Sunday, March 26, 2017

EKKLESIOLOGI (Tiga Aspek Gereja : Persekutuan, Lembaga, Umat Allah)



Nama                          Johannes Nababan
Mata Kuliah              : Dogmatika II

EKKLESIOLOGI
(Tiga Aspek Gereja : Persekutuan, Lembaga, Umat Allah)
I.                   Pendahuluan
Pentingnya Gereja tidak dapat diragukan lagi, karena sudah ditebus Allah dengan darah AnakNya (Kis. 20:28). Gereja dikasihi, dirawat dan dirawat oleh Kristus. Gereja adalah persekutuan orang-orang kudus. Dan pada kesmpatan ini kita akan membahas mengenai tiga aspek Gereja: Persekutuan, Lembaga dan umat Allah. Semoga sajian ini dapat membuka pemahaman kita mengenai tiga aspek gereja yang saling berkaitan satu dnegan yang lain.

II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Ekklesiologi
Ekklesiologi adalah cabang teologi yang secara sistematis mempelajari asal-usul, hakikat, ciri-ciri khusus, dan perutusan gereja.[1] Istilah ini dipakai pertama kali untuk ilmu pengetahuan tentang gedung-gedung Gereja yang kini mulai dipakai untuk istilah teologi tentang-beluk gereja.[2]
Kata Gereja berasal dari bahasa Portugis igreya yang artinya milik Tuhan.[3] Dalam Perjanjian Lama, kata gereja  terdiri dari dua istilah yaitu Qahal yang artinya “memanggil” dan Edhah yang artinya “memilih” atau “menunjuk” atau “bertemu bersama-sama disuatu tempat yang telah ditunjuk”. Kata edhah lebih menunjuk kepada arti berkumpul karena sudah ada perjanjian. Hal ini menunjuk kepada bangsa Israel yang telah dibentuk oleh anak-anak Israel. Sedangkan kata Qahal menunjukkan arti dari pertemuan bersama suatu umat.[4]
Di dalam Perjanjian Baru, kata yang dipakai untuk menyebutkan persekutuan para orang beriman adalah ekklesia, yang artinya rapat atau kumpulan yang terdiri dari orang-orang beriman yang dipanggil untuk berkumpul.[5] Secara umum, kata Ekklesia dalam Perjanjian Baru menunjuk pada gereja dan menunjuk pada pertemuan secara umum (Kis 19:32). Di dalam Alkitab pemakaian kata ekklesia menunjuk pada gereja terdiri dari orang-orang yang dipanggil keluar dari masyarakat (kegelapan). Yesus memakai kata ini untuk menunjuk kepada murid-murid yang bersama-sama dengan Dia (Mat 16:18).[6]

2.2.Tiga Aspek Gereja
2.2.1.      Lembaga
Menurut KBBI,  Lembaga adalah  asal mula atau badan (organisasi) yang bermaksud melakuk an sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usaha.[7]  Yang di dalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan dengan Gereja sebagai lembaga atau organisasi dengan segala kesibukannya, yaitu : kebaktian hari minggu, katekisasi, penyelidikan Alkitab, komisi sekolah minggu, remaja, pemuda sad dewan gereja, baik yang setempat, maupun yang sewilayah ataupun yang bersifat nasional atau internasional. Kesibukan ini semakin hari tidak berkurang, namun semakain bertambah.[8]
2.2.1.1.Diaken
Istilah ini berasal dari istilah Yunani Diakonos (Filipi 1:1; 1 Tim 3:8), yang artinya seorang pelayan (Mark 10:43; Yoh 2:5; 12:26).[9] Diakon merupakan jabatan gereja yang berada di bawah presbiter dan uskup, yang bertugas memberikan pelayanan kepada orang-orang gereja. Dalam Gereja Protestan, diakon memegang jabatan dalam pelayanan sebagai pembantu pendeta jemaat.[10] Jabatan pelayanan tidak diciptakan oleh manusia, namun dilembagakan oleh Allah sendiri. Ini merupakan kehendak Allah kepada anak-anakNya untuk memberitakan Firman Allah bersama-sama dengan jemaat. Karena orang Kristen tidakboleh menjadi menjauhkan diri dari yang lain, namun harus tetap mempertahankan persekutuan (Kis. 2:42).[11]
Fungsi diaken secara khusus tidak di uraikan (1 Tim 3:8-12) karena umumnya telah dikenal. Sebagaimana penatua, yang harus memiliki kemampuan untuk memerintah dengan baik dan mencurahkan perhatian.[12] Namun di dalam Roma 12:8 dikatakan bahwa kewajiban diaken adalah menunjukkan kemurahan, atau melayani. Dan 1 Kor 12:28 mengatakan jabatan diaken adalah karunia, yang perlu bagi jalannya pelayanan dandapat diatur dan ditentukan. Artinya, gereja harus dapat diatur dan dipimpin, dengan karunia dan segala kekuatan dalam pembangunan Gereja.[13]
2.2.1.2.Penatua
Kisah Para Rasul mengatakan bahwa Paulus menetapkan para penatua yang didirikannya (Kis. 14:23), yang kemudian meluas ke gereja-gereja Helenistik (Kis. 11:30). Tugas dan tanggung jawab para penatua dikemukakan dalam 1 Timotius 5:17-22, mereka harus menjalankan tiga fungsi, yaitu: mengatur, berkhotbah, dan mengajar.[14] Dengan kata lain, penatua harus dapat memberi bimbingan di dalam mengatur jemaat, secara jasmani dan rohani, dapat membela dan menganjurkan ajaran Kristen.
Pada awalnya jabatan yang tetap hanya dua, yaitu penatua dan diaken. Yang kemudian jabatan penatua dibagi menjadi dua, penatua yang memerintah dan penatua yang mengajar, yaitu pendeta.[15]
2.2.2.      Persekutuan
Di dalam KBBI, arti kata persekutuan adalah suatu persatuan antara orang-orang yang sama kepentingannya.[16] Gereja tidak dipandang dari jumlah, tapi secara organisme. Tidak ada perbedaan antara Gereja lokal dan Universal, semuanya itu mewakili keseluruhan masyarakat Gereja. Dengan kata lain, kuasa Kristus tetap dapat diperoleh oleh setiap jemaat sehingga berfungsi dalam perkumpulan sebagaimana gereja Universal berfungsi dalam dunia secara keseluruhan, dan berada dalam kebersamaan dengan gereja secara keseluruhan.[17]
Persekutuan adalah salah satu tanda penting bagi gereja (Kis. 2:42). Hal ini bukan hanya sekedar persekutuan atau berkumpul, namun ini adalah ciptaan yang eskatologis dari Roh Kudus. Dimana hubungan ini tercipta karena orang-orangnya telah turut ambil bagian dalam hubungan bersama dengan Kristus (1 Kor 1:9). Gereja adalah persekutuan orang-orang yang terpilih (Ef 1:4; 1 Tes 1:4), tanpa melihat status sosial, pendidikan, kekayaan maupun warna kulit (1 Kor 1:27). Hal ini menegaskan bahwa gereja bukanlah lembaga buatan manusia atas perbuatan-perbuatan baik, melainkan merupakan ciptaan Allah yang didasarkan atas maksud kasih karunia-Nya (Rm. 9:11; 11:5-6).[18]
Dalam persekutuan ini, mereka mendapat bagian di dalam keselamatan (syalom) yang diberikan oleh Tuhan Allah dalam AnakNya Yesus Kristus kepada jemaat yang harus dibagi-bagikan dan diteruskan untuk seluruh umat manusia.[19] Dengan demikian dapat dikatakan gereja sebagai persekutuan yang terpanggil bukan untuk diri sendiri tapi untuk demi kemuliaan Allah dan kehendakNya kepada dunia,yaitu menyelamatkan. Gereja harus sadar akan tugasnya di dunia sebagai alat yang di pakai Tuhan sebagai alatNya menyelamatkan dunia ini.
Yang termasuk kedalam persekutuan adalah manusia yang sudah berdosa namun diperdamaikan dengan Allah, oleh pekerjaan Yesus Kristus.[20]
2.2.3.      Umat Allah  
Israel sebagai umat pilihan Allah, yang berbeda dari bangsa-bangsa lain dan diperhatikan oleh Allah secara khusus melalui ikatan perjanjian (Kel 5:1; 19:6; Ul:4:20). Dan di dalam PB, umat Allah adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus (Rm 9:25-26; 1Ptr 2:9-10; Why 21:3).[21]
Gereja adalah umat Allah yang baru, dalam arti mereka yang berada dalam hubungan khusus dengan Allah. Israel adalah umat Allah yang menolak terhadap Mesiasnya. Gereja sebagai umat Allah yang baru berdasarkan kutipan-kutipan dari Hosea yang diperintahkan untuk menyebut Israel “bukan umat” karena murtad dan bukan lagi umat Allah dan Ia bukan lagi Allah mereka (Hos 1:10). Tetapi Paulus mengatakan bahwa Israel tetap sebagai umat Allah yang digabung dengan umat lainnya, dengan kata lain umat Yahudi masih tetap sebagai umat yang “kudus” (Rm 11:16), umat yang menjadi milik Allah.[22]
Jadi dapat dikatan bahwa umat Allah adalah perhimpunan orang-orang yang telah ditebus, dan tidak lagi terhalangi dalam hubungan mereka dengan Allah. Dengan kata lain, mereka (manusia) pada kenyataannya adalah umat yang diperdamaikan dengan Allah: menjadi Israel yang sejati[23] melalui pekerjaan Yesus Kristus.

III.             Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ekklesiologi adalah cabang teologi yang secara sistematis mempelajari asal-usul, hakikat, ciri-ciri khusus, dan perutusan gereja. Dan gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang yang dari Allah. Di dalam bentuk organisasinya gereja tidak terlepas dari tiga aspek yang tidak dapat dipisahkan. Dengan sederhana dapat dijelaskan, karena gereja adalah sebuah lembaga atau organisasi dari persekutuan atau perkumpulan orang-orang yang di panggil Allah sebagai umat Allah.



IV.             Daftar Pustaka
..., Kamus Besar Bahasa Indoneisa, Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Abineno, J. L. Ch., Jemaat : Ujud, Peraturan, Susunan, Pelayanan dan Pelayannya, Jakarta: BPK-GM
Bekhof, Louis, Teologi Sistematika Volume 5, Surabaya: Momentum, 1997
Guthrie, Donald, Teologi Perjanjian Baru 3, Jakarta: BPK-GM, 2012
Hadiwijono, Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK-GM, 2010
Koehler, Edward W.A., Intisari Ajaran Kristen, Pematang Siantar: Kolportase Pusat GKPI, 2010
Ladd, George Eldon, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, Bandung: Kalam hidup, 2002
Niftrik, G. C. Van & Boland, B. J., Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 2008
O’Collins, Gerald  & Farrugia, Edward G., Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996
Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1979
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011






[1] Gerald O’Collins & Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 64
[2] F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 91
[3] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 362
[4] Louis Bekhof, Teologi Sistematika Volume 5, (Surabaya: Momentum, 1997), 6
[5] Harun Hadiwijono, Iman Kristen,362
[6]  Louis Bekhof, Teologi Sistematika Volume 5, 5-7
[7] ...., KBBI, 582
[8]  Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 390
[9] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1979), 492
[10]  F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja,72-74
[11] Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (Pematang Siantar: Kolportase Pusat GKPI, 2010), 290-291
[12] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung: Kalam hidup, 2002), 321
[13]  Harun Hadiwijono, Iman Kristen,394
[14]  George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 320-321
[15] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 394-395
[16]  ...., KBBI,891
[17] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 326
[18] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 334-335
[19] J. L. Ch. Abineno, Jemaat : Ujud, Peraturan, Susunan, Pelayanan dan Pelayannya, (Jakarta: BPK-GM,), 32
[20] G. C. Van Niftrik & B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK-GM, 2008), 380
[21]  Gerald O’Collins & Edward G. Farrugia, Kamus Teologi,344
[22] George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, 327
[23] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 78

TEORI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN



Nama              : Johannes Nababan
M.Kuliah        : Pengantar Pendidikan Agama Kristen

TEORI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
I.              Pendahuluan
Dalam kehidupan masa kini pendidikan merupakan hal yang sangat penting, dan pada sajian kali ini pendidikan yang akan kita bahas yaitu pendidikan agama kristen. Dimana pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai pengertian pendidikan agama kristen, pengertian teori, pengertian teori pendidikan kristen, dan teori pendidikan agama kristen menurut para tokoh, semoga sajian kali ini dapat menambah pengetahuan kita semua.
II.           Pembahasan
2.1. Pegertian PAK
Pendidikan agama kristen adalah suatu pengajaran yang harus berakar, bersumber dari Alkitab yang di dalamnya terdapat proses yang bernuansa dan berorientasi teologis dan harus berporos  pada pribadi TUHAN YESUS KRUSTUS dan Alkitab (firman Tuhan) sebagai dasar atau sumber acuannya.[1]

Note:Jangan Di Copy Bulat2 Coy,
      Belajarlah dengan Giat, Saya masukkan ini sebagai referensi bagi yang Membutuhkan.

2.2. Pengertian Teori
Dalam arti etimologis theorion yang berarti cara memandang yang interpretative dari suatu titik pandang atau perspektif tertentu. Teori menurut McKenzie dapat diartikan sebagai suatu tempat darimana kita melihat berbagai peristiwa sebagai suatu kesatuan, dimana peristiwa-peristiwa ini berdiri dalam hubungan satu sama lain yang saling terhubung dari suatu sudut pandang  atau acuan dengan maksud untuk membangun suatu penjelasan dari apa yang telah kita lihat dan tujuan akhirnya adalah tindakan (action) yang dimunculkan berdasarkan pernyataan dari teori.[2]
2.3.Pengertian Teori Pendidikan Kristen
2.3.1        E. G. Homrighausen
Teori pendidikan berpusat pada keluarga Kristen, pemberian Allah yang tidak ternilai harganya dan keluarga Kristen yang memegang peranan yang penting dari segala jalan lain yang dipakai Gereja untuk pendidikan.[3]
2.3.2        Hopes Antone
Teori Pendidikan Kristen adalah kebutuhan untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya secara penuh untuk memperoleh/ mencapai kehidupan yang lebih berarti dan lebih kaya untuk seorang yang terbaik baik bagi dirinya.[4].
2.3.3        Bushell
Teori Pendidikan Kristen adalah pendidikan kepada anak-anak yang dimana anak-anak ditanamkan Iman  Kristen dalam diri anak dari keluarga Kristen, yang dimana supaya anak memeluk nilai-nila kristiani dari jemaat tanpa mengharuskan kaum muda lebih dahulu mengalami pertobatan umum tertentu.
2.4 Teori Pendidikan Agama Kristen Menurut para Tokoh

2.4.1  Teori Pendidikan Kristen menurut D.D. Campbell Wyckoff
                                   Teori Pendidikan Kristen  terbagi atas :
a.       Asas-asas penuntun
Asas penuntun dirumuskan sebagai satu gagasan agung yang menyoroti seluruh proses menyusun tujuan umum, memilih isi kurikulum serta metodologinya dan gaya mengelola pelayanan Pendidikan Kristen.
b.      Asas-asas tujuan
Tujuan pelayanan Pendidikan Kristen disebut dengan “dorongan-dorongan”  yakni mengapa jemaat menyediakan dana dan tenaga demi pelayanan mendidik, apa yang mendorong seseorang rela mengorbankan waktu dan tenaga demi tugas mengajar di kalangan gereja, mengapa anak didik hadir di ruang kelas?. Tujuan Pendidikan Kristen ini adalah menolong orang-orang menjadi sadar akan penyingkapan diri Allah dan kasihNya dalam Yesus Kristus yang senantiasa mencari orang serta menjawabnya dengan kepercayaan dan kasih, agar mereka mengetahui siapa diri sebenarnya dan bertumbuh sebagai abak-anak Allah.
c.       Asas-asas kurikulum
Disusun agar dimanfaatkan oleh berbagai kelompok di kalangan jemaat misalnya Sekolah Minggu, kelompok pemuda-pemudi.
d.      Asas-asas pengelolaan (administrasi)
Ada tiga fungsi pengelolaan yaitu pengorganisasian, manajemen, dan pengawasan yang didalamnya mencakup proses menentukan tenaga pimpinan, sarana, waktu, dan ruang yang diperlukan untuk pelayanan Pendidikan Kristen.[5]

2.4.2        Teori Pendidikan Kristen menurut Paulus Lilik Kristanto
Teori Pendidikan agama Kristen itu dengan 
a.       Menggunakan metode kata-kata untuk menarik perhatian “Dengarkan, sesungguhnya dan lihatlah” (Markus 4:3; Lukas 18:17;31;22:10;Yohanes 3:3-5)
b.      Menggunakan metode pertannyaan-pertannyan kita dapat memperoleh bermacam-macam informasi.
c.       Menggunakan metode Ilustrasi dan cerita, yang merupakan teori dalam mengajar yang sering di gunakan Tuhan yesus kristus dan hasilnya sangat efektif.
d.      Menggunakan ceramah atau kotbah yang merupakan pengungkapan kebenaran yang sistematis.
e.       Menggunakan benda sebagai objek
Metode ini sering dilakukan Tuhan yesus, misalnya dengan anak kecil yang mengajarkan kerendahan hatian (Matius 6:25-31)[6]
                                                                                               

2.4.3        Teori Perkembangan Moral dari Lawrence Kohlberg
Lawrence Kohberg memakai Teori Model Struktural dan Psikolog dan yang terkenal Teorinya adalah Jean  Piaget yang memperkenalkan teori perkembangan kognitif anak sampai remaja. Yang menemukan adanya tahapan-tahapan dalam perkembangan moral dari manusia dalam penelitiannya, yang ciri-cirinya: Hierarkis (bertingkat), berurutan (Sequential) dan tetap (invariant). Dan perkembangan moral ini terdiri dari tiga tahap yaitu:
1.      Tingkat Pra-Konvensional yangj terbagi menjadi dua :
a.       Orientasi kepada Hukuman dan ketaatan yang merupak awal dari kesadaran seorang anak atau orang dewasa yang mendasarkan perbuatannya atas pertimbangan ketakutan akan hukuman sebagi akibat dari tindakannya.
b.      Orientasi Relativis Instrumental yang merupakan pertimbangan untuk setiap tindakannya yang hanya bersifat egoistis.
2.      Tingkat Konvensional yang terbagi menjadi dua :
a.       Orientasi anak-anak laki-laki yang baikatau gadis manis yang merupakan perbuatan baik yang dianggapnya menyenangkan, menolong, dan distujui orang banyak.
b.      Orientasi Hukum dan Tata Tertib Umum yang merupakan kewajiban untuk menaati hokum, otoritas dan peraturan demi tata tertib yang bersifat Universal.
3.      Tingkat purna-Konvensional terbagi menjadi dua :
a.       Orientasi kontrak sosial yang legalistis
b.      Orientasi Asas Etis yang universal.[7]
2.4.4  Teori Pendidikan Kristen menurut Ignatius Loyola
Hal yang paling pokok dan terutama, Ignatius Loyola mengarahkan pada satu tujuan pokok yaitu : menaklukkan kehendak warga Kristen kepada kehendak Allah, dimana gereja harus terdiri dari anggota yang berdisiplin agar pelayanannya menjadi Efektif, baik kehidupan rohani maupun dalam pengetahuan dan keterampilan. Maka dari teori pendidikan menurut Ignatius Loyola yaitu :
1.      Melalui sarana dalam pelayanan teori Pendidn dan kebaikan Kristen seperti gedung sekolah sampai kepada tingkat menegah.
2.      Kurikulum
Dimana dalam hal ini diajarkan tentang issu iman Kristen dan kebaktian gereja, baik secara lisan maupun tertulis, serta mempelajari ilmu seperti ilmu  pasti, ilmu alam dan ilmu filsafat.

3.      Metodologi
                                   Metodologi dibagi tiga bagian :
a.    Ciri rasa ruang kelas
Guru memiliki peran penting dalam melaksanakan tugas pokok saat mendidik anak dan guru harus memakai pendekatan dengan tertentu melalui pemikiran kreatif.
b.    Latihan Rohani
Latihan rohani yang mengandung citra hadir dalam pikiran, khususnya citra tentang peristiwa-peristiwa pokok dalam kehidupan Yesus sampai pada citra-citra itu bekerja.
c.    Latihan menuju ketaatan  
                                               Tiga tingkat ketaatan:
1.      Tingkat yang paling rendah dimana ia berbuat apabila di suruh
2.      Pelajar yang selalu mempertahankan perintah atasan
3.      Pelajar menggangap atasan sama dengan Tuhan Yesus[8]

2.4.5        Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan kognitif piaget adalah tahap berfikir dan bagaimana pikiran berkembang dari kecil hingga dewasa.
a.                   Tahap sensori motorik (sensori motor period)
Tahap pada anak-anak yang berusia 0-2 tahun sedang berada dalam tahap bergaul dengan dunia lingkungan, memakai pancaindra untuk menangkap segala sesuatu yang bergerak di sekitarnya, pada usia 2 tahun, anak menyadari bahwa suatu tindakan mempunyai konsekuensi.
b.      Tahap pemikiran pralogis-praoperasional (prelogical-preoperational thought period)
Pada usia 2-5 Tahun pemikiran anak mengandung elemen magis yakni bahwa anak tidak dapat membedakan secara baik antara peristiwa-peristiwa atau objek-objek yang dialaminya dengan objek-objek yang dibayangkan.
c.       Tahap operasi konkret (concrete poerations period)
Operasi sebagai suatu proses berfikir logis pada usia 5-12 tahun anak sudah tidak terlalu egosentris tetapi masih menghubungkan banyak hal dengan dirinya.
d.      Tahap operasional formal (formal operations period)
Tidak semua orang dapat mengalami atau memasuki tahap ini, apabila seseorang memasukinya maka untuk pertama kalinya ia dapat berurusan dengan abtraksi-abtraksi, memahami serta membangun sistem pemikiran yang kompleks.
e.       Implikasi
Konsep Kekritenan yang perlu dipahami meliputi : Kasih Agape, Etika, Moralitas, Keadilan, Perdamaian, Percaya, Pengorbanan, Kerendahan Hati, Kekuasaan Allah, Perjuangan antara Kebaikan dan Kejahatan, Misteri dan Iman peng.Teori Pendidikan Kristen Menurut Joyce dan Weil
1.   Information Models (Model Pemprosesan Informasi) yang mana pengembangan skill dan isi (content) pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
2.   Personal Models (Model Pribadi) yang mana teori ini mengembangkan kepribadian dan hubungan antar pribadi yang akan dihasilkan melalui aktifitas mengajar.
3.   Interactive Models (Model Interaksi) yang mana teori ini penggunaan energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok.
4.   Behavioral Models (Model prilaku) yang mana perubaahan prilaku yang spesifik. Pengenalan yang diharapkan mampu mewujudkan suatu lingkungan yang baru.[9]

2.4.6        Teori Pendidikan menurut James W Fowler
Mempelopori perkembangan iman memberlayak harapan untuk mengimpormasikan kegiatan pendidikan agama Kristen. Tema-tema utama dalam tesis Fowler yaitu:
1.      Individuatif atau refleksi yaitu: tahap ini biasanya tidak dimulai sebelum usia 17-18 tahun, tahap ini sangat penting terutama bagi kesinambungan perjalanan iman.
2.      Iman Konjungtif yaitu: kegiatan iman pada tahap ini jarang muncul sebelum setengah baya.
3.      Iman yang mengacu pada universalitas dimana seseorang memiliki pengalaman dan partisipasi langsung terus menerus dalam hal-hal yang pokok dan mengubah realitas pada masa kini kearah keadaan yang sebenarnya yang transender.[10]
                       

2.4.7         Teori pendidikan Kristen menurut Daniel Nuhamara
1.   Diskusi kelompok : mencari solusi yang konkrit dalam kehidupan bermasyarakat
2.   Bersaksi : mewartakan Injil melalui kesaksian
3.   Melayani : Pelayanan yang mewujudkan “Syalom
4.   Bersekutu : persekutuan Ibadah yang menjadi hal yang paling penting dalam teori pendidikan Kristen[11]

2.4.8        Teori Pendidikan  Kristen  menurut Groge Albert coe
            Teori pendidikan Kristen menuntut pendidikan yang “Kreatif”. Pendidikan kreatif memberi kedudukan utama pada rekonttruksi sosial dan menggunakan proses-proses yang transmitif hanya untuk mencapai tujuan utama dari pendidikan agama Kristen dan mewariskan agama dan  menciptakan dunia yang baru. Rekontruksi sosial yang memajukan Demokrasi Allah, yang  berkesinambungan adalah inti dari karya Allah dalam dan melalui manusia.[12]

2.4.9     Teori Pendidikan Kristen menurut Jhon dewey
Teori pendidikan yang cerdas bertujuan untuk memastikan penyebab konflik yang ada dan berpihak kepada salah satu yang mengusulkan suatu operasional yang dimulai dari level terendah dan yang lebih eksklusif dari pada yang disajikam oleh praktek dan Ide dari yang berkonflik [13]
2.4.10  Teori PAK Menurut Siagian
Menurut Siagian teori Pendidikan Kristen disebut kekuatan mental yang mendorong  terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi.[14]

2.5      Implikasi


III.             Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa teori pendidikan agama kristen itu adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengajar dan memberi arahan kepada suatu tujuan yang pasti. Dan suatu pengajaran yang harus berakar, bersumber dari Alkitab yang di dalamnya terdapat proses untuk membentuk kita. Seperti teori menurut 10 tokoh yang saya jelaskan diatas.
Oleh karna itu pengajaran teori pendidikan Pak sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang di tuntun oleh kuasa Roh Kudus.

3            Daftar Pustaka
Antone Hopes,Pendidika Kristiani Kontekstual, Jakarta :BPK-GM,2010
Boehlke Robert R, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Kristen dari Yohanes Amos Cornelius sampai perkembangan pendidikan Kristen di Indonesia,Jakarta:BPK-GM,2003
Dewey Jhon, Experience and Eduaction. N, Ycolliet. 1938
Groome Thomas H,Christian Religion Education,Jakarta,BPK-GM,2010
Homrighausen I.H.Enklaar dan E.G.,Pendidikan Agama Kristen,Jakarta : BPK-GM, 2009
Ismail Andar,Ajarlah mereka melakukan ,Jakarta:BPK-GM,2009,
Kristanto Paulus Lilik, Prinsip dan praktik Pendidikan Kristen,Jakarta : ANDI,2006
Nuhamara Daniel, PAK Dewasa, Bandung: Jurnal Info Media, hlm 46-47
Nuhamara Daniel,dkk, Pendidikan Kristen, Bandung : Bina Media Informasi, 2005
Siagian,Teori motivasi dan aplikasinya,Jakarta:Binan Aksara,1989,79
Sidjabat B. Samuel,  Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta:  ANDI, 1996,
Stefanus Daniel, Sejarah PAK,Bandung: Bina Media Informasi, 2009
Sumiyantiningsih Dien,Mengajar dengan kreatif dan menarik, ANDI,Yogyakarta,2011



[1] Daniel Stefanus,SEJARAH PAK,(Bandung: Bina Media Informasi,2009), 35-36
[2] Daniel Nuhamara, PAK Dewasa, Bandung: Jurnal Info Media, hlm 46-47
[3] I.H.Enklaar dan E.G. Homrighausen,Pendidikan Agama Kristen,Jakarta : BPK-GM, 2009,hlm 128-129
[4] Hopes Antone,Pendidika Kristiani Kontekstual, Jakarta :BPK-GM,2010, hlm 23-31
[5] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Kristen dari Yohanes Amos Cornelius sampai perkembangan pendidikan Kristen di Indonesia,Jakarta:BPK-GM,2003,hlm 743
                [6]Paulus Lilik Kristanto,Prinsip dan praktik pendidikan kristen,Yokyakarta:ANDI,2006),15
[7] Andar Ismail,Ajarlah mereka melakukan ,Jakarta:BPK-GM,2009,hlm 73-74
[8] Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Kristen dari Yohanes Amos Cornelius sampai perkembangan pendidikan Kristen di Indonesia,Jakarta:BPK-GM,2003,hlm 471-485
[9] Dien Sumiyantiningsih,Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, (Yogyakarta : ANDI,2006),76
[10] Daniel Nuhamara,dkk, Pendidikan Kristen, (bandung : Bina Media Informasi, 2005), 97
[11] Daniel Nuhamara,dkk, Pendidikan Kristen, 154-166
[12] Dien Sumiyantiningsih,Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, Yogyakarta : ANDI,2006, hlm 173
[13] Jhon Dewey, Experience and Eduaction. N, Ycolliet. 1938, hlm 5
[14] Siagian, Teori motivasi dan aplikasinya,(Jakarta:Binan Aksara, 1989), 79

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...