Johannes Nababan
Langkah-langkah
Dalam Mempersiapkan Khotbah
c. Pemilihan
nast khotbah
d. pengenalan/
pengolahan teks serta Fungsi dan pelaksanaan Hermeneutika
I. Pendahuluan
Berkhotbah tidaklah
mudah untuk itu perlu kita pahami bagaimana cara berkhotbah yang benar dan cara
menyampaikan maksud firman Tuhan yang akan disampaikan yang berdasar pada
Alkitab. Pada kesempatan kali ini saya selaku penyaji akan membahas bagaimana
langkah-langkah dalam mempersiapkan khotbah, pemilihan nast,
pengenalan/pengolahan teks serta fungsi dalam pelaksanaan hermeneutika. Semoga
sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama.Tuhan Yesus memberkati.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian
Khotbah
Khotbah adalah
sebuah proses komunikasi. Dalam hal ini Tuhan sebagai Pencipta dan Penebus
secara berlanjut berkomunikasi melalui firman-Nya kepada umat manusia, secara khusus
kepada umat yang percaya kepada-Nya. Jadi, kita dapat melihat khotbah sebagai
suatu proses komunikasi yang terdiri dari teks Alkitab ( firman Tuhan), sumber
berita, pesan, sebagai pusat komunikasi Allah dengan jemaatNya. Suatu hal yang
harus diingat oleh seorang pengkhotbah adalah bahwa ia sedang menyampaikan
firman Tuhan. Sejauh mereka menyadarinya (peran pengengkhotbah sebagai channel,
hal itu akan menjadi sebuah dasar yang sangat baik, yaitu ketika mereka mau
berbicara tentang pemahaman mereka akan firman Tuhan. Khotbah lebih sering
dipahami sebagai manusia membicarakan sesuatu tentang firman Tuhan dari pada
Tuhan yang berbicara tentang sesuatu kepada manusia. Dengan kata lain,
pengertian khotbah masa kini sesungguhnya lebih pada penyampaian pemahaman kita
(Pengkhotbah tentang Tuhan, bukan tentang Tuhan yang menyampaikan dirinya
melalui pengkhotbah). Untuk itu seorang pengkhotbah perlu berhati-hati untuk
tidak menyalahgunakan khotbah demi kepentingan-kepentingan lain yang tidak
sesuai dengan maksud Alkitab.[1]
2.2. Pemilihan
nast Khotbah
Alkitab sebagai titik
acuan dasar khotbah. Dalam hal ini seorang pengkhotbah perlu memilih nast yang
akan dikhotbahkan, dalam Alkitab banyak hal yang perlu diperhatikan oleh
pengkhotbah dalam pemilihan nast tersebut. Berikut adalah hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih nast: [2]
a.
nast
khotbah harus merupakan gagasan yang utuh bukan sepotong-sepotong, artinya
pengkhotbah tidak memilih nast yang berakhir dengan koma tetapi secara
keseluruhan merupakan satu gagasan utuh. Pengkhotbah juga perlu hati-hati
memilih nast yang terdiri lebih dari satu gagasan, sebaik nya nast itu
dipenggal.
b.
Nast
khotbah harus merupakan informasi yang penting untuk disampaikan. Memang semua
bagian Alkitab penting, tetapi ada yang sangat penting yang kita sampaikan pada
waktu dan kondisi tertentu.
c.
Nast
khotbah merupakan jawaban atas kebutuhan manusia. Alkitab adalah jawaban dari
semua kebutuhan manusia, akan tetapi ada ayat-ayat yang sangat relevan untuk
disampaikan sebagai jawaban atas pergumulan jemaat pada saat-saat tertentu.
d.
Nast
khotbah harus terjangkau oleh kemampuan pengkhotbah untuk menafsirkannya,
jangan memilih nast yang sulit dimengerti
e.
Ketersediaan
waktu kita menyelidikinya
Menurut De Jong,
ada beberapa cara dalam menetukan nats dalam berkhotbah, yaitu[3]:
1.
Menentukan
nats dengan memperhatikan hubungan Kitab Suci dengan konteks sekarang, sehingga
khotbah menjawab berbagai pergumulan yang ada.
2.
Penentuan
nats Khotbah berdasarkan tahun Gerejawi (Kalender Gerejawi), yang telah
disediakan oleh Gereja.
3.
Pemilihan
berdasarkan Perikop, dengan demikian jemaat dapat mengerti memahami teks secara
keseluruhan
4.
Pemilihan
nats bebas
Menurut Jerry
Vines dan Jim Shaddix, dasar dalam pemilihan nats Khotbah ada tiga jenis[4],
yakni:
1.
Perikop-perikop
berdasarkan Almanak, yaitu nats khotbah yang sudah ditentukan sinode suatu
Gereja berdasarkan Almanak yang sudah disusun.
2.
Khotbah
Deretan ( Lectio Continiua), jenis khotbah yang dengan terus-menerus memakai
nats dari satu Kitab saja.
3.
Pemilihan
nats bebas, dimana seorang pengkhotbah yang menentukan natsnya sendiri.
2.3.
Pengenalan/Pengolahan teks
Pengenalan/pengolahan
teks sangat diperlukan dalam mempersiapkan khotbah, karena hal tersebut
merupakan suatu upaya untuk lebih memahami nast yang dipilih oleh pengkhotbah tersebut sehingga pengkhotbah
dapat menarik apa yang sesungguhnya disampaikan oleh Alkitab dan membawanya
kepada suatu aplikasi pada konteks zaman sekarang.[5]Rancangan
kerja untuk persiapan khotbah:[6]
a.
membaca
nast khotbah dengan teliti, jika mungkin dalam bahasa asli; membandingkan
beberapa macam terjemahan. Memeriksa skopus nast yang mendahului dan yang
mengikuti perikop kita.
b.
Membandingkan
nast-nast yang sejajar atau yang bersangkut-paut dengan perikop khotbah.
c.
Menentukan
jenis-jenis nast kita : cerita, nubuat, perumpamaan, Mazmur, ajaran, teguran.
d.
Menyelidiki
latar belakang perikop khotbah
e.
Menafsirkan
nast khotbah ayat demi ayat sambil mempergunakan buku-buku tafsiran yang ada.
f.
Mencari
skopus perikop kita : apakah tujuan nast khotbah
g.
Untuk
mengerti pokok nast kita dalam terang seluruh Alkitab : memeriksa kamus
theologia, membaca fasal yang bersangkutan dalam buku theologi Perjanjian Lama
atau Perjanjian Baru, memberikan fasal-fasal dalam buku-buku dogmatika dan
etika yang dapat memberi penjelasan untuk nast kita.
h.
Apakah
arti perikop ini untuk jemaat yang akan mendengarkan khotbah kita ?
i.
Apakah
persamaan persoalan masa sekarang dengan masa yang dahulu ketika peristiwa
dalam nast kita terjadi ?
j.
Dapatkah
kita belajar sesuatu dari Sejarah Gereja berhubungan dengan nast kita ?
k.
Contoh
atau perumpamaan manakah yang dapat menerangkan arti nast kita pada masakini ?
l.
Dengan
cara bagaimanakah kita berkhotbah tentang nast kita sehingga tiap-tiap
pendengar insaf : inilah Injil (kabar kesukaan) Tuhan yang tidak hanya berlaku
untuk dunia dan Gereja pada umumnya, melainkan untuk saya pribadi juga ?
2.4. Fungsi dan
Pelaksanaan hermeneutika
Hermeneutika
berasal berasal dari bahasa Yunani yaitu Hermeneuo.Kata
ini diartikan sebagai ungkapan, menyebut, menerangkan ataupun
menerjemahkan.Asal kata ini diambil dari seorang dewa Yunani yang bernama
Hermes yang berperan sebagai pembawa pesan dewa kepada manusia.[7]Jadi
hermeneutika adalah suatu ajaran tentang prinsip-prinsip dan kriteria yang
digunakan untuk menafsirkan suatu pernyataan supaya dapat dimengerti dengan
benar.Prinsip tersebut sangat diperlukan untuk memahami teks Alkitab agar dapat
dimengerti sipembaca.[8]
Hermeneutika
dalam pelaksanaannya didukung dengan
berbagai analisis. Analisis-analisis ini sangat penting dalam menjelaskan makna
teks, analisis yang dimaksud ialah analisis salinan kuno, analisis introduksi,
analisis sejarah dan latar belakang, analisis sastra, analisis arti kata,
analisis tata bahasa, serta analisis sosial budaya. Setelah ditafsirkan dengan
berbagai analisis pengkhotbah dapat mengumpulkan data yang cukup banyak
sehingga ia dapat menemukan benang merah yang dapat menghubungkan bagian satu
dengan bagian yang lain. Dengan demikian, si pengkhotbah dapat menyeleksi
informasi yang dianggap saling berkaitan.Informasi ini merupakan suatu
pembahasan yang dapat menerangkan bagian Alkitab yang telah diselidiki
tersebut.Penjelasan ini disusun secara logis dan teratur lalu dituliskan
menjadi sebuah tafsiran. Setelah diperbaiki jadilah sebuah tafsiran yang utuh
dan jelas, dengan kata lain pengenalan/pengolahan teks tersebut bertujuan untuk
memahami pesan Alkitab yang akan disampaikan melalui khotbah, baik dibagian
pendahuluan, penjelasan, ataupun bagian penutup khotbah.[9]
III. Kesimpulan
Dalam berkhotbah
seorang pengkhotbah perlu memilih nast yang akan dikhotbahkan jika tidak
ditentukan oleh Gereja misalnya Almanak. Tentu saja dalam pemilihan nast
kothbah seorang pengkhotbah perlu
memahami nast yang akan dikhotbahkannya dan kepada siapa di tujukan, sehingga
firman Tuhan yang akan disampaikan sesuai dengan Alkitab. Dan untuk itu seorang
pengkhotbah perlu mengelolah teks tersebut atau pun mengkajinya supaya dapat
menarik apa yang sesungguhnya disampaikan oleh Alkitab dan membawanya kepada
suatu aplikasi pada konteks zaman sekarang.
IV. Daftar
Pustaka
Heuken
A, EnsiklopediaGereja III,H-J,
Jakarta: Yayasan Cipta Lokal Carata, 2004
Jong
De, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk,
Jakarta:BPK-GM, 2007
Kasmanto
Budi, Panggilan Berkhotbah, Yogyakarta:
ANDI, 2013
Rothlisberger
H, Homiletika, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998
Sutanto
Hasan, Homiletik, Malang:Literatur
SAAT, 2007
Tambunan
Lukman, Khotbah dan Retorika, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010
Vines
Jerry dan Jim Shaddix, Homiletika, Kuasa
dalam Berkhotbah, Malang:Gandum Mas, 2009
[1]
Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010), 5
[2]
Budi Kasmanto, Panggilan Berkhotbah (Yogyakarta:
ANDI, 2013),49-50
[3]
De Jong, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk,(Jakarta:BPK-GM,
2007), 21
[4]Jerry
Vines dan Jim Shaddix, Homiletika, Kuasa
dalam Berkhotbah,(Malang:Gandum Mas, 2009), 131-133
[5]De
Jong, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk,
21
[6]H.Rothlisberger,
Homiletika, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1998) , 47-49
[7]H.Rothlisberger,
Homiletika,41
[8]
A.Heuken, EnsiklopediaGereja III,H-J,
(Jakarta: Yayasan Cipta Lokal Carata, 2004), 23
[9]
Hasan Sutanto,Homiletik,
(Malang:Literatur SAAT, 2007), 131
No comments:
Post a Comment