Integritas
Daniel
Jangan Di copy Bulat2, belajar coy.. hehehehe
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pelantikan pemimpin bangsa Indonesia yang ke-7 yaitu, Joko Widodo sebagai Presiden
dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden pada tanggal 20 Oktober 2014 sekitar 4
bulan yang lalu, sungguh menjadi salah satu catatan sejarah baru bagi bangsa
inonesia, kemenangan Jokowi-JK setelah mengalahkan rivalnya Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa pada pesta demokrasi pemilihan presiden. Masyarakat
menaruh besar harapan pada Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih
periode 2014-2019, rakyat menginginkan presiden yang berintegritas, mampu
membawa perubahan, menjadi pemimpin yang tidak gila dengan harta kekayaan serta
menjadi tauladan yang baik bagi seluruh bangsa Indonesia. Harapan seperti ini
dianggap sangat wajar sekali mengingat negeri kita sedang marak dengan kasus
korupsi yang diungkap yang melibatkan baik pengusaha, pegawai negeri sipil
bahkan para pemimpin bangsa, anggota DPR, menteri, jaksa, gubernur, walikota,
bupati banyak yang dijebloskan ke dalam penjara. Semua peristiwa ini ada
kaitannya dengan integritas, bangsa ini terus mendambakan para pemimpin yang
integritasnya tidak diragukan untuk mengantar bangsa ini menuju kehidupan yang
lebih adil dan sejahtera sebagaimana cita-cita bapak bangsa.
Krisis integritas dewasa ini menjadi masalah besar
dalam dinamika kehidupan manusia. Sangat sulit mencari orang yang percaya diri,transparan
benar, jujur, setia, tulus hati dan bertanggung jawab. Demikian juga sangat
sulit mencari orang yang benar-benar punya komitmen terhadap nilai-nilai
ideal-universal. Hal ini semakin menjadi-jadi, jika orang yang hendak dicari
adalah pemimpin yang punya integritas dan komitmen. Ditengah sulitnya
mencari orang yang berintegritas sekaligus berkomitmen, bukan berarti dua hal
tersebut tidak dibutuhkan lagi. Justru muncul semacam paradoks, semakin sulit
untuk dicari namun integritas dan komitmen semakin dibutuhkan.
Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak
segi di mana hal ini dapat dipandang dari berbagai sudut pandang, baik dari
segi cara pangangkatan, keresmian kedudukannya, kemampuannya, dan gaya
pelaksanaan kepemimpinannya.[1]
Jonathan Parapak seorang cendekiawan Kristen dan
pendiri Perkantas dalam kata pengantarnya pada buku Integritas : Memimpin di
bawah pengamatan Tuhan yang ditulis oleh Jonathan Lamb mengatakan bahwa lebih
memprihatinkan lagi berkembangnya masalah perpecahan dan bentrokan dalam
berbagai institusi kristiani bahkan di gereja yang disebabkan masalah korupsi
dan integritas para pejabatnya. Mungkin kita cenderung melihat integritas hanya
dari sudut pandang korupsi uang, namun kita lupa bahwa integritas sangat
terkait dengan seluruh aspek kehidupan.[2]
Integritas adalah modal utama semua orang, namun
sekaligus modal yang paling jarang dimiliki olehnya. Inilah tragedi terbesar dalam
kepemimpinan. Peneliti kepemimpinan James Kouzes dan Barry Posner dalam buku
mereka berjudul Credibility : How Leaders
Gain and Lose It, Why People Demand It melaporkan hasil riset mereka selama
ampir 20 tahun dari survey terhadap ribuan kaum profesional dari empat benua
bahwa karakteristik nomor satu yang paling kritis bagi seorang pemimpin adalah
integritas. [3]
Di millenium ketiga ini, kebutuhan akan pemimpin
sejati semakin nyata. Sebagai masyarakat dunia, bangsa, juga komunitas yang
lebih terbatas, kita sampai pada tahap pendakian yang penuh risiko. Pemimpin
yang tidak visioner, berintegritas tinggi, serta cerdas dapat mencelakakan
mereka yang dipimpinnya, bahkan juga kalangan lain.[4]
John Stott berpendapat bahwa integritas,
konsistensi, ketulusan, transparansi, keutentikan dan keandalan, betapa
mengagumkanya rangkaian kebaikan dari sifat-sifat moral kristiani ini.
Sayangnya tidak selalu sifat-sifat ini mencirikan kehidupan umat Allah. Lebih
jauh beliau mengatakan integritas adalah ciri orang-orang yang terintegrasi
secara selaras, yang di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara kehidupan
pribadi dan kehidupan di muka umum, antara yang disaksikan dan yang diterapkan,
antara yang diucapkan dan yang dilakukan. Integritas merupkan ciri esensial
dari seorang pemimpin dan yang terpenting dari para penginjil.[5]
Arti integritas telah mengalami erosi. Bagi sebagian
besar orang dari berbagai bangsa di dunia ini, kata integritas menimbulkan
gagasan pura-pura suci dan pikiran jahat apalagi di dunia ekonomi, bisnis dan
politik. Dewasa ini di era modern norma-norma dasar dari integritas bisa
dihancurkan dalam sekejap mata.norma-norma yang mempunyai arti penting yang
abadi. Billy Graham berkata, “Integritas adalah lem yang merekatkan cara hidup
kita menjadi satu. Kita harus terus-menerus berjuang untuk menjaga agar
integritas kita tetap utuh”. Ketika kekayaan hilang, tidak ada apa pun yang
hilang; ketika kesehatan hilang, sesuatu hilang; ketika watak hilang,
segala-galanya hilang.[6]
Tidak mengherankan bila banyak media memberitakan
tidak hanya mengenai para politikus yang berjatuhan, tetapi juga para pendeta
yang menggelapkan dana gereja atau yang berselingkuh dengan perempuan-perempuan
yang bekerja di gereja. Kisah-kisah seperti ini sangat laris terjual karena
merupakan contoh kemunafikan yang terang-terangan. Memang ada sedikit sensasi
disana, tetapi kita bisa memahami reaksi orang awam yang menyadari kemunafikan
para pemimpin mereka, khususnya yang berasal dari kalangan gereja atau
politikus yang merasa berhak menuntut orang lain bagaimana seharusnya
berperilaku. Kita sudah menjadi terlalu biasa melihat korban yang berjatuhan
dari kalangan petinggi gereja. Kita pun menjadi khawatir cara hidup kita akan
menyiratkan pertentangan dengan apa yang kita khotbahkan. Betapa banyak
kehancuran yang disebabkan oleh kesenjangan antara ajaran dan perilaku para
pendeta maupun para pemimpin yang berseru kepada orang lain supaya hidup
menurut standar Allah, namun mereka sendiri munafik. Sungguh mereka telah
mencemarkan reputasi gereja.[7]
Integritas adalah antiskripsi bagi semangat zaman
kita sekarang. Falsafah hidup yang jauh jangkauannya yang membimbing budaya
kita berputar disekeliling mentalitas yang materialistis dan konsumerisme.
Dewasa ini kita banyak menyaksikan kesenjangan
kredibilitas yang terjadi dalam kehidupan bergereja. Pentingnya kehidupan yang
berintegritas muncul dari kenyataan bahwa kita dipanggil oleh Allah yang setia.
Watak Allah dicirikan oleh kasih yang tidak berkesudahan dan selalu setia,
penuh rahmat dan kebenaran, kasih dan terang. Jika kita belajar untuk
mengenal-Nya, maka kita terpanggil untuk mewujudkan sifat-sifat tersebut,
menjalani hidup yang berpadanan dengan panggilan ini, serta hidup sesuai dengan
watak Allah.
Kepemimpinan seorang
hamba Tuhan didasarkan atas pesimis utama, yaitu Allah yang oleh kehendak-Nya
yang berdaulat telah menetapkan dan memilih setiap hamba Tuhan kepada pelayanan
memimpin. Pesimis ini ditegaskan oleh J. Robert Clinton yang mengatakan, "Hamba
Tuhan adalah seseorang yang dipanggil Allah sebagai pelayan, yang ditandai oleh
kapasitas melayani, tanggung jawab pemberian Allah untuk membawa suatu kelompok
umat Allah (gereja), mencapai tujuan-Nya bagi, serta melalui kelompok ini"
(Clinton 1989:36).
Apa yang diungkapkan
oleh Clinton di atas memiliki beberapa implikasi penting yang harus dicermati,
antara lain: Pertama, panggilan Allah
kepada seseorang untuk menjadi hamba Tuhan adalah bersifat mutlak (Yoh 3:27)
di mana panggilan Allah merupakan dasar kepemimpinan seorang hamba Tuhan.
Karena Allah memanggil, maka mereka yang terpanggil menemukan diri terpanggil
kepada tugas melayani. Panggilan Allah ini adalah panggilan khusus, di mana Ia
oleh rahmat-Nya memanggil seseorang menjadi hamba Tuhan, yang diawali dengan
panggilan pembebasan kepada keselamatan-Nya (Band: Yoh 15:16;
10:28, 29; Rm 12:8; Ef 4:11-16; Kel 18:17-21;
dan Kis 6:1-7).
Panggilan keselamatan
dari Allah yang membebaskan dari dosa adalah dasar bagi integritas diri seorang
hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan disebut baik, setia jujur, rajin, tahan uji,
mempunyai mental, bermoral, beretika, terpuji, dan sebagainya bukan karena ia
memang baik, tetapi karena ia adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh
Kristus. Seorang berdosa menjadi positif, karena ia tertebus oleh Kristus dari
dosa dan diampuni di mana pertobatan adalah wahana ia mengalami pengampunan
dari Allah yang menjadikannya manusia baru dengan hidup dan sikap serta
pengalaman yang positif" (2 Kor 5:17; Ef 2:6-11; 1 Yoh 1:9).
Panggilan kepada keselamatan ini memberi dasar bagi integritas dan kredibilitas
diri hamba Tuhan. Dengan integritas dan kredibilitas yang tinggi, maka hidup
rohani, etis, dan moral hamba Tuhan akan menampakkan karakter yang agung di
mana ia dapat disebut sebagai Christ Like
Leader. Kedua, Panggilan Allah
atas pemimpin ini merupakan dasar kekuatan rohani hamba Tuhan, di mana kekuatan
rohani ini merupakan dinamika bagi integritas dan kredibilitas dirinya sebagai hamba
Tuhan. Dalam perspektif Ibr 13:7, 17,
pelayan seperti ini adalah model dan hamba
Tuhan bertanggung jawab yang dapat dipanuti karena ia dengan rendah hati
menghidupi dan mempertahankan iman yang murni dan melaksanakan tugas pelayanannya
dengan penuh tanggung jawab. Sebagai hamba Tuhan, ia dianggap kompeten dalam
bidang hidup rohani, karena kuasa penebusan Kristus oleh Roh Kudus yang
mengerjakan di dalam dirinya dinamika rohani yang mendewasakannya menjadi pelayan
rohani yang handal. Pada sisi lain, sebagai hamba Tuhan bertanggung jawab, ia
akan terbukti kompeten dengan kinerja yang membawa kebaikan bagi semua pihak
dalam pelayanannya.
Merujuk kepada
kebenaran yang disinggung di atas, dapatlah ditegaskan di sini bahwa dengan
integritas dan kredibilitas diri yang tinggi dari seorang hamba Tuhan, ia dapat
mencerminkan kehidupan etis dan moral yang tinggi yang bermuara kepada karakter
tinggi. Karakter rohani seperti ini memiliki aroma yang kuat, yang dalam kaitan
sosialnya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan etis dan moral umat
Allah dengan pengaruh positif. Dengan demikian, hamba Tuhan yang memiliki
integritas seperti ini akan menemukan bahwa dalam kinerja pelayanannya oleh
pengasihan Allah ia dapat mewujudkan pengaruh positif yang akan meneguhkan
jemaat yang dipimpinnya dengan kehidupan etis dan moral yang bertanggung jawab,
sehingga ia disebut kredibel. Pada sisi lain, ia dan jemaat Kristen yang dilayaninya
dapat menjadi sumber pengaman yang dengan kekuatan positif dapat melebarkan
pengaruh yang mengalahkan tantangan etis dan moral yang merongrong serta
merusak kehidupan lingkungan gereja.
Melalui tulisan ini
saya mengajak kita semua untuk melihat betapa pentingnya karakter, integritas
dan kedewasaan rohani seorang hamba Tuhan dalam pertumbuhan gereja. Hasil riset yang dilakukan
oleh Barbara Kellerman, profesor kepemimpinan di Center for Public
Leadership di Harvard Universitymenyatakan bahwa kejatuhan
hampir semua jenis pemimpin (termasuk pemimpin gereja) terutama lebih
disebabkan oleh cacat karakter dari pada kurangnya kompetensi dalam
kepemimpinan. Penelitian yang dilakukan oleh James Kousez dan Barry Posner
mendukung persepsi bahwa integritas adalah modal utama seorang pemimpin. Riset
mereka yang melibatkan ribuan kaum profesional dari empat benua selama hampir dua
puluh tahun menunjukkan bahwa integritas adalah kualitas paling vital yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal yang senada juga diungkapkan
oleh George Barna, setelah melakukan penelitian selama 15 tahun terhadap
kehidupan gereja, akhirnya ia mengambil kesimpulan bahwa alasan utama mengapa
gereja kehilangan pengaruhnya adalah karena tidak adanya pelayanan yang baik. Kesadaran akan hal ini seharusnya mendorong para hamba
Tuhan untuk terus mengevaluasi diri,
waspada terhadap titik-titik rawan yang dapat menjatuhkan dirinya dan
terus-menerus memperlengkapi diri dalam anugerah dan kuasa Tuhan.
Kita
harus dengan jujur dan berani mengakui bahwa tingkat kemerosotan karakter dan
integritas para hamba Tuhan makin meningkat dari tahun ke tahun. Skandal seks,
keuangan, tamak akan harta/fasilitas, haus kekuasaan dan kedudukan, tidak rela
posisinya digantikan oleh orang lain, semangat saling menjatuhkan sesama
pemimpin, kebal terhadap kritikan, otoriter, merasa diri paling berpengalaman
dan paling dibutuhkan, sulit bekerjasama dalam perbedaan, sulit mengakui
kelebihan orang lain, melakukan kebohongan publik, malas belajar dan tidak mau
terus memperlengkapi diri, merupakan contoh-contoh gejala kejatuhan para hamba
Tuhan yang makin nyata pada masa
kini. Istilah ‘kejatuhan hamba Tuhan’ yang digunakan dalam tulisan ini mengacu pada “cacat”
karakter dan integritas yang menggerogoti efektivitas dari seorang hamba
Tuhan.
Pdt. Jesse Jackson
yang dianggap sebagai salah seorang pelayan rohani yang berpengaruh di Amerika karena
keterlibatannya secara aktif dalam bidang politik, HAM dan pelayanan gerejawi,
akhirnya pada tanggal 18 Januari 2001 harus mengakui di depan publik bahwa ia
telah memiliki seorang anak diluar nikah berumur 20 bulan.
Perselingkuhannya sudah terjadi sejak tahun 1998. Yang
menarik adalah hasil perselingkuhan itu justru terungkap pada saat ia dipercaya
menjadi konselor bagi mantan presiden Bill Clinton dalam kasus Monica Lewinski.
Contoh lain adalah Pdt. Ted Haggard, seorang pemimpin
yang dihormati di Amerika, pendeta senior dari New Life Church di
Colorado Springs dan menjadi anggota dewan America Mission,
akhirnya pada tahun 2006 terungkap bahwa dia seorang homoseks. Terungkapnya
kasus ini justru pada saat Pdt. Haggard dengan gencar melarang homoseks dan pernikahan
sesama jenis di Amerika. Dia berjuang memerangi homoseks di Amerika, padahal
dirinya sendiri juga seorang homoseks. Contoh-contoh kasus di atas memang
sebuah ironi, tetapi inilah kenyataannya. Bagaimana dengan gereja-gereja di
Indonesia? Para Hamba Tuhan kita juga banyak yang mengalami kejatuhan yang
memalukan, bahkan dengan sengaja berusaha menutup-nutupi supaya tidak
terbongkar di depan publik. Gereja-gereja banyak yang pecah bukan karena
perbedaan dalam memahami kehendak Tuhan, bukan karena perbedaan dalam
memperjuangkan kebenaran Tuhan (seperti reformasi Martin Luther), tetapi pecah
karena ambisi pribadi yang tidak suci dan tamak akan kekuasaan.
Hal ini
membuat tingkat kepercayaan jemaat
kepada para hamba Tuhan makin berkurang dan pengaruh
pelayanannya makin lemah. Jikalau seorang hamba Tuhan telah kehilangan kepercayaan dan pengaruhnya bagi
jemaat, gereja mau dibawa ke mana? Jikalau seorang hamba Tuhan telah kehilangan
kepercayaan dan rasa hormat dari jemaat, bagaimanakah mungkin pesan khotbahnya
didengar oleh jemaat? Jemaat akan satu demi satu meninggalkan gereja itu karena
kecewa dengan tingkah laku pelayananya. Jemaat kehilangan panutan dan teladan hidup yang
diharapkan dari seorang pemimpin rohaninya.
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Ressort
Batu Onom sebagai komunitas yang beriman kepada Yesus Kristus selalu berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik kepada jemaat melalui liturgi (pengudusan), diakonia(pelayanan), koinonia (pembinaan persekutuan) dan Kerygma (pewartaan) segala bentuk keterlibatan
dan pelayanan gereja adalah untuk pertumbuhan dan perwujudan iman, sehingga
jemaat semakin bertumbuh secara kuantitas dan iman jemaat semakin diteguhkan
secara kualitas.
Integritas memang bukan suatu yang mudah untuk
dimiliki seseorang. Dalam kamus bahasa Indonesia mengartikan integritas itu
sebagai suatu keutuhan, kejujuran,
penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Integritas memiliki
pengertian yang mendalam untuk setiap pemimpin. integritas yang tinggi menuntut
para pemimpin untuk bersifat terbuka dan jujur.
Jika integritas seorang pemimpin tidak kuat, maka dikala
badai tekanan datang, runtuhlah kepemimpinan yang sudah dibangun. Tetapi jika
seorang pemimpin memiliki integritas, maka sekuat apa pun badai
tekanan datang, ia tetap menjadi seorang pemimpin yang dapat
diandalkan. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan menangani kerumitan
dari setiap permasalahan yang ada berdasarkan integritas. Integritas terlihat
ketika ada tantangan yang melanggar kode etik dan cara menyelesaikan kerumitan
persoalan yang sedang dihadapi. Tetapi kenyataannya banyak hamba Tuhan yang
berada dalam zona aman saja dalam melayani di gereja dan disibukkan dengan
kegiatan-kegiatan lain di luar gereja, bahkan banyak waktu yang tersita untuk
melakukan aktivitas diluar gereja sehingga terkadang tidak bias hadir dalam
persekutuan gereja. Hal ini perlu kembali disadarkan akan komitmen seorang yang
akan menjadi hamba Tuhan.
Pertumbuhan jemaat Gereja Kristen Protestan
Simalungun Ressort Batu Onom yang signifikan dipengaruhi regenerasi biologis,
sehingga adanya anggapan bahwa integritas hanya berlaku kepada masing-masing
pribadi jemaat untuk taat membawa keluarganya datang beribadah kegereja yang
sama dengan orang tuanya saja.
Dalam alkitab perjanjian lama Pelayanan Daniel memiliki pengaruh selama 70 tahun
penjajahan Babel sampai masa pemerintahan Persia. Daniel hidup sehat sampai
usia 80 atau 90 tahun. Fokus utama nubuat Daniel adalah pada orang-orang kafir.
Dalam setiap keadaan dan dalam setiap krisis, Daniel mengarahkan kita pada
Allah yang secara berkuasa bekerja dalam sejarah manusia.
Daniel sanggup menolak sikap berkompromi karena
hubungannya dengan Allah yang maha kuasa. Ketaatan Daniel secara sederhana
merupakan pernyataan keberadaan Allah yang maha kuasa. Dia memandang Tuhan
sebagai Raja di atas segala raja dunia dari Babel.
Dalam pasal 1, Daniel dan kawan-kawannya dipisahkan dari tempat asal
mereka dan dibawa ke Babel pada waktu mereka muda. Kemungkinan mereka baru
berusia antara 12-14 tahun. Di Babel mereka harus menjalani program pelatihan
selama 3 tahun untuk mempersiapkan mereka menangani persoalan bangsa Yahudi
dalam kekaisaran Babel.
Bermula dari perintah raja Nebukadnezar kepada Aspenas,
kepala istananya, untuk membawa beberapa orang israel, yang berasal dari
keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada
sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat dan
pengertian tentang ilmu, mereka dilatih supaya kelak mereka dapat bekerja pada raja
nebukadnezar. Daniel memberi teladan praktis dan bersifat pribadi bagi
pergumulan kita. Ia adalah contoh dari orang yang karirnya mencapai posisi
dengan kekuasaan dan prestise besar dalam sistem dunia, namun yang tidak pernah
mengkompromikan prinsip-prinsip dasar Alkitab. Ia menunjukkan kepada kita cara
menjalani hidup rohani yang utuh di bawah tekanan dunia sekuler. Mereka yang
mengalami godaan untuk menyerah terhadap tekanan semacam itu akan banyak
belajar dari Daniel.
Melalui
pengamatan dari penulis, integritas ini sangat penting terhadap sebuah
pertumbuhan gereja, seperti apa yang saya tuliskan diatas banyak para hamba
Tuhan gereja yang berpengaruh
berjatuhan, sehingga jemaat gereja menjadi ragu melihat kredibiltas
seorang Hamba Tuhan dan ini jelas akan mempengaruhi iman jemaat yang berdampak
pada pertumbuhan jemaat, oleh karena itulah penelitian memberi judul: “PENGARUH INTEGRITAS HAMBA TUHAN ( menurut
Daniel 1:6-17) TERHADAP PERTUMBUHAN JEMAAT DI GEREJA KRISTEN PROTESTAN
SIMALUNGUN RESSORT BATU ONOM”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukan maka penulis berusaha
mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam pembahasan Skripsi ini sebagai
berikut :
1.
Adanya indikasi bahwa hamba Tuhan kurang memahami tentang makna
pertumbuhan jemaat dipengaruhi oleh Integritas menurut Daniel 1:6-17.
2.
Ada persepsi bahwa Integritas menurut
Daniel 1:6-17 tidak berhubungan dengan pertumbuhan jemaat.
3.
Ada persepsi bahwa integritas Integritas
menurut Daniel 1:6-17 bukanlah hal yang penting dalam pelayanan seorang hamba
Tuhan.
1.3
Pembatasan
Masalah
Agar pembahasan penulis
lebih terfokus sesuai dengan judul dan tidak meluas kedalam permasalahan yang
lain, maka penulis memberikan batasan terhadap masalah penelitian. Pembahasan
terhadap permasalahan juga didasarkan pada keterbatasan tenaga, dana dan waktu
serta tempat dilakukannya penelitian yaitu pada GKPS Ressort Batu Onom sehingga
penelitian hanya membahas masalah yaitu
“Adanya Pengaruh Integritas menurut Daniel 1:6-17 Terhadap Pertumbuhan Jemaat
GKPS Ressort Batu Onom”.
1.4
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah
kecenderungan integritas menurut
Daniel 1:6-17 dalam
kreteria baik?
2.
Apakah
kecenderungan pertumbuhan jemaat di GKPS Ressort Batu Onom dalam kreteria baik?
3. Apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara Integritas l terhadap pertumbuhan jemaat di GKPS
Ressort Batu Onom berdasarkan Daniel 1:6-17?
1.5
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui Apakah kecenderungan Integritas menurut
Daniel 1:6-17 di GKPS Ressort
Batu Onom dalam kreteria baik
2.
Untuk
mengetahui Apakah kecenderungan pertumbuhan jemaat di GKPS Ressort Batu Onom
dalam kreteria baik
3. Untuk mengetahui Apakah
kecenderungan Integritas menurut Daniel 1:6-17 terhadap pertumbuhan jemaat di GKPS
Ressort Batu Onom berdasarkan Daniel 1:6-17
1.6
Manfaat
Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan
bermanfaat dan berguna baik secara Teoritis, Praktis maupun Akademis,
Yaitu :
1. Manfaat
Teoritis :
a. Memberikan
sumbangsi pengetahuan kepada hamba Tuhan GKPS Ressort Batu Onom tentang Integritas yang dijalankan selama ini.
b. Menambah konsep baru yang dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu
teologia
2. Manfaat
Praktis : Penulis ingin menyajikan data empiris yang berkaitan dengan Integritas
menurut Daniel 1:6-17 dihubungkan dengan Pertumbuhan Jemaat GKPS Ressort Batu Onom agar menjadi masukan yang berarti bagi
seluruh hamba Tuhan maupun institusi (gereja) dalam membangun dan mengembangkan
Integritas di lingkungan GKPS Ressort
Batu Onom.
3. Tujuan
Akademis : Untuk memenuhi syarat akademis guna mencapai gelar Sarjana Teologi.
1.7
Sistematika
Penulisan
Dalam
penulisan Skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam 5 (lima) BAB, terdiri
dari :
BAB
I,
merupakan Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,
Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian
dan Sistematika Penulisan.
BAB
II,
merupakan Kajian Teori, Kerangka Berpikir dan Hiposkripsi Penelitian yang
menjelaskan keseluruhan Kajian Teori dari pembahasan topik yang ada serta
gambaran dari Kerangka Berfikir dan Hiposkripsi Penelitian yang penulis gunakan.
BAB
III,
merupakan Metode Penelitian, yang didalamnya akan dibahas tentang Tempat dan
Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel,
Variabel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik
Analisis Data dan Hiposkripsi Statistika.
BAB
IV,
merupakan Analisis dan Pembahasan, dalam bab ini kita bisa melihat hasil-hasil
penelitian yang ada yang terdiri dari Deskripsi Data, Pengujian Persyaratan
Analisis, Pengujian Hiposkripsi, Pembahasan Hasil Penelitian dan Keterbatasan
Penelitian dalam pembuatan dan penyelesaian Skripsi ini.
BAB
V,
merupakan bab Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Implikasi serta Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESA TEORITIS
2.1
Kajian
Teoritis
2.1.1
Integritas Daniel
Sebagai Hamba Tuhan
Kitab
Daniel merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu masa yang sangat
sulit dalam sejarah bangsa Israel. Mereka sedang mengalami masa penghukuman
Tuhan, jauh dari tanah air mereka yang berkaitan erat dengan perjanjian dan
janji Tuhan kepada mereka. Mereka ada di Babel sebagai orang tawanan dan
kelihatannnya seakan-akan mereka tidak lagi mempunyai hari depan.
Zaman
Daniel merupakan suatu waktu dimana sangat dibutuhkan bukti nyata, bahwa Allah
Israrel, Yahwa, hidup dan berkuasa atas dunia ini, bahwa kuasaNya melebihi
segala kuasa lain, bahwa Ia mengetahui masih merencanakan suatu hari depan bagi
orang yang menjadi penyembah dan pengikut Dia.
Dalam
dunia timur tengah kuno, tanggapan umum dari bangsa-bangsa, bahwa pada waktu
bangsa-bangsa berperang, dewa-dewanya ikut berperang. Bangsa yang menang dalam
peperangan ialah bangsa yang dewanya lebih berkuasa. Bangsa yang kalah ialah
bangsa yang dewanya kurang berkuasa. Dengan kata lain, kemenangan diperoleh
diatas bumi justru karena kemenangan yang diperoleh di “surga” (lihat 2
Raj.18:32-35; yes.36:18-20). Karena kerajaan Yehuda dikalahkan oleh tentara
Babel, Yerusalem diruntuhkan dan orang-orang Yehuda dibawa tertawan ke Babel,
maka orang-orang Babel dan orang-orang dari bangsa lain mengira, bahwa dewa
Babel terbukti lebih berkuasa daripada Yahwa, Allah Israel. Orang-orang Yehuda
pun yang tidak kuat dalam imannya dipengaruhi oleh konsep demikian.
Melalui
peristiwa-peristiwa yng tercantum dalam Daniel 1-6, Tuhan membuktikan kepada
orang-orang itu, bahwa sebenarnya Ia tetap adalah Allah yang Maha Tinggi dan
Maha Kuasa. Ia berkuasa atas elemen dunia dan mahluk, berkuasa atas alam
pikiran manusia, berkuasa atas segala kebijaksanaan manusia dan pernyataan roh
lain, berkuasa atas raja-raja dan atas segala kerajaan di dunia, bahkan atas
sejarah dunia ini. Perhatikanlah pengakuan Nebukadnezar bahwa Allah Daniel
adalah Allah yang Maha Tinggi, 3:26; 4:2,34; dan Raja Surga 4:37. Juga
pengakuan Darius, bahwa Allah Daniel adalah Allah yang Hidup 6:21 dan 27.
Peristiwa-peristiwa
dan pernyataan ini juga dapat menghibur dan menguatkan hati orang-orang Yahudi
yang tertawan di Babel. Mereka yakin, bahwa Allah mereka memang Maha Tinggi dan
Maha Kuasa, dan bahwa Ia dapat menyelamatkan orang-orang yang setia yang
bersandar kepada Dia. Melalui peristiwa-peristiwa dan pernyataan itu Tuhan juga
menyediakan hati mereka untuk menerima sebagai firman Tuhan, penglihatan, dan
nubuat itu dinyatakan, bahwa Allah memang menguasai sejarah dunia ini. UmatNya
harus setia dan bersandar kepadaNya sebab umat Tuhan pada zaman itu, yaitu pada
bagian akhir masa pembuangan, dan juga umat Tuhan yang berusaha untuk membangun
kembali Yerusalem dan tanah air mereka, Israel, sangat membutuhkannya, Tuhan
member nubuat-nubuat dengan sangat jelas melalui Daniel. Dan sebab umatNya akan
menderita sekali dibawah pemerintahan Antiokhus epifanes, Tuhan memberi
nubuat-nubuat secara rinci dan tepat tentang masa itu.
Dalam
kitab Daniel juga dinyatakan rahasia, bahwa dibelakang pertempuran dan
pergumulan diatas bumi ada juga penguasa-penguasa yang hendak merintangi
rencana Tuhan (10:3, 20; 12:1) dan menentang umat Tuhan.
2.1.2
Tulisan
dan Penulis Kitab
Penulisan
kitab Daniel pada bagian awal di pakai “bahasa ibrani” dan di bagian tengah
kitab digunakan “bahasa aram” dan dibagian akhir kitab Daniel digunakan “bahasa
ibrani” . konsep penggunan dua bahasa ini sering di pakai pada karangan –
karangan daerah timur tengah kuno,yang di tulis oleh seorang penulis .[8]
Peristiwa
– peristiwa dari kitab Daniel jelas sekali dengan latar belakang dari abad ke
enam SM, dan Daniel membicarakan sejumlah raja yang namanya tidak dituliskan,
tetapi ia menunjukan kepada “raja utara”dan raja “raja negri selatan” dengan
sejarah timur tengah sejak masa Alexander agung pada abad ke4 SM, dan di
sepanjang antiokhus IV.[9]
Pendapat
tradisional menganggap bahwa kitab ini di tulis oleh Daniel sendiri pada abad
ke 6 B.C (kejadian – kejadian yang tercatat dalam pasal 1 -6 kitab ini ) .
walaupun demikian , ada sebagian sarjana mengatakan bahwa kitab ini sebetulnya
di tulis oleh seorang yahudi yang tidak di ketahui namanya , yanga menulisnya
pada abad ke 2 B.C. [10]
2.1.3
Tahun
Penulisan
Pelayanan
Daniel meliputi periode kurang lebih selama 70 tahun. Ia mulai melayani selama
pemerintahan Yoyakim, terus berlangsung sampai pemerintahan – pemerintahan
Yekonnya dan Zedekia dari Yehuda ia mengakhiri pelayanannya selama pemerintahan
Koresy ,raja media Persia kitab ini kemungkinan di tulis kurang lebih sekitar
tahun 560 & 536 B.C. [11]
Tahun
penulisan kitab Daniel adalah antara 605 dan 530 SM, pada waktu periode awal penawanan diBabel. Daniel bernubuat
dibawah pemerintahan raja Nebukadnezar.[12]
2.1.3.1
Struktur Kitab
Kitab
Daniel dapat dibagi menjadi dua bagian besar sebagai berikut:
1.
Pasal
1-6, yaitu sejarah atau riwayat diri Daniel dan apa yang terjadi atas dirinya
2.
Pasal
7-12, yaitu nubuat Daniel dan apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Adapun
ringkasan isi dari setiap pasal kita Daniel adalah sebagai berikut:
Pasal 1 Integritas
Daniel, tidak menajiskan diri dengan
memakan santapan raja, itu terjadi tidak lama setelah mereka sampai di Babel ±
605 SM
Pasal 2 Daniel
memberitahu Nebukadnezar isi serta makna mimpinya. Terjadi nya + 603 SM (tahun
ke-2 Nebukadnezar)
Pasal 3 Patung
emas Nebukadnezar, dan tiga teman Daniel dicampakkan ke dalam perapian sebab
tidak menyembahnya.
Pasal 4 Daniel
memberi tahu makna mimpi Nebukadnezar, bahwa Nebukadnezar akan menderita sakit
jiwa selama 7 tahun.
Pasal 5 Daniel
memberitahu Belsyazar arti tulisan ditembok. Terjadinya pada malam Babel
ditaklukkan oleh Darius (539 SM). Usia Daniel sudah ± 80 tahun
Pasal 6 Daniel
diselamatkan dari gua singa
Pasal 7 Daniel
mendapat penglihatan empat binatang dan anak manusia
Pasal 8 Daniel
mendapat penglihatan domba jantan dan kambing jantan
Pasal 9 Doa
Daniel dan pengertian bilangan tujuh puluh kali tujuh masa
Pasal
10 Daniel mendapat penglihatan
tentang seorang yang mulia
Pasal
11 Raja negeri Utara dan raja Negeri
Selatan
Pasal
12 Keterangan tentang akhir zaman
2.1.3.2 Latar belakang kitab Daniel
Kitab Yehezkiel dan Kitab Daniel ditulis dalam masa
Pembuangan, nama yang biasanya diberikan untuk zaman selama orang-orang Yahudi
dari kerajaan Yehuda dipindahkan dari negara mereka setelah penghancuran Bait
Suci, ibu kota, dan kerajaan mereka oleh Nebukadnezar. Penghancuran ini datang
dalam tiga tahap: Pertama, pada tahun 605 SM, Nebukadnezar menaklukkan Yoyakim
dan membawa para tawanan, di antaranya Daniel dan tiga rekannya (#/TB Dan
1:1-6*; lih. di bawah pada #/TB Dan 1:1*). Belakangan, pada tahun 597 SM, dalam
perjalanan lain ke Palestina, setelah tindakan pemberontakan dari raja Yehuda,
Yoyakim dan Yoyakhin perlu dihukum, Nebukadnezar sekali lagi membuat Yerusalem
takluk. Kali ini dia membawa 10.000 tawanan, di antaranya Raja Yoyakhin dan
nabi muda Yehezkiel (#/TB Yeh 1:1-3*; bdg. #/TB 2Taw 36:10*; #/TB 2Raj
24:8-20*). Akhirnya, pada tahun 587 SM, setelah pengepungan Yang lama,
Nebukadnezar menghancurkan kota itu beserta Bait Allah dan mencerai-beraikan
seluruh masyarakat Yahudi (#/TB 2Raj 25:1-7*; #/TB Yer 34:1-7; 39:1-7;
52:2-11*).
Pemulihan negeri itu dimulai pada tahun 538 SM,
ketika sang pemenang Koresy, raja dari kerajaan Media-Persia yang baru dan
penakluk Babel, sesuai dengan kebijakan umum tentang pemulihan memulangkan
orang-orang tawanan ke negeri mereka, mengeluarkan keputusan bahwa orang-orang
Yahudi boleh pulang (#/TB 2Taw 36:22,23*; #/TB Ezr 1:1-4*). Sekalipun beberapa
orang Yahudi tetap tinggal dalam pembuangan bertahun-tahun
Kitab ini mencatat berbagai peristiwa dari penyerbuan
pertama Nebukadnezar ke Yerusalem (tahun 605SM) hingga tahun ketiga
pemerintahan Koresy (tahun 536 SM). Daniel adalah tokoh utama dan penulis kitab
ini. Kepenulisan oleh Daniel bukan hanya dinyatakan secara tegas dalam 12:4,
tetapi juga tersirat dalam banyak petunjuk riwayat hidupnya sendiri dalam pasal
7-12, Yesus menghubungkan kitab ini dengan “nabi Daniel” (Mat.24:15) ketika
mengutip 9:27.
Kitab Daniel merupakan kitab yang paling dikenal
namun juga adalah kitab yang paling rumit di antara kitab – kitab perjanjian
lama. Kitab ini berisi kisah mengenai seorang pemuda Israel yang di ambil
secara paksa dari tanah airnya agar didik untuk tugas diplomatik di kota babel
yang besar . dengan cepat ia naik ,reportasinya tetap bertahan , bahkan ketika
kerajaan babilonia runtuh di sekeliling meskipun ia sudah semakin tua karirnya
mencapai puncak pada waktu ia ditetapkan sebagai salah satu dari pejabat tinggi
tiga serangkai yang menduduki jabatan kedua sesudah raja dalam kerajaan media
Persia yang sedang berkembang .
Remaja yang ada di kitab Daniel ini sangat saleh dan
mereka bertumbuh besar di istana nebukadnezar, dimana ia terus mendorong baik
orang yahudi maupun kafir untuk percaya kepada Allah . sebagian besar kitab
Daniel disusun dalam bahasa aram , dan hal ini berbeda dengan kitab – kitab
lain dalam perjanjian lama yang ditulis dalam kitab bahasa ibrani .[13]
Daniel saat usia remaja termasuk orang –orang yehuda
yang di buang ke babel pada tahun 606 SM oleh raja nebukadnezer ,Daniel di
tawan bersama ketiga temannya yaitu Hananya ,Misael, Azarya. Dan oleh aspenas kepala pegawai istana,mereka diberi “nama baru” khas babel yaitu: Beltsazar,
sadrakh, mesakh dan Abednego. Daniel berasal dari keluarga yang “berpendidikan”
atau dari kalangan “ bangsawan” di yerusalem. Dan kemungkinan besar Daniel dari
keturunan raja Hizkia, kitab Daniel dikenal akan “nubuatnya” tentang mesias dan
“akir zaman” yang juga membicarakan tetang soal waktunya yang mencakup tentang
masa depan yang dekat dan masa depan yang jauh, yaitu nubuatnya tentang
antikristus pada akhir zaman. [14]
Daniel memuat kisah –kisah yang mencakup kurung
waktu dari tahun 606 /605 SM , sampai sesudah Koresy menduduki babel pada tahun
539. Kitab ini mengisahkan pengalaman – pengalaman beberapa orang yahudi yang
di buang ke Babel . pembrontakan Makade berujung pada pegambilahlian kembali
bait itu pada tahun 164. [15]
Kitab – kitab Daniel ini bukan hanya
menginformasikan tentang masa depan , tetapi juga memberikan petunjuk kepada
kita bagaimana menjalani hidup hari ini dengan mengarahkan pikiran kepada hari
esok.[16]
Kitab Daniel adalah
sebuah karangan “apokaliptik” karena memuat nubuat-nubuat mengenai masa
mendatang dan mengenai akhirat yang disampaikan melalui metafora dan
kiasa-kiasan, juga melalui mimpi dan penglihatan.
Istilah
apokaliptik diambil dari bahasa Yunani “apokalypsis”
yang berarti wahyu atau penyataan, bahwa lebih dari setengah kitab Daniel,
yakni pasal 7-12, dan mungkin pasal 2 juga, bersifat apokalipotik.
2.1.5
Politik
Kedaulatan Allah dalam
peristiwa-peristiwa politik dibicarakan dengan lebih langsung dalam
penglihatan-penglihatan di Alkitab ini. tujuannya adalah menangani pengharapan
masyarakat yang sedang berada dalam pembuangan dan pada masa paskah pembuangan.
Kedaulatan Allah merupakan inti dari kitab ini dan dapat dilihat sedang
bekerja, baik dalam arena rohani maupun politik.[19]
2.1.6
Sosial Budaya
Banyak
perubahan budaya dan agama menimpa orang-orang Yahudi melalui pembuangan
mereka. Di antaranya adalah munculnya ibadah sinagoge sebagai pengganti ibadah
di Bait Suci, dan setidaknya suatu permulaan menuju penggunaan bahasa kedua,
yaitu Aram (juga disebut Siria atau Kasdim). Sejumlah bukti membawa pada
kesimpulan bahwa bahasa Abram sebenarnya adalah Aram. Pernyataan-pernyataan
Alkitab (#/TB Ul 26:5*; #/TB Kej 31:47*) menunjukkan bahwa keluarga yang
darinya Abram, Ishak, dan Yakub berasal, menggunakan bahasa Aram. Bukti-bukti
arkeologi (mis., Batu-batu Moab, Dokumen-dokumen Ras Syamra) menunjukkan bahwa
bangsa Kanaan menggunakan suatu bahasa yang hampir sama dengan bahasa Ibrani.
Jadi orang-orang Yahudi, pada zaman sebelumnya, bahkan sebelum tinggal di
Kanaan, telah mengambil "bahasa Kanaan," yang, dengan sedikit
perubahan, menjadi bahasa Ibrani. Di Babel, mereka menemukan bahasa Aram
sebagai bahasa perdagangan. Itu juga menjadi bahasa diplomasi selama beberapa
masa (bdg. #/TB Yes 36:11,12*). Jadi, agaknya orang-orang Yahudi mengambil
bahasa Aram, yang benar-benar sangat serupa dengan bahasa Ibrani (meski tidak
seluruhnya sama; lih. #/TB 2Raj 18:26*) dan selama beberapa waktu mereka
memakai dwibahasa. Situasi ini tampaknya yang melatarbelakangi fakta bahwa enam
pasal Kitab Daniel adalah dalam bahasa Ibrani.
Ritual – ritual
kebiasaan orang yahudi ,ia mencemarkan Bait suci Yerusalem dengan cara
mendirikan patung Dewa Zeus Olympius dan mempersembahkan hewan babi .[20]
2.1.7
Agama
Nebukadnezar
mengutus untuk membangun patung emas dan menuntut supaya semua orang menyembah
patung itu sebagai allah mereka .[21]
Raja Belsyazar dan para pembesar serta istri dan gundiknya , untuk minum anggur
dengan memuji –muji dewa – dewa dari perak dan emas , tembaga , besi, kayu, dan
batu. [22]
2.1.8
Pola Pikir ( Watak Penulisan dan Watak Penerima
)
Daniel pribadinya taat dan setia dalam beriman
kepada allah , ia sikapnya cerdik dan bijaksana dalam menghadapi suatu masalah
mimpi , dan bersandar pada allah dan wataknya tidak serakah ketika dijanjikan
akan di beri hadiah dan kekuasaan jika mampu mengartikan mimpi raja. [23]
2.2
Histori
Kritis
Orang-orang Kristen pada umumnya berpendapatan,
bahwa Daneil 1-6 sangat berbeda dengan Daniel 7-12. Isi Daniel 1-6 sangat
dianggap sebagai cerita-cerita yang sangat menarik bagi anak-anak sekolah
minggu dan mudah dipahami. Namun artinya dan berita sebenarnya, dan hubungannya
dengan kehidupan kita sekarang ini, sering tidak disadari atau dipentingkan.
Sebenarnya, seluruh kitab Daniel penting bagi gereja
pada umunya, dan bagi setiap orang Kristen; penting berkenaan dengan kehidupan
pribadi sebagai seorang Kristen di zaman ini, dan berhubungan dengan sikap dan
kelakuan dalam mengahadapi segala tekanan hidupdan situasi kita, bahkan situasi
internasional. Disamping itu, isi kitab Daniel ini sangat memuliakan Allah yang
maha tinggi, yang berdaulat mutlak atas dunia.
2.2.1
Pengarang
Dan Zamannya
2.2.1.1
Beberapa
pendapat
a. Jelas
Josephus (37-100AD)beranggapan, bahwa pengarang Daniel sebagai yang tertulis
dalam kitab Daniel, dan bahwa Daniel itu seorang nabi diantara nabi-nabi yang
teragung, karena Daniel itu bernubuat tentang peristiwa-peristiwa yang akan
terjadi, serta menetapkan juga peristiwa yang akan terjadi. Dan bahwa khusus
isi Daniel 11-12, telah dialami oleh orang-orang Yahudi dibawah pimpinan
Antiokhus Epifanes, dan juga kemudian pada waktu tentara Roma menghancurkan
Yerusalem (josephus, jewish Antiquities
X, hal. 266, 276, 280).
b. Penafsir-penafsir
Yahudi yang pengajarannya tertilis dalam Talmud (s/d akhir abad ke- 5 AD) juga
beranggapan demikian.
c. Orang-orang
Kristen pada awal zaman masehi tidak menyaksikan kepengarangan Daniel , missal: Hippolytus, Theodoret, Jerome.
d. Baru
pada akhir abad ke -3 AD ada orang yang menyangkal bahwa pengarangnya nabi
Daniel. Orang yang mengatakan demikian adalah Prophyry (232-305AD), seorang Neoplatinos, yang sangat menentang
ajaran Kristen. Pada waktu itu orang-orang Kristen senang menunjukan
nubuat-nubuat untuk mendukung pemberitaannya tentang Kristus.
Prophyry
berpendirian,
bahwa seseorang tidak mungkin mengetahui hal-hal dimasa mendatang. Sebab itu,
ia mengatakan bahwa bagia-bagian kitab Daniel yang dikatakan nubuat,sebenarnya
bukan nubuat mengenai masa mendatang,
melainkan catatan yang ditulis pada zaman Antiokhus Epifanes (175-164SM) oleh
seorang pengarang yang namanya tidak diketahui. Jerome menulis buku
tafsirannya tentang Daniel khususnya untuk membuktikan bahwa pendapat Prophyry itu salah ( kita mengetahui
tentang pengajaran Prophyry itu hanya
karena disebut Jerome. Karangan Prophyry itu tidak ada lagi).
Orang-orang kisten tetap yakin bahwa
pengarangnya adalah Daniel, sampai pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke -18
saat para pengeritik mulai muncul.mereka pada umumnya berpendapat sama dengan Prophyry. Mereka menganggap kitab Daniel
sebagai kitan pseudopigrafi, yaitu yang ditulis oleh orang yang tidak
diketahui nama pengarannya, yang menulis seakan-akan ia sendiri adalah Daniel,
padahal tidak. Kitan ini ditulis pada zaman Makabe, setelah peristiwa yang
ditunjuk dalam pasal 11. Sampai sekarang ini, sebagaian sarjanan berpendapat
demikian.
Namun demikian banyak juga sarjana yang
ternama yang menolak pendapat sarjana tersebut, misalnya: C.F.Keil, R.D. Wilson, E.J. Young, R.K. Harisson, dan J.G. Baldwin mereka tetap yakin bahwa
pengarannya Daniel.
Jadi, perlu kita pertimbangkan
alasan-alasan yang diajukan oleh sarjana-sarjana yang beranggapan bahwa
pengarangnya bukanlan Daniel.
2.2.1.2
Alasan-alasan
Penolakan Daniel sebagai pengarangnya
Sarjana-sarjana
yang menolak bahwa Daniel menulis kitab itu pada abad ke-6 SM, serta
berpendapat bahwa kita itu ditulis pada zaman Makabe (abad ke -2SM ( Antiokhus Epifanes mati ca. 164/3) berdasarkan alasa-alasan
sebagai berikut:
a. Dalam
perjanjian lama (PL) bahasa Ibrani, kitab Daniel terdapat bukan bersama-sama
kitab para nabi, melainkan pada bagian ke-3, yang disebut tulisan (atau ketubim, Hagiografa, The Writing). Diantara
kitab-kitab tulisan, atau ketubim, itu letak kitab Daniel ke-3 dari yang
terakhir. Para sarjana ini mengatakan bahwa kitan-kitab dalam bagian ke-3 itu
ditulis pada abad ke-3 dan ke-2, yaitu setelah kitab-kitab lain dalam bagian
pertama dan kedua sudah diterima sebagai firman Tuhan. Maka mereka mengatakan,
bahwa jelas kitab Daniel tidak ditulis pada abad ke -6 SM.
b. Daniel
tidak disebut dalam daftar orang-orang Israel
yang terkenal yang tercantum dalam kitab Eklesiastikus 44:1, dst. Kitab Eklesiastikus
ditulis ca. 180SM oleh Ben Sirach. Para sarjana tersebut mengatakan, bahwa nama Daniel
tidak tercantum dalam daftar itu sebabpada waktu itu ia belum dikenal , yakni
kitab Daniel belum ditulis. Hal itu sesuai dengan tahun ca. 165SM (zaman Makabe) untuk tahun penulisannya.
c. Mereka
mengatakan bahwa, didalam kitab Daniel terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak
mungkin dibuat oleh seorang pengarang yang baik hidup pada abad ke -6 SM itu,
yakni sebagai berikut:
-
Daniel 1:1 bertentangan dengan Yeremia
25:1,9; 46:2 mengenai tahun Daniel dan teman-temannya dibawa ke Babel.
-
Pemakaian istilah “orang Kasdim”
-
Mengenai Belsyazar
d. Bahasa
ibrani yang dipakai, bahasa Aram (2:4b-7:28), dan kata-kata dari bahasa Persia
dan Yunani yang terdapat didalamnnya, merupakan bukti, bahwa kitab Daniel
ditulis sekitar abad ke-3 atau ke 2 SM.
e. Tidak
mungkin kalau ratusan tahun sebelum sesuatu terjadi seseorang dapat menubuatkan dengan sedemikian
rinci dan tepat, hal-hal seperti tercantum khususnya dalam pasal 11. Isi pasdal
itu sangat tepat dengan kejadian-kejadian pada waktu pemerintahan Antiokhus Epfanes (175-164SM). Jadi
mereka mengatakan, bahwa jelas Daniel ditulis pada zaman itu, yaitu setelah
terjadi peristiwa-peristiwa tersebut, untuk menghibur dan menguatkan
orang-orang Yahudi yang sangat menderita dibawah pemerintahan Antiokhus Epifanes.
2.2.1.3
Sanggahan-sanggahan
Terhadap Alasan-alasan Tersebut
A.
Letak
kitab Daniel dalam kitab-kitab PL
-
Dalam kitab bahasa Ibrani, kitab Daniel
digolongkan kedalam kitab-kitab yang disebut tulisan (Ketubim), dan tidak digolongkan kedalam kitab-kitab Para Nabi
karena kedudukan Daniel dalam masyarakat. Kedudukannya bukan sebagai nabi
“resmi” seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan lain sebagainya, yang dipanggil
Tuhan khusus untuk fungsi/jabatan kenabian, yaitu untuk menyampaikan firman
Tuhan kepada bangsa Israel.
Daniel menjabat dalam pemerintahan
kerajaan Babel dan Persia. Ia seorang ahli kenegaraan yang berkedudukan tinggi
dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan asing itu. Namun Tuhan memberikan kepada
Daniel karunia seorang nabi, yaitu Tuhan memberikan dia hikmat untuk mengerti
makna mimpi dan penglihatan yang Tuhan berikan kepada raja dan kepada Daniel
sendiri. Tuhan memakai dia untuk menyampaikan nubuat dan firman-Nya kepada raja
asing itu, dan juga secara umum, pada waktu-waktu yang tertentu. Tetapi
jabatannya dalam masyarakat dan tugas yang dilakukan setiap hari adalah sebagai
pejabat tinggi dalam pemerintahan bangsa asing, dan bukan sebagai nabi orang
Yahudi.
Dalam septuaginta dan dalam
terjemahan-terjemahan Alkitab lain yang diterjemahkan lebih akhir daripada itu,
kitab Daniel diletakkan dangan kitab-kitab para nabi, yaitu setelah kita Nabi
Yehezkiel, oleh karena nubuat-nubuat yang tercantum didalamnya.
-
Kita tidak menyetujui pandangan para
sarjana tersebut mengenai pembentukan kanon Alkitab. Kita tidak menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa kita-kitab
pada bagian ke-3 PL muncul disana oleh karena mereka diterima sebagai firman
Tuhan lebih akhir daripada kitab-kitab dalam bagian pertama dan bagian kedua.
Maka kenyataan, bahwa kitab Daniel termasuk ke dalam kitab-kitab tulisan itu,
tidak menyatakan apa-apa mengenai tahun penulisan kitab Daniel.
B.
Terkenalnnya
Daniel
-
Dalam daftar orang-orang Israel ternama
yang terdapat dalam kitab Eklesiastikus, selain
nama Daniel juga tidak tercantum nama-nama Ayub, semua para hakim selain Samuel
, Raja Asa dan Yosafat, Mordekhai, dan Ezra. Namum jelas mereka orang-orang
Israel yang diakui ternama pada abad ke -2 itu, bahkan jauh sebelumnya. Jadi
kenyataan, bahwa tidak disebut nama Daniel dalam daftar itu, tidak membuktikan
bahwa dia dan kitab Daniel itu belum dikenal.
-
Karangan-karangan lain dari abad ke -2
SM misalnya kitab-kitab Makabe, Barukh, Sibylline Oracles, menyinggung mengenai
Daniel dan isi kitabnya.
-
Dari gulungan-gulungan laut mati jelas
bahwa kitab Daniel bahkan sangat popular pada abad ke -2 SM.
Kesimpulan : karangan-karangan
abad ke -2SM tidak membuktikan, bahwa kitab Daniel juga ditulis baru pada abad
itu. Sebaliknya diantara karangan-karangan itu ada karangan yang mendukung
tahun penulisan yang lebih awal untuk kitab Daniel.
C.
Soal
Penanggalan
-
Dikatakan dalam Daniel 1:1 bertentangan
dengan Yeremia 25:1,9 dan 46:2 mengenai tahun Daniel dan teman-temannya dibawa
ke Babel. Perhatikan ayat-ayat tersebut, sebagai berikut:
Daniel 1:1
“pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah
Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem lalu mengepung kota itu.”
Daniel 1:3-4
orang-orang muda dipilih untuk dibawa ke Babel. Kepala istana Aspenas,
ditugaskan memilih orang-orang itu dan membawa mereka ke Babel.
Yeremia 25:1
menyebut”tahunh keempat pemerintahan Yoyakim, yaitu dalam tahun pertama
pemerintahan Nebukadnezar, raja Babel”
Yeremia 25:9
firman Tuhan yang disampaikan pada tahu itu menyatakan, bahwa Tuhan akan
menyuruh Nebukadnezar, raha Babel, datang melawan negeri Yehuda.
Yeremia 46:2
Firaun Neko, raja Mesir, dikalahkan dekat Karkemis oleh Nebukadnezar, raja
Babel, dalam Tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim.
Nampak seakan-akan Daniel dan Yeremia
menyebut tahun berebda dalam peristiwa yang sama dimana Nebukadnezar, raja
Babel, mengalahkan Firaun Neko, meneyerang Yehuda, mengepung Yerusalem, lalu
membawa pemuda-pemuda baik dan terpilih ke Babel. Tetapi perbedaan dalam
catatan mereka itu adalah oleh karena cara yang berbeda dipakai mereka untuk
menghitung tahun pemerintahan Yoyakim. Sebenarnya mereka membicarakan tahun
yang sama.
Daniel bertempat tinggal diBabel , maka
ia memakai cara negeri itu waktu menghitung tahun pemerintahan rajaYoyakim .
yoyakim diangkat menjadi raja Yehuda sekitar Oktober-Nopember 609 SM. Daniel
menghitung tahun pemerintahan menurut cara Babel, yakni:
1.
Jangka waktu mulai seseorang raja naik
taktha sampai ke Tahun Baru disebut sebagai Tahun Kenaikan Taktha; kemudian
dari Tahun Baru itu sampai TahunBaru berikutnya disebut tahun pertama, lalu
tahun kedua, ketiga, dan seterusnya.
2.
Tahun Baru adalah pada bulan Tishri (September/Oktober).
Yeremia menghitung tahun itu dengan cara
lain, sesuai dengan kebiasaandi Yehuda pada waktu itu. Mengenai cara itu ada dua
pendapat, sebagai berikut:
1. Tahun
seorang raja naik taktha disebut langsung tahun pertama. Setelah Tahun Baru
disebut Tahun Kedua, dan seterusnya. Tidak dipakai Tahun Kenaikan Taktha. Tahun
baru adalah pada bulan Tishri sama
seperti di Babel. Cara itu dipakai di Mesir, yang memang berpengaruh diYehuda
pada zaman itu. Jadi tahun yang Daniel sebutkan sebagai tahun ketiga
pemerintahan Yoyakim, dengan memakai cara Babel ( dengan Tahun Kenaikan
Taktah), bila dihitung menurt cara Yehuda, akan disebut tahun keempat
pemerintahaanya.[24]
2. Yeremia
tetap memakai system dengan Tahun Kenaikan Taktah, sebagaimana dulu biasa
dipakai di Yehuda, tetapi dengan memakai Tahun Nisan (Maret/April)sebagai Tahun Baru. Rupanya nabi-nabi Yerimia,
Yehezkiel, Hagai dan Zakharia biasanya menghitung tahun mulai dari Nisan
sebagai Tahun Baru (lihat Kel. 12:2)[25].
Tahun Baru dibanding dengan cara menghitung dengan Tishri sebagai Tahun Baru ( lihat pada diagram dibawah ini).
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
Nebukadnezar mengepung Yerusalem tidak lama sebelum awal September 605
SM, yakni diantara Nisan dan Tishri pada tahun 605 SM itu, maka
tepatlah apa yang tertulis dalam Daniel dan Yeremia. Justru waktu antara Nisan dan Tishri itu disebut tahun ke 3 di Babel(daiel)dan tahun ke-4 oleh
Yeremia. Cara inilah lebih disetujui oleh para sarjana sekarang ini.
Kenyataan bahwa Yeremia 25:1 menyebutkan
tahun ke-4 pemerintahan Yoyakin sebagai tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar
dan dapat juga dijelaskan menurut cara-cara diatas. Bahasa Ibarani yang
diterjemahkan “tahun pertama” dalam Yeremia 25:1 ialah haŝŝānā’ šōnĭt yang secara harfiah berarti “tahun awal” (kepala).
Kata-kata itu dapat mempunyai arti tahun kenaikan tahta atau dapat berarti
tahun pertama pemerintahan raja dengan arti khusus yang diterangkan diatas.
Jikalau Yeremia memakai cara yang sama untuk
menghitung tahun pemerintahan Nebukadnezar dan Yoyakim, kata-kata tersebut
tahun kenaikan taktah. Tetapi jikalau dipakai cara yang biasa untuk
membicarakan tahun pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, sedangkan tahun
pemerintahan raja nebukadnezar, raja Babel, disebut menurut perhitungan orang
Babel, kata-kata Ibrani kemungkinan besar berarti tahun pertama. Masa
nebukadnezar naik tahta di Babel pada tahun 7 September 605 M sampai 604 SM
adalah termasuk tahun ke-4 pemerintahan Yoyakim di Yehuda, menurut perhitungan
cara Yeremia. Menurut cara perhitungan yang sama, masa itu yang akan disebut
Tahun Kenaikan Tahta Nebukadnezar. Tetapi menurut cara yang dipakai di Babel,
masa 7 September sampai Tishri 605 SM
yang di sebut Tahun Kenaikan Nebukadnezar dan dari Tishri 605 SM sampai Nisan 604 SM (waktu berakhir tahun ke-4
pemerintahan Yoyakim) termasuk tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar. Maka
jelas ayat-ayat tersebut diatas tidak bertentangan melainkan benar.
Bahkan adanya perbedaan itu, yang sesuai
dengan cara menghitung tahun yang berbeda yang dipakai pada zaman itu,
sebetulnya mendukung pendapat, bahwa Daniel mengarang kitabnya pada abad ke-6
SM sebab, jika pengarang kitab Daniel seorang Yahudi yang hidup pada abad ke-2
SM, sangat tipislah kemungkinan bahwa ia akan memakai car Babel untuk
menghitung tahun pemerintahan raja, sebab pada abad ke-2 SM cara Babel itu
sudah tidak dipakai. Mengenai Yeremia 25:9, peristiwa yang dinubuatkan pada
perikop ini bukan peristiwa pada saat Daniel dan teman-temannya dibawa ke
Babel, melainkan serangan Nebukadnezar terhadap Yerusalem pada tahun 597 dan
586 SM.
Dalam 2 Raja-raja tertulis”majulah berperang Nebukadnezar raja Babel,
lalu Yoyakim menjadi takluk kepadanya tiga tahun lamanya”. Dan dalam 2
Tawarikh 36:6”Nebukadnezar, raja Babel,
maju melawan dia (Yoyakim) membelenggunya dengan rantai tembaga untuk
membawanya ke Babel”(tidak dijelaskan dia jadi membawanya kesana atau
tidak). Peristiwa ini memang terjadi sebelum Nebukadnezar menyerang
Yerusalem pada 597 SM, karena pada waktu
itu Yoyakim sudah meninggal (2Raj.24:6-10). Maka ayat-ayat itu dapat dipandang
sebagai hal yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam Daniel 2:1-2. Catatan
sejarah Babel untuk masa 626-556 SM yang sekarang sudah ditemukan tersimpan
dimuseum Inggris juga sesuai dengan catatan dalam Alkitab. Menurut catatan
sejarah Babel, dalam tahun 605 SM, sekitar bulan Mei, Nebukadnezar sebagai
pengganti ayahnya yang sudah tua, memimpin tentara Babel mengalahkan tentara
Mesir dalam pertempuran di Karkemis (ditepi sungai Efrat). Lalu Nebukadnezar
bersama tentaranya melakukan pengejaran terhadap orang Mesir yang hendak
melarikan diri dan pulang ke Mesir sebelah selatan. Waktu mengejar mereka
Nebukadnezar menaklukan seluruh tanah “Hatti” yakni Aram dan Palestina. Pada tanggal
15 Agustus, waktu Nebukadnezar masih di daerah tanah ”Hatti” itu, ayahnya,
Nabopolazar, meningggal dunia. Sebab itu Nebukadnezar harus segera pulang ke
Babel, dimana pada tanggal 7 September ia diangkat menjadi Raja Babel.
Seorang ahli sejarah yang bernama
Berossus mencatat, bahwa Nebukadnezar menyerahkan kepada beberapa temennya
orang-orang tawanan yang diambilnya dari antara orang-orang Yahudi, Fenike dan
Aram, dan dari bangsa-bangsa lain yang dijajah Mesir, supaya ia dapat pulang
lebih cepat ke Babel[26]
Tercatat dalam 2 Raja-raja 23:34 bahwa
Yoyakim diangkay menjadi raja Yehuda oleh Firaun Nekho dari Mesir. Maka negeri
Yehuda itu lalu dianggap termasuk wilayah Mesir. Setelah mengalahkan Firaun
Nekho di Karkemis dan waktu “merebut segala yang termasuk wilayah raja Mesir
mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai Efrat ”(2 Raj.24:7), Nebukadnezar
perlu menahlukkan raja Yoyakim di Yehuda (2 Raj. 24:1 dan 2 Taw. 36:6)
Catatan Berossus itu sesuai dengan
Daniel 1:3, dimana dikatakan, bahwa Nebukadnezar menyuruh kepala istananya,
yaitu, Aspenas, membawa beberapa tawanan orang Israel ke Babel. Kenyataan bahwa
Nebukadnezar disebut ”raja” oleh Daniel, padahal pada waktu itu ia belum naik
tahta Babel, tidak menjadi soal. Pada waktu tersebut Nebukadnezar sudah berfungsi
sebagai raja , menggantikan ayahnya yang tua. Juga, pada waktu Daniel
menuliskan kitabnya, nebukadnezar sudah lama menjadi raja Babel,dan dikenali
demikian oleh pembaca kitab Daniel.
Pemakaian
istilah “Orang Kasdim”
Dalam kitab Daniel,
istilah “orang Kasdim” dipakai dengan dua pengertian,
1. Mengenai
suatu suku bangsa yang tinggal dibagian Selatan negeri Babel, orang-orang Babel
menyebut mereka orang kasdim, (Dan. 5:30 ;9:1). Nebukadnezar seorang kasdim,
dan rupanya istilah itu menjadi dipakai untuk seluruh daerah negeri Babel. [27]
2. Mengenai
suatu golongan orang tertentu, golongan itu dianggap sebagai orang-orang bijak,
dan ahli ilmu nujum (Dan 2:2 ; 4-5, dan lain-lain).
Sebagian
Sarjana mengatakan, bahwa pengertian yang kedua untuk istilah itu tidak ditemukan
ditempat- tempat lain dalam PL. Juga tidak terdapat pada prasasti-prasasti dari
zaman itu. Oleh karena kedua hal tersebut dikatakan bahwa memakai istilah
tersebut dengan pengertian yang kedua merupakan suatu hal yang tidak tepat,
bahkan salah. Dikatakan pula bahwa pengertian ini terdapat hanya pada waktu
yang jauh kemudian.
Akan
tetapi perlu kita ingat bahwa Nebukadnezar, menurut suku bangsanya, adalah
seorang Kasdim. Maka tidak mengherankan apabila Daniel memakai istilah “orang
Kasdim” dalam arti kesukuan itu, bahkan untuk negeri Babel. Istilah dengan arti
kesukuan itu dipakai diayat-ayat lain dalam PL, misalnya 2 Raja-raja 24:2 ;
25:4 ; 2 Tawarikh 36:17; Yesaya 13:19 ; 23:13 ; 43:14 ; Yeremia 21:4. Juga pada
prasasti-prasasti dari abad ke 10, ke 9, ke 8 SM.
Ahli
sejarah, Herodotus 450SM dalam bukunya berjudul Persian Wars
(Peperangan-peperangan Persia), sering memakai istilah “orang Kasdim” dalam
arti kesukuan. Selain itu ia mengenal mereka juga sebagai suatu imamat,serta
menyebutkan bahwa beberapa kebiasaan agama mereka dilakukan pada zaman Raja
Koresy, bahkan mungkin sebelumnya. Maka bukanlah merupakan hal yang kurang
tepat apabila Daniel juga memakai “orang Kasdim” sebagai istilah untuk suatu
golongan orang yang tertentu, yaitu para imam (Dan 3:8), ahli nujum, dan orang
yang terdidik dalam ilmu orang-orang Kasdim (Dan 2:10 ; 4:7 ; 5:7,11), yaitu
orang-orang berhikmat.
Penyakit
Nebukadnezar (Dan 4:14-16 ; 20-36)
Ada sarjana-sarjana
mengatakan, bahwa karena dalam catatan sekuler, prasasti-prasasti dan sebagainya
mengenai zaman sejarah itu tidak tercantum bahwa raja Nebukadnezar pernah sakit
jiwa, maka jelas bahwa apa yang diceritakan oleh Daniel mengenai hal itu tidak
benar.
Dalam
kita mempertimbangkan betul tidaknya isi kitab Daniel tentang Nebukadnezar pernah
menjadi sakit jiwa, ada tiga hal yang perlu diperhatikan,yakni :
1. Mengetahui
dan mengingat sikap orang-orang timur tengah kuno (Mesopotamia) terhadap orang
yang sakit jiwa. Mereka beranggapan, bahwa segala sakit penyakit adalah hasil
usaha jahat dewa-dewa dari dunia bawah, yang memasuki tubuh manusia melalui
lubang-lubang dikepalanya lalu mengganggu kesehatan tubuhnya. Penyakit jiwa
dianggap mereka sebagai kerasukan setan-setan yang unggul. Karena itu orang
yang sakit jiwa ditakuti dan mungkin dihormati. Dan orang yang sakit jiwa itu
diusir atau dipisahkan dari masyarakat lalu dibiarkan.
2. Menyelidiki
apakah dalam catatan atau tradisi dari zaman itu terdapat sesuatu yang
mendukung apa yang dikatakan Daniel, ataupun yang membuktikannya salah. Memang
tidak ada (atau belum ditemukan) catatan eksplisit, bahwa Nebukadnezar pernah
sakit jiwa. Tetapi, oleh karena sikap orang zaman itu, hal itu tidak berarti ia
tidak pernah sakit jiwa. Sebenarnya ada tradisi dan catatan yang mungkin
mempunyai latarbelakang bahwa ia pernah sakit demikian, yaitu sebagai berikut :
-
Josephus mencatat, bahwa seorang imam
Babel yang hidup ±300 tahun setelah kematian Nebukadnezar menyatakan adanya
tradisi bahwa Nebukadnezar, setelah menjadi raja Babel 43 tahun, tiba-tiba
jatuh sakit dan meninggal. Rasa hormat dan takut kepada raja akan membuat orang
enggan menjelaskan keadaan seperti dilukiskan dalam kitab Daniel.
-
Eusebius jjuga mencatat juga tradisi
dari abad ke-2 SM, yaitu bahwa pada masa akhir pemerintahannya raja
Nebukadnezar “dirasuk oleh salah satu dewa”, dan bahwa ia tidak kelihatan di
kota Babel.
-
Suatu prasasti dari zaman Nebbukadnezar,
walaupun sebagian tidak lagi dapat dibaca karena sudah rusak, namun sangat
penting, menyatakan sebagai berikut : “selama 4 tahun pusat kerajaanku dikotaku
tidak menggembirakan hatiku. Diseluruh kerajaanku tidak kubangun tempat tinggi
kekuasaanku, harta mulia kerajaanku tidak kuperlihatkan. Pada pemujaan Marduk,
tuan/rajaku, sumber sukacita hatiku di Babel, ibukota kerajaanku, tidak
kunyanyikan pujian kepadanya, tidak kusediakan persembahan bagi mezbahnya, dan
tidak kubersihkan kanal-kanal. “(C. H Rawlinson, Historical Evidences of the
Truth of the Scriptural Records [1859], hal 185,440 n 29.). Salah satu tugas
seorang raja Babel yang tidak boleh diabaikan ialah bahwa ia harus menyembah
dewa Marduk dalam suatu upacara besar setiap tahun. Jadi pernyataan, bahwa
pernah Nebukadnezar tidak melakukannya, mendukung kemungkinan bahwa pernah ia
sakit jiwa selama beberapa tahun.
3. Menguji
dan mempertimbangkan ketepatan penjelasan Daniel. Keadaan Nebukadnezar yang
dilukiskan dalam Daniel 4 tepat sekali untuk semacam sakit jiwa tertentu, yang
disebut “Boanthropy”. Orang yang sakit boanthropy mengira bahwa ia seekor
lembu, dan ia berlaku demikian.
Kondisi
medis ini memang tidak sering dilihat, namun pada tahun 1946 R. K. Harrison
memperhatikan keadaan seseorang yang sakit boanthropy dalam sebuah rumah sakit
jiwa di Inggris. Orang itu sepanjang hari berada di alam terbuka dihalaman
rumah sakit itu. Cuaca apapun tidak mengganggu dia. Biarpun kedinginan dan
kehujanan namun ia tidak jatuh sakit dan seakan-akan ia tidak merasakannya.
Orang itu harus dimandikan dan dicukur, ia tidak melakukannya sendiri.
Makanannya semata-mata rumput saja. Ia
tidak pernah mau makan makanan yang disediakan bagi pasien-pasien lain. Dan ia
tidak mau duduk makan bersama-sama dengan mereka. Dapat diperhatikan bahwa ia
dengan teliti dan cerdas membedakan antara rumput baik dan rumput liar.
Keadaan
jasmaninya sangat baik. Kelainan dilihat hanya dalam hal rambutnya yang lebih
panjang dan kukunya lebih kasar dan tebal daripada biasanya (bdk. Dan 4:33).
Dalam perilaku dan sifatnya orang itu tenang, tetapi tidak menyadari kenyataan.[28]
Jadi jelaslah Daniel melukiskan dengan sangat tepat semacam penyakit jiwa yakni
boanthropy.
Mengenai Belsyazar
Ada
sarjana-sarjana mengatakan, bahwa pengarang Daniel salah dalam dua hal
berkenaan dengan belsyazar, yaitu sebagai berikut :
1. Daniel
menyebut Belsyazar raja Babel, serta mengatakan bahwa kerajaannya diberikan kepada
orang media dan Persia (pasal 5), padahal menurut daftar raja-raja Babel,
ayahnya Nabonidus yang sebenarnya adalah raja Babel pada waktu itu. Betul,
menurut daftar raja-raja Babel dari catatan sejarah kerajaan itu, Nabonidus
adalah raja terakhir kerajaan itu. Nama Belsyazar tidak disebut dalam daftar
itu. Tetapi, menurut catatan lain dari prasasti zaman itu :
-
Belsyazar adalah putra sulung Nabonidus.
-
Nama Belsyazar sering dipakai dalam
kontrak-kontrak yang tertulis pada lempengan-lempengan (tablet) sebab ia
menjabat sebagai wakil raja waktu ayahnya diluar negeri.
-
Nama Belsyazar dipakai bersama dengan
nama raja Nabonidus dalam rumus sumpah dari zaman itu. Hal demikian tidak
pernah terjadi pada putra raja lain. Hal ini menyatakan bahwa Belsyazar
berfungsi sebagai raja.
-
Ada juga bukti bahwa Belsyazar menerima
pajak dan menggunakn hak dan kekuasaan seorang raja.
-
Dalam catatan lain dari zaman itu
tertulis dengan terang, bahwa Nebonidus mempercayakan “the king-ship,” yakni
pemerintahan kerajaan dan fungsi raja, kepada Belsyazar.
Dari
hal-hal tersebut di atas jelas bahwa meskipun Nabonidus bukan Belsyazar yang
terdaftar sebagai raja Babel, namun selama jangka waktu tertentu Belsyazarlah,
bukan Nabonidus yang berfungsi sebagai raja disana. Namun demikian,selama ayahnya
hidup Belsyazar tidak dapat digelari “raja” dalam catatan resmi kerajaan itu.
Selama ayahnya hidup, Belsyazar tidak boleh melakukan upacara dalam perayaan
tahun baru, yaitu “berjabat tangan dengan Bel.” Bel adalah nama lain untuk
Marduk, dewa Babel. Hanya rajalah yang boleh melakukan upacara itu.
Keadaan
demikian berlangsung selama lebih dari separuh dari masa pemerintahan
Nabonidus, yaitu kurang lebih 10 tahun waktu Nabonidus berada di negeri Arab,
yakni Teima. Ia kembali ke Babel hanya setelah Babel dikalahkan oleh orang
Media dan Persia. Nabonidus tinggal di Teima sekian lamanya, sebab ia tidak mau
menyembah Marduk dewa Babel, melainkan ia mau menyembah dewa Bulan, yakni Sin.
Jikalau ia menetap di Babel, haruslah ia setiap tahun mengambil peranannya
sebagai raja dalam memperbaharui perjanjian-perjanjian kepada Marduk, dan ia
tidak akan mempunyai kebebasan untuk menyembah Sin. Ia meninggalkan Babel dan
berdiam di Teima, dan menyerahkan pemerintahan kerajaannya kepada putranya
Belsyazar. Kita mengetahui hal-hal tersebut dari prasasti-prasasti yang
ditemukan arkeolog-arkeolog, diantaranya ada yang ditulis oleh Nabonidus
sendiri.[29]
Selain itu, raja Koresy menulis bahwa Nabonidus tidak menyembah Marduk,
melainkan menyembah dewa-dewa lain, dan justru oleh sebab itulah Marduk, dewa
Babel, menyerahkan kotanya Babel kepada Koresy yang menghormatinya. [30]
Sebab sekian lamanya Belsyazar menjabat dan berfungsi sebagai raja ganti
ayahnya, Daniel tidak dapat
dipersalahkan karena menyebutnya raja Belsyazar. Teristimewa apabila
kita memperhatikan Daniel 5:7, 16, 29 dimana dikatakan, bahwa orang yang
memberitahu makna tulisan itu kepada Belsyazar akan diberi kekuasaan sebagi
orang ketiga didalam kerajaannya.
Jelas
pengarang kitab Daniel mengetahui, bahwa Nabonidus adalah orang pertama dan
Belsyazar orang kedua dalam kerajaan itu, meskipun menyebutnya “raja” sesuai
dengan fungsinya. Jadi, tepat sekali yang dikatakan oleh pengarang kitab Daniel
itu.
2. Yang
dikatakan merupakan kesalahan lain dari pengarang kitab Daniel ialah bahwa
didalam pasal 5, ia menyebut Nebukadnezar sebagai ayah Belsyazar, dan Belsyazar
sebagai anak Nebukadnezar (5:2, 11,13,18,22.). dikatakan bahwa pengarang kitab
Daniel menulis demikian sebab ia mengira bahwa ayah Belsyazar adalah
Nebukadnezar, padahal ayahnya adalah Nabonidus. Dan Nabonidus juga bukan anak
Nebukadnezar, sehingga Belsyazar sebagai cucunya boleh disebut “anaknya”. Tetapi
sebutan “anak” dan “ayah” itu tidak merupakan persoalan apabila kita ingat
hal-hal berikut :
-
Didalam PL istilah “ayah” dan “anak”
dipakai tidak hanya dalam arti sempit, yaitu menunjukkan kepada suatu hubungan
darah daging. Misalnya Elisa menyebut Elia “Bapaku” (2 Raj 2:12), dan tidak ada
hubungan keluarga antara mereka. Istilah “ anak-anak (putra-putra) nabi”
diterjemahkan sebagai “rombongan nabi”. Pemakaian istilah “anak”dan “bapa/ayah”
dalam PL mirip dengan pengertian dan pemakaian istilah itu dalam bahasa
Indonesia.
-
Istilah-istilah ini juga dipakai untuk
menyatakan hak seseorang memerintah sebagai raja, meskipun menurut kelahirannya
ia bukan keturunan raja. Dalam sebuah prasasti di Asyur, Salmaneser menyebut raja Israel Yehu “anak Omri”
meskipun tentu ia mengetahui bahwa Yehu bukan seorang keturunan Omri. Jadi,
istilah itu dapat mengacu kepada satu hubungan jabatan, dan bukan hanya
hubungan darah daging semata-mata.
-
Pernah dikatakan bahwa mungkin Nabonidus
menikah dengan seorang putrid Nebukadnezar sehingga Belsyazar, anak mereka,
adalah anak cucu Nebukadnezar. Memang jelas dari Dan.5:10-12 bahwa ibu
Belsyazar adalah seorang yang berperan besar dalam istananya, dan ia mengetahui
bagaimana Daniel telah membantu
Nebukadnezar.
Dari keterangan diatas, jelas kita tidak dapat
membuktikan bahwa pengarang Daniel salah apa yang dikatakannya tentang
Belsyazar. Malah sebaliknya, apa yang dikatakannya tepat sehingga merupakan
bukti bahwa benar ia hidup pada zaman itu. Pada abad ke-3 dan ke-2 SM, nama
Belsyazar tidak dikenal lagi. Kita mengetahui sekarang dari penemuan-penemuan
para arkeolog.
2.3 Eksegetis Daniel 1:6-17
Latar Belakang Nats
Raja Nebukadnezar yang ada dalam
kisah Daniel ini adalah Raja Nebukadnezar II yang memerintah sekitar tahun
605–562 SM di Kerajaan Kasdim. Kerajaan Kasdim ini menguasai daerah Ancient
Near East (ANE) kurang lebih 1 abad lamanya. Sebelum kerajaan ini menjadi
besar, daerah ANE dulunya dikuasai oleh bangsa Asyur, yakni bangsa yang
mengalahkan Israel Utara dan membuang bangsa tersebut dan tidak pernah kembali
lagi. Bangsa Kasdim menyatakan diri merdeka dari Asyur pada tahun 626 SM oleh
rajanya yang pertama Nabopolassar, ayah Raja Nebukadnezar. Selain Asyur dan
Kasdim, salah satu bangsa yang juga kuat pada masa itu adalah Mesir. Mesir
sempat menjajah Yehuda tetapi kemudian Mesir dikalahkan oleh Kasdim.
Setelah bangsa Israel Utara dihukum Tuhan
dengan pembuangan oleh Asyur, Israel Selatan (Yehuda) tidak juga bertobat dari
jalan-jalan mereka yang jahat karena itu Allah juga melakukan hal yang sama
kepada Yehuda. Yehuda dikalahkan oleh Bangsa Babel yang mulai Berjaya dan
sangat kuat dan memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas. Pembuangan Yehuda
oleh Babel terjadi 3 gelombang dalam 3 pemerintahan raja Yehuda. Yosia
(memerintah selama 31 tahun) Yoahas (memerintah selama 3 bulan), dipecat raja
Mesir.
Urutan raja-raja Yehuda menjelang dan pada
waktu pembuangan:
•Yoyakim (memerintah selama 11 tahun), raja jahat ~ pembuangan 1
•Yoyakhin (memerintah selama 3 bulan 10 hari), raja jahat ~ pembuangan 2
• Zedekia (memerintah selama 11 tahun), raja jahat ~ pembuangan 3
•Yoyakim (memerintah selama 11 tahun), raja jahat ~ pembuangan 1
•Yoyakhin (memerintah selama 3 bulan 10 hari), raja jahat ~ pembuangan 2
• Zedekia (memerintah selama 11 tahun), raja jahat ~ pembuangan 3
Narasi ini menjelaskan bahwa pada waktu
Babel mengalahkan Yehuda Nebukadnezar mengambil perkakas-perkakas yanga ada di
Bait Allah. Menurut catatan kuno mengenai tradisi pada waktu itu, pengambilan
perkakas-perkakas rumah penyembahan serta dewa-dewanya merupakan hal yang biasa
terjadi pada waktu itu. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa allah
bangsa yang peralatan penyembahannya diambil dinyatakan telah kalah sehingga
alat-alat bahkan patung-patung yang mereka punyai turut diambil. Jadi
pengambilan perkakas rumah Allah oleh Nebukadnezar bukan sekedar karena
benda-benda tersebut terbuat dari emas dan kelihatan indah melainkan untuk
menyatakan kemenangannya atas Allah bangsa Yehuda.
Bagian awal dari kitab ini, dalam pembacaan
pada masa tersebut, menyatakan bahwa Allah Yehuda telah ditaklukkan oleh allah
Bangsa Babel yang besar sehingga Allah Israel tidak bisa lagi berbuat apa-apa.
Namun keseluruhan Kitab ini berbicara lain. Kekalahan Yehuda bukanlah kekalahan
Allah Israel melainkan karena mereka telah memberontak kepada Allah. Allah
merelakan reputasi namaNya direndahkan oleh karena kekalahan bangsa Israel
tetapi Allah Israel, sepanjang kitab Daniel, tampil sebagai Allah yang
berkuasa, Allah yang tidak dapat dikalahkan dan Allah yang tidak membiarkan
seorangpun memegahkan diri dan mencuri kemuliaanNya. Raja-raja Babel yang besar
menerima hukuman dari Allah Israel karena mereka tidak menghormati Allah yang
Mahabesar dan melanggar kekudusanNya.
Bangsa yang dibuang ke Babel adalah bangsa
Yehuda (Israel Utara), karena itu istilah yang sering digunakan untuk menyebut
bangsa tersebut adalah “Yehuda” (8x disebutkan). Sementara itu istilah “Israel”
digunakan 4x saja dan 3x digunakan hanya dalam doa Daniel saja. Satu-satunya
penggunanaan istilah Israel diluar doa Daniel (Dan 9) adalah ayat 3, yang
memiliki konteks pemilihan beberapa orang dari kaum bangsawan yang baik dalam
segala hal untuk disiapkan untuk melayani di istana Babel. Penggunaan istilah
ini memang terkesan agak asing dari konteks Kitab Daniel yang justru lebih
sering menggunakan istilah Yehuda. Kemungkinan tujuan penulis menggunakan
istilah Israel berhubungan dengan umat perjanjian Allah, karena dalam doa
Daniel (pasal 9) istilah Israel memiliki makna umat Allah yang telah mengikat
perjanjian dengan Allah Abraham, nenek moyang mereka.
Istilah Israel menjadi penting dan
ditekankan oleh penulis untuk menegaskan 4 orang muda yang terpilih untuk
melayani istana Babel adalah orang-orang yang memegang teguh perjanjian Allah
mereka dengan umatNya. Jadi orang-orang terbaik yang dipilij oleh Aspenas,
kepala sida-sida Babel tersebut adalah keturunan Yehuda tetapi orang Israel,
yang berarti umat perjanjian Allah. Pesan lain yang kuat ditekankan oleh
penggunaan istilah Israel adalah theology of remnant, yakni: ditengah-tengah
Yehuda yang meninggalkan Allah hingga Allah menghukum mereka, terdapat beberapa
orang, dari keturunan raja atau kaum bangsawan Yehuda yang masih memegang teguh
iman mereka dan memelihara perjanjian dengan Allah Israel. Atau dapat juga
dikatakan bahwa orang-orang terbaik dalam berbagai aspek (tidak ada sesuatu
cela, berperawakan baik, memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak,
memilki pengertian tentang ilmu, cakap bekerja) justru adalah orang-orang yang
setia kepada Allah Israel dan tidak meninggalkan perjanjianNya.
Empat orang-orang Yehuda yang terpilih dalam
kelompok yang dipersiapkan untuk melayani di Istana adalah Daniel, Hananya,
Misael dan Azarya. Nama-nama ini adalah nama Ibrani yang maknanya berhubungan
dengan Allah. Daniel berarti “Allah adalah hakimku” atau “Allah telah menghakimi,”
Hananya berarti “Yahweh telah beramah tamah,” Misael berarti “Dia yang adalah
Allah,” dan Azarya berarti “Yahweh telah menolong.” Nama-nama 4 orang muda ini
sangat indah dan menyatakan kebesaran dan hubungan umat Allah dengan Allahnya.
Namun setelah mereka “ditangkap” dan dididik untuk menjadi pelayan Raja Babel,
maka Aspenas mengganti nama-nama Ibrani itu menjadi nama-nama Kasdim yang juga
berhubungan dengan dewa-dewa yang disembah orang Kasdim. Nama Daniel diganti
menjadi Beltsazar (Dewa Bel menjaga hidupnya), Sadrakh kemungkinan berarti “aku
sangat ketakutan kepada Dewa Marduk,” Mesakh tidak terlalu jelas artinya tetapi
berhubungan dengan Dewa Marduk atau Dewa Mithras, Abednego berasal dari kata
Abed-Nabu yang berarti “hamba Dewa Nabu.
Ayat 6-8, (Daniel berketetapan untuk tidak
menajiskan dirinya)
הירזעו
מישאל חנניה דניאל יהודה מבני בהם ויהי BHc
Daniel 1:6
בלטשאצר
לדניאל וישם שמות הסריסים שר להם וישם BHc
Daniel 1:7
דבע~וגנ ולעזריה מישך ולמישאל שדרך ולחנניה
המלך בפתבג לא־יתגאל אשר על־לבו דניאל וישם
BHc Daniel 1:8
לא אשר הסריסים טר //corrected jdp // משר ויבקש
משתיו וביין
לאגתי
ITB Daniel
1:6 Di antara mereka itu ada juga beberapa orang
Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.
ITB Daniel
1:7 Pemimpin pegawai istana itu memberi nama
lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh,
Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.
ITB Daniel
1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan
dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja;
dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan
dirinya.
NJKV Daniel
1:6 Now from among those of the sons of Judah were Daniel, Hananiah,
Mishael, and Azariah.
NJKV Daniel
1:7 To them the chief of the eunuchs
gave names: he gave Daniel the name Belteshazzar; to Hananiah, Shadrach; to
Mishael, Meshach; and to Azariah, Abed-Nego.
NJKV Daniel
1:8 But Daniel purposed in his heart that he
would not defile himself with the portion of the king’s delicacies, nor with
the wine which he drank; therefore he requested of the chief of the eunuchs
that he might not defile himself.
BIS Daniel
1:6 Di antara pemuda-pemuda itu terdapat juga
Daniel, Hananya, Misael dan Azarya, semuanya dari suku Yehuda.
BIS Daniel
1:7 Kepala rumah tangga istana mengganti nama-nama mereka menjadi:
Beltsazar, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
BIS Daniel
1:8 Dengan pertolongan Allah, Daniel disayang
dan dikasihani oleh Aspenas. Daniel bertekad untuk tidak menajiskan dirinya
dengan makanan dan minuman anggur dari istana raja, sebab itu ia minta kepada
Aspenas supaya boleh mendapat makanan lain.
Di istana raja, Daniel menerima nama Babel
ini tanpa protes, Dalam bahasa Ibrani 1.
“Daniel” Allah adalah hakimku, namun sesudah diubah menjadi “Beltsazar” (bahasa
Chaldee), artinya menjadi hamba dewa Bel, 2. “Hananya” dalam bahasa Ibrani
berarti “Karunia Allah” namun setelah diubah menjadi “Sadrakh”, artinya adalah anugrah baginda, 3.
“Misael” dalam bahasa Ibrani berarti “Allah yang Maha Mulia” namun setelah
diubah menjadi “Mesakh”, artinya adalah dewa
yang maha tinggi, 4. “Azarya” dalam bahasa Ibrani berarti “yang dilindungi
Allah” namun setelah diubah menjadi
“Abednego”(bahasa Kasdim), artinya adalah tentara dewa bintang.
Meskipun rupanya nama ini berhubungan dengan
doa kepada Dewa Bel (Marduk) Yesaya 46:1, Dewa Bel sudah ditundukkan, dewa Nebo
sudah direbahkan, patung-patungnya sudah diangkut di atas binatang, di atas
hewan; yang pernah kamu arak, sekarang telah dimuatkan sebagai beban pada
binatang yang lelah, tampak inkonsisten dengan ketaatannya yang kuat
terhadap peraturan tentang makanan. Meskipun nama keempat pemuda dari Yehuda
tersebut diganti dengan nama-nama Kasdim, bahkan berhubungan dengan nama
dewa-dewa mereka, iman keempat anak muda tersebut tidak tergantikan oleh
dewa-dewa tersebut. Iman mereka tetap kepada Allah Yahweh meskipun mereka telah
diberi nama baru yang kafir oleh penguasa pada waktu itu. Seluruh Kitab Daniel
menunjukkan bahwa keempat orang ini begitu tangguh di dalam iman dan
memanifestasikan kehadiran Allah yang begitu nyata dalam hidup mereka. Ayat 6-7 menyebutkan 4 orang nama, kemudian
di ayat 8, tiba-tiba yang disebutkan berketetapan tidak menajiskan diri dengan
santapan raja hanyalah Daniel.
Ayat 9-12, (Jujur )
שר לפני ולרחמים לחסד את־דניאל האלהים ויתן BHc Daniel 1:9
םיסירסה
המלך את־אדני אני ירא לדניאל הסריסים שר ויאמר
BHc Daniel 1:10
טר למה
אשר ואת־משתיכם את־מאכלכם מנה אשר
ךלמל את־ראשי וחיבתם
הסריסים שר מנה אשר אל־המלצר דניאל ויאמר BHc Daniel 1:11
הירזעו מישאל חנניה חנניה על־דניאל
מנ־הזרעים ויתנו־לנו עשרה ימים את־עבדיך נס־נא
BHc Daniel 1:12
התשנו ומים ונאכלה
ITB Daniel
1:9 Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih
dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;
ITB Daniel
1:10 tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana
itu kepada Daniel: "Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah
menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat
dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu
aku dianggap bersalah oleh raja."
ITB Daniel
1:11 Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang
yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel,
Hananya, Misael dan Azarya:
ITB Daniel
1:12 "Adakanlah percobaan dengan
hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk
dimakan dan air untuk diminum;
NJKV Daniel
1:8 Now God had brought Daniel into the favor
and goodwill of the chief of the eunuchs.
NJKV Daniel
1:9 And the chief of the eunuchs said to Daniel,
"I fear my lord the king, who has appointed your food and drink. For why
should he see your
NJKV Daniel
1:10 faces looking worse than the young men who
are your age? Then you would endanger my head before the king."
NJKV Daniel
1:11 So Daniel said to the steward whom the chief
of the eunuchs had set over Daniel, Hananiah, Mishael, and Azariah,
NJKV Daniel
1:12 "Please test your servants for ten
days, and let them give us vegetables to eat and water to drink.
BIS Daniel
1:9 (#/I_BIS Dan 1:8)
BIS Daniel
1:10 Karena takut kepada raja, Aspenas berkata, "Raja sendiri telah
menetapkan makanan dan minumanmu, jadi jika menurut pendapatnya engkau
kelihatan kurang sehat daripada pemuda-pemuda yang lain, pasti aku akan dibunuhnya."
BIS Daniel
1:11 Kemudian Daniel merundingkan hal itu dengan pengawal yang ditugaskan
oleh Aspenas untuk mengurus Daniel dan ketiga kawannya. Kata Daniel,
BIS Daniel
1:12 "Ujilah kami selama sepuluh hari; berilah kami hanya sayuran dan
air untuk makanan dan minuman.
Tetapi ayat 11 kembali menyebutkan lagi
keempat nama pemuda tersebut dan ketetapan untuk makan dan minum terpisah dari
hidangan raja diberlakukan kepada mereka berempat. Jadi Daniel adalah pemimpin
di antara mereka berempat karena itulah yang disebutkan menghadap pemimpin
pegawai istana dan mendisukusikan hal ini hanya Daniel saja.
Apa yang salah dengan santapan dan minuman
raja Babel sehingga Daniel dan teman-temannya melihat bahwa makan makanan
tersebut berarti menajiskan diri mereka? Kata menajiskan dalam bahasa aslinya
adalah gaal yang biasanya digunakan berhubungan dengan darah (Yes 59:3; 63:3;
Rat 4:14), berhubungan dengan persembahan yang najis (Mal 1:7, 12) dan
berhubungan juga dengan keimaman yang tidak sesuai dengan peraturan bagi
seorang imam (Ezra 2:62; Neh 7:64). Dengan demikian maka Daniel dan
teman-temannya menolak makanan dan minuman raja berhubungan dengan hukum Taurat
Musa. Menurut Taurat Musa makanan digolongkan sebagai makanan tahir bukan saja
karena makanan tersebut dari hewan-hewan yang tergolong tahir saja tetapi juga
bagaimana proses hewan tahir tersebut disiapkan menjadi hidangan termasuk
bagaimana hewan tersebut mati/ dibunuh.
Ayat 13-15 Berani
Terima Tantangan
את האכלים הילדים ומראה מראינו לפניך ויראו BHc Daniel 1:13
ךידבע־מע עשה תראה וכאשר המלך פתבג
הרשע ימים וינסם הזה לדבר להם וישמע BHc
Daniel 1:14
בשר ובריאי טוב מראיהם נראה עשרה ימים ומקצת
BHc Daniel 1:15
ךלמה פתבג את האכלים מנ־כל־הילדים
ITB Daniel
1:13 Setelah sepuluh hari, bandingkanlah rupa
kami dengan rupa pemuda-pemuda yang makan makanan yang ditetapkan oleh raja,
lalu ambillah keputusan berdasarkan pengamatanmu itu."
ITB Daniel
1:14 Pengawal itu setuju dan mengadakan percobaan
itu selama sepuluh hari.
ITB Daniel
1:15 Setelah waktu itu habis, mereka kelihatan
lebih sehat dan kuat daripada semua pemuda yang telah mendapat makanan dari
meja raja.
NJKV Daniel
1:13 "Then let our appearance be examined
before you, and the appearance of the young men who eat the portion of the
king’s delicacies; and as you see fit, so deal with your servants."
NJKV Daniel
1:14 So he consented with them in this matter,
and tested them ten days.
NJKV Daniel
1:15 And at the end of ten days their features
appeared better and fatter in flesh than all the young men who ate the portion
of the king’s delicacies.
BIS Daniel
1:13 Setelah sepuluh hari, bandingkanlah rupa kami dengan rupa
pemuda-pemuda yang makan makanan yang ditetapkan oleh raja, lalu ambillah keputusan
berdasarkan pengamatanmu itu."
BIS Daniel
1:14 Pengawal itu setuju dan mengadakan percobaan itu selama sepuluh hari.
BIS Daniel
1:15 Setelah waktu itu habis, mereka kelihatan lebih sehat dan kuat
daripada semua pemuda yang telah mendapat makanan dari meja raja.
Daniel dan teman-temannya merasa perlu untuk
menjaga diri mereka tetap benar dihadapan Tuhan sehingga mereka meminta makanan
vegetarian. Vegetarian mencegah mereka memakan daging yang mereka tidak tahu
apakah proses pembuatannya sesuai dengan hukum Musa atau tidak. Tetapi hal ini
menunjukkan betapa mereka serius dengan kekudusan mereka sebagai umat
perjanjian Allah. Permintaan
Daniel pada awalnya tidak diterima oleh pemimpin pegawai istana karena ia
khawatir bahwa Daniel dan teman-temannya terlihat kurang sehat dibandingkan
dengan orang-orang yang turut dididik bersama-sama dengan mereka. Oleh karena
itu Daniel meminta permintaan mereka diuji coba selama 10 hari. Permintaan
Daniel ini diselingi oleh narrator dengan ayat 9 yang menyatakan bahwa Allah
menyertai Daniel dan teman-temannya. Pemimpin pegawai istana itu menerima
permintaannya karena “Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari
pemimpin pegawai istana itu.” Jadi kerinduan mereka untuk hidup sesuai dengan
perintah Allah dapat terjadi karena Allah sendiri yang turut intervensi dalam
proses perijinan tersebut. Akhirnya dilakukanlah percobaan kepada 4 pemuda ini
dengan memberikan sayur dan air sebagai ganti makanan dari hidangan raja.
Ayat 16-17, Pengakuan Orang Lain
להם
ונתן משתיהם ויין את־פתבגם נשא המלצר ויהי BHc
Daniel 1:16
םינערז
מדע האלהים להם נתן ארבעתם האלה והילדים BHc Daniel 1:17
בכל־חזון הבין ודניאל וחכמה בכל־ספר והשכל
תומלחו
ITB Daniel
1:16 Kemudian penjenang itu selalu mengambil
makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada
mereka.
ITB Daniel
1:17 ¶ Kepada keempat orang muda itu Allah
memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan
hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai
penglihatan dan mimpi.
NJKV Daniel
1:16 Thus the steward took away their portion of
delicacies and the wine that they were to drink, and gave them vegetables.
NJKV Daniel
1:17 ¶ As
for these four young men, God gave them knowledge and skill in all literature
and wisdom; and Daniel had understanding in all visions and dreams.
BIS Daniel
1:16 Sejak itu pengawal itu tidak lagi menghidangkan kepada mereka makanan
dan minuman yang ditetapkan oleh raja, melainkan hanya sayuran dan air saja.
BIS Daniel
1:17 ¶ Allah memberikan kepada
keempat pemuda itu hikmat dan keahlian dalam kesusasteraan dan ilmu. Selain itu
kepada Daniel diberikan-Nya juga kepandaian untuk menerangkan penglihatan dan
mimpi.
Setelah lewat 10 hari, masa percobaan yang
telah disepakati, maka hasilnya adalah keempat orang itu lebih baik
perawakannya dan lebih gemuk. Apakah vegetarian lebih gemuk dari orang-orang
yang makan daging? Bagian ini sedang tidak mengatakan bahwa vegetarian lebih
baik dari pada makan daging, karena bangsa Israel dalam perayaan-perayaan
mereka makan daging dan minum anggur, bahkan para imam selalu mendapat bagian
dari korban-korban yang dipersembahkan kepada Allah. Sehingga narasi ini tidak
bisa ditafsirkan sebagai ayat-ayat yang mendukung vegetarian lebih baik, atau
Daniel dan teman-temannya menjadi gemuk karena mereka hanya makan sayur-sayuran
saja. Narasi ini ingin menegaskan penyertaan Tuhan kepada keempat orang Yehuda
yang mau memelihara hukum Tuhan di tengah-tengah situasi yang sulit, mereka
tidak mau kompromi tetapi juga tidak konyol. Mereka meminta ijin dan
menyepakati waktu uji coba dan ternyata Allah menolong mereka sehingga di ayat
16, narrator mengatakan bahwa pemimpin pegawai istana itu melihat bukti bahwa
mereka tetapi sehat bahkan lebih baik sehingga makanan mereka tetapi
dikhususkan hanya sayuran dan air saja.
Interfensi Allah kembali muncul dalam narasi ini, khususnya
pada bagian kesimpulan. Daniel dan teman-temannya adalah orang-orang yang takut
akan Allah, mereka menghormati Allah dan hukum-hukumnya. Dalam tradisi Yahudi
(khususnya dalam Amsal) takut akan Allah adalah awal atau permulaan dari
pengetahuan. Pengetahuan dan kepadaian tidak berasal dari diri manusia sendiri
melainkan dari Allah. Hikmat yang sejati tidak berawal dari arogansi manusia
atas kemampuannya yang meneliti dan mencari pengetahuan sendiri, melainkan
pemberian Allah. Karena itulah empat anak-anak Tuhan ini diberikan Allah
pengetahuan dan kepandaian bahkan Daniel mengapatkan pengertian mengenai
penglihatan dan mimpi.
2.4
Integritas Daniel
Dari landasan teori oleh para ahli dan hasil
eksegese nats Alkitab, Integritas seorang Daniel sangat relevan bagi kehidupan
kekristenan saat ini secara pribadi, secara kelompok gereja, bangsa dan Negara,
bahkan dalam hubungan internasional.
2.4.1
Pengertian Integritas
Integritas
dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti kejujuran; mutu, sifat atau keadaan
yang menunjukkan kesatuan yang utuh
sehingga memiliki kemampuan yang memancarkan kewibawaan.[31]
Pdt.
Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc., M.A., Ph.D mengatakan bahwa Integritas
berasal dari bahasa Latin “integrare” yang artinya “menjadi utuh” dan diadopsi
ke dalam bahasa Inggris sebagai, yaitu “Integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kemudian
digunakan juga dalam dunia matematika yang kita kenal dengan “bilangan
integral” atau bilangan bulat. Dalam dunia komputer juga ada istilah “Integral Data Type” yang
menunjuk kepada tipe data apapun yang juga merepresentasikan bilangan bulat itu
sendiri, Jadi integritas adalah
tentang suatu kesatuan yang utuh (a whole).
Menurut
Jonathan Lamb kata “integral” adalah sebagai hal yang sangat mendasar
atau sangat penting untuk keadaan yang lengkap, yang utuh, yang tidak kurang, dan menyeluruh. Maka dalam konteks itu juga kita
harus memahami makna kata
integritas itu sendiri, yang menunjuk kepada eksistensi manusia seutuhnya, yaitu
antara perkataan dan perbuatannya harus selaras dan diterapkan dengan tepat. Kalau saya punya
integritas, kata-kata dan perbuatan saya sesuai, saya adalah diri saya, tidak
peduli di mana diri saya atau bersama siapa. Seseorang yang punya integritas
tidak membagi loyalitas (itu sikap mendua), ataupun dia hanya pura-pura (itu
kemunafikan). Orang yang memiliki integritas adalah orang yang utuh; mereka
bisa diidentifikasi dengan kesatuan pikirannya. Orang yang memiliki integritas
tidak punya apa pun untuk disembunyikan dan tidak punya apa pun untuk ditakuti.
Kehidupan mereka seperti buku terbuka. V. Gilbert Beers mengatakan, “Seseorang
yang punya integritas adalah orang yang menetapkan sistem norma untuk menilai
semua kehidupan.”[32]
Jhon Stott
pernah menuliskan demikian, “Integritas
adalah ciri orang-orang yang terintegrasi secara selaras, yang di dalam dirinya
tidak ada dikotomi antara kehidupan pribadi dan kehidupan di muka umum, antara
yang disaksikan dan yang diterapkan, antara yang diucapkan dan yang dilakukan”.[33] Maksudnya,
keselarasan antara perkataan dan perbuatan itu harus menjadi ciri khas
orang-orang yang hidup terintegrasi.
Selanjutnya,
Jhon Poulton, yaitu mantan penasihat Uskup Agung dalam bidang penginjilan
mengatakan, “Kesaksian yang paling
efektif berasal dari mereka yang mewujudkan hal-hal yang mereka katakan. Mereka
adalah perwujudan dari pesan mereka sendiri. Orang Kristen harus konsisten
dengan perkatan mereka sendiri, apa yang dikomunikasikannya pada dasarnya merupakan keaslian pribadinya”.[34] Maksudnya,
pada dasarnya perkataan seseorang itu mencerminkan kepribadiannya.
Daniel
dengan integritas adalah seorang yang
mempunyai kepribadian utuh dalam kata dan perbuatan. Sebagaimana perilakunya di
depan umum, begitulah kenyataan kehidupannya. Sebagai seorang hamba Tuhan, ia
selalu melakukan apa yang dikatakannya dan mengatakan apa yang dilakukannya.
Integritas merupakan tulang punggung dari seorang hamba Tuhan. Dengan lain kata
bahwa integritas juga merupakan tiang utama (main
post) berbagai macam jenis pelayanan kerohanian, bahkan juga di bidang
sekuler.[35]
Integritas
adalah reputasi kredibilitas, moralitas tinggi, kejujuran dan karakter yang
menurut karakter Kristus. Integritas Daniel sangat penting untuk menjadi hamba
Tuhan yang sukses dalam pelayanan digereja. Orang yang akan dilayani harus tahu
bahwa yang melayani mereka dapat diandalkan, dapat dipercayai. Kalau seorang
hamba Tuhan kehilangan integritas seperti yang dilakukan Daniel maka, hamba Tuhan tersebut kehilangan
kapasitas untuk berfungsi dengan baik. Untuk mempertahankan integritas, seorang
hamba Tuhan harus mengikuti nasihat Yohanes dalam 1 Yohanes 1:7 “Tetapi jika
kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita
beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa”.[36]
Pelayanan
hamba Tuhan memiliki dua dimensi, yaitu “Perintah Allah” sebagai dimensi Illahi
dan “Tanggapan manusia atas pilihan dan perintah Allah” sebagai dimensi
manusia. Sebagai hamba Tuhan yang baik, haruslah memperhatikan segi “dimensi
manusia” dengan menjaga “integritas” kehidupan, karena Allah selalu memilih
manusia dengan “integritas” yang baik.[37]
Integritas
bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih banyak siapa diri kita. Dan
siapa diri kita, pada gilirannya menetapkan apa yang kita lakukan. Sistem norma
kita merupakan sebagian besar dari diri kita yang tidak bisa dipisahkan dengan
diri kita. Ini menetapkan prioritas dalam kehidupan kita dan menilai apa yang
akan kita terima atau kita tolak.
John
C. Maxwell mengatakan delapan puluh persen dari apa yang dipelajari orang
datang melalui stimulasi visual, 10 persen melalui stimulasi pendengaran, dan 1
persen melalui indera lainnya. Maka merupakan hal yang masuk akal bahwa semakin
banyak pengikut meliat dan mendengar pelayanannya konsisten dalam tindakan dan perkataan, akan
semakin besar pula konsistensi dan loyalitas mereka. Apa yang mereka dengar, mereka
pahami. Apa yang mereka liat, mereka percayai. Terlalu sering kita berusaha
memotivasi pengikut kita dengan sarana yang cepat mati dan dangkal. Yang
diperlukan orang bukanlah motto untuk dikatakan, melainkan teladan untuk
dilihat.[38]
Semakin
bisa dipercaya diri anda semakin besar pula kepercayaan orang lain yang
ditempatkan pada diri anda, dengan demikian memungkinkan diri anda memiliki hak
istimewa mempengaruhi kehidupan mereka. Semakin kurang di percaya diri anda,
semakin kurang pula kepercayaan yang ditempatkan orang lain pada diri anda dan
makin cepat anda kehilangan kedudukan untuk mempengaruhi.
Mengapa
integritas sangat penting, menurut Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc.,
M.A., Ph.D ada 3 hal, yaitu :[39]
a.
Tuhan selalu memperhatikan integritas
manusia yang dipilih-Nya menjadi seorang hamba bagiNya. Dalam Kitab 1 Raja-raja
9:4-5 dikatakan : “Mengenai engkau, jika
engkau hidup dihadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan
dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan
jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku, maka Aku akan
meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya.....” Tuhan
Yesus juga merupakan teladan yang sempurna, seperti terdapat di dalam Matius
22:16b, yang berkata : “Guru, kami tahu,
Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan
Engkau tidak takut kepada siapapun”. Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 1:12,
juga mengatakan : “Inilah yang kami
megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa
hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai
oleh kekudusan dan kemurnian dari Allah”.
b.
Seorang dengan integritas akan
melayani orang lain dengan penuh kepercayaan. Ia akan melangkah tanpa rasa
khawatir. Amsal 10:9 mengatakan : “Siapa
bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan
diketahui” dan Amsal 28:1 juga dikatakan : “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang
benar merasa aman seperti singa muda”.
Alkitab
terus-menerus mengingatkan kita untuk menjalankan kehidupan yang sepadan dengan
panggilan kita, “Barangsiapa mengatakan
bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup”
(1 Yoh 2:6). Ini adalah mengenai iman yang dijalankan, kebenaran yang
diterapkan dalam tindakan, kesalehan dalam menjalani kehidupan di tempat kerja.
Jemaat Kristen mula-mula tentu saja harus menjalani hidup mereka secara
konsisten. Ada hubungan yang erat antara kekudusan dan misi. Gereja mula-mula
sangat diperhatikan gerak-geriknya. Kehidupan mereka, pekerjaan mereka,
keluarga mereka, respon mereka ketika berada dalam tekanan; semua ini harus
mendukung pesan radikal yang mereka sampaikan pada abad pertama.
Paulus juga
sangat menyadari bahaya yang dihadapi seorang hamba Tuhan. Ketika berbicara
kepada para penatua di Efesus, ia menekankan,
“Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Ro
Kudus menjadi penilik untuk mengHamba Tuhankan jemaat Allah” (Kis. 20:28).
Ia mengatakan hal yang sama kepada Timotius :
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu... Awasilah dirimu
sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Tim. 4:12,16). Perintahnya sangat penting dalam kedua nasihat tersebut : awasilah
kehidupanmu, kesalehanmu, keberlangsungan kehidupan rohanimu terlebih dahulu.
Bukan hanya
dilapisan gereja atau agama saja integritas diseru-serukan bahkan di semua
lapisan masyarakat ada seruan yang kuat agar semua pelaku, baik di bidang
usaha, politik, untuk hidup berintegritas. Integritas dipandang sebagai
kualitas yang sangat mendasar dan penting dalam apa yangkita akan lakukan. Kita
tidak perlu terkejut bila integritas dinilai tinggi dalam sektor usaha.
Integritas juga
merupakan hal yang sangat diperhatikan dikalangan para pegawai. Penelitian
menunjukkan bahwa, ketika para pegawai ditanyai mengenai apa yang paling mereka
kagumi dari seorang pemimpin, maka integritas merupakan salah satu dari tiga
kualitas yang paling sering disebutkan. Bagi kebanyakan pegawai tersebut
integritas berarti bertindak jujur, mereka menginginkan atasan mereka bersikap
jujur dengan pegawainya, dan juga bersikap konsisten. Pemimpin-pemimpin dalam
bidang usaha atau politikus atau para hamba Tuhan sebaiknya tidak mengatakan
hal yang sama sekali berbeda dengan apa yang mereka katakan keesokan harinya.
Integritas bisa
berarti keadaan yang utuh dan lengkap. Satu definisi dari kata ‘integral’
adalah sangat mendasar atau sangat penting untuk keadaan yang lengkap; utuh;
sempurna; tidak ada yang kurang; menyeluruh. Dalam pengertian ini, integritas
menyatakan kehidupan yang menyatu dengan baik. Ada keterkaitan antara bagian-bagian
yang berbeda dari kehidupan seseorang. Sistem nilai yang kita anut akan
membentuk setiap segi kehidupan kita, baik di depan umum maupun dalam kehidupan
pribadi. Ada kekompakan antara kepribadian kita dan cara hidup kita.
Integritas juga
bisa memiliki arti lebih umum dalam percakapan sehari-hari. Kita menggunakannya
untuk menggambarkan kualitas yang berhubungan dengan kebenaran dan moralitas.
Integritas mengandung arti bahwa kita adalah orang yang ‘lurus’, jujur dan
tulus. Kita bisa dipercayai karena adanya konsistensi kata, sifat dan tindakan.
Inilah wujud luar dari integritas yang tertanam dalam batin.
Ketika seorang
hamba Tuhan pada setiap tingkatan gagal
menjalani kehidupan yang berintegritas, maka akibatnya sungguh sangat fatal.
Kegagalan ini meracuni komunitas, menghancurkan kepercayaan, menggagalkan misi
yang saling terkait dan menyatu, dan yang paling berbahaya kegagalan ini bisa
mengkhianati usaha-usaha dalam pengabaran Injil dan merendahkan Allah yang kita
sembah. Namun ketika para hamba Tuhan menjalani kehidupan yang sesuai dengan
kata-kata yang mereka ucapkan, menepati janji-janji mereka, melayani komunitas
mereka; pendeknya memperliatkan kepada kita Yesus Kristus itu sendiri; maka
komunitas kristiani itu akan terbina dan misi kristiani pun akan meningkat.
Integritas bila benar-benar dipahami dan dilakukan dengan setia, bisa mengubah
karya para hamba Tuhan, memperkuat pelayanan gerejawi dan organisasi dan
mendukung kesaksian kehidupan kekristenan kita.
Hamba Tuhan pada
dasarnya adalah suatu hubungan atas dasar kepercayaan, oleh karena itu
kredibilitas sangat penting. hubungan Paulus dengan jemaat Korintus
memperlihatkan bagaimana Paulus adalah seorang Integritas Hamba Tuhan. Kalau
kita melihat 2 Korintus, Jemaat Korintus memiliki kecurigaan yang cukup besar
akan kualitas pelayanan Paulus hal ini terlihat dengan faktanya bahwa Paulus
dikritik dalam banyak hal, diantaranya Paulus dituduh sebagai orang yang sangat
tidak bisa diandalkan karena berjanji untuk mengunjungi orang-orang Korintus,
namun ternyata tidak ditepati. Paulus juga dituduh telah bertindak secara
berbelit-belit dan tidak tulus, tidak mau berterus terang.
Latar belakang
hubungan Paulus dengan Jemaat Korintus adalah Paulus sudah bersama-sama jemaat
Korintus sebagai Hamba Tuhan kurang lebih delapan belas bulan seingga kalau
diukur dari sudut waktu ini hubungannya dengan jemaat sudah sangat dekat,
Paulus bangga dengan mereka seperti seorang ayah bangga terhadap anak-anaknya.
Ada beberapa hal yang terjadi dalam jemaat yang tidak sepadan dengan kehidupan
komunitas orang kristen, sehingga Paulus harus memberi teguran keras kepada
mereka, Paulus arus menulis kepada mereka dengan kata-kata yang tampaknya tajam
sekali. Setiap orang yang terlibat dengan tugas mendisiplin warga gereja akan
memaami bahwa untuk melaksanakannya dibutukan usaha dan pengorbanan emosi yang
sangat majal. Jemaat Korintus tentu saja sangat merasa sakit atas teguran itu.
Bagi Paulus tugas mendisiplin itu juga penuh pengorbanan,tentu saja, ia
berharap bahwa pada akirnya kehangatan dan keintiman persekutuan mereka bisa
dipulihkan kembali.
Larry Keefauver
mengatakan integritas adalah apa yang dilakukan di balik pintu dalam pelayanan
ketika kamera dan mikrofon dimatikan. Tanpa integritas suatu pelayanan pasti
akan hancur. Dengan integritas, hamba Tuhan mempraktekkan apa yang mereka
ucapkan, dibalik pintu yang tertutup bersama orang lain, di tempat-tempat yang
jauh dan dengan mereka yang paling karib dengan hambaNya. Lukas 12:2-3 berbunyi “Tidak ada sesuatu pun yang tertutup
yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak
akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran
dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan
diberitakan dari atas atap rumah.”[40]
Myles Munroe
menuliskan bahwa salah satu kualitas dan karakteristik yang diperlukan dalam
kepemimpinan sejati adalah Integritas yaitu konsistensi dalam perkataan dan
tindakan seseorang; kelayakan untuk dipercaya; karakter yang benar.[41]
Pakar kepemimpinan
Warren Bennis dalam bukunya Leaders : Strategies for Taking Charge menulis
bahwa integritas adalah fondasi untuk membangun rasa percaya (trust). Trust ini
berkaitan erat dengan predictability. Seorang pemimpin yang memiliki integritas
membangun rasa percaya dengan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila ia
diperhadapkan dengan tantangan moral, segala keputusan dan aksinya dapat
diprediksi.[42]
Integritas
dimengerti sebagai “wholeness,
completeness, entirety, unfied”. Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan
dalam seluruh aspek hidup, khususnya antara perkataan dan perbuatan. Beberapa
kamus mendefinisikan integritas sebagai, “the
condition of having no part taken away” atau “the character of un-corrupted
virtue.” Yakobus memberikan definisi yang senada. Orang yang berintegritas
adalah orang yang “mature and complete,
not lacking anything” (Yakobus 1:4). Iman dan perbuatannya menyatu. Bakan
dari perbuatannya, orang dapat melihat imannya (Yakobus 2:8).[43]
Penulis melihat
banyak sekali indicator yang terdapat pada indicator jika dihubungkan dengan
pendapat dari teori-teori para ahli, namum demikian penulis membatasinya dengan
memilih 4 indikator yang terpenting yang merupakan indicator dari eksegese
kitab Daniel 1:61-7, antara lain:
1.
Tidak menajiskan Diri
2.
Jujur
3.
Berani Mengahdapi Tantangan
4.
Pengakuan Orang Lain
2.4.2
Tidak
Menajiskan Diri
[KBBI] najis= 1 kotor yg menjadi sebab terhalangnya seseorang
untuk beribadah kpd Allah, spt terkena jilatan anjing: tempat yg — ;
makanan yg — ; 2 kotoran (tinja, air kencing); 3 jijik: aku — mendengar perkataan
itu, menajiskan 1 menjadikan najis
(kotor, cemar); mengotorkan; mencemarkan: ~
tempat yg suci; 2 menganggap
najis; menyatakan sbg najis: ~ hewan; ~
anjing;
Kej 2:9 Lalu TUHAN
Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik
untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Kej 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik
dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau
memakannya, pastilah engkau mati." Kej 3:3
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
Dalam PL Allah untuk memberi pengertian
batasan untuk tidak bercela, najis, menjadi cemar.
Cara dosa dan sikap kompromi dengan dunia merusak segala
sesuatu yang dimaksudkan untuk hidup kudus. Kel 20:25 Tetapi jika engkau membuat bagi-Ku mezbah
dari batu, maka jangan engkau mendirikannya dari batu pahat, sebab apabila
engkau mengerjakannya dengan beliung, maka engkau melanggar kekudusannya. Im 5:2 Atau bila seseorang kena kepada sesuatu yang
najis, baik bangkai binatang liar yang najis, atau bangkai hewan yang najis,
atau bangkai binatang yang mengeriap yang najis, tanpa menyadari hal itu, maka
ia menjadi najis dan bersalah.
Kekudusan Daniel dengan tidak menajiskan diri menyertai diri
Daniel, dalam PL Bil 5:2
"Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya semua orang yang sakit
kusta, semua orang yang mengeluarkan lelehan, dan semua orang yang najis oleh
mayat disuruh meninggalkan tempat perkemahan;
Bil 35:34 Maka
janganlah najiskan negeri tempat kedudukanmu, yang di tengah-tengahnya Aku
diam, sebab Aku, TUHAN, diam di tengah-tengah orang Israel", Yes 56:2 Berbahagialah orang yang melakukannya, dan
anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak
menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat.
Yes 56:6 Dan
orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia,
untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang
memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada
perjanjian-Ku,
Alkitab mencatat adanya beberapa
indoktrinasi yang dilakukan raja Nebukadnezar terhadap bangsa Yehuda.
Pertama-tama, kepala istana diperintahkan untuk memilih beberapa orang
Israel (termasuk Daniel dan ketiga kawannya) untuk dididik di dalam istana
raja. Mereka diajar mengenai tulisan, bahasa dan kebudayaan bangsa Babel supaya
identitas mereka sebagai orang Yehuda hilang. Mereka (menurut beberapa
catatan tradisi yang diwariskan) ketika dibawa ke istana raja berumur 15
atau paling tua sekitar 17 tahun dan sangat memenuhi kriteria yang Raja tetapkan
yaitu berperawakan baik, berpengatahuan banyak dan mempunyai pengertian
tentang ilmu. Dan bukan hanya itu saja, setelah mereka dimasukkan ke dalam
istana, itu berarti mereka sudah terisolasi dari bangsanya sedemikian rupa
sehingga tidak akan bertemu dengan orang tuanya, apalagi dengan lingkungan
bangsa mereka. Usaha Nebukadnezar menghilangkan identitas tidak hanya dari
luar melainkan juga dari dalam, yaitu dengan cara mengganti nama mereka.
Perihal nama bagi orang Israel sangat penting oleh karena mencerminkan sifat
orang yang percaya kepada Allah Yahwe. Daniel yang artinya God is my judge menjadi Beltsazar (Belt protect his life atau dewa Baal melindungi dirinya); Hananya (God shows His grace) menjadi Sadrakh (comment of Aku; dewa bulan bangsa
Sumerian); Misael (who is what God is) menjadi Mesakh (who is what Aku is); Azarya (Lord
helps) menjadi Abednego (the servant
of Nebo). Namun mungkin sekali walaupun nama mereka diganti, di dalam
persekutuan empat orang Yehuda muda ini mereka tetap memanggil dengan nama
asli mereka, sehingga mereka dapat saling mendukung satu sama lain di dalam
iman.
Tetapi yang menarik disini adalah dimana Daniel,
Hananya, Misael dan Azarya mempunyai ketetapan hati untuk tidak pernah menajiskan
diri dengan mengambil makanan yang sudah dipersembahkan pada raja. Walaupun
mereka sudah putus hubungan sama sekali dengan bangsa dan orang tuanya tetapi
fokus iman dan pikiran mereka tetap pada Allah Yahwe dan kalau mereka
mengambil makanan tersebut, mereka berarti sudah menajiskan diri dan tidak menyenangkan
Allah Yahwe.
Ayat 8 merupakan satu ayat yang sangat penting tentang
bagaimana prinsip pendidikan anak diajarkan.
Memang Alkitab tidak mencatat tentang hal ini, tetapi
secara urutan logis Alkitab, sangat mungkin orang tua Daniel dan ketiga
kawannya menanamkan prinsip penting hukum taurat dan prinsip takut akan
Allah Yahwe (yang terdapat dalam Ul 6:4) semenjak mereka masih bersama-sama.
Sehingga walaupun mereka harus menjadi orang yang “terhilang,” masuk dalam
bangsa Babel dan dididik selama 3 tahun, mereka tidak akan pernah berubah oleh
karena fondasi iman mereka sudah tertanam dengan begitu kokoh. Dalam kitab
Amsal dikatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya
sehingga pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang daripada jalan tersebut.”
Hal kedua yang perlu kita pelajari disini adalah dimana Daniel dan
kawan-kawannya melihat disitu bukan sekedar hal tentang boleh makan atau tidak
makan, melainkan dalam budaya tersebut mereka tahu bahwa ketika seseorang
mengambil makanan yang telah dipersembahkan pada raja, maka itu berarti
orang tersebut berhutang budi, berjanji setia dan mau tunduk mutlak pada
raja, yang saat itu dipercaya sebagai titisan dewa mereka (dewa Babel). Kedua,
itu juga berarti bahwa orang tersebut ingin diperkenan oleh dewa baal. Hal semacam
ini pasti sudah dimengerti dengan jelas oleh Daniel. Maka selanjutnya kita akan mempelajari empat hal tentang
pergumulan iman Daniel dan ketiga kawannya:
- Menjaga kekudusan
- Memiliki iman sejati
- Memilki harapan
- Percaya diri
2.4.2.1 Menjaga
Kekudusan
Allah memanggil bangsa Israel adalah bukan kepada
personal, melainkan kepada keseluruhan umat-Nya. Tetapi Dia bekerja kepada
semua umatnya adalah melalui orang – orang tertentu sebab Allah itu adalah
kudus, sementara manusia tidak semua berpikir hal yang kudus dan tidak semua
selalu menjaga ke kudusannya. Dari kata וְ כֹּל הַ עַם yang artinya adalah dan
seluruh bangsa, seluruh umat. Sekalipun banyak orang Israel yang tidak
sampai ke tanah Kanaan, hal itu bukanlah visi misi dari Allah, melainkan karena
pilihan ke tidaktaatan personalnya kepada janji Allah. Demikian juga banyak
hamba Tuhan sekarang yang tidak sampai kepada rencana keberhasilan pelayanan
dengan benar adalah karena pilihan untuk tidak taat. Hal itu bukanlah bagian
dari rencana Allah. Sebab rencana Allah adalah bukan kegagalan dan bukan ke
susahan, melainkan keberhasilan dan ke bahagiaan atau damai sejahterea /
Syalom. אֶל
adalah
kata petunjuk yang mengarahkan kepada tujuan yang akan di tuju oleh bangsa
Israel yaitu tanah kanaan, yang telah di janjikan oleh Tuhan kepada bangsa
Israel dan ke pada ke turunannya untuk mereka duduki ( kata kerja beri,
memberi/ נתן ). Kata ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan tanah itu
sepenuhnya kepada bangsa Israel. Banyak orang ingin ingin dibenarkan dibenarkan Allah tetapi mau taat dan menjaga
kekudusan hidup yang diberikan Allah
atas keinginan kita sendiri.1 Korintus 6:11b “tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan,
kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita ”
2.4.2.2
Memiliki iman sejati
Seorang tidak dapat mengatakan
bahwa ia beriman tetapi ia tidak mengerti dengan jelas fondasi yang
bagaimanakah yang harus ia bangun dan apakah yang menjadi objek daripada
imannya. Sebab tidak ada seorang pun yang dapat membangun iman yang sejati
(iman yang dapat menolong dia menghadapi kesulitan demi kesulitan) tanpa
adanya fondasi Tuhan dan firmanNya. Alkitab dari awal hingga akhir menjelaskan
dengan tuntas bahwa diri Tuhan adalah objek iman yang dapat dipercaya. Sebelum
saudara Tuhan panggil pulang, hal inilah yang menjadi tanggung-jawab kita untuk
mengenal siapa diriNya, sebab ada dimensi dan sifat Allah yang lain yang
tidak kita pahami, demikian pula dalam mengenal kehendaknya. Inilah hal yang
harus kita pergumulkan seumur hidup kita! Jangan harap engkau dapat mengenal
dan memahami pribadi dan karakter Tuhan selengkap-lengkapnya dan apa yang
menjadi kehendakNya jikalau engkau tidak pernah membaca Alktiab.
2.4.2.3
Memiliki Harapanan
Yang dimaksud pengharapan disini adalah
hasil yang didapat, walaupun kenyataan sepertinya sangat bertolak belakang
dengan apa yang dimengerti. Walaupun secara pemikiran bangsa Yehuda Allah Yahwe
kalah, tetapi itu tidak akan pernah menggoncangkan pengharapan Daniel beserta
kawan-kawannya karena mereka percaya pada saatnya nanti Allah Yahwe akan
kembali menopang dan memberikan kekuatan. Dan itu menjadi sumber kekuatan
untuk terus-menerus berjalan di dalam iman dan percaya terhadap Tuhan. Namun
di dalam realita hidup kita sehari-hari secara pribadi, kita seakan sulit
sekali menerjemahkan dam melihat tangan Tuhan dibalik lembah bayang-bayang
maut. Bahkan akhirnya banyak orang yang kecewa dan menolak terhadap Tuhan.
Padahal, kalau kita mau mencoba menelusuri, ada banyak hal dimana kita tidak
berhak untuk protes terhadap Tuhan, bahkan bagi orang-orang seperti Yeremia,
Yesaya ataupun Yunus. Sebab ketika mereka dengan begitu cepat kecewa dan
menolak Tuhan, maka mereka tidak dapat melihat sesuatu yang melampaui, yang
akan terjadi. Mata iman adalah mata yang dapat melihat sesuatu yang melampaui
apa yang dapat dilihat dan dipahami di dalam pertolongan Allah. Alangkah
menyedihkan kalau orang Kristen melewati kesulitan dengan tanpa memiliki
harapan seperti ini!
2.4.3
Kejujuran
2.4.3.1 Pengertian Umum
Dalam
2Esd. 16:49, AV menggunakan kata honesty (’ kejujuran’), sementara NRSV dan REB
memilih virtous (’ kebajikan’). Namun, ‘kejujuran’ dalam Kej 30:33, Dan kejujuranku akan
terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku: Segala yang
tidak berbintik-bintik atau berbelang-belang di antara kambing-kambing dan yang
tidak hitam di antara domba-domba, anggaplah itu tercuri olehku." dalam NRSV dan TB-LAI diberi arti modern.
Kejujuran
sebuah komitmen kepada Tuhan, Mal. 2:6 Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan
kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia
mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan. 7 Sebab bibir seorang imam memelihara
pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan
TUHAN semesta alam. 8 Tetapi kamu ini
menyimpang dari jalan; kamu membuat banyak orang tergelincir dengan
pengajaranmu; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi, firman TUHAN semesta
alam.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial manusia, seringkali kita
mendengar bahkan kita sering berbicara mengenai kejujuran. Walupun ada juga
yang sring berbicara mengenai kejujuran akan tetapi ketika ditanya
pengertiannya tidak dapat menjawab mengenai arti kejujuran. Lalu pertanyaan
selanjutnya yang kemudian muncul adalah, bagaimana kita akan bertindak jujur
kalau kita tidak mengetahui arti dari sebuah kejujuran?
Banyak sekali pandangan mengenai
pengertian kejujuran. Jujur diartikan sebagai ketulusan hati untuk tidak curang
terhadap diri sendiri dan tidak curang terhadap oranglain. Kejujuran merupakan
keselaranan antara kata hati dan kata yang diucapkan, antara kata yang
diucapkan dan sikap serta perbuatan nyata. Sebagai orang Kristen kita
dinasehati untuk selalu berbuat jujur, di tengah berbagai ketidakjujuran
danketidakbenaran, kita harus tetap bersikap benar, jujur dan adil.
Orang yang jujur adalah orang yang
dengan sadar, mau dan rela untuk mengakui segala sesuatu yang terjadi, sesuai
dengan realita yang ada.
Kejujuran terletak dalam multi
dimensi, artinya bahwa kejujuran tiodak terletak hanya dalam satu dimensi,
tetapi ada dalam banyak sekali dimensi, bahkan mungkin semua dimensi kehidupan
manusia.
Jujur, adalah sikap pribadi. Jujur
diekspresikan dengan kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya. Tidak ditutupi atau bahkan tidak menipu. Alasan orang harus jujur
yaitu,kemungkinan terjadi kesalahpahaman, kemungkinan menghindar secara
emosional, kemungkinan menyakiti perasaan orang lain yang sebenarnya tidak
perlu kita lakukan, kemungkinan membuang-buang waktu dan energi mental dengan
percuma
Setiap
manusia pasti pernah dan terlibat dalam hal yang berkaitan dengan kejujuran.
Entah merasa dibohongi atau mencoba untuk melakukan sebuah kejujuran. Mau atau
tidak untuk berkata jujur itu merupakan suatu pilihan. Hal-hal yang dihindari pada
dasarnya menyangkut dua hal, yaitu rasa dan logika. Tiga poin
diantaranya adalah persoalan rasa. Tiga dari Empat memiliki arti sebagian
besar. Jadi, kejujuran memiliki kaitan sangat erat dengan perasaan.
Untuk
berlaku jujur, itu tidak mudah. Ada rasa malu, takut, marah atau gengsi. Tapi,
energi besar yang diperlukan untuk jujur .energi itu merupakan dorongan dari
manusianya sendiri untuk secara sadar, sukarela dan adanya kemauan dari dalam
diri untuk berlaku jujur. Dengan adanya pemahaman, pengertian, penghargaan,
penghormatan, kasih sayang dan cinta, maka kejujuran itu akan terasa mudah
untuk diungkapkan. Sampai saat ini, kejujuran adalah sesuatu tindakan
yang baik bagi manusia. Walaupun mungkin beberapa dari kita sudah tak mengakui
pernyataan tersebut. Kejujuran dalam pandangan moraladalah keadaan dimana
manusia tahu, sadar, rela dan mau untuk mengakui atau melakukan kejujuran
sesuai dengan realita yang ada. Oleh karena itu, terjawab sudah kapan kita
harus jujur. Jawabannya tentunya dalam segala setiap tindakan kita sebagai
manusia(tindakan baik bagi manusia).
Untuk
membiasakan sikap jujur, maka kejujuran itu perlu ditanamkan sejak dini. Anak
yang sudah dibiasakan jujur sejak kecil, akan menjadikan sikap itu sebagai kebiasaan.
Bagaimana kita bisa membiasakan kejujuran sejak dini? Berikut beberapa cara
yang bisa digunakan untuk mendidik seorang anak untuk biasa bersikap jujur.
1. Kejujuran dimulai dengan komitmen dalam Tuhan
2. Kejujuran rela menanggung risiko
3.
Kejujuran Membangun
Percaya Janji Tuhan
4. Orang
yang hidup dalam kebenaran
2.4.3.2
Kejujuran dimulai dengan komitmen dalam Tuhan
Mzm 119:112, “Telah
kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu, untuk
selama-lamanya, sampai saat terakhir.” Ini
adalah komitmen awal pemazmur yang menghasilkan perbuatan-perbuatan yang
tercantum di ayat-ayat setelah 112, dan puncak keputusannya menghasilkan
perbuatan jujur , ayat 128: Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan
segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci. Sebuah kejujuran dimulai
dengan pertemuan dan pengalaman pribadi dengan Tuhan. Pemazmur menyadari
bahwa Tuhan adalah sumber hidup dan sumber kebahagiaannya, baginya tidak ada
kebahagiaan di luar ketaatan pada Firman Tuhan. Karena itu ia berkomitmen
untuk mencondongkan hatinya untuk ketetapan-ketetapan Tuhan/Firman Tuhan, bukan
untuk beberapa hari, atau beberapa bulan,tapi untuk SELAMA-LAMANYA. Dan
keputusan untuk taat ini membawa dia pada komitmen berikutnya komitmen hidup
jujur.
Tidak ada seorang pun mampu membangun
kejujuran yang berkenan di hadapan Tuhan tanpa pertolongan Tuhan.
Dan sebaliknya, Tuhan sanggup mengubah orang yang sangat tidak jujur
menjadi jujur oleh kuasanya. Zakheus adalah contoh Alkitab yang sangat
jelas bagi kita, seorang penipu yang diubahkan Tuhan, beberapa tokoh Alkitab selain
pemazmur, yang hidup jujur. Zakheus adalah seorang Yahudi. Tradisi
keluarga Yahudi sangat ketat mengajarkan Taurat kepada setiap anak-anak
mereka. Dengan demikian, Zakheus adalah seorang yang sangat tahu ajaran
Firman Tuhan, termasuk untuk jujur dan tidak mencuri. Tapi mengapa
Zakheus kemudian memilih sebuah pekerjaan yang dibenci banyak orang, khususnya
dibenci oleh suku bangsanya sendiri? Ia menjadi pemungut cukai bagi
Kerajaan Romawi yang saat itu menduduki dan menjajah bangsa Yahudi?
Zakheus dianggap pengkhianat bagi bangsanya, kerena memungut pajak bagi “musuh”
dan lebih parah lagi, Zakheus memungut lebih dari yang seharusnya, ia memungut
berlipat-lipat dan menyimpannya bagi dirinya sendiri. Sebuah pencurian
dan pemerasan terang-terangan, Zakheus
melakukan hal itu Karena cinta uang, Firman Tuhan berkata Cinta uang
adalah akar kejahatan. Zakheus mencintai uang lebih daripada bangsanya
sendiri! Zakheus pikir bahwa uang bisa memenuhi semua kebutuhannya,
Pikirnya uang pun bisa memuaskan hatinya yang butuh diisi. tapi dalam
perjalanan pengalamannya, ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa uang tidak
bisa mengisi hatinya, ruang hatinya tetap kosong, bahkan ia kehilangan teman..
semua orang membencinya, semua orang menjauhinya, rumahnya sepi tanpa tamu..
(dalam budaya bangsa Yahudi, bertamu adalah lambang persahabatan), Zakheus
tidak punya sahabat karena ketidakjujurannya, bahkan sahabat yang mungkin dulu
ada menghilang! Ini titik terendah kehidupan Zakheus dalam pilihan
hidupnya untuk tidak jujur. Di titik terendah ini, ia tiba-tiba mendengar
tentang Yesus, Orang yang kabarnya adalah Mesias penggenapan janji di Kitab
Suci, Orang yang katanya hebat tapi penuh belas kasihan, Orang yang bisa
menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Zakheus tahu ia
sakit, sakit di hatinya oleh perbuatannya sendiri, dan entah apakah
Zakheus tergerak oleh karena mendengar Yesus penuh belas kasih, atau hanya oleh
rasa penasaran saja tentang “orang hebat” – yang pasti Zakheus digerakkan Tuhan
untuk melangkah keluar rumah, menghentikan kesibukannya menghitung uang untuk
sejenak, dan mau melihat atau lebih tepatnya “menonton” Tuhan Yesus.
Tapi untuk sekedar menonton pun
ternyata tidak mudah bagi Zakheus, Dia seorang terkenal, seandainya dia
dihormati, orang terkenal ini akan langsung diberi jalan oleh rakyat
biasa. Tapi karena ia tidak dihormati dan dibenci, maka orang
menyikut dia saja pada saat ia berusaha menembus kerumunan orang
banyak. Bisa kita rasakan betapa rendah reputasi Zakheus.
Singkat cerita Zakheus memutuskan
naik pohon, untuk menghindari tekanan dan rasa malu, semua orang melihat ke
arah Tuhan Yesus, tampaknya mustahil ada yang bakal mendongak ke atas pohon,
sehingga si pejabat ini, merasa dia tidak akan dipermalukan karena kepergok berada
di atas pohon. Tapi ternyata Tuhan Yesus melihat Zakheus di atas pohon, Tuhan Yesus tidak
mempermalukan dia, tapi memberi penerimaan yang diluar pikiran Zakheus “segera
turun, sebab hari ini aku harus menumpang di rumahmu” Ini adalah tanda penerimaan dan persahabatan.
Dengan cara ini Tuhan Yesus masuk di
hati Zakheus, Masuknya Yesus di hati Zakheus, menyapu keluar kotoran di hatinya
yaitu ketidakjujurannya. Di hari masuknya Tuhan Yesus di hatinya, Zakheus
membuat komitmen, untuk hidup jujur! Dan hidup bagi Tuhan. Zakheus mulai
membangun kualitas dirinya dengan membangun kejujuran.
Komitmen jujur membentuk kebiasaan
jujur. Komitmen pada dasar yang kuat menolong kita untuk kuat dan bertahan
untuk melakukan komitmen hidup jujur. Anak kecil yang menulis surat tadi
membuat komitmennya atas dasar keberadaan ibunya, dia tahu ibunya serba tahu
tentang dirinya, maka ia akan jujur selalu pada ibunya dan selama ibunya
hidup. Namun komitmen hidup jujur yang hendak kita bangun bukan atas
dasar keberadaan manusia yang terbatas pengetahuannya, dan terbatas masa
hidupnya. Komitmen hidup jujur kita dibangun atas dasar Tuhan Maha tahu
semua / seluruh isi hati dan pikiran kita, sekecil apa pun itu, serapi apa pun
kita menyimpannya. Komitmen hidup jujur kita dibangun atas dasasr Tuhan
yang Kekal, yang hidup selamanya, yang kehadirannya tak pernah berhenti
menyertai kita. Itu yang akan memampukan kita untuk bertahan pada
komitmen hidup jujur dan membentuk kebiasaan kita.
2.4.3.3
Kejujuran rela menanggung risiko
Tadi saya katakana bahwa tidak selalu
kejujuran itu merugikan sama sekali, tapi itu bukan berarti kejujuran tidak
berisiko. Ada risiko yang harus kita hadapi ketika berkomitmen
untuk hidup jujur.
Yusuf adalah seorang yang jujur apa
adanya baik dalam perkataan maupun dalam perbuatannya sejak dia berusia
muda. Banyak orang yang mengartikan kisah Yusuf kecil dengan mengatakan
Yusuf seorang yang besar mulut, hanya karena ceritanya menimbulkan kemarahan
dan iri hati pada kakak-kakaknya. Namun kalau kita mau teliti memperhatikan,
Yusuf kecil menceritakan mimpinya apa adanya, tidak ada penambahan apa pun dari
ceritanya hingga bagi saya, gelar “besar mulut” tidak pantas dikenakan pada
Yusuf. Yusuf adalah contoh tokoh yang jujur. Yusuf menanggung
resiko-resiko oleh karena kejujurannya. Di usia 17 – yang pada jaman itu
masih dianggap usia anak-anak, Yusuf di masukkan ke sumur kering dan di jual
oleh saudara-saudaranya sendiri karena cerita jujurnya disalah-pahami sebagai
orang yang besar mulut dan “bossy”- hendak jadi bos bagi kakak-kakak dan
orangtuanya. Di rumah Potifar, Yusuf menanggung resiko dijebloskan ke penjara
karena kejujurannya tindakannya, di penjara Yusuf masih harus menanggung
penjara 2 tahun sekalipun ia telah jujur bekerja dan memberi tahu makna mimpi
teman-teman sepenjaranya yang salah satunya sukses keluar dari penjara.
Kejujuran memang beresiko. Di
jaman yang makin bobrok ini, menjadi orang jujur dianggap sama seperti menjadi
orang bodoh. Sistem kerja dan system dalam masyarakat kita juga nampaknya
mendesak kita untuk berlaku tidak jujur. Beberapa waktu lalu, saya lupa
menghidupkan lampu sepeda motor saya di siang hari, biasanya saya hidupkan,
tapi malam sebelumnya saya terpeleset dari motor di parkiran kost,
dan dengan sigap teman membantu mematikan mesin dsb. Eh, besoknya pas
lewat jln semeru ada operasi pemeriksaan masal, saya ditilang dan mesti
mengurus ke pengadilan atau kantor lantas dengan membayar denda. Tiba di
sekolah tempat saya melayani, murid-murid saya berkata.. ngapain miss susah-susah
ditilang, kasi duit aja… ntar di pengadilan surat miss diilangin lagi..
saya gelisah bukan main.. ada rasa kesal dan marah kenapa berada di Negara yang
sistemnya bobrok begini, saya datang ke kantor lantas, dan di sana pas ketemu
orang yang complain sudah disidang, sudah bayar, tapi SIMnya tidak dikembalikan
karena tidak ditemukan di pengadilan, hilang entah ke mana… saya
bertambah gelisah.. surat saya juga tidak ditemukan, dan diminta datang 2 hari
kemudian. Puji Tuhan 2 hari kemudian, surat itu ada dan saya membayar
sesuai aturan yang ada .. sekalipun banyak orang yang menganggap ini tindakan
bodoh. Harapan saya tidak bertemu masalah seperti ini, dan satu-satunya
cara adalah tidak ceroboh dan berdoa supaya Tuhan menjaga pengguna jalan di
sekitar saya untuk juga hati-hati.. karena semua itu diluar control kita.
Cerita tadi hanya salah satu contoh
sederhana dari resiko kejujuran, masih banyak lagi resiko yang lebih
besar. Ada pendeta yang masuk penjara bertahun-tahun karena memberitakan
injil dan menjawab jujur apa adanya ketika ditanya. Ada juga anak muda
yang dimusuhi satu kantor karena tidak mau bergabung dalam korupsi dan penipuan
rekan-rekannya terhadap pemilik perusahaan. Ada seorang anak kecil yang
dimarahi orang tuanya habis-habisan karena memberitahu apa adanya bahwa ortunya
ada di rumah waktu penagih hutang datang. Kejujuran itu berisiko, namun
jika kita telah berkomitmen untuk hidup jujur, maka Tuhan memampukan kita untuk
menempuh resiko kejujuran. Firman Tuhan berkata berbahagialah mereka yang
dianiaya oleh sebab kebenaran. Mat 5 :10 Dan Firman ini tidak stop sampai
disini saja, tapi ada kelanjutannya: Karena merekalah yang empunya kerajaan
Sorga.
2.4.3.4
Kejujuran Membangun Percaya Janji
Tuhan
Orang jujur akan memiliki hidup
kekal. (Mat 5:10) Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, bagaimana dengan
orang-orang yang tidak mengenal Kristus namun hidupnya jujur, bukankah ada
orang-orang seperti itu, seperti Confusius dsb? Kejujuran yang didasarkan
kebenaran diri sendiri adalah “keangkuhan terselubung” yang tidak diperkenan
Tuhan. Tanpa penebusan Kristus, segala kesalehan kita seperti kain kotor
di hadapan Tuhan (Yes 64:6). Kejujuran sejati: yaitu bertindak dan
berkata benar atas dasar kebenaran Tuhan, bukan atas dasar kebenaran yang kita
bangun sendiri. Dan Tuhan menjanjikan hidup kekal bagi setiap orang yang
hidup dalam kebenaranNya.
Orang jujur menjadi orang yang dapat
diandalkan dan menjadi berkat. Ams 11:11; Ayub 6:25 – Hal ini yang
terjadi pada diri Yusuf, anak Yakub. Di manapun Yusuf berada, dia selalu
dipercaya dan diberkati, ketika di rumah Potifar ia sampai menjadi pemimpin
pelayan tertinggi dan usaha Potifar diberkati, ketika di penjara, Yusuf
dipercaya dan disayang oleh penjaga penjara, ketika di Istana Mesir, Yusuf
dipercaya menjadi Perdana Menteri, dan negeri itu diberkati dan dijauhkan dari
malapetaka kelaparan. Seorang teman bercerita bagaiamana ia berusaha
jujur dengan usaha tokonya, Ia tidak menyadari betapa Tuhan memberkatinya
sampai suatu hari dia memutuskan untuk taat Firman Tuhan, tutup toko pada hari
Sabat. Pada hari senin pelanggan datang dua kali lipat dari biasanya,
pelanggannya yang biasanya berbelanja pada hari Minggu tidak mencari toko yang
lain, dan berusaha datang di hari senin, kata mereka “kami nggak mau belanja di
toko yang lain, soalnya tokomu jujur”. Bagaimana pedagang yang jujur
selalu menjadi pilihan utama pelanggan, pegawai yang jujur selalu menjadi
prioritas untuk menempati posisi penting, dan teman yang jujur selalu
dicari-cari untuk dijadikan sahabat.
Mengapa masih banyak orang-orang yang
mengaku mengenal Kristus, mengenal Firman Tuhan masih saja sulit hidup
jujur, tidak mau memulai komitmen untuk jujur, apalagi menanggung
resikonya? Karena tidak mempercayai janji penyertaan Tuhan bagi
orang-orang jujur. Mereka lebih mempercayai kebohongan dunia bahwa orang
jujur pasti melarat, pasti tertinggal di belakang. Bp/ibu, sunguh, butuh
iman untuk dapat hidup jujur. Kejujuran dibangun dengan mempercayai
janji Tuhan. Bagaimana dengan kita?
2.4.3.5
Orang
yang hidup dalam kebenaran
Seperti
apa Tuhan menilai kejujuran? Ayat bacaan hari ini menggambarkan jelas akan hal
ini. "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang
menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima
suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan
darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti
orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas
bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin." (Yesaya 33:15-16).
Dari ayat ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa Tuhan menjanjikan
penyertaanNya secara luar biasa bagi orang-orang yang memutuskan untuk hidup
jujur. Tuhan menjaga dan melindungi mereka bagai orang yang tinggal aman di
tempat-tempat tinggi, membentengi, dan dilimpahi berkat sehingga semua
kebutuhan terjamin. Dalam prakteknya bisa jadi sulit, mengingat godaan untuk
berlaku curang terus menyerang kita dari segala sisi dan sepertinya sudah
menjadi gaya atau bahkan budaya manusia hari ini. Tapi meski sulit atau malah
terlihat seolah merugikan, Tuhan tidak akan pernah menutup mataNya dari usaha
dan keseriusan kita. Dalam Mazmur dikatakan "Tuhan tidak akan pernah
menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." (Mazmur 84:12).
Tuhan juga sudah berfirman: "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang
jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga
jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia." (Amsal
2:7-8). Karenanya tepatlah jika Pemazmur mengatakan "Bersukacitalah dalam
TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai
orang-orang jujur!" (Mazmur 32:11).
Hobi
berbohong pun menunjukkan perbuatan melanggar kejujuran. Seringkali bermula
dari kebohongan-kebohongan kecil, tetapi itu bisa menjadi kebiasaan yang pada
suatu ketika sudah menjadi sulit untuk diubah. Yesus berkata "Jika ya,
hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang
lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37). Kejujuran dalam
berbicara atau berkata-kata juga sangat penting untuk kita perhatikan. Orang
jujur bukan saja membawa manfaat baik pada diri sendiri tetapi juga kepada
orang lain bahkan punya kekuatan untuk mendatangkan berkat bagi kotanya. Dalam
Amsal kita bisa membaca sebuah ayat yang berbunyi "Berkat orang jujur
memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya." (Amsal
11:11).
Panggilan
untuk hidup jujur disebutkan dalam begitu banyak ayat dalam Alkitab. Ini jelas
menunjukkan betapa pentingnya hidup dengan jujur di mata Allah. Pandangan dunia
mungkin akan mengatakan bahwa semakin anda pintar menipu maka keuntungan akan
semakin besar, tetapi selain perbuatan itu bisa membuat kita rugi sendiri,
Tuhan pun sangat tidak suka terhadap bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan
oleh orang bermental penipu. Bahkan dalam sebuah ayat Tuhan dikatakan jijik
melihat penipu. (Mazmur 5:7). Paulus berseru: "Atau tidak tahukah kamu,
bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci,
orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10)
Untuk
bisa menerapkan sikap jujur, kita harus ingat bahwa dunia tidak akan pernah
bisa menjamin kebahagiaan kita. Tidak peduli seberapa besarpun harta kekayaan
yang kita miliki, kebahagiaan sejati hanyalah berasal dari Tuhan. Oleh karena
itulah kita harus mulai menerapkan sikap hati yang tulus untuk memilih bersikap
jujur. Sikap hati yang tulus, itulah yang menjadi awal dari datangnya
kejujuran. Firman Tuhan berkata "Orang yang jujur dipimpin oleh
ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal
11:3). Tuhan tidak akan pernah menutup mata dan mengabaikan anak-anakNya yang
mau memilih untuk jujur, itu haruslah kita sadari sepenuhnya dan pegang teguh
sebagai prinsip hidup. Dunia mungkin memandang kejujuran sebagai kerugian,
dunia mungkin menertawakannya, tetapi yakinlah bahwa itu bernilai tinggi di
mata Tuhan. Bayangkan sebuah hidup yang diisi dengan kejujuran, dan didalamnya
penuh limpahan berkat Allah. Bukankah itu luar biasa? Semua itu bisa menjadi
bagian dari hidup kita kalau kita mau memutuskan untuk hidup jujur tanpa
syarat. Kitalah yang bisa membuktikan bahwa kejujuran bukan mendatangkan
kerugian malah bisa mendatangkan keuntungan baik di dunia ini maupun dalam
kehidupan selanjutnya kelak. Mari kita belajar untuk memelihara sikap jujur dan
jadilah orang-orang yang berintegritas dalam segala aspek kehidupan.
[1]
A.M. Mangunhardjana, Kepemimpinan, (Yogyakarta: Kanisius,
1976)
[3] Sendjaya, Kepemimpinan
Kristen (Kairos), 2004, hlm.62.
[4] Robby Chandra, Landasan
Pacu Kepemimpinan (Gloria Graffa), 2004, hlm.20.
[5]
Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008,
hlm.14.
[6]
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. (Jakarta :
Binarupa Aksara),1995.hlm.48.
[7]
Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008,
hlm.21.
[8] ETIKA PEJANJIAN LAMA,
JAKARTA, 2010, 471
[9]ANDREW E. HILL dan JHON
H. WALTON , SURVEI PERJALANAN LAMA,cet.1, 2013,Gandum Mas.
[10] Philip Johnston,
pengantar untuk mengenal alkitab ,cet,1, 2011
[11] Carl A. Reed, M.TH &
Iwan S. Taringan , M.TH,pengantar perjanjian lama
[12] Alkitab Rainbow. Cet
2011
[13] ALKITAB RAINBOW,cet.TAHN
2011,Percetakan LembagaALKITAB Indonesia
[14] Pdt. DR. KAREL
SOSIPATEL, etika perjanjian lama ,cet.januari 2010
[15] Philip Johnston,
pengantar untuk mengenal alkitab ,cet,1, 2011
[16] RAY C.
STEDMAN,perjanjian lama ,Jakarta, cet.23,2003.
[18] Genre secara harfiah berarti “macam”. Kata genre dipakai sebagai istilah
khusus untuk golongan-golongan sastra yang sesifat, misalnya “genre apokaliptik,”
“genre hikmat,” dan lainsebagainya.
[20] Penghantar untuk
mengenal Alkitab ,Philip Jonhston ,cet.1, September 2011.
[21] Carl A. Reed, M.TH &
Iwan S. Taringan , M.TH,pengantar perjanjian lama,
[22] ETIKA PERJANJIAN LAMA,
Pdt.DR.Karel Sosipater,Jakarta,cet,januari 2010.
[23] ETIKA PEJANJIAN LAMA,
JAKARTA, 2010, 471
[24] Joyce
G.Baldwin, Daiel-T.O.T.C. (Leicester: Inter Varsity Press, 1978, hal. 20-21;
Edward J.Young, Daniel (Edinburgh:The Banner of Truth Trust, 1972), hal.269.
[25] Edwin R.
Thiele, A Choronology of the Hebrew Kings (Grand Rapid: Zondervan, 1977),
hal.68; Jhon C. Whitcomb, Chart of Old Testament Kings and Prophets, 5
ed.(Winona Lake:Grace Seminary, 1977)
[28] R. K.
Harrison, Introduction to the Old Testament (Grand Rapids,Eerdmans, 1969), hal
1114-1115.
[29] James B.
Pritchard, red., The Ancient Near East, vol II (Princeton: Princeton University
Press, paperback, 1975), hal. 106-112
[31]
Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Difa
Publisher), hlm.382.
[32] Andreas B.
Subagyo, Sabda Dalam Kata –
Penyampaiannya, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 2000)
[33] Frances
esselbein, Marshall Goldsmith, Richard Beckhard, Organisasi Masa Depan, (Jakarta; PT. Elex Media Komputindo, 1997)
[35] Bambang Yudho, How to
Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.20.
[36] Jeff Hammond, Kepemimpinan Yang Sukses,
(Metanoia),2003,hlm.51-52.
[37]
Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.19.
[38]
John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di
Dalam Diri Anda, (Jakarta : Binarupa Aksara),1995.hlm.40.
[39]
Bambang Yudho, How To Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.20-22.
[40] Larry Keefauver, 77 Kebenaran Yang Hakiki
Dalam Pelayanan. (Semarang : Media Injil Kerajaan),hlm.121-122.
[41] Myles Munroe, The Spirit of Leadership.
(Immanuel), 2006.hlm.276.
[42] Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos),
2004, hlm.62.
[43] Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos),
2004, hlm.63-64.
No comments:
Post a Comment