Nama : Johannes Nababan
STT. Abdi Sabda
Mahasiswa
Kristen (GMKI) dan Oikumene
I.
Pendahuluan
Sejarah Gerakan
Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) mengalami suka-duka perjalanan GMKI dalam mewujudkan
tugas dan panggilannya. Sejarah perlu dipelajari karena 3 (tiga) alasan:
pertama, melalui sejarah kita menemukan motivasi dasar dan cita-cita yang
mengilhami para pendahulu untuk membentuk GMKI, kedua melalui sejarah juga kita
memperoleh nilai-nilai kejuangan para pendahulu; dan ketiga, dengan mempelajari
sejarah, akan terpola pemahaman yang benar tentang GMKI dan perjuangannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan bergereja. Dan pada
kesempatan kali ini kita akan membhas Mahasiswa Kristen (GMKI) dan Oikumene.
Semoga sajian ini menambah ilmu kita semua.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Oikumene
“Oikumene” kata ini berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu “oikos” yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan
“menein”, yang berarti mendiami, sehingga secara etimologi oikumene berarti
mendiami rumah atau tempat tinggal secara bersama. Tradisi Gereja kemudian mengembangkan pemaknaan istilan oikumene
menjadi kehidupan dan panggilan bersama gereja-gereja didunia melalui sikap dan
aktivitas persekutuan, pelayanan dan kesaksiannya.[1] Kata
Oikumene tersebut dapat kita maknai sebagai gerakan keesaan dinamika Gereja
Yesus Kristus dalam mewujudkan iman dan panggilannya di tengah-tengah dunia
yang sama. Dalam buku Dr.J.L. Ch. Abineno, gerakan keesaan itu mencakup dua hal
yang mendasar, yaitu pertama pewujudan diri gereja Yesus Kristus yang esa di
dalam iman dan tugas panggilannya di dunia, kedua panggilan untuk mempersatukan
gereja yang telah terpisah-pisah oleh perbedaan budaya, bahasa, ajaran, dan
organisasi, agar Gereja tetap esa dalam Yesus Kristus. Dengan hal-hal ini maka
gerakan keesaan tidak hanya menekankan kesatuan lahirlah dan organisatoris,
melainkan kesatuan dalam pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan Juruselamat
Dunia serta kesatuan dalam panggilan untuk melayani dunia ini dengan
berlandaskan kasih.[2]
2.2. Sejarah Berdirinya GMKI
Berdirinya
CSV tidak terpisahkan dengan peranan Ir. C.L Van Doorn, seorang ahli kehutanan
yang mempelajari aspek sosial dan ekonomi khususnya ilmu pertanian dan kemudian
memperoleh doktor di bidang ekonomi serta sarjana di bidang teologi. Dengan
adanya mahasiswa di Indonesia dan bersamaan dengan berdirinya School tot Opleiding
van Indishe Artsen (STOVIL) tahun 1910-1924 di Batavia. Selain itu, berdiri
juga Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya (1913), Sekolah
Teknik di Bandung (1920), Sekolah Kedokteran Hewan di Bogor (1914) dan Sekolah
Hakim Tinggi di Jakarta (1924). Pada tahun 1924 terbentuklah Batavia CSV dan
inilah cabang CSV yang pertama. Kurun waktu 1925-1927 para mahasiswa di
Surabaya yang tergabung dalam Jong Indie aktif melakukan penelaahan Alkitab.
Kelompok ini bersama Batavia CSV mengadakan Konferensi di Kaliurang pada bulan
Desember 1932. Pembicara-pembicara utama kegiatan tersebut adalah Dr. J.
Leimena, Ir. C.L van Doorn dan Dr. Hendrik Kraemer. Selain itu, beberapa sumber
menyebut bahwa Amir Sjarifuddin juga terlibat dalam CSV op Java. Jumlah anggota
CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90 orang. Cabang-cabangnya baru
ada di kota-kota perguruan tinggi di Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung dan
Surabaya). Walaupun kecil dan lemah namun keberadaan CSV op Java telah berhasil
meletakkan dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang akan dilanjutkan GMKI di
kemudian hari.
Sejumlah
mahasiswa kedokteran dan hukum di Jakarta memutuskan untuk membentuk suatu
organisasi mahasiswa Kristen. Organisasi itu untuk menggantikan CSV op Java
yang sudah tidak ada. Dalam pertemuan di STT Jakarta tahun 1945, dibentuk
Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dengan maksud keberadaannya
sebagai Pengurus Pusat PMKI. Dengan demikian Dr. J. Leimena dipilih sebagai
Ketua Umum dan Dr. O.E Engelen sebagai Sekretaris Jenderal. Tetapi karena
Leimena sibuk dengan tugas-tugas sebagai Menteri Muda Kesehatan, tugas-tugasnya
diserahkan kepada Dr. Engelen.Kegiatan-kegiatan PMKI tidak jauh berbeda dengan
CSV op Java dengan Penelahaan Alkitab salah satu inti kegiatannya. Keanggotaan
PMKI sebagian besar adalah mahasiswa yang memihak pada perjuangan kemerdekaan.
Terbentuklah PMKI di Bandung, Bogor, Surabaya dan Yogyakarta (setelah UGM
berdiri) segera menyusul. Tak lama setelah PMKI lahir, awal tahun 1946 muncul
organisasi baru dengan menggunakan CSV di Bogor, Bandung dan Surabaya dengan
“CSV yang baru” dan tidak menjadi tandingan PMKI. Kesamaan kedua organisasi ini
adalah merealisasikan persekutuan iman dalam Yesus Kristus dan menjadi saksi
Kristus dalam dunia mahasiswa. Dengan berakhirnya pertikaian Indonesia dengan
Belanda, tahun 1949 berakhir pula “pertentangan” antara PMKI dengan CSV baru
tersebut. Tanggal 9 Februari 1950 di kediaman Dr. J. Leimena di Jl. Teuku Umar
No. 36 Jakarta, wakil-wakil PMKI dan CSV baru hadir dalam pertemuan tersebut.
Maka lahirlah kesepakatan yang menyatakan bahwa PMKI dan CSV baru untuk meleburkan
diri dalam suatu organisasi yang dinamakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI) dan mengangkat Dr. J. Leimena sebagai Ketua Umum GMKI.[3]
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan sangat penting dan suatu moment awal
perjuangan mahasiswa Kristen yang tergabung dalam GMKI maka pada kesempatan itu
Dr. J. Leimena menyampaikan pesan penting yang mengatakan: "Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa
umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari
semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia.
GMKImenjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang
mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan
negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia
adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian
ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai
bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi
Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah
Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan".[4]
2.3.Tujuan GMKI
Dengan
meletakkan Alkitab sebagai dasar dari pergerakan ini, maka tujuan GMKI adalah
dalam rangka perwujudan cinta kasih Allah. Dengan tujuan tersebut telah
menempatkan kongkritasi dari pada dasar GMKI dalam pengertian luas. Dan tujuan
ini mengerahkan karya (usaha GMKI) untuk mencerminkan
Alkitab. Tujuan organisasi ini mengandung tiga hal pokok sebagai elaborasi dari
pengutusannya yakni :
1. Sifat
misionernya yang dalam istilah gerejanya dikenal dengan bersaksi (marturia)
2. Sifat
okumenisnya sebagai organisasi yang memperjuangkan keesaan gereja (Koinonia)
3. Sifat
kadarnya sebagai organisasi yang mempersiapkan pemimpin. Disini tanpak keunikan
dari organisasi GMKI di banding dengan organisasi gerejani lainnya.
Bentuk
diakonia gereja oleh GMKI diterjemahkan dalam bentuk persiapkan pemimpin
Kristen bagi gereja dan bangsa selain itu GMKI adalah sara untuk meujudkan
kesejahteraan perdamaian keadilan dan cinta kasih ditengah-tengah manusia dan
alam semesta.[5]
2.4.Amsal GMKI “Ut Omnes Unum Sint”
Ut Omnes
Unum Sint merupakan ungkapa dari Alkitab bahasa Latin kalimat yang sama dalam
Alkitab bahasa Indonesia disebut “Supaya mereka semua menjadi satu” kalimat ini
diambil dari Injil Yohanes 17:21.
Kata Ut : dalam bahasa Indonesia disebut
agar atau supaya, merupakan suatu pernyaan. Kata ini memberi arti bahwa ini
memberi arti bahwa “seharusnya atau semestinya menjadi seperti begini. Sebab
seperti inilah sesungguhnya”
Kata Omnes :
dalam bahasa Indonesia disebut mereka semua: kata ini berarti semua orang atau
semua manusia
Kata Unum: dalam
bahasa Indonesia diterjamhakan dalam kata “menjadi seperti atau serupa dengan”
Kata Sint: dalam
bahsa Indonesia diterjemahkan “semuanya menjadi satu”
Dengan
melihat penjelasan diatas maka pengertia Ut Omens Unum Sint “Agar semua menjadi
satu” memberi arti bahwa adalah suatu perintah atau peryataan yang mutlak
terhadap sesame manusia supaya menjadi satu. Ahal ini terutama pada orang-orang
yang telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Mereka wajib menjadi satu sama
seperti Yesus Kristus dengan Bapa-Nya adalah satu, kata kuncinya adalah satu. Ini
lebih lanjut dimengerti sebgai persatuan, kesatuan atau Unity.
2.5.Perkembangan
GMKI di Indonesia
Saat
ini, GMKI memiliki 89 cabang yang tersebar di kota-kota perguruan tinggi di
berbagai provinsi di Indonesia. GMKI merupakan tempat persiapan kader dengan
kompetensi dalam iman, ilmu, kepemimpinan dan kepekaan sosial yang dapat
diaplikasikan dalam tiga medan pelayanannya yakni, gereja, perguruan tinggi dan
masyarakat. Dalam melakukan Pelayanannya, GMKI membangun kerja sama dengan
beberapa institusi seperti Gereja, Universitas, LSM, MEDIA, aktif dalam
Kelompok Cipayung (GMKI, GMNI, PMKRI, HMI, PMII) dan FKPI (Forum Kebangsaan
Pemuda Indonesia) dengan berbagai program kerja sama. GMKI juga berafiliasi
dengan Federasi Mahasiswa Kristen se-Dunia (WSCF) dan saat ini membangun
jaringan dengan Perkumpulan Organisasi Kristen dalam bidang Sosial se-Asia
(ACISCA).[6]
2.6. Kerjasa Sama Mahasiswa Kristen
(GMKI)dan DGI[7]
1.
Diserukan kepada gereja-geraja anggota
DGI untuk bekerja sama dengan komisi ini, khususnya dalam meyediakan tenaga-tenaga
pendeta dengan megutamakan pendeta warga negara Indonesia untuk melayani
mahasiswa
2.
Supaya gereja meyokong baik moral maupun
material, segala usaha dari komisi kerjasama DGI / GMKI ini dalam membentuk
panitia-panitia “Students Centers” dikota-kota yang belum terdapat
panitia-panitia sedemikian.
3.
Mengingat students centers yang telah
direncanakan memerlukan biaya yang santa besar diharapkan kesdiaan
gereja-gereja untuk memberikan sekurang-kurangnya satu kali kolekte dalam
kebaktian biasa atau kusus tiap-tiap tahun untuk keperluan ini.
4.
Suapaya GMKI lebih giat lagi mengambil
prakarsa untuk memberi penenrangan pada gereja-gereja dan masyarakat Kristen
akan fungsinya di dunia universitas.
2.7.Tantangan Yang di Alami GMKI[8]
1)
Gereja
Gereja merupakan persekutuan
orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapanmenuju kedalam terang.
Dipanggil keluar dari kegelapan merupakan suatu proseseksistensialis yang
dialami warga gereja. Memahami gereja tidak bisa dipisahkan darimisi gereja,
Gereja dan misi merupakan suatu kesatuan yang terjalin dan teranyamdalam
eksistensi gereja. Sehingga kita tidak bisa berbicara Gereja tanpa
berbicaramengenai misi gereja. Justru karena misi itulah, maka gereja
terbentuk. Gereja tidakhadir untuk dirinya sendiri, namun untuk suatu tugas
tertentu atau dengan kata lainkarena tugas itulah maka gereja menjadi ada
(eksis). Gereja hanya akan tetap menjadisebuah gereja dalam arti yang
sebenarnya jika ia melaksanakan misi yangdiembankan kepadanya. Ketika Gereja
tidak lagi melaksanakan misi tersebut makakegerejaannya patut dipertanyakan.
Pada titik inilah teologi misi mesti berperan.
2)Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan
laboratrium yang berfungsi untuk menciptakanperadaban melalui kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Keberadaanesensial perguruan tinggi dapat
berperan penting bagi penyelesaian permasalahaanpermasalahanyang dihadapi oleh
umat manusia dan alam semesta melalui kegiatantridarma: 1) pendidikan dan
pengajaran 2). riset/penelitian dan 3) pengabdian padamasyarakat.Semangat
esensial perguruan tinggi telah berubah menjadi lembaga pendidikan
yangberfungsi menciptakan buruh bagi kebutuhan pasar. Selain itu, Universitas
diIndonesia berperan sebagai penyalur ilmu pengetahuan yang
dikembangkanUniversitas-Universitas Luar Negeri, sehingga mengakibatkan
universitas tercabutdari esensinya dan menjadi ‘menara gading’. Kampus tidak
lagi sebagai lembagapengembangan kompetensi untuk membangun dan mengembangkan
ilmupengetahuan, melainkan pengembangan kompetensi yang selaras dengan
tuntutanpasar, gambaran tersebut diamati melalui beban studi berbasis SKS yang
padat danmasa studi yang dipercepat.
3) Masyarakat
Globalisasi selalu dianggap
menjadi ‘kambing hitam’ dari semua masalah yangdihadapi oleh masyarakat
Indonesia. Padahal globalisasi merupakan kondisi mutlakyang dihadapi selama
beberapa tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Disadariatau tidak
globalisasi telah membentuk interaksi masyarakat (termasuk kebudayaan)secara
global. Akibat goncangan kebudayaan (culture shock) dan
ke-gagap-anmenjaga tatanan modal sosial, berkembanglah gerakan-gerakan
etno-nasionalisme,atau gerakan primordialisme berbasis agama, etnis, suku, dll,
yang berpotensi negatif,mengarah pada disintegrasi bangsa. Mestinya fenomena
ini ditandai dengan sikapoptimistik bahawa semua warga bangsa (termasuk GMKI),
mau dan harus mengoreksisemangat nasionalisme nya. Atau jika perlu secara
partisipatif, dengan semua warga
yang memiliki ‘kewargaannya’, bersama-sama membangun
KebangkitanNasionalisme Indonesia Baru.
2.8.GMKI
dan Okumene
Dalam catatan sejarah gereja sudah
dibuktikan bahwa gerakan oikoumene yang sejak semula merupakan karya iman kaum
muda di dunia. Sejarah gerakan oikoumene di Indonesia adalah bukti juga dimana
kaum muda secara jeli dan cerdas telah memberikan berkat bagi kekristenan dan
juga bangsa dan Negara Indonesia.Konas menekankan pentingnya keterlibatan
pemuda dalam gerakan oikoumene. Generasi muda adalah penentu masa kini dan masa
depan gerakan oikoumene di Indonesia dan dunia.Wajah gerakan oikoumene di
Indonesia sudah dapat dilihat dalam wajah pemuda gereja saat ini. Itulah
sebabnya maka konas sangat menekankan pentingnya pendampingan dari gereja untuk
menciptakan ruang yang memungkinkan setiap potensi pemuda dipergunakan secara
optimal dalam gerakan oikoumene di segala tingkatan.
a.
Pemuda
dan Pelayanan Sosial
Mengacu
pada landasan teologis bahwa Tuhan itu baik kepada semua orang, maka pelayanan
sosial yang dilakukan oleh pemuda dan remaja gereja tidak hanya diberikan
kepada warga gereja saja, melainkan untuk seluruh masyarakat. Pelayanan sosial
adalah bagian penting yang juga merupakan tuntutan dan tanggung jawab iman
kristen pemuda dan remaja gereja terhadap Yesus Kristus.Dalam rangka mewujudkan
semangat oikoumene, maka pemuda dan remaja gereja harus dan wajib berjejaring
dalam mengimplementasikan aksi pelayanan sosial dengan seluruh sinode dan
gereja serta elemen masyarakat Indonesia. Melalui aksi pelayanan sosial yang
dilakukan oleh pemuda dan remaja gereja, diharapkan mampu menjawab persoalan
kemiskinan, ketidakadilan, ketidaksetaraan, kerusakkan lingkungan, kesehatan,
dan persoalan sosial lain.Kami peserta Konas meyakini bahwa pemuda dan remaja
adalah warga gereja yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gereja itu
sendiri yang hidup dalam tantangan jaman. Identitas kami adalah Generasi
Oikoumene.Terhadap permasalahan dan tantangan jaman bagi pemuda dan remaja masa
kini maka kami berkomitmen bahwa pemuda dan remaja gereja di Indonesia akan
bekerja keras guna melakukan pembaruan diri dan organisasi, serta berkomitmen
untuk saling bersekutu, bersaksi, dan melayani guna mewujudkan sumber daya
manusia yang handal, mandiri, dan berintegritas.Dalam kesadaran oikoumene yang
tinggi, kami pemuda dan remaja gereja akan ikut aktif mengupayakan terwujudkan
keesaan Tubuh kristus, dalam visi, tindakan dan aksi. Kami berkomitmen diri
bahwa pemuda gereja adalah agen perubahan yang dinamis, yang memiliki jiwa
oikumenis yang berlandaskan kasih.Kami pemuda dan remaja gereja Indonesia akan
menjadi garda terdepan dalam setiap aksi pelayanan sosial di masyarakat.Kami
pemuda dan remaja gereja Indonesia akan meningkatkan dan memaksimalkan jaringan
antarsinode dan lembaga gereja dalam upaya mewujudkan pelayanan sosial bagi
gereja dan masyarakat.Kami pemuda dan remaja gereja Indonesia menjunjung tinggi
semangat oikoumene sebagai landasan pelayanan sosial bagi gereja dan
masyarakat.[9]
III.
Kesimpulan
Dari
Pemaparan diatas dapat dismpulkan bahwa GMKI adalah organisasi yang bergerak
dalam bidang oikumene. GMKI meletakkan Alkitab sebagai dasar dari pergerakan
ini, maka tujuan GMKI adalah dalam rangka perwujudan cinta kasih Allah. Dengan
tujuan tersebut telah menempatkan kongkritasi dari pada dasar GMKI dalam
pengertian luas. Sejarah gerakan oikoumene di
Indonesia adalah bukti juga dimana kaum muda secara jeli dan cerdas telah
memberikan berkat bagi kekristenan dan juga bangsa dan Negara Indonesia
IV.
Daftar
Pustaka
Abineno, J.L.
Ch., Oikumene dan gerakan Oikumene, Jakarta: BPK-Gm,1984
Akun Resmi GMKI Pusat , Email, Redaksi, gmki@Mail.com
Berita Okumene
(Pemuda, Gereja, dan Reformasi), Jakarta:PGI,0ktober-2016
Buku Panduan
masa perkenalan gelombang III GMKI cabang Medan,2016
Den End, Th. Van & J. Weitjens, Ragi
Cerita 2, Jakarta: BPK-GM, 2015
Hartono, Christ,
Gereakan Oikumenis di Indonesia, Yogyakarta:PPIP UKDW, 1984
Keputusan-keputusan Kongres XXXIV, GMKI 29 September – Oktober 2014
PGI, Arak-arakan
Okumene meniti tahun-tahun pertumbuhan, Jakarta: PGI,1996
Lampiran
Mars GMKI
LIRIK
“MARS GMKI”
Mahasiswa Kristen Semua
Ikutlah GMKI
Gerakan Kita Tuhan Yang
Serta
Pada-Nya Kita Berbakti
Agar Bawa Terang
Cinta-Nya
Dalam Dunia Mahasiswa
Biar Mereka T’rima
Pada-Nya
Dan Hidup Berbahagia
Reff:
Hai, Dengarlah Suara-Nya
Memanggil Kamu
Ikutlah Menangkan Jiwa
Bagi Juru S’lamatmu
Kristuslah Yang Pimpin
Agar S’mua Satu Adanya
Ut Omnes Unum Sint
Itulah Amsal Kita
back to (Reff)
[1] Christ Hartono, Gereakan Oikumenis di
Indonesia, (Yogyakarta:PPIP UKDW, 1984), 1
[2]J.L. Ch. Abineno, Oikumene dan gerakan Oikumene, (Jakarta: BPK-Gm,1984), 10
[3]Th. Van Den End & J. Weitjens, Ragi
Cerita 2, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 379-385
[7]PGI, Arak-arakan
Okumene meniti tahun-tahun pertumbuhan,(Jakarta: PGI,1996),301
[8]Keputusan-keputusan Kongres XXXIV, GMKI
29 September – Oktober 2014
No comments:
Post a Comment