Wednesday, December 6, 2017

Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah c. Pemilihan nast khotbah d. pengenalan/ pengolahan teks serta Fungsi dan pelaksanaan Hermeneutika

Johannes Nababan

Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah
c. Pemilihan nast khotbah
d. pengenalan/ pengolahan teks serta Fungsi dan pelaksanaan Hermeneutika
I. Pendahuluan
Berkhotbah tidaklah mudah untuk itu perlu kita pahami bagaimana cara berkhotbah yang benar dan cara menyampaikan maksud firman Tuhan yang akan disampaikan yang berdasar pada Alkitab. Pada kesempatan kali ini saya selaku penyaji akan membahas bagaimana langkah-langkah dalam mempersiapkan khotbah, pemilihan nast, pengenalan/pengolahan teks serta fungsi dalam pelaksanaan hermeneutika. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama.Tuhan Yesus memberkati.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Khotbah
Khotbah adalah sebuah proses komunikasi. Dalam hal ini Tuhan sebagai Pencipta dan Penebus secara berlanjut berkomunikasi melalui firman-Nya kepada umat manusia, secara khusus kepada umat yang percaya kepada-Nya. Jadi, kita dapat melihat khotbah sebagai suatu proses komunikasi yang terdiri dari teks Alkitab ( firman Tuhan), sumber berita, pesan, sebagai pusat komunikasi Allah dengan jemaatNya. Suatu hal yang harus diingat oleh seorang pengkhotbah adalah bahwa ia sedang menyampaikan firman Tuhan. Sejauh mereka menyadarinya (peran pengengkhotbah sebagai channel, hal itu akan menjadi sebuah dasar yang sangat baik, yaitu ketika mereka mau berbicara tentang pemahaman mereka akan firman Tuhan. Khotbah lebih sering dipahami sebagai manusia membicarakan sesuatu tentang firman Tuhan dari pada Tuhan yang berbicara tentang sesuatu kepada manusia. Dengan kata lain, pengertian khotbah masa kini sesungguhnya lebih pada penyampaian pemahaman kita (Pengkhotbah tentang Tuhan, bukan tentang Tuhan yang menyampaikan dirinya melalui pengkhotbah). Untuk itu seorang pengkhotbah perlu berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan khotbah demi kepentingan-kepentingan lain yang tidak sesuai dengan maksud Alkitab.[1]
2.2. Pemilihan nast Khotbah
Alkitab sebagai titik acuan dasar khotbah. Dalam hal ini seorang pengkhotbah perlu memilih nast yang akan dikhotbahkan, dalam Alkitab banyak hal yang perlu diperhatikan oleh pengkhotbah dalam pemilihan nast tersebut. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih nast: [2]
a.         nast khotbah harus merupakan gagasan yang utuh bukan sepotong-sepotong, artinya pengkhotbah tidak memilih nast yang berakhir dengan koma tetapi secara keseluruhan merupakan satu gagasan utuh. Pengkhotbah juga perlu hati-hati memilih nast yang terdiri lebih dari satu gagasan, sebaik nya nast itu dipenggal.
b.         Nast khotbah harus merupakan informasi yang penting untuk disampaikan. Memang semua bagian Alkitab penting, tetapi ada yang sangat penting yang kita sampaikan pada waktu dan kondisi tertentu.
c.         Nast khotbah merupakan jawaban atas kebutuhan manusia. Alkitab adalah jawaban dari semua kebutuhan manusia, akan tetapi ada ayat-ayat yang sangat relevan untuk disampaikan sebagai jawaban atas pergumulan jemaat pada saat-saat tertentu.
d.         Nast khotbah harus terjangkau oleh kemampuan pengkhotbah untuk menafsirkannya, jangan memilih nast yang sulit dimengerti
e.         Ketersediaan waktu kita menyelidikinya
Menurut De Jong, ada beberapa cara dalam menetukan nats dalam berkhotbah, yaitu[3]:
1.       Menentukan nats dengan memperhatikan hubungan Kitab Suci dengan konteks sekarang, sehingga khotbah menjawab berbagai pergumulan yang ada.
2.       Penentuan nats Khotbah berdasarkan tahun Gerejawi (Kalender Gerejawi), yang telah disediakan oleh Gereja.
3.       Pemilihan berdasarkan Perikop, dengan demikian jemaat dapat mengerti memahami teks secara keseluruhan
4.       Pemilihan nats bebas
Menurut Jerry Vines dan Jim Shaddix, dasar dalam pemilihan nats Khotbah ada tiga jenis[4], yakni:
1.       Perikop-perikop berdasarkan Almanak, yaitu nats khotbah yang sudah ditentukan sinode suatu Gereja berdasarkan Almanak yang sudah disusun.
2.       Khotbah Deretan ( Lectio Continiua), jenis khotbah yang dengan terus-menerus memakai nats dari satu Kitab saja.
3.       Pemilihan nats bebas, dimana seorang pengkhotbah yang menentukan natsnya sendiri.
2.3. Pengenalan/Pengolahan teks
Pengenalan/pengolahan teks sangat diperlukan dalam mempersiapkan khotbah, karena hal tersebut merupakan suatu upaya untuk lebih memahami nast yang dipilih  oleh pengkhotbah tersebut sehingga pengkhotbah dapat menarik apa yang sesungguhnya disampaikan oleh Alkitab dan membawanya kepada suatu aplikasi pada konteks zaman sekarang.[5]Rancangan kerja untuk persiapan khotbah:[6]
a.                  membaca nast khotbah dengan teliti, jika mungkin dalam bahasa asli; membandingkan beberapa macam terjemahan. Memeriksa skopus nast yang mendahului dan yang mengikuti perikop kita.
b.                  Membandingkan nast-nast yang sejajar atau yang bersangkut-paut dengan perikop khotbah.
c.                  Menentukan jenis-jenis nast kita : cerita, nubuat, perumpamaan, Mazmur, ajaran, teguran.
d.                  Menyelidiki latar belakang perikop khotbah
e.                  Menafsirkan nast khotbah ayat demi ayat sambil mempergunakan buku-buku tafsiran yang ada.
f.                   Mencari skopus perikop kita : apakah tujuan nast khotbah
g.                  Untuk mengerti pokok nast kita dalam terang seluruh Alkitab : memeriksa kamus theologia, membaca fasal yang bersangkutan dalam buku theologi Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, memberikan fasal-fasal dalam buku-buku dogmatika dan etika yang dapat memberi penjelasan untuk nast kita.
h.                  Apakah arti perikop ini untuk jemaat yang akan mendengarkan khotbah kita ?
i.                    Apakah persamaan persoalan masa sekarang dengan masa yang dahulu ketika peristiwa dalam nast kita terjadi ?
j.                   Dapatkah kita belajar sesuatu dari Sejarah Gereja berhubungan dengan nast kita ?
k.                  Contoh atau perumpamaan manakah yang dapat menerangkan arti nast kita pada masakini ?
l.                    Dengan cara bagaimanakah kita berkhotbah tentang nast kita sehingga tiap-tiap pendengar insaf : inilah Injil (kabar kesukaan) Tuhan yang tidak hanya berlaku untuk dunia dan Gereja pada umumnya, melainkan untuk saya pribadi juga ?
2.4. Fungsi dan Pelaksanaan hermeneutika
Hermeneutika berasal berasal dari bahasa Yunani yaitu Hermeneuo.Kata ini diartikan sebagai ungkapan, menyebut, menerangkan ataupun menerjemahkan.Asal kata ini diambil dari seorang dewa Yunani yang bernama Hermes yang berperan sebagai pembawa pesan dewa kepada manusia.[7]Jadi hermeneutika adalah suatu ajaran tentang prinsip-prinsip dan kriteria yang digunakan untuk menafsirkan suatu pernyataan supaya dapat dimengerti dengan benar.Prinsip tersebut sangat diperlukan untuk memahami teks Alkitab agar dapat dimengerti sipembaca.[8]
Hermeneutika dalam  pelaksanaannya didukung dengan berbagai analisis. Analisis-analisis ini sangat penting dalam menjelaskan makna teks, analisis yang dimaksud ialah analisis salinan kuno, analisis introduksi, analisis sejarah dan latar belakang, analisis sastra, analisis arti kata, analisis tata bahasa, serta analisis sosial budaya. Setelah ditafsirkan dengan berbagai analisis pengkhotbah dapat mengumpulkan data yang cukup banyak sehingga ia dapat menemukan benang merah yang dapat menghubungkan bagian satu dengan bagian yang lain. Dengan demikian, si pengkhotbah dapat menyeleksi informasi yang dianggap saling berkaitan.Informasi ini merupakan suatu pembahasan yang dapat menerangkan bagian Alkitab yang telah diselidiki tersebut.Penjelasan ini disusun secara logis dan teratur lalu dituliskan menjadi sebuah tafsiran. Setelah diperbaiki jadilah sebuah tafsiran yang utuh dan jelas, dengan kata lain pengenalan/pengolahan teks tersebut bertujuan untuk memahami pesan Alkitab yang akan disampaikan melalui khotbah, baik dibagian pendahuluan, penjelasan, ataupun bagian penutup khotbah.[9]
III. Kesimpulan
Dalam berkhotbah seorang pengkhotbah perlu memilih nast yang akan dikhotbahkan jika tidak ditentukan oleh Gereja misalnya Almanak. Tentu saja dalam pemilihan nast kothbah seorang pengkhotbah  perlu memahami nast yang akan dikhotbahkannya dan kepada siapa di tujukan, sehingga firman Tuhan yang akan disampaikan sesuai dengan Alkitab. Dan untuk itu seorang pengkhotbah perlu mengelolah teks tersebut atau pun mengkajinya supaya dapat menarik apa yang sesungguhnya disampaikan oleh Alkitab dan membawanya kepada suatu aplikasi pada konteks zaman sekarang.
IV. Daftar Pustaka
Heuken A, EnsiklopediaGereja III,H-J, Jakarta: Yayasan Cipta Lokal Carata, 2004
Jong De, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk, Jakarta:BPK-GM, 2007
Kasmanto Budi, Panggilan Berkhotbah, Yogyakarta: ANDI, 2013
Rothlisberger H, Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998
Sutanto Hasan, Homiletik, Malang:Literatur SAAT, 2007
Tambunan Lukman, Khotbah dan Retorika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010
Vines Jerry dan Jim Shaddix, Homiletika, Kuasa dalam Berkhotbah, Malang:Gandum Mas, 2009



[1] Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 5
[2] Budi Kasmanto, Panggilan Berkhotbah (Yogyakarta: ANDI, 2013),49-50
[3] De Jong, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk,(Jakarta:BPK-GM, 2007), 21
[4]Jerry Vines dan Jim Shaddix, Homiletika, Kuasa dalam Berkhotbah,(Malang:Gandum Mas, 2009), 131-133
[5]De Jong, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk, 21
[6]H.Rothlisberger, Homiletika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998) , 47-49
[7]H.Rothlisberger, Homiletika,41
[8] A.Heuken, EnsiklopediaGereja III,H-J, (Jakarta: Yayasan Cipta Lokal Carata, 2004), 23
[9] Hasan Sutanto,Homiletik, (Malang:Literatur SAAT, 2007),  131

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...