisan Kitab
Tujuan
utama Yohanes jelas diberikan dalam Yoh. 20:30-31. Yaitu menghantar pembacanya
kepada kepercayaan bahwa Yesus ialah mesias dan Anak Allah, dan dengan demikian
membawa mereka ke pengalaman hidup yang kekal.[8] Allah
mengutus AnakNya ke dalam dunia, untuk membangkitkan kepercayaan, supaya mereka
yang percaya kepadaNya memperoleh kehidupan yang kekal: hidup dalam persekutuan
abadi dengan Bapa dan Anak (Yoh. 14:23).[9]
Tujuan Injil Yohanes tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga untuk orang
bukan Yahudi dan juga untuk semua orang percaya dapat ditolong melaluli Injil
Yohanes.[10]
1.3.Struktur Kitab[11]
a.
Penyataan
diri Yesus kepada dunia (1:1-12:50)
i.
Kata Pendahuluan
(1:1-18)
ii.
Penyataan diri Yesus
(1:19-2:11)
iii.
Kabar baru (2:12-4:54)
iv.
Yesus, Anak Allah
(5:1-47)
v.
Yesus, Roti Kehidupan
(6:1-71)
vi.
Sengketa dengan orang
Yahudi (7:1-8:59)
vii.
Yesus, Terang Dunia
(9:1-41)
viii.
Yesus, Gembala Yang
Baik (10:1-42)
ix.
Kebangkitan dan Hidup
Yang Kekal (11:1-57)
x.
Bayangan Salib
(12:1-36a)
xi.
Kata Penutup
(12:36b-50)
b.
Penyataan
diri Yesus kepada murid-murid-Nya (13:1-17:26)
i.
Perjamuan Terakhir
(13:1-30)
ii.
Ucapan-ucapan
perpisahan (13:31-16:33)
iii.
Doa Yesus untuk
murid-murid-Nya (17:1-26)
c.
Yesus
dipermuliakan (18:1-21:25)
i.
Penderitaan Tuhan Yesus
(18:1-19:42)
ii.
Kebangkitan Tuhan Yesus
(20:1-31)
iii.
Pemberian Tugas kepada murid-murid
(21:1-25)
1.4.Analisa Sastra dan
Bentuk
Bagian
dari injil ini memuat banyak kata Aram, khususnya perkataan-perkataan Yesus.[12]
Injil ini juga merupakan suatu terjemahan asli Aram. Dengan demikian
pengarangnya adalah seorang Yahudi dan dia seorang dari kalangan
pengiring-pengiring Yesus, yang mneyaksikan sendiri hal-hal yang ditulisnya.[13]
1.5.Analisa Peredaksian[14]
Ada
dua hipotesa yang menarik, yakni bahwa kitab Injil ini telah melalui dua edisi.
Kita sudah melihat atau mengetahui kecuali kata pengantarnya, kitab ini sangat
bersifat Yahudi, tetapi kata pengantarnya mempunyai penampilan yang lebih cocok
bagi dunia Yunani. Karena itu kemungkinan kata pengantar ditambah setelah
selesainya karya aslinya, supaya kitab Injil ini menarik bagi pembaca.
1.6.Analisa Sumber[15]
Kitab
Injil Yohanes sepertinya bukan terjemahan langsung dari sebuah naskah dalam
bahasa Aram, walaupun ada yang mengemukakan demikian. Pengaruh tata bahasa Aram
dalam sebuah tulisan bahasa Yunani dapat disebabkan oleh karena bahasa Ibu
penulis adalah bahasa Aram. Selain itu, ditemukan juga sumber bahwa kitab
Yohanes ini juga mungkin saja dari sumber Q (Qumran), karena berisi tentang
Yesus dan menceritakan mengenai kepercayaan akan Tuhan Yesus ditengah-tengah
orang yang menyaksikannya.
1.7.Sitz Im Leben
1.7.1.
Konteks
Politik[16]
Semasa
hidup Yesus, kita melihat bagaimana Bangsa Israel takluk kepada kerajaan
romawi. Dan Mesias yang diharapkan orang-orang Yahudi bukanlah Yesus. setelah
romawi memerintah israel, orang Yahudi berulangkali mencoba mematahkan Kuk
penjajahan yang berat itu. Terutama di Galilea sering menjadi pusat gerakan
pemberontakan. Gerakan-gerakan ini muncul ketika Herodes agung menjadi raja di
seluruh negeri itu, dan orang-orang Yahudi mencoba membebaskan diri dari
kekuasaan Herodes untuk selama-lamanya. Terjadi pemberontakan tetapi tidak
berhasil karena tidak bersatu. Maka mereka bersembunyi di dalam gua, dan mereka
hidup dari hasil perampasan dan perampokan.
1.7.2.
Konteks
Ekonomi[17]
Orang
Kristen pada abad ini bekerja untuk menunjang kehidupnnya. Dan sama seperti
masa sekarang ini, perkembangan dan pelaksanaan ibadah mereka dipengaruhi oleh
keadaan ekonomi yang berlaku pada waktu itu. Pertanian, perindustrian,
keuangan, semuanya berpengaruh terhadap penyebaran Injil.
1.7.3.
Konteks
Keagamaan[18]
Pada
waktu kitab Injl Yohanes ditulis ialah munculnya bidat. Ajaran bidat bidat
muncul jika ada penekanan yang berlebihan terhadap salah satu bagian dari
kebenaran. Dan ada dua ajaran bidat yang ditentang oleh penulis kitab Injil
Yohanes. Ada sekelompok orang kristen (khususnya orang Yahudi), yang memberikan
tempat yang tinggi kepada yohanes pemabtis. Bagi mereka Yohanes pembaptis
adalah penerus para nabi dan berbicara dengan suara kenabian. Penulis Injil
Yohanes menolak siapapun yang menempatkan Yohanes pembaptis pada tempat yang
harus hanya menjadi milik dan tempat Yesus. Dan juga, ada suatu bentuk bidat
lain yang disebut Gnostisime.[19]
Mereka berpendapat bahwa Allah tidak dapat menyentuh benda sehingga karena
itu Allah tidak menciptakan benda. Yang dilakukan Allah adalah mengeluarkan
serangkaian pancaran dari diriNya sendiri yang semakin menjauh sehingga bisa
menyentuh benda. Dan pancaran terjauh inilah yang menciptakan dunia.
1.7.4.
Konteks
Sosial Budaya[20]
Gereja
tidak lagi tersebar hanya dalam kalangan ke-Yahudian. Namun seudah menjadi
sangat non-Yahudi. Kebanyakan warganya tidak lagi berasal dari kalangan Yahudi,
tetapi Hellenis (non-Yahudi). Yang menyebabkan perlunya ada penjelasan ulang
tentang kekristenan itu sendiri. Kekristenan harus dinyatakan dalam suasana
Hellenis.
1.8.Analisa Teks
1.8.1.
Perbandingan
Bahasa
Dalam
perbandingan bahasa, kami penafsir menggunakan NTG (Novum Testament Greek) sebagai acuan dalam perbandingan bahasa, LAI
(Lembaga Alkitab Indonesia), PSB (Pustaka si Badia), NIV (New Internasional
Version).
Ayat 2
LAI : Tanda-tanda yang engkau adakan itu
PSB : Tanda-tanda Sengget
NIV : Miracalous sigus (tanda ajaib)
NTG : τά
σημει̑α ποιει̑ν α̏ σύ ποιε̑ις (
Ayat 3
LAI : Tidak dapat melihat kerajaan Allah
PSB : Ise pe langasup Dibata Rajana (siapapun
tidak merasakan bahwa Allah Rajanya)
NIV : No one can see the Kingdom of God (tiada
satupun yang melihat Kerajaan Allah)
NTG : ού
δύναται ίδεαι̑ν τήν βασιλείαν
του̑ θεο͡υ (
Ayat 6
LAI : Dilahirkan dari daging
PSB : Tubuh ibas orang tuana (lahir dari orang
tuanya)
NIV :Flesh gives birth (dilahirkan dari daging)
NTG : έκ
τ͡ης σαρκὸς σάρξ ὲστιν (
Ayat 9
LAI : Nikodemus menjawab
PSB : Nungkun Nikodemus (Nikodemus bertanya)
NIV : Nicodemus asked (Nikodemus menanyakan)
NTG : ὰπεκρίθη
Νικ́οδημος (
Ayat 14
LAI : Ular
PSB : Nipe tembaga (ular tembaga)
NIV :Snake (ular)
NTG : φιδι (
Ayat 20
LAI : Barang siapa berbuat jahat
PSB : kalak jahat (orang jahat)
NIV : Everyone who does evil (setiap orang
berbuat jahat)
NTG : π͡ας γὰρ ό ϕα͡υλα πρὰσσων (
1.8.2.
Kritik
Aparatus
1.8.3.
Terjemahan
Akhir
Ayat
1 : seorang pemimpin Yahudi bernama Nikodemus dari kalangan Farisi
Ayat
2 : ia datang pada waktu malam ke pada Yesus “ Rabi Engkau datang sebagai yg
diutus Allah karena tidak seorangpun
dapat mengadakan tanda-tanda seperti
Engkau perbuat jika Allah tidak berkehendak.
Ayat
3 : Yesus menjawab: sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali ia tidak
dapat melihat kerajaan Allah.
Ayat
4 : Nikodemus bertannya: bagaimana
mungkin orang yang sudah tua dilahirkan kembali? Dapatkah ia kembali ke rahim ibunya?
Ayat
5 : Yesus menjawab : jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak
dapat masuk kedalam Sorga.
Ayat
6 : Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging dan apa yang dilahirkan dari
Roh adalah Roh
Ayat
7 : Janganlah engkau heran, karena kamu harus dilahirkan kembali.
Ayat
8 : Angin bertiup kesegala arah dan
engakau mendenngar bunyinya, tetapi tidak tahu dari mana datang dan perginya.
Ayat
9 : Nikodemus bertanya: bagaimana mungkin itu terjadi?
Ayat
10 : Yesus menjawab dengan memberi
pertanyaan : engkau adalah pengajar Israel dan engkau tidak mengerti
hal-hal itu?
Ayat
11 : Yesus menjawab : sesungguhnya
kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan bersaksi tentang apa yang
kamu lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami.
Ayat
12 : kamu tidak percaya tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan
percaya,kalau Aku berkata-kata kepadamu tentang Sorgawi?
Ayat
13 : Tidak ada seorang pun yang naik ke Sorga selain Dia anak manusia yang
kembali dari sana.
Ayat
14 : sama Seperti Musa yang meningikan ular di Padang gurun, demikian Dia harus
ditinggikan
Ayat
15 : supaya setiap oarang yang percaya beroleh hidup kekal.
Ayat
16 : karena begitu besar kasih Allah akan Dunia ini sehingga Ia mengaruniakan
anakNya yang tunggal supaya orang yang percaya beroleh hidup kekal.
Ayat
17 : Allah mengutus anakNya ke dunia bukan untuk menghakimi dunia melainkan
menyelamatkan dunia
Ayat
18 : barang siapa yang percaya, dia tidak akan dihukum tetapi barang siapa yang
tidak percaya dia akan mendapat hukuman oleh Dia.
Ayat
19 : inilah hukuman itu: terang telah datang ke dunnia tetapi manusia masih
tetap menyukai yang jahat
Ayat
20 : orang yang berbuat jahat membenci terang supaya perbuatab jahatnya tidak
nampak.
Ayat
21 : Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi
nyata bahwa perbuatan dilakukan dalam Allah.
1.8.4.
Tafsiran
Ayat 1: Seorang Farisi. Banyak
yang dikatakan Yohanes tentang orang-orang Farisi dalam Injil ini, umumnya
dalam arti yang tidak baik. Tapi disini ia menuliskan mengenai seorang Farisi
yang sungguh mencari Yesus. dia adalah orang penting. Dan inilah yang
menyebabkan keengganannya mendekati Yesus secara terbuka.[21]
Ia datang sebagai seorang Farisi, seorang pemimpin, bahkan dijuluki “pengajar
Israel” dalam ayat 10. Yang membuat seakan-akan bangsa Israel tidak memiliki
orang yang lebih hebat daripada Nikodemus.[22]
Ayat 2 : Secara
jujur Nikodemus mengungkapkan keterbukaannya untuk dilayani Yesus. dengan
menganggapNya sebagai guru yang di utus Allah.[23] Tidak
semua guru Yahudi dapat memperlihatkan bukti tentang penugasan ilahi, karen
awibawa mereka diperoleh daro tradisi sekolah-sekolah Yahudi. Nikodemus
mengenali materai Allah pada Yesus melalui corak dari tanda-tanda. Tanda-tanda inilah sesungguhnya yang menandakan
kesejatianNya.[24]
Ayat 3: Dengan
satu kalimat, Tuhan Yesus menyangkal dasar pengertian mengenai Kerajaan Allah
yang dimiliki Nikodemus. Sejak kecil, Nikodemus diajar bahwa di hadapan Allah,
ia tidak seperti orang byukan Yahusi, karena ia lahir sebagai orang Yahudi. Mereka
berpikir pasti akan masuk Kerajaan Allah kecuali mereka murtad dan melakukan
kejahatan yang luar biasa. Disini, Tuhan Yesus menolak pikiran itu. Nikodemus
yang beradab, agamawi, harus diperanakkan kembali atau lahir baru. Tuhan Yesus
mengajarnya bahwa segala jabatan, kebaikan dan ketaatan tidak memungkinkan
orang dapat melihat kerajaan Allah. Tetapi Tuhan Yesus mau menegaskan bahwa
setiap orang termasuk Nikodemus, perlu seorang Juruselamat. Orang-orang yang
diperanakkan bukan berarti dari darah atau dari daging, bukan pula secara
jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.[25]
Ayat 4 : Nikodemus
berusaha untuk mengerti hal yang dikatakan Tuha Yesus, tetapi ia masih terikat
dengan latar belakang, pendidikan, dan pengalaman agama Yahudi. Ia bingung,
karena guru yang ia hargai berkata ia harus dilahirkan kembali.[26]
Dapatkah
ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi ? itu ucapan
Yesus yang sangat mengherankan dalam pemikiran seorang pemimpin Yahudi, yang
pasti bukan tidak tahu sama sekali mengenai gagasan kelahiran ulang secara
rohani. Mungkin disini ia memang benar-benar bingung, karena perobahan orang
yang telah mencapau usia kematangan tak dapat dibayangkan lahir kembali melalui
cara-cara wajar. Satu-satunya yang dapat terpikiur oleh Nikodemus adalah
permulaan yang sama sekali baru, yang memang merupakan kemustahilan.[27]
Ayat 5 : Yesus
mungkin sekali menunjuk kepada karya penyucian oleh Roh Kudus dalam kelahiran
baru.[28] Air
menghunjuk kepada baptisan dan Roh kepada kelahiran baru secara rohani. Hal ini
dihubungan dalam pemikiran Nikodemus dengan baptisan pertobatan seperti yang
dilaksanakan oleh Yohanes Pembaptis. Kalau mereka yang telah menyerahkan diri
kepada baptisan Yohanes memandang diri mereka sebagai orang yang telah lahir
kembali, maka perlu bagi mereka menyadari bahwa upacara lahiriah tidaklah
memadai tanpa kelahiran baru secara rohani.[29]
Ayat 6 : Tuhan
mengatakan bahwa Nikodemus (dan setiap orang) harus diperanakkan oleh manusia
dan juga dari Roh Allah. Lalu Dia menegaskan kebenaran itu dengan berkata bahwa
daging hanya dapat memperanakkan daging, dan kebenaran Rohani hanya dapat
diperanakkan oleh Roh Allah. Jika seseorang mau terlibat dalam kehidupan Allah
atau Kerajaan Allah, ia harus diciptakan ulang sebagai ciptaan Rohani.[30]
Tuhan Yesus menunjukkan bahwatabiat dari mereka yang dilahirkan ditentukan oleh
sumber yang melahirkan mereka.[31]
Ayat 7 : Kamu harus dilahirkan
kembali. Ulangan akan kebutuhan untuk kelahiran
baru yang rohani ini dirobah menjadi keharusan . tidak boleh memilih; kelahiran
baru yang rohani adalah wajib.[32]
Dilahirkan kembali adalah dirubah sedemikian rupa, sehingga keadaan yang baru
itu hanya bisa dilukiskan sebagai keadaan lahir kedua kali atau dicipakan kedua
kali. Perubahan itu terjadi kalau kita mengasihi Yesus dan membuka diiri kita
bagiaNya untuk masuk kedalanm hati kita. Dengan begitu kita benar-benar dapat
menerima kehendak Allah. Lau kita menjadi warga kerajaan sorga; menjadi
anak-anak Allah, masuk kedalam kehidupan kekal, yaitu kehidupan Allah sendiri.[33]
Ayat 8 : Angin
adalah sama dengan perkataan untuk Roh. Artinya Roh bertiup kemana dia
mau. Angin menggambarkan
kegiatan-kegiatan Roh. Mujizat kelahiran baru tak dapat diatur oleh kecerdikan
manusia.[34]
Roh sama dengan angin, sekalipun tidak nampak, namun diketahui karena aktivitas
dan desirannya, demikian pula Roh Kudus diketahui melalui kegiatan dan efeknya
atas mereka yang dilahirkan kembali.[35]
Kita mungkin tidak tahu cara kerja Roh itu, tetapi dari karya roh pada hidup
manusia bisa dilihat oleh siapapun.[36]
Ayat 9 : Walaupun
percakapan antara Nikodemus dengan Yesus dibuka dengan kata-kata yang
mengandung bibit-bibit iman (“Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datag sebagai guru
yang diutus Allah ....”), kata-kata Nikodemus yang terakhir dalam percakapan
ini adalah kata-kata ketidakpercayaan.[37]
Ayat 10 : Setelah
hal-hal ini diuraikan kepada Nikodemus, ia seharusnya menangkap semuanya,
apalagi mengigat ia menjabat sebagai guru Israel, ungkapan yang merujuk pada
suatu jabatan, sebagai guru Israel yang sudah mempelajari Firman Tuhan, ia
seharusnya menjadi “buah matang yang siap dipetik”, seharusnya ia mengerti
bahwa status dan usaha tidak dapat membawa manusia kedalam Kerajaan Allah.[38] Pengajar
Israel. Karena dalam bahasa Yunani dipakai kata sandang, maka ‘pengajar’
berarti bahwa seluruh kelompok mereka yang menganggap diri sebagai pengajar
Israel diwakili oleh Nikodemus, yang seyogiyanya harus mengerti tapi gagal.[39]
Ayat 11 : Tuhan
Yesus berbicara bukan hanya mengenai Nikodemus, tapi mengenai tanggapan seluruh
umat Israel. Nikodemus datang kepada Tuhan Yesus karena Dia mengadakan
tanda-tanda, sehingga Nikodemus terbuka untuk diajar oleh seorang “guru yang
diutus Allah”. Tetapi ia gagal karena tidak rela menerima kesaksian Tuhan
Yesus. ia gagal. Ditegur, karena ia tidak rela percaya.[40] Kata ‘kami’ tidak begitu jelas dijelaskan
dalam ayat ini. Mungkin Ia memasukkan murid-muridNya ataupun kesaksian dari
nabi-nabi.[41]
Ayat 12 : Kamu
(kamu dan orang lain sepertimu) tidak menerima kesaksian. Hal-hal duniawi
adalah hal-hal yang sudah dibahas seperti sifat kerajaan dan kelahiran spritual
dan kehidupan. Dan hal-hal Sorgawi adalah hal-hal yang anak manusia denganNya
turun dari surga yang harus mengungkapkan sesuatu yang baru dan khas.[42] Dan
juga kebenaran-kebenaran yang tak dapat sepenuhnya dinyatakan di dunia ini.[43]
Ayat 13 : Tidak
ada orang yang telah menyaksikan hal0hal surgawi, lalu turun ke bumi untuk
bersaksi, kecuali Tuhan Yesus sendiri. Dia telah turun dari surga untuk
mrnguraikan hal-hal surgawi dan menyediakan cara supaya manusia dapat
diperanakkan dari atas.[44]
Ayat 14 : Istilah
ditinggikan di sini mengandung arti kematian-Nya di kayu salib, dan
kemuliaanNya di surga, tetapi istilah ini belum jelas bagi Nikodemus. Dan
konsep perlawanan yang akan menyerang Dia belum muncul secara terang-terangan.[45]
Ayat 15 : Percaya kepada Yesus. Ungkapan ini memiliki tiga makna. (1) Ungkapan yang
berarti kita harus percaya dengan segenap hati bahwa Allah adalah seperti yang
diberitakan oleh Yesus. bagi orang Yahudi sangat sulit untukmempercayai hal
seperti itu. Mereka melihat Allah sebagai tokoh yang memaksakan hukumNya kepada
umatNya serta menghukum mereka kalau mereka melanggar hukum. (2) Kita harus
percqaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa pikiran Allah ada didalam Yesus,
bahwa Yesus benar-benar mengenal Allah dengan baik, dekat dengan Allah, stau
dengan Allah, dan Ia dapat mengungkapkan kebenaran yang mutlak kepada kita dari
Allah. (3) kita harus percaya bahwa apa yang dikatakan Yesus tentang Allah
adalah benar.[46]
Hidup
yang kekal. Ungkapan ini dapat disamakan dengan ubgkapan “melihat kerajaan
Allah” ataupun “masuk kedalam kerajaan Allah”.[47]
Hidup yang kekal memberikan kita damai dengan Allah. Kita merasa aman dan
tentram bersama Bapa kita. Hidup yang kekal juga memberi kita damai dengan
sesama manusia. Jika kita telah diampuni maka kita pun harus mengampuni.[48]
Manusia harus menjadikan Yesus sebagai penopang hidup dan menyerahkan seluruh
kepercayaan hanya kepada Dia yang maha pengasih dan percaya maka kehidupan dan
keselamatan akan diproleh oleh setiap orang yang percaya.[49]
Ayat 16 : Ayat
ini mengungkapkan isi hati dan tujuan Allah. (1). Kasih Allah cukup luas untuk
menjangkau semua orang, yaitu dunia ini. (2). Allah mengaruniakan AnakNya
sebagai korban penghapus dosa di atas kayu salib. Pendamaian mengalir dari hati
Allah sendiri yang penuh kasih. (3). Percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak
Allah dan satu—satunya Juruselamat umat manusia yang hilang. (4). Binasa. Kata
ini tidak menunjukkan kepada kematian jasmani, tetapi hukuman kekal yang begitu
mengerikan (lih. Matius 10:28). (5). “Hidup Kekal”. Karunia yang dianugerahkan
Allah kepada kita pada saat kita dilahirkan kembali. “Kekal” bukan hanya
mengacu kepada keabadian tetapi juga kepada kualitas kehidupan ini.[50]
Ayat 17 -18 : Tujuan
misi Anakk bukanlah untuk menghukum melainkan untuk menyelamatkan. Tetapi
keselamatan itu hanya dapat diperoleh oleh mereka yang percaya.[51] Tuhan
Yesus tidak menyebabkan keadaan mereka di bawah hukuman. Mereka sendiri yang
menyebabkannya. Pemakaian sebutan Anak Tunggal Allah menekankan beratnya
kesalahan mereka yang tidak percaya. Mereka perlu diselamatkan, tetapi mereka
meningkatkan kesalahan mereka karena mereka menolak Dia yang layak dipercayai.[52]
Ayat 19-20 : Melalui
kiasan Terang, Yohanes menjelaskan kepada kita mengenai proses penghakiman.[53] Perbuatan-perbuatan
jahat dihubungkan dengan kegelapan, dan hukuman menyusul selaku manusia yang
lebih menyukai kegelapan daripada terang.[54]
Dan salah satu ciri dasar dari orang fasik adalah mereka mengasihi kegelapan,
yaitu mereka menikmati dosa dan imoralitas (Rm. 1:18-32; Flp. 3:19). Dengan
demikian ada perbedaan antara Allah yang mengasihi dunia (ayat 16) dan manusia
yang mengasihi kegelapan.[55]
Ayat 21 : Barang siapa melakukan
yang benar. Kata-kata seperti ini juga terdapat
dalam tulisan-tulisan rabiniah: maksudnya mencakup tindakan-tindakan moral yang
berharga.[56]
Orang yang melakukan yang benar tidak menjauhi terang. Mereka datang kepada terang.
Hal yang ingin dikatakan dalam ayat ini sesuai dengan ajaran Rasul Paulus dalam
Efesus 2:8-10, yang menegaskan bahwa keselamatan itu “bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu”, kiuta ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus
Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.[57]
1.8.5.
Skopus
Untuk dapat melihat Kerajaan Allah,
harus dilahirkan kembali dari Roh Allah dan meninggalkan hal-hal yang bersifat
Duniawi
1.9.Refleksi Teologis
Dari pemaparan diatas kami dapat
merefleksikan bahwa untuk dapat melihat ataupun masuk kedalam Kerajaan Allah
harus dilahirkan kembali melalui Roh Allah dan meninggalkan segala sifat-sifat
Duniawi. Untuk masuk kedalam Kerajaan Allah, harus menghadapi banyak tantangan
dan rintangan tetapi Kasih setia Tuhan tidak akan pernah pudar dan akan kekal
untuk selama-lamanya. Seperti ada tertulis dalam Yohanes 3: 16 berkat “ karena begitu besar kasih Allah akan Dunia
ini sehingga Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” nats ini
sangat memotivasi bagi setiap orang yang percaya dan yang belum percaya. Agar
selalu setia dalam menghadapi kehidupan tetap bersyukur dan berserah kepada
Tuhan Yesus Kristus.
[1] Jhon H. Hayes & Carl R. Hollyday, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2006), 52
[2] Merrill C. Tenney, Survei
Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2009), 231
[3] Bruce Chilton, Studi Perjanjian
Baru Bagi Pemula, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 44
[4] Robert Kysar, Injil Yohanes
Sebagai Cerita, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 98
[5] Dave Hagelberg, Tafsiran Injil
Yohanes Pasal 1-5, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009), 2
[6] M.E. Duyverman, Pembimbing ke
Dalam Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK-GM, 1975), 64-65
[7] Merrill C. Tenney, Survei
Perjanjian Baru, 236
[8] ...., Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini Jilid II M-Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 608
[9] M.E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, 64
[10] Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes Pasal 1-5, 11
[11] ...., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, 608
[12] V. C. Pfitzner, The Gospel According To John, (Adelaide,
South Australia: Lutheran Publising House, 1988), 18
[13] M.E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru, 65
[14] John Drane, Memahami Perjanjian
Baru, ( Jakarta: BPK-GM, 2011), 226
[15] John Drane, Memahami Perjanjian Baru, 224
[16] John Drane, Memahami Perjanjian Baru,223
[17] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru,72
[18] William Barclay, Pemahaman
Alkitab Setiap Hari : Injil Yohanes Pasal 1-7, (Jakarta: BPK-GM, 1988),
19-21
[19] Ajarannya adalah bahwa benda pada dasarnya adalah jahat dan bahwa roh
pada dasarnya adalah baik.
[20] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil
Yohanes Pasal 1-7, 11
[21] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini
3, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1988), 284
[22] Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes Pasal 1-5, 103
[23] Dave Hagelberg, Tafsiran
Injil Yohanes Pasal 1-5,104
[24] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 284-285
[25] Dave Hagelberg, Tafsiran
Injil Yohanes Pasal 1-5, 104-105
[26] Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes Pasal 1-5, 105-106
[27] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 285
[28] ...., Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Jakarta: LAI & Gandum Mas, 2000), 1701
[29] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 285
[30] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil Yohanes
pasal1-5, 107-108
[31] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 286
[32] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini
3, 286
[33] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil
Yohanes Pasal 1-7, 221
[34] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 286
[35] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1704
[36] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil
Yohanes Pasal 1-7, 224-225
[37] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil Yohanes pasal1-5, 109
[38] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil
Yohanes pasal1-5, 109
[39] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 286
[40] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil Yohanes pasal1-5,110
[42] Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison, The Wyclife Bible Commentary, ( Chicago: The Moody Bible Institute,
1963), 1078
[43] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 286
[44] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil Yohanes pasal 1-5, 111
[45] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil
Yohanes pasal1-5, 113
[46] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil
Yohanes Pasal 1-7, 229-230
[47] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil Yohanes pasal1-5,114
[48] Charles F. Pfeiffer &
Everett F. Harrison, The Wyclife Bible
Commentary, 1079
[49] William Barclay, The Gospel Of
John Volume 1, (Edinburgh: McCorquodale, 1960) 124-125
[50] ...., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1704
[51] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 287
[52] William Barclay, The Gospel Of John Volume 1, 128
[53] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil Yohanes pasal1-5, 118
[54] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 287
[55] Robert Kysar, Commentary On The New Testament Of John, (Augusburg
Publishing House, 1986), 56
[56] ...., Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, 287
[57] Dave Hangelberg, Tafsiran Injil Yohanes pasal1-5, 119-121
permisi
ReplyDelete