Johannes Nababan
jangan dicopy bulat2
Tafsiran
Amos 1: 2-8 Dengan Metode Naratif
I.
Pendahuluan
Amos 1: 2-8 menceritakan tentang hukuman terhadap
bangsa. Bangsa-bangsa tersebut berbuat jahat sehingga memperoleh hasil ekonomi
dengan cara penyembahan yang berhala bahkan tidak segan-segan saling berbuat
jahat terhadap sesama mereka, sehingga allah murka tehadap bangsa tersebut.
Disini penafsir akan menafsirkan Amos 1: 2-8 dengan metode Naratif dengan
menggali isi pesan yang akan ditafsir dari ayat tersebut. semoga dapat menambah
wawasan bagi setiap yang membaca.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Metode Naratif
Narasi adalah sebuah cerita yang berbentuk teks.[1]Metode
Naratif merupakan ilmu tafsir yang digunakan untuk menggali dan menyelidiki
unsur-unsur yang membangun dalam cerita teks di Alkitab sehingga penafsir dapat
memahami pesan dari naskah Alkitab.[2]Dalam
konteks metode narasi memperkenalkan suatu pendekatan baru terhadap Alkitab
secara sastra Alkitab sendiri terhadap dari cerita-cerita, baik dari aspek
wacana atau strukturnya.Sehingga dalam suatu teks dalam metode ini adalah
penting mengetahui konteks cerita dalam teks.[3]
2.2.
Tujuan Metode Naratif
Di dalam metode Naratif ini cerita Alkitab yang
diungkapkan dalam sebuah tulisan yang berdasarkan fakta tertentu.Cerita yang
dipaparkan di dalam teks ini sebenarnya sedang menunjukkan kepada suatu “dunia
lain” yang disebut sebagai dunia cerita, yang dimana dijadikan sebuah sarana
ataupun alat yang dipakai penulis untuk mengungkapkan sesuatu yang bukan hanya
sekedar gambaran yang bersifat fiksi belaka, melainkan sebuah gambaran yang di
ambil dari kehidupan sehari-hari.[4]
Adapun
yang menjadi tujuan metode penafsiran Naratif ini sebagai berikut:[5]
a.
Menemukan
makna Firman Allah sebagai karakter dari teks itu sendiri
b.
Membantu
untuk menceritakan makna cerita yang dituliskan dalam Alkitab
c.
Menemukan
pemahaman yang lebih jelas tentang pengertian, prinsip-prinsip dasar,
metode-metode serta perananya dalam sejarah perkembangan.
2.3.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Naratif[6]
a.
Kelebihan
1.
Metode
ini menggabungkan dan menghubungkan pokok cerita (makro) dan cerita-cerita yang
membangunnya (mikro). Sebab dalam narasi bisa saja makna cerita dalam teks
terdapat mikro, apabila itu sendiri.
2.
Metode
ini menggunakan merenkontruksi cerita teks dalam sifat-sifat aktif dan pasif
dalam teks dan menghubungkannya dalam pengertian sebab akibat untuk menemukan
tujuan yang disampaikan.
b.
Kekurangan
1.
Alkitab
itu sendiri dalam cerita kesusasteraan keagamaan memiliki perbedaan konteks
yang besar dalam setiap teks dengan yang lain secara historis.
2.
Metode
penafsiran narasi dengan pendekatannya mirip dengan pendekatan metode
kanonikal yang kurang bersifat historis.
2.4.
Kitab Amos
2.4.1. Pengertian
Kitab Amos
Amos berarti “mengangkat beban” atau “membawa
beban”. Nama yang cocok baginya karena ia selalu memperhatikan beban rakyat dan
memperingatkan mereka agar menjahui cara hidup yang tidak baik.[7]Kitab
Amos adalah kitab ketiga dari kedua belas kitab nabi kecil. Dari segi
kronologis amos sebenarnya menempati urutan pertama diantara nabi-nabi penulis,
teman sezaman Hosea dan Mikha, namun sedikit lebih tua. Namanya berarti
“penanggung beban”.[8]
Kitab Amos sebenarnya tidak memuat sebuah “ceritera pemanggilan” di dalam
pengertian biasa, tetapi penyusun kitab ini menyisipkan di tengah-tengah sebuah
“ceritera nabi” (Am 7: 10-17 di mana kesaksian diri oleh Amos terdengar dengan
jelas. Nabi itu baru saja menerima pengusirannya dari bait suci di Betel, lalu
menangkis dengan pengakuaannya: “Aku ini bukan nabi dan aku tidak termasuk
golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.
Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan
berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umatKu Israel” (Am
7:14-15).[9]
2.4.2. Latar
Belakang Kitab Amos
Pada awal abad ke-8 SM, Tuhan Allah mengambil dan
mengutus dia untuk bernubuat di kerajaan Israel Utara (Am. 7:4-15).[10]Amos
adalah seorang warga kerajaan Yehuda bukanlah warga kerajaan Israel. Dan tempat
kediaman ialah Tekoa, kira-kira 15 Km disebelah selatan Yerusalem di pinggir
padang gurun Yehuda.[11]
Amos adalah seorang peternak domba dan disamping dia juga mengurus kebun ara di
hutan.
Pada
masa itu kerajaan sedang menikmati masa-masa kejayaannya, terutama di bidang
ekonomi, politik dan militer.Akan tetapi ada satu hal yang dilupakan, yaitu
Keadilan Sosial.Karena itu Amos muncul dengan protesnya yang keras sekali
terhadap buruknya keadilan Allah, Amos pergi ke Betel tempat raja Yorebeam II
tinggal. Disanalah dengan berani Amos memberitakan berita keadilan, kebenaran
dan hukum Ilahi karena dosa terhadap umat yang tidak mau mendengarakan apa yang
dikatakan Tuhan terhadap mereka.[12]
Nubuat Amos ini ditujukan kepada keadaan buruk
masyarakat Israel dan Yehuda, yakni bahwa orang-orang miskin
disiksa.Satu-satunya jalan keselamatan untuk Israel dan Yehuda ialah mereka
harus mencari Tuhan, sebab seperti yang tertulis di Amos 5:4 “Carilah Aku, maka
kamu akan hidup”.[13]
2.4.3. Penulisan
dan Waktu Penulisan Kitab Amos
Kitab Amos secara tradisional ditulis pada
pertengahan atau akhir masa pemerintahan Yerobeam II (sekitar 760
SM).Penyelidikan sejarah dalam perhitungan kronologis sudah mendorong tanggal
penulisan nubuat-nubuat Amos lebih dekat ketahun 750-748 SM, saat menjelang
kematian Yorobeam.[14]Amos
bernubuat dua tahun sebelum gempa bumi besar yang merusak beberapa tempat di
Israel termasuk ibukotanya Samaria.[15]
Kejadian gempa bumi yang mendorong Amos untuk mengumumkan pendahuluan kitab
yang menunjukkan bahwa bencana alam itu sebagai penggenapan dari yang
dinubuatkanNya pada Israel dan sebagai penegasan oleh Allah (Amos 2:13, 9:1)
karena itu tampak lebih mudah menerima bahwa Amos menuliskan pernyataan-pernyataan
ini sesudah ia kembali ke tokea dalam perjalanan singkatnya untuk berkhotbah
sekeliling Israel.[16]
2.4.4. Tujuan
Penulisan Kitab
Tujuannya
secara logis dan sangat erat berkaitan dengan nubuat nabi tentang hukuman dan
pembuangan bagi Israel:[17]
a.
Mengingatkan
umat mengenai akibat-akibat ketidaktaatan terhadap perjanjian.
b.
Amos
menyalahkan secara khusus perbuatan-perbuatan ketidakadilan sosial dan
kemunafikan rohani. Dan ditujukan kepada beberapa orang untuk bertobat dari
dosa, dan kemabli kepada norma-norma perilaku yang sesuai dengan
persyaratan-persyaratan Yahweh.
c.
Membesarkan
hati dan menanamkan pengharapan dan sisa-sisa umat yang hidup benar diantara
bangsa itu dengan cara meyakinkan mereka bahwa hukuman Allah bukanlah akhir
dari segalanya Ia akan mengingat perjanjian-Nya dengan Israel dan membaharui
kembali kasih setia-Nya.
2.4.5. Ciri-ciri
Kitab Amos
a.
Kitab
merupakan seruan kenabian untuk keadilan dan kebenaran.
b.
Kitab
ini menunjukkan kesiapan dan kesediaan Allah memaki orang yang takut akan Allah
meskipun mereka tidak memiliki mandate kependetaan untuk memberitakan
amanatNya.
c.
Gaya
yang tegas dan penuh semangat mencerminkan kesetian sang nabi yang kuat dan
kokoh kepada Allah dan standart-standart kebenaranNya bagi umat perjanjian itu.
2.4.6. Struktur
Kitab Amos
A.
Pendahuluan
(1:1-2)
B.
Delapan
ucapan Ilahi atas hukuman bangsa-bangsa (1:3-2:16)
1.
Damsyik
(1:3-5)
2.
Gaja
(1:6-9)
3.
Tirus
(1:9-10)
4.
Edom
(1:11-12)
5.
Amon
(1:13-15)
6.
Moab
(2:1-3)
7.
Yehuda
(2: 4-5)
8.
Israel
(2:6-16)
C.
Tiga
amanat nubuat bagi Israel (3:1,6:14)
1.
Dosa
Israel memastikan hubungannya yang akan datang (3:1-15)
2.
Korupsi
Israel disegala tingkat (4:1-13)
3.
Hukuman
yang adil atas Israel adalah kebinasaan dan pembuangan (5:1-6:14)
Ø
Ratapan
kematian Israel (5:1-3)
Ø
Penolakan
Israel untuk mencari Tuhan (5:4-17)
Ø
Teguran
dan celaka atas Israel (6:1-16)
4.
Lima
penglihatan hukuman tentang dosa (7:1-9:10)
Ø
Penglihatan
tentang belalang yang rakus (7:1-3)
Ø
Penglihatan
tentang api yang menghanguskan (7:4-6)
Ø
Penglihatan
tentang tali sipat (7:7-9)
Ø
Sisipin
Historis : Amazia dan hukumannya (7:10-17)
Ø
Penglihatan
tentang Tuhan yang sedang menghukum (9:1-10).[18]
2.4.7. Tema-tema
Kitab Amos
Pemahaman
seperti ini tampak dalam pemberitaan nabi pasal 1:2-2:5. Pasal-pasal ini
menyatakan bahwa Tuhan akan menghukum bangsa-bangsa lain karena dosa-dosa
mereka. Dengan berita ini nabi Amos menegaskan bahwa semua bangsa berada dalam
control Allah.
b.
Pemilihan
Allah atas Israel
Pilihan
Allah atas bangsa Israel tidak berarti Allah memberikan hak istimewa kepda
bangsa Israel.Pikiran tentang pemilihan Allah merupakan bangsa metaphor yang
melukiskan hubungan khusus umat Israel dengan Allah. Karena ketika umat Israel
melanggar perjanjian Allah, maka Israel juga akan dihukum seperti bangsa-bangsa
lain.[19]
Salah satu tindakan hukuman yang penting adalah kelaparan, bukan lapar akan
roti tetapi mendengarkan firman Allah (Amos 8:11).
c.
Pengertian
Ibadah
Bangsa
Israel pada zaman Amos mempunyai anggapan bahwa ibadah yang bersifat ritul
merupakan cara satu-satunya untuk menyelamatkan Tuhan. Karena itu mereka sangat
bersemangat. Mereka menyangka dengan cara itu mereka sudah berhasil menyenangkan
hati Tuhan. Bangsa Israel beranggapan bahwa Tuhan dapat disuap dengan
persembahan yang melimpah.Amos mempunyai pandangan bahwa pemahaman keagamaan
yang berkembang dalam masyarakat itu adalah kesalahan besar, sebab ibadah yang
sebenarnya ialah menyatukan ibadah yang bersifat ritual dengan tingkah laku
umat setiap harinya.
d.
Keadilan
dan Kebenaran
Pokok
teologi keadilan dan kebenaran merupakan inti pemberitaan Amos.Karena
pemberitaan Amos dilatar belakangi oleh memuncaknya sikap hidup korupsi di
Israel.Dalam hal ini ada kepincangan sosial, yang kaya dan yang berkuasa
semakin kaya, yang miskin dan yang lemah semakin miskin dan lemah.Didunia
peradilan terjadi penyuapan, yang benar disalahkan, dan yang salah dibenarkan
karena uang.Inti pemberitaan adalah tegakkan, singkirkan penyalahgunaan
kekuasaan dan hapuskan kekejaman dan kekaliman.Amos menghendaki agar
solidaritas kemanusiaan diantara bangsa Israel sebagai bangsa perjanjian harus
dihidupkan kembali.[20]
2.5.
Langkah-langkah Penafsiran
Naratif
2.5.1. Analisa
Intertekstual
Langkah
pertama yang perlu dilakukan dalam melaksanakan exsegese narasi adalah
membatasi suatu teks yang akan ditafsirkan. Pembatasan ini bisa dilakukan pada
dasar tempat, waktu, tokoh atau tema cerita, dll.Namun didalam exegese narasi
pembatasan ini bukan berarti terputusnya hubungan antara cerita teks dengan
teks sesudah dan sebelumnya atau teks yang lainnya.Karena salah satu ciri khas
dari exsegese narasi adalah menjunjung tinggi adanya kesatuan cerita dalam
Alkitab.Dari kesatuan ini muncul dua konteks dalam narasi yaitu konteks mikro
dan makro.[21]
1.
Konteks Mikro
kitab
Amos menceritakan tentang kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang dikota
Damsyik yang terlihat dalam Amos 1: 3-6. Dalam hal ini bangsa-bangsa telah
melakukan perbuatan jahat dengan cara melanggar semua perintah Tuhan,
peringatan terhadap kota Damsyik sudah sering diingatkan oleh Allah tetapi
mereka mengindahkan itu semua. Sama halnya dengan Yesaya 24: 6 disini mengatakan
tentang nubuat akhir zaman. Tuhan Allah menghancurkan semua bumi dan kota-kota
yang ada disitu akan hangus dan lenyap dan penduduk mendapat hukuman semua
karena mereka melanggar suatu perintah amat yang di sampaikan kepada mereka.
2.
Konteks Makro
Pada
konteks makro yang terdapat Amos 1:2-8 disini bahwa Allah marah atas bangsa
pilihannya seperti yang terdapat di Amos 2:1-16.Bahwasanya bangsa pilihannya
tidak taat lagi terahadap perintah Allah.Dan Amos disini untuk memberitakan
Firman Allah supaya mereka sadar bahwa Allah lah Sang Pencipta.
2.5.2. latar/ Setting
a. Tempat
Adapun
tempat yang terdapat dalam tafsiran Amos 1:2-8 ini adalah dikota-kota yang ada
di Israel dan di Yehuda.
b. Alur/Plot
Alurnya
adalah Alur cerita karena bagian-bagian narasi yang saling berhubungan satu
sama lain. Hal ini menyangkut hukuman Allah atas bangsa-bangsa yang ada di
Israel dan di Yehuda.
d.
Tokoh
Dalam
tafsiran Amos 1:2-8 tokohnya ialah Amos. KarenaAmos disini sedang memberitakan
firman Allah kepada bangsa Yahudi dan Israel.
e.
Gaya Bahasa
Bentuk
gaya narasi dan penulisan adalah gaya penekanan. Gaya penekanan ini bisa dalam
bentuk kalimat atau perbuatan yang ada didalam teks.Bentuk penekanan ini
bertujuan untuk supaya pembaca dapat mengerti arti makna yang disampaikan
dengan perkataan Tuhan atas hukuman yang diberikan kepada mereka.
2.6.
Tafsiran Implisit
Dalam
Amos 1: 2-8 menceritakan tentang hukuman atas bangsa-bangsa yang ada di Israel
dan di Yehuda dikarenakan bangsa tersebut mengalami pemberontak didalam Tuhan.
Maksudnya disini Tuhan ingin merubah semua bangsa yang ada dikota tersebut
supaya mereka tidak menyimpang terhadap jalan Tuhan.
2.7.2. Kritik
Apparatus
Ayat 5a-a :
DalamTeks Masora ditemukan kata “וְשׇֽׁבַרְתּׅי
בְּרׅ֣יחַ ךַּמֶּ֔שֶׂק” yang artinya “Mematahkan memalangi pintu”. Dalam Kritik
Apparatus barangkali dipindahkanlah kata belakang dengan kata “מבית עדן” yang artinya “Dari Bet-Eden”.
Keputusan :Penafsir menerima Kritik
Apparatus dikarenakan para ahli penafsir menemukan arti yang sesungguhnya yang
akan ditafsir.
Ayat 8a :
Dalam
teks masora ditemukan kata “אֲךׄנׇֽי” yang
artinya “kita tidak sendiri”. Dalam Kritik Apparatus tidak terdapat dalam teks
Yunani asli barangkali dicoret, dikarenakan terjemahan para ahli menemukan kata
dalam teks masora memperkabur teks tersebut.
Keputusan :Penafsir menolak Kritik
Apparatus, dikarenakan tidak ada teks para ahli yang mendukung atau mengkritik
dari teks tersebut atau barangkali dicoret.
2.7.3. Terjemahan
Akhir
Ayat
2 : berkatalah ia: “Tuhan mengaum dari Sion dan dari Yerusalem Ia
memperdengarkan suara-Nya; keringlah padang-padang pengembalaan dan layulah
puncak gunung Karmel”.
Ayat
3 : Beginilah firman Tuhan: “karena tiga perbuatan jahat Damsyik, bahkan empat,
Aku tidak menarik kembali keputusan-Ku: oleh karena mereka telah mengirik
Gilead dengan eretan pengirik dari besi,
Ayat
4 : Aku akan melepaskan api kedalam istana Hazael, sehingga puri Benhadad
dimakan habis;
Ayat
5 :Dari Bet-EdenAku akan mematahkan
memalangi pintu Damsyik dan melenyapkan penduduk dari Bikeat-Awen serta
pemegang tongkat kerajaan; dan rakyat Aram harus pergi sebagai orang buangan ke
Kir,” firman TUHAN.
Ayat
6 :Beginilah firman TUHAN: “Karena tiga perbuatan jahat Gaza, bahkan empat, Aku
tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: oleh karena mereka telah mengangkut ke
dalam pembuangan suatu bangsa seluruhnya, untuk diserahkan kepada Edom,
Ayat
7 : aku akan melepas api ke dalam tembok Gaza, sehingga purinya dimakan habis;
Ayat
8 : Aku akan melenyapkan penduduk dari Asdod dan pemegang tongkat kerajaan dari
Askelon; aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan Ekron, sehingga binasalah
sisa-sisa orang Filistin,” firman Tuhan ALLAH.
2.8.
Tafsiran
Amos
adalah seorang pekerja sebagai peternak domba dari Tekoa.Dalam kerajaan yang
ada di Yehuda yaitu Uzia dan raja Israel yaitu Yerobeam anak Yoas.Kerajaan
Israel dan Yehuda saling menganggarkan harta kekayaan mereka, dikarenakan apa
yang dibuat dalam kedua kerajaan yang ada disitu dalam mengambil kekayaan
adalah dalam pemujaan berhala. Mereka memperoleh kekayaan nya lewat penyembahan
berhala.Tetapi Uzia mungkin dipengaruhi oleh
Yerobeam, raja Israel.Yerobeam memerintah kira-kira empat puluh tahun (793-753
SM) dan amat sangat, sukses.Pengaruhnya jauh melebihi pengaruh Uzia hampir
dalam segala bidang.Dalam kepemimpinannya di bidang agama, Yerobeam, dengan
sengaja mendorong praktik-praktik pemujaan dewa kesuburan.Ia tidak meninggalkan
pemujaan terhadap Yehovah, tetapi menjadikannya berhala dengan menambahkan
dengan tiang-tiang pemujaan, patung-patung dan terafim. Kehidupan sosial bangsa
itu ditandai dengan perzinaan, perampokan, dan pembunuhan.Kemewahan orang-orang
kaya dibangun di atas ketidakadilan dan penindasan terhadap orang-orang miskin.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa Amos bernubuat sekitar 760 SM. Zaman Amos
merupakan suatu masa keamanan politik bagi Israel, yang dicerminkan dalam
kesombongan dan kesembronoan golongan yang berkuasa. Peperangan dengan Siria
telah berakhir dengan kemenangan
Israel.Yerobeam “mengembalikan daerah Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba”.Sikap sembrono ini
merupakan ciri dari tahun-tahun akhir pemerintahan Yerobeam, bukan tahun-tahun
awalnya.Ancaman kekuasaan Asyur di bawah Tiglat-pileser III (745-727 SM) belum muncul.
Kehidupan Amos. Amos adalah penduduk asli Tekoa, yang
terletak di padang gurun Yehuda, dua belas mil sebelah selatan Yerusalem. Ia
adalah seorang gembala, yang menambah penghasilannya dengan memungut buah ara
hutan. Panggilan Allah datang kepadanya ketika ia sedang menggembalakan kawanan
ternaknya. Pengakuannya bahwa Tuhan memanggilnya secara langsung membuat dia dapat disejajarkan dengan semua
nabi yang mengalami penyataan langsung dari Allah. Meskipun Amos berasal dari
Yehuda, ia bernubuat di Kerajaan Utara. Meskipun demikian, pemberitaannya
membangkitkan antagonisme atau pertentangan sedemikian rupa sehingga ia kembali
ke Yehuda, tempat ia melakukan pemberitaannya secara tertulis.
Pemberitaan
Amos. Proklamasi
besar pada awal nubuat ini menetapkan nada dari pemberitaan Amos. Suara Tuhan,
seperti auman singa, akan terdengar dalam penghakiman dari Sion. Sang nabi
menunjukkan rusaknya rohani di bawah formalisme agama dan kekayaan materi masa
itu.Ia mengritik keras para pemimpin karena memburuknya keadilan sosial dan
moralitas serta menunjukkan pengabaian total mereka terhadap hak-hak azasi dan
kepribadian manusia. Ia menandaskan bahwa umat Allah harus mencari Tuhan dan
bertobat serta menegakkan keadilan, jikalau mereka ingin tetap hidup. Tetapi
karena orang-orang Israel tidak mau bertobat, maka bagi mereka hanya ada
penghancuran. Hari Tuhan akan merupakan, penegasan tentang berbagai tuntutan
sifat moral Allah terhadap orang-orang yang telah menolak Dia. Kalau ini
disadari, kemuliaan kerajaan Daud yang telah dijanjikan akan didirikan; dan
hari itu tak dapat dielakkan. Pemberitaan Amos sebagian besar adalah “teriakan
meminta keadilan”.Firman Tuhan menjunjung tinggi sikap kasih persaudaraan,
rekonsiliasi.Perlu menyadari bahwa bangsa kita hancur, karena tindakan dehumanisasi
berkepanjangan. Beberapa hal penting dapat wujudkan apabila ingin bangkit dari
keterpurukkan bangsa itu, Tuhan mengembalikan semangat kasih persaudaraan,
Tuhan akan menghapuskan segala bentuk dan sikap mengotak-kotakkan bangsa hanya
karena doktrin, seluruh komponen bangsa harus secara bersama memperjuangkan dan
menghargai kehidupan.
III.
Refleksi Teologi
Kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel memperoleh
kekayaan dengan suatu penyembahan berhala.Dikerajaan tersebut memiliki tujuan
memperoleh kehidupan ekonominya dengan mendapatkan berkat dari ilah-ilah,
apapun yang dikerjakan oleh kerajaan tersebut suatu tindakan yang mencelah
terhadap Tuhan.Amos disini tugasnya untuk mengajarkan bangsa-bangsa yang ada
disitu, walaupun dia seorang peternak domba dari Tekoa dia seorang yang
bijaksana dalam mengambil keputusan. Tuhan menghancurkan kota-kota yang ada
disitu yaitu Damsyik, istana Hazael dan kerajaan, Gaza, Edom, Penduduk dari Asdod, kerajaan
dari Askelon, Filistin, Bet Eden, karena mereka mengabdi pada pemikirin
tersendiri sehingga Allah melenyapkan orang-orang yang ingin menghancurkan dan
mengajak orang-orang untuk berbuat kejahatan. Dalam ayat Imamat 26: 21
dikatakan disini kutukan terhadap bangsa Israel sama halnya dengan hukuman
terhadap orang-orang yang ada dikerajaan Yehuda dan Israel. Siapa yang
menentang Allah akan menambah hukuman terhadap yang melanggarnya bahkan sampai
tujuh kali lipat setimpal dengan dosanya. Artinya disini hidup dalam
keberdosaan suatu perbuatan yang maksiat.
Dalam hal ini penafsir dapat mengambil sebuah
refleksi pada konteks zaman sekarang, dimana masih ada sekarang yang menganut
kepercayaan terhadap patung-patung.Pencarian harta dapat diperoleh dari
penyembahan patung-patung itu.Disini Allah murka terhadap kita umat manusia
untuk memusnahkan orang-orang yang berbuat jahat.Kenapa ada dikatakan adanya
akhir zaman?Dikarenakan umat manusia sudah menghilang dari ajaran Allah.Apa
yang tidak pantas dikerjakan manusia itu pula yang dikerjakan manusia itu pula
sehingga sering Tuhan mendatangkan mala petaka seperti Tsunami, Gempa Bumi,
Tanah Longsor. Kita dikota Aceh sering Tuhan murka terhadap orang-orang disitu,
dikarenakan mereka berbuat jahat terhadap sesama mereka, tempat peribadahan pun
sering menjadi acuan peperangan sehingga tempat peribadahan itupun dibakar
habis.Sering terjadi juga tempat penyimpanan narkoba dikota tersebut. Mereka
seperti tidak mempunyai kepercayaan terhadap Tuhan lagi, seperti ada perkataan
siapa yang kuat dialah yang berkuasa dan siapa yang lemah dia akan disingkirkan.
Dari sini Allah tidak menginginkan hal-hal seperti itu, yang Allah inginkan
supaya orang-orang yang ada disitu saling mengasihi terhadap sesame dan saling
memperdulikan.
IV.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penafsir dapat
menyimpulkan kerajaan Yehuda dan Israel yang melatar belakangi dengan
memperoleh hasil ekonomi dari ilah-ilah yang mereka sembah. Kota-kota yang ada
didaerah tersebut Tuhan akan melenyapkan orang-orang yang berbuat dosa sehingga
apapun yang dilakukan orang-orang Yehuda dan Israel suatu perbuatan yang jahat.
Amos merupakan nabi yang dipilih Allah untuk menyadarkan bangsa Yehuda dan
bangsa Israel.Oleh karena itu karena bangsa Yehuda dan Israel tidak
mendengarkan perkataan Amos Tuhan Allah pun murka terhadap bangsa tersebut dan
menghabiskan orang-orang yang ada disitu.
V.
Daftar Pustaka
Baker,David
L. Mari Mengenal Perjanjian Lama,
Jakarta: Gunung Mulia,2002
Bakker,F.L.
Sejarah kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Barth,
C Theologi Perjanjian Lama, Jakarta:
Gunung Mulia, 2005
Berlin,
Adele Poetics and Interpretation of
Biblical Narative, Sheffield: the Almond Press, 1998
Blankenbaker,
Frances Inti Alkitab Untuk Para Pemula,
Jakarta: BPK-GM, 2007
Boland,
B.J.KitabAmos Tafsiran, Jakarta:
Gunung Mulia, 1997
E.G.
Singgih, Apa dan Mengapa Exsegese Narasi,
Yogyakarta: Duta Wacana,1993
Hill,
Andrew E. &Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas,2008
J.
Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian
Lama, Jakarta: Gunung Mulia, 1991
Ludji,
Barnabas Pemahaman Dasar Perjanjian Lama
2, Bandung: Bina Media Informasi, 2009
Marpaung,
Halomoan Penuntun Memahami Alkitab,
Medan:pers. Stella Perinting,2014
Saragih,
Agus Jetron, Eksegese Naratif, Medan:
P3M STTAbdi Sabda, 2006
Sitompul,
A.A, Metode Penafsiran Alkitab,
Jakarta:BPK-GM, 2002
[1]
A.A. Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab,
(Jakarta:BPK-GM, 2002), 302
[2]
Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif,
(Medan: P3M STTAbdi Sabda, 2006), 6-8
[3]
E.G. Singgih, Apa dan Mengapa Exsegese
Narasi, (Yogyakarta: Duta Wacana,1993), 14
[4]Adele
Berlin, Poetics and Interpretation of
Biblical Narative, (Sheffield: the Almond Press, 1998), 134.
[5]
Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif,
6-8
[6]
Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif, 24
[7]
Frances Blankenbaker, Inti Alkitab Untuk
Para Pemula, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 181
[8]
Andrew E.Hill &Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,2008), 609
[9]
C. Barth, Theologi Perjanjian Lama,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2005), 15
[10]
David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian
Lama, (Jakarta: Gunung Mulia,2002), 121
[11]
B.J.Boland, KitabAmos Tafsiran,
(Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 2-3
[12]
J. Blommendaal, Pengantar Kepada
Perjanjian Lama, (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), 129-130
[13]
F.L. Bakker, Sejarah kerajaan Allah 1
Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 654-655
[14]
Andrew E.Hill &Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, 610
[15]
Halomoan Marpaung, Penuntun Memahami
Alkitab, (Medan:pers. Stella Perinting,2014), 145
[16]
Andrew E.Hill &Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, 609
[17]
Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lama, 613
[18]
Halomoan Marpaung, Penuntun Memahami
Alkitab, 148
[19]
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar
Perjanjian Lama 2, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 51-54
[20] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, 56-58
[21]
Agus Jetron Saragih, Exsegese Narativ,
35