Monday, March 13, 2017

Mahasiswa Kristen (GMKI) dan Oikumene



Nama              : Johannes Nababan
STT. Abdi Sabda
Mahasiswa Kristen (GMKI) dan Oikumene
I.                   Pendahuluan
Sejarah Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) mengalami suka-duka perjalanan GMKI dalam mewujudkan tugas dan panggilannya. Sejarah perlu dipelajari karena 3 (tiga) alasan: pertama, melalui sejarah kita menemukan motivasi dasar dan cita-cita yang mengilhami para pendahulu untuk membentuk GMKI, kedua melalui sejarah juga kita memperoleh nilai-nilai kejuangan para pendahulu; dan ketiga, dengan mempelajari sejarah, akan terpola pemahaman yang benar tentang GMKI dan perjuangannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan bergereja. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membhas Mahasiswa Kristen (GMKI) dan Oikumene. Semoga sajian ini menambah ilmu kita semua.
II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Oikumene
“Oikumene” kata ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu “oikos” yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan “menein”, yang berarti mendiami, sehingga secara etimologi oikumene berarti mendiami rumah atau tempat tinggal secara bersama. Tradisi Gereja kemudian   mengembangkan pemaknaan istilan oikumene menjadi kehidupan dan panggilan bersama gereja-gereja didunia melalui sikap dan aktivitas persekutuan, pelayanan dan kesaksiannya.[1] Kata Oikumene tersebut dapat kita maknai sebagai gerakan keesaan dinamika Gereja Yesus Kristus dalam mewujudkan iman dan panggilannya di tengah-tengah dunia yang sama. Dalam buku Dr.J.L. Ch. Abineno, gerakan keesaan itu mencakup dua hal yang mendasar, yaitu pertama pewujudan diri gereja Yesus Kristus yang esa di dalam iman dan tugas panggilannya di dunia, kedua panggilan untuk mempersatukan gereja yang telah terpisah-pisah oleh perbedaan budaya, bahasa, ajaran, dan organisasi, agar Gereja tetap esa dalam Yesus Kristus. Dengan hal-hal ini maka gerakan keesaan tidak hanya menekankan kesatuan lahirlah dan organisatoris, melainkan kesatuan dalam pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan Juruselamat Dunia serta kesatuan dalam panggilan untuk melayani dunia ini dengan berlandaskan kasih.[2]
2.2. Sejarah Berdirinya GMKI
Berdirinya CSV tidak terpisahkan dengan peranan Ir. C.L Van Doorn, seorang ahli kehutanan yang mempelajari aspek sosial dan ekonomi khususnya ilmu pertanian dan kemudian memperoleh doktor di bidang ekonomi serta sarjana di bidang teologi. Dengan adanya mahasiswa di Indonesia dan bersamaan dengan berdirinya School tot Opleiding van Indishe Artsen (STOVIL) tahun 1910-1924 di Batavia. Selain itu, berdiri juga Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya (1913), Sekolah Teknik di Bandung (1920), Sekolah Kedokteran Hewan di Bogor (1914) dan Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta (1924). Pada tahun 1924 terbentuklah Batavia CSV dan inilah cabang CSV yang pertama. Kurun waktu 1925-1927 para mahasiswa di Surabaya yang tergabung dalam Jong Indie aktif melakukan penelaahan Alkitab. Kelompok ini bersama Batavia CSV mengadakan Konferensi di Kaliurang pada bulan Desember 1932. Pembicara-pembicara utama kegiatan tersebut adalah Dr. J. Leimena, Ir. C.L van Doorn dan Dr. Hendrik Kraemer. Selain itu, beberapa sumber menyebut bahwa Amir Sjarifuddin juga terlibat dalam CSV op Java. Jumlah anggota CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90 orang. Cabang-cabangnya baru ada di kota-kota perguruan tinggi di Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya). Walaupun kecil dan lemah namun keberadaan CSV op Java telah berhasil meletakkan dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang akan dilanjutkan GMKI di kemudian hari.
Sejumlah mahasiswa kedokteran dan hukum di Jakarta memutuskan untuk membentuk suatu organisasi mahasiswa Kristen. Organisasi itu untuk menggantikan CSV op Java yang sudah tidak ada. Dalam pertemuan di STT Jakarta tahun 1945, dibentuk Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dengan maksud keberadaannya sebagai Pengurus Pusat PMKI. Dengan demikian Dr. J. Leimena dipilih sebagai Ketua Umum dan Dr. O.E Engelen sebagai Sekretaris Jenderal. Tetapi karena Leimena sibuk dengan tugas-tugas sebagai Menteri Muda Kesehatan, tugas-tugasnya diserahkan kepada Dr. Engelen.Kegiatan-kegiatan PMKI tidak jauh berbeda dengan CSV op Java dengan Penelahaan Alkitab salah satu inti kegiatannya. Keanggotaan PMKI sebagian besar adalah mahasiswa yang memihak pada perjuangan kemerdekaan. Terbentuklah PMKI di Bandung, Bogor, Surabaya dan Yogyakarta (setelah UGM berdiri) segera menyusul. Tak lama setelah PMKI lahir, awal tahun 1946 muncul organisasi baru dengan menggunakan CSV di Bogor, Bandung dan Surabaya dengan “CSV yang baru” dan tidak menjadi tandingan PMKI. Kesamaan kedua organisasi ini adalah merealisasikan persekutuan iman dalam Yesus Kristus dan menjadi saksi Kristus dalam dunia mahasiswa. Dengan berakhirnya pertikaian Indonesia dengan Belanda, tahun 1949 berakhir pula “pertentangan” antara PMKI dengan CSV baru tersebut. Tanggal 9 Februari 1950 di kediaman Dr. J. Leimena di Jl. Teuku Umar No. 36 Jakarta, wakil-wakil PMKI dan CSV baru hadir dalam pertemuan tersebut. Maka lahirlah kesepakatan yang menyatakan bahwa PMKI dan CSV baru untuk meleburkan diri dalam suatu organisasi yang dinamakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan mengangkat Dr. J. Leimena sebagai Ketua Umum GMKI.[3] Pertemuan tersebut merupakan pertemuan sangat penting dan suatu moment awal perjuangan mahasiswa Kristen yang tergabung dalam GMKI maka pada kesempatan itu Dr. J. Leimena menyampaikan pesan penting yang mengatakan: "Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKImenjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan".[4]
2.3.Tujuan GMKI
Dengan meletakkan Alkitab sebagai dasar dari pergerakan ini, maka tujuan GMKI adalah dalam rangka perwujudan cinta kasih Allah. Dengan tujuan tersebut telah menempatkan kongkritasi dari pada dasar GMKI dalam pengertian luas. Dan tujuan ini mengerahkan karya (usaha GMKI) untuk mencerminkan Alkitab. Tujuan organisasi ini mengandung tiga hal pokok sebagai elaborasi dari pengutusannya yakni :
1.      Sifat misionernya yang dalam istilah gerejanya dikenal dengan bersaksi (marturia)
2.      Sifat okumenisnya sebagai organisasi yang memperjuangkan keesaan gereja (Koinonia)
3.      Sifat kadarnya sebagai organisasi yang mempersiapkan pemimpin. Disini tanpak keunikan dari organisasi GMKI di banding dengan organisasi gerejani lainnya.
Bentuk diakonia gereja oleh GMKI diterjemahkan dalam bentuk persiapkan pemimpin Kristen bagi gereja dan bangsa selain itu GMKI adalah sara untuk meujudkan kesejahteraan perdamaian keadilan dan cinta kasih ditengah-tengah manusia dan alam semesta.[5]
2.4.Amsal GMKI “Ut Omnes Unum Sint”
Ut Omnes Unum Sint merupakan ungkapa dari Alkitab bahasa Latin kalimat yang sama dalam Alkitab bahasa Indonesia disebut “Supaya mereka semua menjadi satu” kalimat ini diambil dari Injil Yohanes 17:21.
Kata Ut : dalam bahasa Indonesia disebut agar atau supaya, merupakan suatu pernyaan. Kata ini memberi arti bahwa ini memberi arti bahwa “seharusnya atau semestinya menjadi seperti begini. Sebab seperti inilah sesungguhnya”
Kata Omnes : dalam bahasa Indonesia disebut mereka semua: kata ini berarti semua orang atau semua manusia
Kata Unum: dalam bahasa Indonesia diterjamhakan dalam kata “menjadi seperti atau serupa dengan”
Kata Sint: dalam bahsa Indonesia diterjemahkan “semuanya menjadi satu”
Dengan melihat penjelasan diatas maka pengertia Ut Omens Unum Sint “Agar semua menjadi satu” memberi arti bahwa adalah suatu perintah atau peryataan yang mutlak terhadap sesame manusia supaya menjadi satu. Ahal ini terutama pada orang-orang yang telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Mereka wajib menjadi satu sama seperti Yesus Kristus dengan Bapa-Nya adalah satu, kata kuncinya adalah satu. Ini lebih lanjut dimengerti sebgai persatuan, kesatuan atau Unity.
2.5.Perkembangan GMKI di Indonesia
Saat ini, GMKI memiliki 89 cabang yang tersebar di kota-kota perguruan tinggi di berbagai provinsi di Indonesia. GMKI merupakan tempat persiapan kader dengan kompetensi dalam iman, ilmu, kepemimpinan dan kepekaan sosial yang dapat diaplikasikan dalam tiga medan pelayanannya yakni, gereja, perguruan tinggi dan masyarakat. Dalam melakukan Pelayanannya, GMKI membangun kerja sama dengan beberapa institusi seperti Gereja, Universitas, LSM, MEDIA, aktif dalam Kelompok Cipayung (GMKI, GMNI, PMKRI, HMI, PMII) dan FKPI (Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia) dengan berbagai program kerja sama. GMKI juga berafiliasi dengan Federasi Mahasiswa Kristen se-Dunia (WSCF) dan saat ini membangun jaringan dengan Perkumpulan Organisasi Kristen dalam bidang Sosial se-Asia (ACISCA).[6]
2.6. Kerjasa Sama Mahasiswa Kristen (GMKI)dan DGI[7]
1.            Diserukan kepada gereja-geraja anggota DGI untuk bekerja sama dengan komisi ini, khususnya dalam meyediakan tenaga-tenaga pendeta dengan megutamakan pendeta warga negara Indonesia untuk melayani mahasiswa
2.         Supaya gereja meyokong baik moral maupun material, segala usaha dari komisi kerjasama DGI / GMKI ini dalam membentuk panitia-panitia “Students Centers” dikota-kota yang belum terdapat panitia-panitia sedemikian.
3.         Mengingat students centers yang telah direncanakan memerlukan biaya yang santa besar diharapkan kesdiaan gereja-gereja untuk memberikan sekurang-kurangnya satu kali kolekte dalam kebaktian biasa atau kusus tiap-tiap tahun untuk keperluan ini.
4.      Suapaya GMKI lebih giat lagi mengambil prakarsa untuk memberi penenrangan pada gereja-gereja dan masyarakat Kristen akan fungsinya di dunia universitas.
2.7.Tantangan Yang di Alami GMKI[8]
1)                  Gereja
Gereja merupakan persekutuan orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapanmenuju kedalam terang. Dipanggil keluar dari kegelapan merupakan suatu proseseksistensialis yang dialami warga gereja. Memahami gereja tidak bisa dipisahkan darimisi gereja, Gereja dan misi merupakan suatu kesatuan yang terjalin dan teranyamdalam eksistensi gereja. Sehingga kita tidak bisa berbicara Gereja tanpa berbicaramengenai misi gereja. Justru karena misi itulah, maka gereja terbentuk. Gereja tidakhadir untuk dirinya sendiri, namun untuk suatu tugas tertentu atau dengan kata lainkarena tugas itulah maka gereja menjadi ada (eksis). Gereja hanya akan tetap menjadisebuah gereja dalam arti yang sebenarnya jika ia melaksanakan misi yangdiembankan kepadanya. Ketika Gereja tidak lagi melaksanakan misi tersebut makakegerejaannya patut dipertanyakan. Pada titik inilah teologi misi mesti berperan.
2)Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan laboratrium yang berfungsi untuk menciptakanperadaban melalui kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Keberadaanesensial perguruan tinggi dapat berperan penting bagi penyelesaian permasalahaanpermasalahanyang dihadapi oleh umat manusia dan alam semesta melalui kegiatantridarma: 1) pendidikan dan pengajaran 2). riset/penelitian dan 3) pengabdian padamasyarakat.Semangat esensial perguruan tinggi telah berubah menjadi lembaga pendidikan yangberfungsi menciptakan buruh bagi kebutuhan pasar. Selain itu, Universitas diIndonesia berperan sebagai penyalur ilmu pengetahuan yang dikembangkanUniversitas-Universitas Luar Negeri, sehingga mengakibatkan universitas tercabutdari esensinya dan menjadi ‘menara gading’. Kampus tidak lagi sebagai lembagapengembangan kompetensi untuk membangun dan mengembangkan ilmupengetahuan, melainkan pengembangan kompetensi yang selaras dengan tuntutanpasar, gambaran tersebut diamati melalui beban studi berbasis SKS yang padat danmasa studi yang dipercepat.
3) Masyarakat
Globalisasi selalu dianggap menjadi ‘kambing hitam’ dari semua masalah yangdihadapi oleh masyarakat Indonesia. Padahal globalisasi merupakan kondisi mutlakyang dihadapi selama beberapa tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Disadariatau tidak globalisasi telah membentuk interaksi masyarakat (termasuk kebudayaan)secara global. Akibat goncangan kebudayaan (culture shock) dan ke-gagap-anmenjaga tatanan modal sosial, berkembanglah gerakan-gerakan etno-nasionalisme,atau gerakan primordialisme berbasis agama, etnis, suku, dll, yang berpotensi negatif,mengarah pada disintegrasi bangsa. Mestinya fenomena ini ditandai dengan sikapoptimistik bahawa semua warga bangsa (termasuk GMKI), mau dan harus mengoreksisemangat nasionalisme nya. Atau jika perlu secara partisipatif, dengan semua warga
yang memiliki ‘kewargaannya’, bersama-sama membangun KebangkitanNasionalisme Indonesia Baru.
2.8.GMKI dan Okumene
Dalam catatan sejarah gereja sudah dibuktikan bahwa gerakan oikoumene yang sejak semula merupakan karya iman kaum muda di dunia. Sejarah gerakan oikoumene di Indonesia adalah bukti juga dimana kaum muda secara jeli dan cerdas telah memberikan berkat bagi kekristenan dan juga bangsa dan Negara Indonesia.Konas menekankan pentingnya keterlibatan pemuda dalam gerakan oikoumene. Generasi muda adalah penentu masa kini dan masa depan gerakan oikoumene di Indonesia dan dunia.Wajah gerakan oikoumene di Indonesia sudah dapat dilihat dalam wajah pemuda gereja saat ini. Itulah sebabnya maka konas sangat menekankan pentingnya pendampingan dari gereja untuk menciptakan ruang yang memungkinkan setiap potensi pemuda dipergunakan secara optimal dalam gerakan oikoumene di segala tingkatan.
a.      Pemuda dan Pelayanan Sosial
Mengacu pada landasan teologis bahwa Tuhan itu baik kepada semua orang, maka pelayanan sosial yang dilakukan oleh pemuda dan remaja gereja tidak hanya diberikan kepada warga gereja saja, melainkan untuk seluruh masyarakat. Pelayanan sosial adalah bagian penting yang juga merupakan tuntutan dan tanggung jawab iman kristen pemuda dan remaja gereja terhadap Yesus Kristus.Dalam rangka mewujudkan semangat oikoumene, maka pemuda dan remaja gereja harus dan wajib berjejaring dalam mengimplementasikan aksi pelayanan sosial dengan seluruh sinode dan gereja serta elemen masyarakat Indonesia. Melalui aksi pelayanan sosial yang dilakukan oleh pemuda dan remaja gereja, diharapkan mampu menjawab persoalan kemiskinan, ketidakadilan, ketidaksetaraan, kerusakkan lingkungan, kesehatan, dan persoalan sosial lain.Kami peserta Konas meyakini bahwa pemuda dan remaja adalah warga gereja yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gereja itu sendiri yang hidup dalam tantangan jaman. Identitas kami adalah Generasi Oikoumene.Terhadap permasalahan dan tantangan jaman bagi pemuda dan remaja masa kini maka kami berkomitmen bahwa pemuda dan remaja gereja di Indonesia akan bekerja keras guna melakukan pembaruan diri dan organisasi, serta berkomitmen untuk saling bersekutu, bersaksi, dan melayani guna mewujudkan sumber daya manusia yang handal, mandiri, dan berintegritas.Dalam kesadaran oikoumene yang tinggi, kami pemuda dan remaja gereja akan ikut aktif mengupayakan terwujudkan keesaan Tubuh kristus, dalam visi, tindakan dan aksi. Kami berkomitmen diri bahwa pemuda gereja adalah agen perubahan yang dinamis, yang memiliki jiwa oikumenis yang berlandaskan kasih.Kami pemuda dan remaja gereja Indonesia akan menjadi garda terdepan dalam setiap aksi pelayanan sosial di masyarakat.Kami pemuda dan remaja gereja Indonesia akan meningkatkan dan memaksimalkan jaringan antarsinode dan lembaga gereja dalam upaya mewujudkan pelayanan sosial bagi gereja dan masyarakat.Kami pemuda dan remaja gereja Indonesia menjunjung tinggi semangat oikoumene sebagai landasan pelayanan sosial bagi gereja dan masyarakat.[9]
III.             Kesimpulan
Dari Pemaparan diatas dapat dismpulkan bahwa GMKI adalah organisasi yang bergerak dalam bidang oikumene. GMKI meletakkan Alkitab sebagai dasar dari pergerakan ini, maka tujuan GMKI adalah dalam rangka perwujudan cinta kasih Allah. Dengan tujuan tersebut telah menempatkan kongkritasi dari pada dasar GMKI dalam pengertian luas. Sejarah gerakan oikoumene di Indonesia adalah bukti juga dimana kaum muda secara jeli dan cerdas telah memberikan berkat bagi kekristenan dan juga bangsa dan Negara Indonesia
IV.             Daftar Pustaka
Abineno, J.L. Ch., Oikumene dan gerakan Oikumene,  Jakarta: BPK-Gm,1984
Akun Resmi GMKI Pusat , Email, Redaksi, gmki@Mail.com
Berita Okumene (Pemuda, Gereja, dan Reformasi), Jakarta:PGI,0ktober-2016
Buku Panduan masa perkenalan gelombang III GMKI cabang Medan,2016
Den End, Th. Van & J. Weitjens,  Ragi Cerita 2, Jakarta: BPK-GM, 2015
Hartono, Christ, Gereakan Oikumenis di Indonesia, Yogyakarta:PPIP UKDW, 1984
Keputusan-keputusan Kongres XXXIV, GMKI 29 September – Oktober 2014
PGI, Arak-arakan Okumene meniti tahun-tahun pertumbuhan, Jakarta: PGI,1996

Lampiran
Mars GMKI
LIRIK  “MARS GMKI”
Mahasiswa Kristen Semua
Ikutlah GMKI
Gerakan Kita Tuhan Yang Serta
Pada-Nya Kita Berbakti
Agar Bawa Terang Cinta-Nya
Dalam Dunia Mahasiswa
Biar Mereka T’rima Pada-Nya
Dan Hidup Berbahagia

Reff:
Hai, Dengarlah Suara-Nya
Memanggil Kamu
Ikutlah Menangkan Jiwa
Bagi Juru S’lamatmu
Kristuslah Yang Pimpin
Agar S’mua Satu Adanya
Ut Omnes Unum Sint
Itulah Amsal Kita

back to (Reff)




[1] Christ Hartono, Gereakan Oikumenis di Indonesia, (Yogyakarta:PPIP UKDW, 1984), 1
[2]J.L. Ch. Abineno, Oikumene dan gerakan Oikumene,  (Jakarta: BPK-Gm,1984), 10
[3]Th. Van Den End & J. Weitjens,  Ragi Cerita 2, (Jakarta: BPK-GM, 2015), 379-385
[4]Berita Okumene (Pemuda, Gereja, dan Reformasi), (Jakarta:PGI,0ktober-2016),44
[5]Buku Panduan masa perkenalan gelombang III GMKI cabang Medan,2016, hal, 23
[6]Akun Resmi GMKI Pusat , Email, Redaksi, gmki@Mail.com
[7]PGI, Arak-arakan Okumene meniti tahun-tahun pertumbuhan,(Jakarta: PGI,1996),301
[8]Keputusan-keputusan Kongres XXXIV, GMKI 29 September – Oktober 2014

[9]Keputusan-keputusan Kongres XXXIV, GMKI 29 September – Oktober 2014


No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...