NAMA : Johannes Nababan
Sistem
Pemerintahan dalam Perjanjian Lama
(Israel dan Bangsa
Sekitar)
I.
Pendahuluan
Untuk
menjaga kedaulatan sebuah bangsa atau negara, maka perlu sistem pemerintahan
sebagai upaya mengkelolah, menata dan mengatur negara tersebut. Pada kesempat
kali saya akan mencoba memaparkan bagaimana sistem pemerintahan bangsa Israel
dalam kitab Perjanjian Lama serta bagaimana bangsa tersebut berpolitik praktis
sebagaimana pada umumnya sebuah instansi negara melakukannya. semoga dalam sajian ini dapat menambah wawasan kita
bersama.
II.
Pembahsan
2.1.Sitem pemerintahan
Israel
2.1.1.
Sistem
pemerintahan Teokrasi, Nabi dan
kepala Suku (Hakim).
Teokrasi
merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani, theokratis, artinya “Pemerintahan Tuhan”. Suatu bangsa dibawah
pemerintahan Allah, seperti Israel.[1] Ketika bangsa
Israel di gunung Sinai Allah memberikan
sepuluh perintah sebagai hukum Tuhan untuk dipatuhi oleh bangsa Israel.
Hukum-hukum itu memisahkan bangsa Israel dari bangsa sekitarnya. Dengan
demikian bangsa Israel menganut sistem pemerintahan teokrasi, artinya: suatu
bangsa yang langsung dipimpin oleh Allah. Tuhan sendiri sebenarnya yang
memegang inti-kekuasaan di Israel. Tuhan sendiri yang mempunyai kekuasaan
legislatif, yaitu kekuasaan membuat undang-undang di Israel. [2]
Perjanjian
Sianai (Kel 24), juga merupakan proklamasi politik bagi konfiderasi Israel.
Perjanjian itu menjadi simbol dan pengakuan dasar Israel sebagai suatu kesatuan
agama dan bangsa. Di sana Yahwe diakui sebagai Tuhan, Raja dan Penguasa dan
Israel menjadi Umat-Nya yang dipilih dan di tetapkan Yahwe sendiri. Pelarangan
untuk membuat dan menyembah patung berhala atau bentuk-bentuk simbolisme lain
yang di’tuhan’kan atau disakralkan menjadi ketetapan mutlak. Tidak ada lagi
yang sakral dan patut disembah selain
Yahwe. Kebudayaan dan politik teokrasi menjadi jelas dan sangat tegas dengan
segala konsekuensi yang harus diterima dan dijalani bangsa Israel. [3]
Dalam Perjanjian Lama nabi memiliki peranan paling
penting dalam kehidupan umat Israel. Nabi merupakan suatu jabatan kepada
seseorang yang mengambil tempat utama dan menyolok dalam kehidupan bangsa
Israel. Dalam Perjanjian Lama nabi memiliki dua ciri khas yang
khusus yaitu:
Suatu panggilan dari Allah. Setiap nabi yang dipanggil Allah dan diberi
tugas untuk bernubuat (Yes 6:1-8). Pemanggilan menjadi seorang nabi tidak
berdasarkan keturunan ataupun dilantik kepada jabatan tertentu melinkan
ketentuan langsung dari Tuhan. Sebagai
penyampai firman Tuhan kepada manusia lain. Berita atau firman yang disampaikan
bukan suatu karangan manusia melainkan sesuatu yang diterima dari Allah (bnd.
Yer 23:18).[4] Para nabi tidak bertugas sebagi alat yang pasif, namun
sebaliknya mereka digerakkan secara aktif. Peranan panggilan para nabi juga
sebagai pejuang yang memanggil umat Israel kembali pada prinsip-prinsip yang
menjadi landasan mereka yaitu hukum Allah. Dalam tugas mereka menguraikan makna
perjanjian dan makna iman etis serta menerapkan pada situasi zaman mereka.
Dengan demikian sumbangan mereka kepada perkembangan iman Israel merupakan
sumbangan yang penting sekali.[5]
Karena jumlah umat Israel begitu banyak, tidak memunglinkan seorang nabi bisa
memimpin mereka, maka untuk itu orang Israel membutuhkan hakim. Seorang hakim
adalah pepimpin dari satu suku pada masa perang melawan bangsa sekitar.[6]
Tugas hakim adalah memberikan keputusan yang adil atau jujur dan tidak berat
sebelah (Ul. 1:16; 6:18; 16:18), dan biasanya keputusan yang diminta kepada
seorang hakim harus dalam perkara yang penting (Ul. 17:8-13).
Jangan dikopy bulat2 yah, saya masukkan ini hanya sebagai referensi bagi yang membutuhkannya, semoga tersenya membaca ini :)
Pada
masa hakim-hakim terjadi kekacauan dan kekalahan setelah kematian Yosua,
sehingga Allah membangkitkan hakim-hakim yang fungsinya adalah untuk memimpin,
sebagai penyelamat atau sebagai penglima dalam medan pertempuran.[7]
2.1.2.
Sitem
Pemerintahan Kerajaan Israel Raya
Orang-rang
Israel pada akhirya memilih untuk menjadi subuah negara kerajaan. Pada kisah
awalnya mereka memilih raja untuk melawan bangsa Falistin. Mereka memerlukan
sebuah organisasi kerajaan untuk membentuk meliter yang kuat, terlati dan
berdisplin. Hal itu dikarenakan tidak muda mengumpulkan para suka relawan dari
berbagai suku dalam waktu yang singkat sebelum berperang, sebagaimana yang
dilakukan para Hakim dahulu. Karena itu Israel memerlukan seorang raja yang
dapat memimpin dan membangun suatu angkatan perang yang tetap, kuat dan yang
terlatih untuk berperang. Orang pertama yang dipilih menjadi Israel ialah Saul.
Kisah tentang pemilihan dan pengangkatannya menjadi raja dilaporkan dalam I
Samuel 8:12,. Samuel mengurapi Saul menjadi seorang raja. Kebiasaan mengurapi
seseorang menjadi pejabat kerajaan sudah lebih dahulu dikenal oleh orang-orang
Mesir, terutama dalam pengangkatan seorang pejabat kerajaan di Mesir maupun
Palistina yang bertanggung jawab secara langsung kepada Firaun. Rupanya Samuel
mencontoh kebiasaan tersebut dalam hal mengangkat seorang pemimpin di Israel
yang harus bertanggungjawab langsung kepada Allah.[8]
2.2.Hubungan Politik bangsa
Israel dengan Bangsa Asing
Mulai
abad ke-13 SM dan seterusnya banyak hubungan dagang dan politik terjadi antara
Israel dengan bangsa-bangsa lainnya. Karenanya sejak saat itu, ketergantungan
Israel dalam kebudayaan, sastra, termasuk dalam bahan pendidikan yang
dipergunakan kepada bangsa-bangsa lain tersebut semakin kuat. Dalam perdagangan
internasional, Israel berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan Mesir dan
Mesopotamia. Hal ini disebabkan oleh posisi geografis Palestina, yang terletak
diantara Mesir dan Mesopotamia, sangatlah strategis. Sejarah mencatat bahwa
rute perdagangan internasional yang terutama di Timur Tengah Kuno, dimulai daei
delta Nil, terus menjelajahi padang gurun Sinai, berlanjut ke daerah pentai
Palestina, lalu melewati megido dan padang gurun Israel, menyebrangi sungai
Yordan , kemudian tiba di wilayah Mesopotamia, akhirnya sampai ke daerah
penduduk subur milik Asyur dan Babel. Posisi geografis ini juga membuat Israel
selalu menjadi wilayah lintas bila terjadi ketegangan politik bahan peperangan
di antara Mesir dan Mesopotamia. Kusunya
dalam hal politik, Israel berhubungn terutama dengan 6 bangsa, Yaitu
bangsa Mesir, Kanaan, Babel, Persia, dan Yunani.
2.2.1.
Politik
pada Zaman Raja Saul
Diperkirakan
pada tahun 1020 SM maka Samuel mengurapi Saul menjadi raja Israel yang pertama.
Pada awal pemerintahan raja Saul mula-mula kerajaan Isral berjalan dengan baik,
Saul dengan tentaranya berhasi mengalahkan Falistin, akan tetapi kemenangan
raja Saul tidak begitu lengkap, ia hanya memenangkan perang lokal saja, oleh
sebab itu pada pemerintahan raja Saul banyak terjadi peperangan ataupun
pemberontakan dari orang Falistin untuk membebaskan diri dari kuasa raja Saul
(1 Sam. 14:52). Dan pada akhirnya Saul kalah dan orang Falistin menguasai
Israel (1 Sam 31). Mengenai perkembangan
poltik pada zaman raja Saul ini tidak begitu berkembang,, tidak ada keterangan mengenai
usaha-usaha di bidang administrasi. Hal ini memberikan kesan bahwa pada
pemerintaha raja Saul rupanya begetu penuh dengan peperangan sehingga raja
tidak sempat mengadakan konsilidasi serta pengorganisasian yang baik dalam
tubuh bangsa Israel.[9]
2.2.2.
Politik
pada Zama Raja Daud[10]
Peralihan
kekuasaan dari raja Saul kepada raja Daud
memiliki kisah yang rumit. Diawali dari ketidak taatan Saul kepad Allah
dan ia tidak lagi mendengarkan nasehat dari Samuel. Saul ingin berdiri sendiri
dan bebas bertindak seturut dengan apa yang ia inginkan. Menurut 1 Sam. 20:31
Saul mulai menganggap kedudukannya itu sebagai turun temurun. Tetapi usaha Saul
itu ternyata membawa akibat fatal bagi dirinya sendiri. Mental saul sangat
menurun (1 San 16:14), sehingga ia tidak bisa memjalankan kepemimpinannya
sebagaimana seharunya. Keadaan negatif tersebut memberikan peluang baik bagi
Daud. Kecakapan Daud dalam memimpin militer segera menaikkan kepopulerannya (1
Sam 18:6-9), dan sekaligus membuat Saul curiga kepadanya. Kemudian terjadilah
pertentangan antara Saul dan Daud. Daud melarikan diri ke Gat dan meminta
perlindungan kepada orang Falistin.
Menurut
penulis ini menjadi hubungan politik antara Daud dengan orang Falistin,
pasalnya diketika itu sebagai seorang buronan Daud dapat membentuk kekuatan
militer pribandinya sendiri (1 Sam 22:2; 23:13), bahkan Daud dapat memiliki
sebagian wilayah Yehuda dengan perkawinan yang aneh (1 Sam 25). Kesempatan bai
bagi Daud ketika bangsa Falistin berhasi engalahkan Israel dalam peperrangan di
gunung Gebora, dimana Sal dan Yonatan mati (1 Sam). Daud memamfaatkan
kesempatan tersebut dengan baik. Oleh karena kematian Saul maka Israel tidak
memiliki raja lagi, Penguasa Falistin mentetujui tindakan Daud untuk memerenagi
sisa-sisa kekuasaan Saul. Setelah Daud memngalahkan Abner yang menjadi kepala
staf angkatan perang Saul maka Daud resmi menguasa kembali Israel. Setelah
kemenangan itu, Daud menerima tawaran dari para tetua untuk menjadikan Daud
sebagai raja Israel utara dan timur (2 Sam. 5:1-3).
Dengan
demikan semua pemimpin suku bangsa Israel kembalu bersatu untuk membangun
kembali kerajaan Israel. Hal ini mengejutkan penguasa Falistin, maka ornag
Falistin mulai menyususn kekuatan untuk
melawan Daud, akan tetapi orang Falisti tidak dapat mengalahkan Daud (2 Sam
5:17-25), sebaliknya kekuasaan dan kekuatan Falistin direbut kembali oleh Daud.
Pada masa pemerintahan Daud sebagai raja, bangsa sekitar takjup melihat
kelihaiannya sebagai pemimpin, karena ia banyak merebut kekuasaan dalam
memperluas kerajaanyan, sehingga bangsa
sekatar takut bermusuhan dengan Daud. Sistem organisasi yang dibanung oleh daud
jelas berbeda dari sistem yang dianut oleh raja Saul sebelumnya. Sebagia negara
yangkuat secara politis, maka Israel secara cepat memperkembangkan lembaga-lembaga
yang diperlukan. Daud melatih baik orang Israel dan orang kanaan untuk
menduduki jabatan yang ada. Ia juga mempekerjakan ahli administrasi dari luar
negeri yang lebih berpengalaman, khususnya dari Mesir.
2.2.3.
Politik
Pada Zaman Raja Salomo
Pada
abad 10 SM, raja Salomo membina hubungan dagang dengan Mesir dengan demikian
rangkaian kerja sama politik berjalan dengan baik.[11]
Posisi
kerejaan Israel yang strategis membuat jalan terbuka bagi Israel untuk
memperluas kerajaan. Pengaruh raja Salomo secara tidak langsung membuka
hubungan politik dengan bangsa sekitar mencapai daerah Sungai Efrat timur laut
(1 Raj. 4:24) dan “Sungai Mesir” di barat laut (8:65). Hubungan internasional
dengan penguasa-penguasa kecil di negara sekitar juga dilakukan. Salomo adalah
seorang kaya (I Raj. 4:20-28; 10:14-29). Dia membuat armada kapal-kapal untuk
armada perdagangan di ujung selatan kerajaannya, di Ezion-Geber di laut
terberau, baguan timur dari laut merah (Raj: 26-28). Dia mendatangkan
barang-barang seperti emas dan perak, pakaian, rempah-rempah dan kuda (10:25).
Karena terpesona dengan hikmatnya, Ratu Syeba darih daerah yang jauhnya ratusan
kilometer dari barat daya Jazariah Arab datang mengunjungi dia (10:1-13).[12]
2.2.4.
Hubungan
Politik dengan Bangsa Mesir[13]
Hubungan
antara bangsa Israel dengan Mesir terbilang sedikt. Mesikpun begitu dapat kita
lihat, bahwa Salomo mengawini beberapa puteri raja asing untuk membentuk
aliansi atau sekutu, antara lain dengan putri Firaun raja Mesir (1 Raj. 3:1;
11:1-3). Raja Mesir merebut dareah Gezer dari orang Kanaan, dan memberikannya
kepada Salomo sebagai mas kawin (1 Raj. 9:16). Beberapa kontak lainnya dengan
Mesir desebuktan dalam kitab I dan II Raja-raja, pada pemerintahan Rahbema,
Firaun Sisak menerbu Yehuda dan merampas perbendaharaan Bait Suci (I Raj.
14:25-26). Ada juga pernah Raja Israel berusaha mencari bantuan kepada raja
Isral yang ketika itu Firaun So, yang bijaksana (II Raj. 17:4).
2.2.5.
Hubungan
Politik dengan Bangsa Fenisia
Fenesia
adalah bangsa yang hudup disepanjang pantai timur laut tengah. Ornag Finesia
terkenal karena perniagaanya, dan juga kegemarannya melakukan perjalanan. Dari
situ mereka berkembang menadi pelaut yang ahli serta membangun koloni
perdagangan. Dalam kitab I dan II Raja-raja, hubungan dengan Feneia dibagi
menjadi dua periode: pada zaman Daud dan Salomo. Daud Maupun Salomo menjalin
hubungan baik dengan bangsa ini. Ketika masa pemerintahan raja Salomo raja
Hiram membantu Salomo dalam pembangunan Bait Suci. Sebagai balas budi
Salomo”menyerahkan” dua puluh desa di Galelea Utara kepada Hiram, tampaknya
sebagai pertukaran 120 tlenta emas.[14]
2.2.5.1. Ketegangan Politik
pada Kerajaan Israel
Sejarah
politik Israel pada tahun 922-587 S.M. Merupakan sejarah kemunduran yang pesat.
Periode ini dimulai dengan perpecahan di mana suku-suku Israel Utara memisahkan
diri dari suku-suku Isrrael selatan, sehingga muncul dua kerajaan bersaudara.
Pada tahun 922-915 S.M. raja Rahabeam memerintah kerajaan Israel, menggantikan
Salomo. Suku-suku Israel Utara tidak mau dipimpin oleh orang suku Yehuda, sehinga
mereka memproklamirkan kemerdekaan mereka sendiri. Untuk memimpin Israel Utara
mereka memilih Yerobeam tokoh yang baru kembali dari pengasingan di Mesir,
menjadi raja mereka yang pertama (1 Raja 12:1-20). Mereka menyebut diri dengan
nama kerajaan Israel. Nama itu semula adalah nama untuk seluruh kerajaan Israel
Raya. Sedangkan suku-suku Israel selatan masih setia dengan dinasti Daud.
Mereka kemudia dikenal dengan nama kerajaan Yehuda. Dengan perpecahan itu
tamatlah riwayat kerajaan Israel raya. Kerajaan Israel ternyata lebih luas dan
lebih makmur ketimbang kerajaan Yehuda. Kerajaan Israel meliputi kota-kota
Kanaan yang utama, jalan darat utama yang menghubungkan Mesir, mesopotamia dan
Asia kecil, serta daerah subur kiri kanan sungai Yordan. Sedangkan kerajaan
Yehuda meliputi wilayah yang kecil, terletak di daerah pegunungan, jauh dari
jalan darat utama dan dari sumber kekayaan ekonomi. Lokasi yang demikian
ternyata membawa untung rugi bagi Yehuda. Tidak menguntungkan karena terungguli
oleh kerajaan Israel. Menguntungkan karena sebagai kerajaan yang miskin Yehuda
kurang menarik minat kuasa-kusa lain untuk di invasi, dan karena itu ia sanggup
bertahan hampir dua abad lebih lama ketimbang kerajaan Israel. Sistem
pemerintahan yang dipakai kerajaan Israel pun berbeda dari sistem yeng dipakai
di kerajaan Yehuda. Yehuda tetap seti kepada dinasti Daud, dan selalu
diperintah oleh keturunan Daud.[15]
Akibat dari keteganagn politik tersebut, mengakibatkan bangsa sekitar yang
ingin menjajah Israel menjadi gampang.
Kehancuran kerajaan Israel diperkirakan sekitar tahun 587 SM, bangsa
Babel mengalahkan Yerusalem serta menghancurkan bait Allah. Akibatnya para
pemimpin politik, agama, dan tokoh-tokoh intelektual Israel dibuang ke Babel.
Bangkitnya raja Koresy dari Persialah yang memungkinkan orang Israel pulang.
Tepatnya pada Tahun 550 SM, raja ini menyatukan Media dan Persia, kemudian
mengalahkan bangsa Babel di tahun 539 sM. Kebijakan raja Koresy yang memberikan
kesempatan kepada bangsa jajahn untuk mengatur diri sendiri, melatarbelakangi
keluarnya surat keputusan yang berisih perintah bagi umat Israel untuk kembali
ke kampung halaman di Israel. Dalam periode berikutnya, hubungan politik antara
Israel dan Yunani, diawali oleh bangkitnya Aleksaner, raja Yunani. [16]
III.
Kesimpulan
Sistem
pemerintahan dalam bangsa Israel mengalami pembaharuan dari jaman kejaman.
Diawali dari sistem Teokrasi sampai pada “demokrasi”. Dalam instansi
pemerintahan, politik kerja dipraktekkan dalam masi ini, baik dalam
mentertibkan rakyat, membangun lapangan kerja, ekonomi lokal maupun
internasional (kerja politik dengan negara lain) dan politik memperluas
kerajaan. Sebagaimana pada umumnya yang terjadi dalam dunia perpolitikan, ada
saja orang yang menyalah-gunakan
politik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok yang dapat merugikan banyak
pihak, hal tersebut juga terjadi dalam perpolitikan bangsa Israel pada jaman
dahulu. Saul misalnya, ketika pada masa pemerintahannya ia ingin membuat aturan
supaya yang menjadi penerus pemimpin kerajaan adalah keturunannya sendiri,
padahal yang memilih raja diketika itu adalah Allah melalui nabi-Nya.
IV.
Daftar
Pustaka
Blomendal
J., Perjanjian Lama, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1971
F.
Hinson David, Sejarah Israel pada Zaman
Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
L.
Baker David, Roh dan Kerohanian, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007
Lembaga
Biblika Indonesia, Tafsir Alkitab
Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius, 2006
M.
Howard jr David, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama,
Malang: Gandum Mas, 2002
Manton
M. E. B.A., B.D., A.L.B.C.,Dip.Ed. Kamus
Istilah Teologi, Malang: Gandum Mas, 1995
Rowley
H.H., Ibadat Israel Kuno, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004
Sinulinga
Risnawati, Kitab Asal 1-9 , Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007
Sirat
Saut, Politik Kristen di Indonesia,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
Verkuly. J, Aku Percaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2001
Wahono S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
[3] Saut Sirat, Politik Kristen di
Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 89-99
[6] J. Blomendal, Perjanjian Lama,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 71
[7] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 251
[8] David F. Hinson, Sejarah Israel
pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 114
[9] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009), 130
[10] S. Wismoady Wahono, Disini
Kutemukan,132-135
[11] Risnawati Sinulinga, Kitab Asal
1-9 , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 6
[12] David M. Howard jr, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas, 2002), 254-255
[13] David M. Howard jr, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama,
260
[14]David M. Howard jr, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama,
253-254
[15] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, 141-142
[16] Risnawati Sinulinga, Kitab Asal
1-9 , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 6-8
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^
Kalo di perjanjian baru gimana ka?
ReplyDelete