Thursday, March 14, 2019

Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI



  •  Nama          : Johannes Nababan

    Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI
    Tinjauan Dogmatis Terhadap Uraian Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI dan Implikasinya di GKPI Lumban Ratus Rest. Tano Tombangan
    I. Latar Belakang Masalah
    Penatua adalah pelayan Tuhan, dan apapun yang mereka lakukan haruslah untuk kemuliaan Tuhan. Akan tetapi pada jaman sekarang ini sudah ada sebagian penatua yang tidak lagi menjalankan tugas yang diembannya dengan baik. Jika diperhadapkan dengan Agenda GKPI apakah mereka sudah melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin untuk kemuliaan Allah?. Dalam agenda GKPI ketika penatua menerima tahbisannya menjadi seorang penatua di Gereja GKPI mereka berjanji di hadapan Tuhan dan jemaat untuk berprilaku yang baik dan melaksanakan tugas pelayanan dengan sepenuh hati yang sesuai dengan firman Tuhan baik di  dalam gereja maupun di luar gereja, karena banyak jaman sekarang ini penatua hanya melayani di dalam gereja sedangkan  di luar gereja mereka nampak seperti jemaat biasa.
    Menurut hasil wawancara saya kepada penatua GKPI Lumban Ratus Rest. Tano Tombangan, Pnt. S. Lumabantobing[1] mengatakan, yang menjadi penghalang Penatua dalam melaksanakan tugasnya di gereja dapat disebakan oleh masalah keluarga dan pekerjaan sehingga menyita waktu dalam melaksanakan tugas penatua, dan ada juga disebabkan ketidak-kompakan sesama penatua sehingga menjadi salah satu faktor penghambat dalam melaksanakan tugasnya . Dalam pendapat yang lain, menurut Pnt. S. Br. Simanjuntak dan Pnt. R. Br. Manalu[2] sebagai Penatua yang dari kalangan Ina (Perempuan), menjadi sala satu tantangan tersendiri dalam menjalankan tugas Penatua dalam agenda GKPI khususnya dalam poin satu dan poin dua, alasannya ialah untuk menegur dan membimbing jemaat yang malas ke Gereja bliau sangat segan dan takut (merasa tidak enak) kalau jemaat tersebut sakit hati, seperti yang telah kamu ketahui jemaat GKPI Lumbanratus ini banyak saudara dan krabat kita, ungkap bliau. Untuk menjawab permasalahan tersebut saya akan mencoba memaparkan dalam Tinjauan Dogmatis Uraian Tugas Penatua Berdasarkan Agenda GKPI Serta Implikasinya Bagi GKPI Lumaban Ratus Rest. Tano Tombangan. Semoga pemaparan ini dapat menamba wawasan kita bersama.
    II. Pembahasan
    2.1. Sekilas Tentang GKPI Lumbanratus
    Lumban Ratus merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tano Tombangan Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Indonesia.
    Dan gereja GKPI Lumbanratus salah satu gereja GKPI terbesar di resort Tano Tombangan. Gereja ini didirikan pada tanggal 05 September 1976 dan diresmikan pada tanggal 07 Oktober 1984 dengan nomor register 496/XIX/2/3, dan sekarang yang menjadi Guru Jemaat Pnt S. Lumbantobing dengan jumlah jemaat RT 62, 315 jiwa dengan Penatua melayani delapan orang.[3]   
    2.2. Konteks Desa Lumbanratus
    Keadaan desa Lumbanratus tidak jauh berbeda dengan kehidupa desa pada umumnya, dimana masyarakat Lumbanratus masih banyak berpropesi sebagai petani. Keadaan jemaat GKPI Lumbanratus khususnya berprosesi petani, guru, bidan desa, kepala desa dan wiraswasta. Dan terkhususnya lagi kehidupan Penatua GKPI Lumban ratus semuanya lebertabelakang petani. Masyarakat disana pada umumnya mengikuti tradisi Batak Toba yang terimplementasi dalam setiap kerukunan hidup bersama bagi masyarakat Lumbanratus. Konteks politik didesa Lumbanratus ini tidak begitu fenomenal, karena hanya sebagaian kecil masyarakat yang termuat dalam wadah  politik, misalnya satu orang berpropesi sebagai DPR Tpanulisa Selatan dan satu orang berpropesi sebagai kepala desa.
    2.2. Terminologi Penatua Menurut Alkitab
                Dalam PL istilah Penatua disebutkan dalam bahasa Ibraninya “Zagen” dapat diterjemahkan “berumur, tua-tua, tertua, orang tua, pria dan wanita, senator’ (Kej 10:21; 25: 23; Ul. 5: 23; I sam 4: 3; I Taw 11: 3). Sehingga dapat diartikan bahwa arti dasar kata Penatua dalam konsep PL adalah merujuk kepada orang yang lebih tua atau sudah tua baik pria maupun wanita.[4] Jadi konsep atau defenisi Penatua dalam PL mengarah kepada yang lebih tua-tua yang telah memiliki banyak pengalaman baik itu dalam keluarga, politik, dan masyarakat. Dalam PB istilah penatua disebutkan dua kata yaitu “Penatua” dan “Penilik”. Kata “penatua” (Yun: Presbuteros/Presbiter; Ing: Elder) yang terdapat dalam I Tim 5: 19; KIs 20: 17; Tit 1:5 diartikan sebagai penatua, orang yang lebih tua atau senior atau Majelis yang beranggotakan orang-orang berumur lanjut. Kata ini muncul 66 kali dalam PB. Kata penilik jemaat (dalam bahasa Inggris : overseers) berasal dari bahasa Yunani episkopos. Hal ini bisa ditemukan dalam Fil 1:1 : “Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus di Filipi, dengan para penilik jemaat (episkopoi) dan diaken”. Kemudian dalam I Tim 3: 2a : “Karena itu penilik jemaat (episkopos) haruslah seorang tak bercatat” dan dalam Tit 1: 7a: “Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat(episkopos) harus tidak bercatat”. Kata “penilik” (Yun: Episkopos, bishop. Ing: overseer) yang terdapat dalam I Tim 3:1; Fil 1:1; Tit 1: 7a diartikan sebagai seorang pengawas, pimpinan, pelindung. Dalam bahasa Yunani kata ini adalah hasil gabungan dari dua kata, yaitu: “epi” yang berarti “melebihi”, dan kata “skopos” yang berarti “melihat atau mengamati”, memandang dengan tajam, mengawasi”.[5]
    2.3. Penatua Menurut GKPI[6]
                PRT GKPI 2013 pasal 91 ayat 1 menyebutkan: “Penatua adalah jabatan tahbisan yang diberikan GKPI kepada warga jemaat yang bersedia mempersembahkan diri atas panggilan Tuhan sebagai pelayan di GKPI”. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan bahwa tugas Penatua adalah:
    1. Sebagaimana dikemukakan dalam Tata Ibadah Penabisan Penatua
    2. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diatur dalam Tata Gereja, Peraturan Rumah Tangga, Peraturan GKPI, dan keputusan sinode Am lainnya, serta keputusan sidang sinode, keputusan sidang Majelis Resort, keputusan sidang Umum Jemaat dan keputusan Rapat Badan Pekerja Harian Jemaat.
    3. Dalam melaksanakn tugas Penatua berkonsultasi dengan pemimpin Jemaat dan atau Guru Jemaat.
    2.4. Pengusulan dan Persyaratan Menjadi Penatua di GKPI[7]
    Berikut adalah tatacara pengusulan dan persyaratan menjadi penatua di GKPI:
    (1). Pengusulan seseorang menjadi calon Penatua dapat diajukan oleh:
         a. Anggota Jemaat yang ada di Sektor/Lingkungan melalui Penatua Sektor/ Lingkungan kepada Pengurus Harian  Jemaat
          b. Pengurus Harian Jemaat.
    (2). Persyaratan calon Penatua:
         a. Telah terdaftar sebagai anggota sidi sekurang-kurangnya  5 (lima)  tahun pada Jemaattempat calon Penatua dicalonkan.
         b. Berusia serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setingi-tingginya 55 (lima puluh lima) tahun.
         c. Memperlihatkan keteladanan di tengah keluarga, Jemaat dan masyarakat, baik dalam ajaran maupun perilaku dengan memedomani 1 Timotius 3:1-10 dan Titus 1:5-9.

    (3)
    . Calon yang diusulkan sebagaimana pada ayat (1) pasal ini dibicarakan dalam rapat Majelis Jemaat, yang khusus diadakan untuk itu, untuk mendapat persetujuan atau penolakan.
    (4)
    . Dalam hal seseorang disetujui menjadi calon Penatua, maka hal itu wajib diberita-jemaatkan dalam Kebaktian Minggu 2 (dua) kali berturut-turut.
    (5). Calon Penatua wajib mengikuti masa pembinaan calon Penatua sekurang kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun.
    (6). Pembinaan calon Penatua diisi dengan kursus dan/atau pelatihan yang khusus diadakan untuk itu, dengan menggunakan Buku/Bahan Pembinaan Calon Penatua yang diterbitkan GKPI.
    (7). Kursus dan/atau pelatihan calon Penatua dapat dilakukan di Jemaat, Resort dan/ atau Wilayah tempat Jemaat calon Penatua.
    (8). Selama dalam masa pembinaan, calon Penatua wajib menghadiri sermon di  Jemaat
    2.5. Uraian Tugas Menurut Agenda GKPI
    Berikut adalah uraian tugas menurut Agenda GKPI:[8]
    1. Mereka adalah Pelayan dalam Gereja untuk memperhatikan keadaan anggota jemaat yang dipercayakan pada pelayanan mereka. Supaya mereka menegur saudara-saudara yang kelakuannya menyimpang dari ajaran Tuhan kita, atau memberitahukannya kepada BPH Jemaat dan Pendeta, supaya mereka turut berusaha memperbaikinya.
    2.  Membimbing warga jemaat, supaya rajin mengikuti setiap kebaktian. Dan kalau diantara mereka ada yang malas, supaya ditanya apa sebabnya.
    3.   Membimbing anak-anak supaya rajin datang ke Sekolah Minggu.
    4. Mengunjungi orang-orang sakit, dan menolong mereka sesuai dengan kemampuan, tetapi yang terpenting ialah mengingatkan Firman Tuhan kepada mereka dan mendoakan mereka.
    5. Menghibur yang berdukacita karena kemalangan atau kesengsaraan, supaya mereka memperolah pengharapan yang hidup dalam Tuhan
    6. Membimbing orang-orang yang sesat dan penyembah berhala, supaya mereka mengaku kesalahannya dan bertobat; agar mereka turut memperoleh hidup yang kekal di sisi Tuhan.
    7. Membantu mempersiapkan segala keperluan pelayanan dalam peribadatan, persembahan dan berbagai usaha untuk kemuliaan Nama Tuhan.
    Demikianlah penatua itu memiliki identitas dan tugas-tugas yang jelas sebagai Hamba (Pelayan) Tuhan, yang bekerja demi dan hanya untuk kemuliaan Nama Tuhan. Selamat Melayani Tuhan, dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
    Dalam perkembangannya hingga masa gereja modern saat ini jabatan penatua menjadi salah satu pelengkap penting dalam tugas pelayanan di gereja meski beberapa gereja memiliki peraturan yang berbeda dalam cara pengangkatannya. Dalam pemanggilan dan pemilihan penatua, GKPI memberlakukan sistem pemilihan penatua yang diusulkan oleh warga jemaat yang ada dalam Wijk/sektor/lingkungan yang bersangkutan kepada Pengurus Harian Jemaat untuk seterusnya diajukan kepada pendeta agar diteliti sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Setelah dinyatakan sesuai dengan persyaratan, maka akan diadakan pembinaan bagi calon penatua minimal 1 tahun dan maksimal 2 tahun dengan meliputi materi yang sudah ditentukan. Setelah menjalani masa proses pembinaan, maka baru dapat dilaksanakan penahbisan menjadi Penatua yang mana jabatan kepenatuaan itu akan berlaku seumur hidup.[9]
    2.6. Tinjauan Dogmatis Terhadap Uraian Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI
    Penatua sebagai jabatan Gerejawi pada hakikatnya adalah fungsi pelayanan sebagaimana Kristus adalah pelayan. Jabatan Gerejawi diadakan bukan supaya pejabat Gereja dilayani melaikan supaya ia melayani, sebagaimana Kristus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Setiap jabatan Gerejawi secarah hakikih dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan, Raja Gereja yang mempercayakan jabatan itu. Dalam bentuk yang kelihatan, jabatan itu dipertanggng-jawabkan kepada Gereja menurut tingkatnya masing-masing, dari tingkat jemaat hingga Pusat/Sinode, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.[10]  Dalam hal ini maka di harapkan Penatua di GKPI Lumban Ratus Rest. Tano Tombangan haruslah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penatau (pelayan Tuhan) sesuai yang di amanatkan di dalam agenda GKPI.
     Dalam buku Tata Pengembalaan GKPI juga jelas di pesankan, setiap warga jemaat berhak mendapat penggembalaan umum berupa pekunjungan (perlawatan) dari pelayan jemaat (pendeta dan penatua) minimal sekali setahun. Tujuannya selain mempererat silatuhrahmi dan saling mengenal, juga untuk memelihara iman dan kesetiaan warga jemaat itu kepada Tuhan serta untuk berbagi (sharing) suka-duka dan pergumulan, dengan harapan bahwa ia mendapat penguatan dan bersama para pelayan jemaat menemukan jalan keluar bagi setiap pergumulan dan masalahnya.[11]  
    Jika kita perhatikan ketujuh bidang tugas Penatua dalam agenda GKPI, ada beberapa kata kerja yang merupakan kata kunci dalam mengungkapkan tugas pelayanan Pentaua, seperti: memperhatikan, membimbing, menolong, mengunjungi, mengingatkan, mendoakan, dan membantu. Hal itu menunjukkan lapangan utama pelayanan Penatua adalah di tengah-tengah sektornya, dan tugas utama penatua adalah sebagai gembala (parmahan). Karena itu metode pelayanan Penatua yang sangat tepat dan efektif adalah perkunjungan rumah tangga.[12]
    2.7. Sikap Penatua Untuk Mengatasi Tantangan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Uraian Tugas Penatua dalam Agenda GKPI
    Sebagaimana yang telah saya paparkan dalam latar belakang masalah, bahwa masalah yang ada di GKPI Lumban Ratus yang mengakibatkan penatua tidak melaksankan tugasnya sesuai yang di amanatkan oleh agenda GKPI ialah adanya masalah keluarga, waktu yang terbatas untuk pelayanan, kurangnya kekompakan dalam kebersamaan penatua dan merasa segan dalam menegur jemaat, sehingga menurut penyeminar  perlu mengambil sikap yang mendasar sesuai dengan apa yang GKPI amanatkan untuk mengatasi masalah tersebut.
    2.7.1. Penetua dan Keluarga[13]
    Sebagai pejabat gereja, penatua bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Maka sebagai konsekuensi dari keputusan seseorang menjadi penatua, ia harus dapat di teladani dalam hal-hal yang positif, di dalam tingkah laku, terlebih di dalam iman, seperti Timotius (1 Tim. 4:12): memberi diri dan hidupnya, waktu dan perhatian secara serius, sungguh-sungguh, konsisten, penuh motivasi dan bertanggungjawab untuk: menata, melayani, mengurus, menggembalakan anggota jemaat yang menjadi hakikat pelayanan dalam gereja.
    Karena itu seorang penatua harus pandai dan bijaksana: membagi, mengatur tenaga dam waktunya antara statusnya sebagai penatua yang melayani, menuaikan tugasnya dalam gereja dengan mengurus, menata, mengatur, serta memimpin keluarga atau rumah tangganya. Seorang penatua tidak boleh mengorbankan, mengabaikan, membiarkan, meninggalkan atau menelantarkan keluarganya (Istri atau suami dan anak-anaknya) demi alasan pekerjaan gerejawi! Sebaliknya, penting untuk dipahami bahwa keluarga atau rumah tangga Penatua harus dapat menjadi contoh, teladan bagi anggota jemaatnya baik kehidupan rohaninya (spritual) maupun dalam kehidupan sehari-harinya.
    2.7.2. Kebersamaan Penatua
    Kebersamaan Penatua dalam gereja merupakan salah satu pilar yang sangat penting dalam rangka mewujudkan misi pelayanan. Sebab para Penatua adalah kelompok pelayan tahbisan yang mengemban tugas yang mulia di tengah-tengah jemaat. Selain itu peran Penatua didalam gereja menggerakkan tugas pelayanan dan juga dalam menangani pelayanan yang berhubungan dengan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan sangatlah penting. Itulah sebabnya di GKPI sermon-semon jemaat dan resort terutama harus dihadiri Penatua.
    Arti kebersamaan yang dimaksud disini adalah satu sikap yang dimiliki oleh Penatua tentang kesamaan pandang dan sikap terhadap misi pelayanan gereja. Kebersamaan tersebut mendorong mereka untuk mewujudkan soliditas dalam menetapkan program bersama dan bagaimana itu dilakukan sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna untuk mewujudkan misi. Kebersamaan tersebut juga mengandung arti yang dalam sebagaimana disebutkan oleh Oleh Paulus dalam Filpi 2:2: ”karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, satu dalam kasih, satu jiwa dan satu tujuan.”
    Dalam kebersamaan Penatua di dalam gereja GKPI mereka disebut sebagai team work dalam melaksanakan tugas pelayanan mulia. Mengingat banyaknya pergumulan yang dihadapi banyak jemaat dan juga program gereja untuk pelayanan maka seorang Penatua tidak boleh jalan sendiri tetapi dia harus seiring sejalan dengan Penatua-penatua lainnya. Kebersamaan penatua adalah kekuatan dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam gereja di bidang Tritugas gereja. Jika Penatua saling berbeda pendapat dan tidak ada kekompakan maka itu akan menjadi awal perpecahan gereja. Tetapi jika para Penatua kompak dan solid, hal itu akan menjadi sebuah kekuatan besar dalam menopang pelayan. Kebersamaan Penatua adalah kesaksian bagi jemaat, di mana jemaat akan melihat kekompakan para Pentua dalam persekutuan mereka. Hal itu akan meningkatkan rasa jemaat kepada Penatua sebab bagi mereka citra Penatua sangat penting. Jika Penatua tidak kompak dan jalan sendiri-sendiri maka jemaat sulit menerima pelayanan mereka. Oleh karena itu hendaklah Penatua GKPI terus kompak dan sulit dalam misi pelayanan gereja sebab itu adalah sebuah Urgensi dalam mewujudkan tugas panggilan Tuhan.[14]  
    2.7. 3. Sikap dalam Mengingatkan/menegur Jemaat[15]
    Sikap dalam mengingatkan/menegur jemaat sebaiknya dilakukan dengan nasihat dalam kasih agar ia menyesal dan memohon pengampunan dan bertobat. GKPI biasanya menyebut proses pelayan ini sebagai tata pelayanan, Penatua hendaknya membentuk komisi perkunjungan jemaat. Anggota komisi perkunjungan terdiri dari sejumlah pelayan dan juga warga jemaat yang memberi diri dan sudah mendapat pelatihan. Komisi bekerja dan membagi diri sesuai dengan pembagian sektor/lingkungan di jemaat tersebut. Perkunjungan tidak digabungkan dengan penyelenggaraan kebaktian sektor/lingkungan dirumah warga jemaat tersebut. Akan tetapi dengan metode pendekatan pribadi yang lebih rinci dan disepakati bersama dengan jemaat yang bersangkutan. Proses ini disebut juga dengan konseling pastoral dan hendak yang melayani harus memiliki pengalaman dalam proses ini. Proses konseling pastoral diadakan pribadi di ruang yang cukup terbuka, konselor berfungsi sebagai pendamping dan pendengar, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada jemaat yang bersangkutan untuk mengutarakan pergumulan, masalah dan isi hatinya serta menggugah, dan memotivasijemaat tersebut untuk menghadapi dan memcahkan masalahnya, dan pada akhir percakapan ditutup dengan berdoa bersama.
    III. Analisa Penyeminar
    Menurut penyeminar segala tugas yang berada dalam agenda GKPI yang ditujukan kepada Penatua harus di taati tanpa meninggalkan satu pointpun, karena jika demikian maka Penatua sudah mengingkari janji setianya kepada Tuhan dan Jemaat/ hal ini berdasar pada Agenda GKPI dimana dalam proses penahbisan Penatua dipertanyakan sembari mengucap janji setia kepada Tuhan untuk berprilaku baik di hadapan Tuhan dan Jemaat, melaksanakan tugas pelayanan Penatua sebagaimana yang tertera dalam Agenda GKPI, dan mau melaksanakannya dengan sepenuh hati serta dengan segala kemampuan sesuai dengan Firman Tuhan. Dan untuk menjawab pertanyaan dan janji setia tersebuat para Penatua merespon dengan jawaban “Ya saya mau! Kiranya Tuhan menyertai saya untuk melakukan semuanya itu”. [16]
    Penatua tidak boleh mengabaikan sasaran pelayanan sesuai yang di amanatkan Agenda GKPI, yaitu: keadaan anggota jemaat yang dipercayakan pada pelayanan mereka,anak-anak sekolah minggu,orang-orang sakit, yang berdukacita karena kemalangan atau kesengsaraan, dan orang-orang yang tersesat. Karena hal ini menunjukkan betapa Penatua terpanggil untuk melayani anggota jemaat yang memiliki banyak pergumulan. Itu berarti penatua berada di garis depan untuk melayani jemaat  di sektornya dengan segalah macam tantangan yang ada supaya anggota jemaat tetap setia dan kuat dalam imannya.
    IV. Kesimpulan
                Penatua GKPI adalah pelayan tahbisan yang memiliki uraian tugas sesuai yang di amanatkan oleh sinode GKPI, diantara tugas yang dimaksud tercantum dalam agenda GKPI sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Dan untuk menjaga supaya uraian tugas Penatua terealisasi dengan baik, Penatua hendak menjalankannya sesuai dengan janji setianya kepada Tuhan dan di hadapan jemaat, dengan tidak mengabaikan salah satu tugas yang tercantum dalam agenda GKPI tersebut.
    V. Daftar Pustaka
    Agenda GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE-GKPI,2013
    Aritonang Jan Sihar (ed), Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014
                J. Conner Kevin, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2004
      Kumpulan Peraturan GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2008
    Pasaribu Oloan  (ed), Almanak GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2017
    Pokok-Pokok Pemahaman Iman Gereja Kristen Protestan Indonesia, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 1993
    Tata Pengembalaan GKPI,  Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014
    Sumber Lain:
    Hasil Wawancara dengan Pnt. S, Br. Simanjuntak dan Pnt. R. Br. Manalu pada tanggal 12 April 2017 Pukul 20:02 WIB
    Hasil Wawancara dengan Pnt. S. Lumbantobing pada tanggal  11 April 2017 Pukul 19:58 WIB


    [1] Hasil Wawancara dengan Pnt. S. Lumbantobing pada tanggal  11 April 2017 Pukul 19:58 WIB
    [2] Hasil Wawancara dengan Pnt. S, Br. Simanjuntak dan Pnt. R. Br. Manalu pada tanggal 12 April 2017 Pukul 20:02 WIB
    [3]  Oloan  Pasaribu (ed), Almanak GKPI, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2017), 334
                    [4] Kevin J. Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2004), 237
                    [5] Kevin J. Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, 239
    [6] Jan Sihar Aritonang (ed), Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI, (Pematangsiantar: KALPORTASE GKPI, 2014), 24
    [7]  Oloan  Pasaribu (ed), Almanak GKPI, 432, bandingkan juga dengan, Kumpulan Peraturan GKPI, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2008), 129-131
    [8] Agenda GKPI, (Pematangsiantar: KALPORTASE-GKPI,2013), 90
    [9]  “Syarat-Syarat Menjadi Penatua” dalam Kumpulan Peraturan GKPI,  BAB 22,129-132
    [10] Pokok-Pokok Pemahaman Iman Gereja Kristen Protestan Indonesia, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 1993), 26-27
    [11] Tata Pengembalaan GKPI, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014), 11
    [12] Humala Lumbantobing, Penatua: “Hakikat dan Tugas Panggilannya”, dalam Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI, Jan Sihar Aritonang, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014), 20
    [13] Parsaoran Sinaga, “Penatua dan Keluarga” dalam Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI,  Jan Sihar Aritonang (ed), (Pematangsiantar: KALPORTASE GKPI, 2014), 44
     
    [14] Humala Lumban Tobing, “Kebersamaan Penatuadalam Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI,  Jan Sihar Aritonang (ed), (Pematangsiantar: KALPORTASE GKPI, 2014), 36
    [15] Tata Penggembalaan GKPI,11
    [16]  Agenda GKPI,91 



bahan sermon johannes nababan



Bahan Sermon : Minggu, 20 Januari 2019 (2 Set. Epiphanias)
Evangelium : Markus 1:21-28
Thema : Huaso ni Debata na Pangoluhon
Patujolo
 Molo ta paihut-ihut do surat ni si Markus 1:21-18 on, tangkas do taida ia Tuhan Jesus dohot angka murid Na mambaen sada halongangan bolon di Kapernaum, sada huta na adong di di topi ni danau Galilea. Hatiha I jumpang ma ari Sabat, masuk ma Jesus tu ruang peribadahan jala mangajar ma Ibana disi. Alana adong do sada tradisi di halak Yahudi, boido halak na hadir di peribadahan I pasahaton  hata ni Debata (marjamita). Kesempatan on ma di buat Jesus laho mangajar jala pasahathon hata ni Debata. Mengenai aha na di ajarhon ni Jesus marhite pangajarionna dang pola di surat si Markus, alai mancai jelas do di patorang si Markus songon dia huaso ni pangajarion ni Jesus di hatiha i.
Hatorangan ni turpuk
Di surat on si Markus do, adong dua pengaruh na penting si ida on ta melalui pangajarion ni Jesus na di huta Kapernaum. Na parjola, Masai godang do jolma di hatia I longang marnida pangajarion ni Jesus (Ayat 22). Longan harana pangajarion ni Jesus berbeda dohot pangajarion na biasana di bege nasida sian angka si boto surat ni halak Yahudi. Na padua hon, tondi na hodar (roh jahat) targanggu alani huaso ni pangajarion ni Jesus na sun Badia I (Ayat 24). On hal menarik boi ta ida, bahwa tondi nahodar (roh jahat) tong do hape ro tu peribadahan ni halak na manomba Debata. Alai kehadiran ni Jesus di peribadahan I mambaen sibolis (tondi na hodar) I gabe dang tenang jala targanggu. Siala na badia si tutu do Jesus I, bahakan di catat si Markus do, marhuaso do Jesus palahoon/ paluarhon tondi na hodar I sian jolma na ni soropan na I (Ayat 25-26). Marnida na masa I, mansai longan situtu ma jolma na adong disi (Ayat. 27), alai holan longan do nasida, dang na gabe porsea nasida tu Jesus. Sebenarna dang holan na longang I na di haraphon ni Jesus, alai nian gabe porsea ma nasida tu pangajarion ni Ibana. Molo tarimang-rimangi masai tragis do haporseaon ni halak jahudi na marnida halongangon marhite huaso ni Jesus I, nga di tangihon nasida hata ni Debata langsung sian Tuhan Jesus, di pataridahon do tong sada halongangan (mujizat) secara langsung, (molo hata ni halak sonari didok do LIVE).
 Mungkin sahali godang do hita halak Kristen di jaman sonarion na naung secarang langsung mangarasahon huaso ni Debata tu parngoluon ta, alai dang ta haporseai Tuhan I marhite hamubaon ni roha. sian dia do boi hita mangulahon ulaonta?, sian dia do hasehaton ta?, sian dia do hamalumon ni sahit ta?, sian dia do rezeki na ta dapot gabe boi hita berkesukupan jala boi hita pasingkolaon ianakhon ta? Angaka halongangan bolon I na tahilala nasai  laon i, dang dao i halani huaso ni Debata nasa I tontong mian jala tongtong mandongani hita disiganup ari dohot disagaup tingki di parngoluonta. 
Sipahusor-husoron
marhite Markus 1:21-28 di paingot hita, asa naeng ma nian hita lebih memaknai Huaso ni Debata na Pangoluhon Hita, ai nungga pola hita godang mangalami halongangan bolon di parngoluonta. Naeng ma nian haburjuon ni Tuhan I ta halashon marhite pandohan hamauliaten godang dohot pangulaon na marhamubaon ni roha. Asa lam tangkas hita mananda huaso na sum badia I parngoluonta disiganup ari dohot disiganup tingki.
Bahan Sermon : Minggu, 27 Januari 2019 (3 Set. Epiphanias)
Evangelium : Yesaya 45:18-25
Thema : Tunduklah Kepada Allah Pencipta
Patujolo
          Segala na adong di portibion, sian timur sahat tu barat, sian selatan sahat tu utara, dohot sian banua toru sahat tu banua ginjang dang terjadi dengan sendirina,  adong do sada huaso na manjadihon I (menciptkan/ manompa). Ndang dohot sendirina adong, bulan I, mataniari I, dohot bintang I, rodi dohot dekke na di tonga laut, dohot pidong na martonga-tonga langit, alai sude na i di jadihon/ditompa Debata marhite-hite huaso Na.  sude na dijadihon ni Debata mansai uli, taratur jala denggan situtu. Di jadihon Ibana do udan mangaeki tano na horing dohot angka na asing na mambaen hangoluan tu nasa naditompaNa. Jala huaso ni Debata sitompa na sana na adong on do di surathon buku ni panurirang Jesaya on lao paingothon bangso Israel nang hita di tingkion, asa totap hita marhaporusan jala Biar mida Jahowa (18-19).
Hatorangan ni Turpuk
          Ndang adong debata nalain songon Debata ni Israel, naso mar habosanan manjou bangso I mulak tu Ibana, nang pe terkadang bangso I manimbil sian dalan na ni halomoon ni Debata, alai sai marpangulahi do roha-Na mida bangso napinillit-Na i. Di ayat 20 on didok do “Marluhut ma hamu jala rap ro ma hamu tu lambungkon”, na paboahom do I, di hasiholi Debata do bangso I asa marhaporusan tu Ibana, Debata na marhuaso jumadihon portibion.  Asa unang sarupa bangso I tu bangso naso marbinoto, najumadihon hau gabe ganaganaan ni nasida.  Bahkan di ayat 21, sangat jelas do disurathon di buku ni si Jesaya on, bahawa Debata do nasai tontong mandongani bangso I mulai sian narobi nasai tontong mangalehon tua, sada Ibana do na marhuaso ndang adong debata na lain selain Ibana. Pandohan ni Debata marhite surat ni panurirang Yesaya on, sebagai bukti kesetiaan-Na tu bangsa Israel, umbahen na ido didok Ibana do na manompa (18), Ibana do na patandahon diri-Na (19), jala Ibana na paluahon (20-21).
          Ayat 23-25 on sada pernyataan yang sangat luarbiasa doon tu bangso Israel, Alana Debata  pola do marmangmang (bersumpah) Ibana marhite hata hatigoran naso tupa mulak, ingkon do lompit sogot nasa ulu ni tot marsomba tu Ibana. Ayat on sada pernyataan langsung doon bahwa Debata nanaeng patuduhon huaso nai tu ganup jolma, asa nian jolmai menyadari  holan Ibana do Debata na tigor jala na tuk gogo manggomgomi nasa jolma.
Sipahusor-husoron
Hata ni Debata na sinurathon ni panuriang Yesaya bindu 45 on  sangat relevan hita rimang-rimangi di hamajuon ni jaman on. Terkadang teknologi dohot hepeng di anggap sebagai tuhan, naboi mangalehon hangoluan tu manisia. Nga lupa be jolma I na manjadion sude nai Debata na gok marhuaso I do . Sialani I unang be hita marhaporusan tu angka na tinompa, alai tu Debata Panompa I ma hita langsung marhaporusan. Asa tanda hita na Tunduk tu Debata na Manompa Hita, marhite hasation ta mamuji jala pansangphon Ibana, huhut mangulahon angka nanihalomohon ni roha-Na.

Bahan Sermon  Minggu, 3 Februari 2019 (4 Set. Epiphanias)
Evangelium : Lukas 4:16-21
Thema : Injil Yang Membebaskan
Pendahuluan
Injil (kabar baik) adalah kabar suka cita tertinggi yang pernah menyapa manusia. Kabar baik ini memberitakan kedatangan Tuhan Yesus Kristus sebagai juru selamat yang mambebaskan manusia dari belenggu dosa. Akan tetapi manusia dulu dan kini masih kurang membarikan hati pada kabar baik ini. Hal ini terlihat dalam kitab Lukas pasal yang ke 4 ini. Di sini di kisahkan bahwa Yesus di tolak di tempat kelahirannya di Nazaret, bahkan mengusir Yesus dari tempat di mana Ia di lahirkan (4:28-29). Pada zaman sekarang ini, kekeristenan juga kurang memaknai injil, hal ini dapat dilihat dari keterbukaan hati untuk datang ke gereja beribadah untuk mendengarkan Injil melalui khotbah yang akan disampaikan. Bahkan lebih cendrung menganggap bahwa ibadah itu hanya sekedar formalitas bukan prioritas, artinya beribadah pada hari Minggu di Gereja di lakukan jika tidak ada “acara” atau kesibukan lain (ibadah second priority). Tapi pada nast khotbah ini kita diingatkan bahwa untuk mendengarkan Injil itu sangat penting, seperti Yesus juga datang ke Bait Allah untuk beribadah sekaligus untuk menyampaikan dan mendengarkan Injil.
   Pembahasan/ Refleksi
Yesus adalah Mesias, yang diurapi dan diutus Allah untuk melaksanakan misi penyelamatan Allah (Misi Deo). Dalam Lukas 4:16-21 ini sangat jelas Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai Penyelamat (kabar baik) yang di janjikan /nubuatkan sejak dahulu dalam kitab Yesaya (61:12). Yesus diutus kepada orang-orang miskin, membebaskan orang-orang yang tertawan/ tertindas, serta memberikan penglihatan kepada orang buta (4:18-19). Dalam hal ini kita dapat memaknai dalam dua arti, yaitu secara rohani dan jasmani.
Pada konteks kitab Lukas ini secara rohani memang banyak orang-orang Yahudi yang miskin, tertindas dan buta iman secara rohani. Sehingga Yesus perlu memberitakan kabar baik melalaui pengajaran  dengan tujuan orang-orang Yahudi kembali pada Allah dan melakukan kehendak-Nya. Secara jasmani Yesus juga memberikan makan orang miskin (Mat. 19:21; Mrk 10:21; Luk 18:22), serta mengajarkan pengikutnya untuk memberi makan orang yang sedang kelaparan, dan kepada orang buta Yesus memberikan kesembuhan dengan bisa melihat kembali (Mat. 9:27-31).
          Thema khotbah kita pada minggu ini mengingatkan kita bahwa Injil itu lah yang membebaskan kita. Injil itu adalah Yesus yang dengan kasih setianya membebaskan kita dari setiap pergumulan yang kita alami, baik secara rohani maupun jasmani. Tapi yang menjadi masalah apakah kita sungguh-sungguh mendengarkan Injil itu? Serta dengan hati yang turut iklas mau melakukan segalah yang diperintahkanNya?. Marilah kita mengintropeksi diri kita dalam perenungan, jangan-jangan kita dalam keadaan miskin, tertindas dan buta (rohani & jasmani) akibat ketidak sungguhan kita mendengarkan serta melakukan Injil itu dalam kehidupan kita. Sehingga kita patut lebih sungguh lagi untuk mendengarkan Injil yang dapat Membebaskan kita. Amin

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...