Thursday, February 8, 2018

Integritas Daniel



Integritas Daniel
Jangan Di copy Bulat2, belajar coy.. hehehehe
1.1    Latar Belakang Masalah          
Pelantikan pemimpin bangsa Indonesia  yang ke-7 yaitu, Joko Widodo sebagai Presiden dan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden pada tanggal 20 Oktober 2014 sekitar 4 bulan yang lalu, sungguh menjadi salah satu catatan sejarah baru bagi bangsa inonesia, kemenangan Jokowi-JK setelah mengalahkan rivalnya Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada pesta demokrasi pemilihan presiden. Masyarakat menaruh besar harapan pada Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih periode 2014-2019, rakyat menginginkan presiden yang berintegritas, mampu membawa perubahan, menjadi pemimpin yang tidak gila dengan harta kekayaan serta menjadi tauladan yang baik bagi seluruh bangsa Indonesia. Harapan seperti ini dianggap sangat wajar sekali mengingat negeri kita sedang marak dengan kasus korupsi yang diungkap yang melibatkan baik pengusaha, pegawai negeri sipil bahkan para pemimpin bangsa, anggota DPR, menteri, jaksa, gubernur, walikota, bupati banyak yang dijebloskan ke dalam penjara. Semua peristiwa ini ada kaitannya dengan integritas, bangsa ini terus mendambakan para pemimpin yang integritasnya tidak diragukan untuk mengantar bangsa ini menuju kehidupan yang lebih adil dan sejahtera sebagaimana cita-cita bapak bangsa.
Krisis integritas dewasa ini menjadi masalah besar dalam dinamika kehidupan manusia. Sangat sulit mencari orang yang percaya diri,transparan benar, jujur, setia, tulus hati dan bertanggung jawab. Demikian juga sangat sulit mencari orang yang benar-benar punya komitmen terhadap nilai-nilai ideal-universal. Hal ini semakin menjadi-jadi, jika orang yang hendak dicari adalah pemimpin yang punya integritas dan komitmen. Ditengah sulitnya mencari orang yang berintegritas sekaligus berkomitmen, bukan berarti dua hal tersebut tidak dibutuhkan lagi. Justru muncul semacam paradoks, semakin sulit untuk dicari namun integritas dan komitmen semakin dibutuhkan.  
Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi di mana hal ini dapat dipandang dari berbagai sudut pandang, baik dari segi cara pangangkatan, keresmian kedudukannya, kemampuannya, dan gaya pelaksanaan kepemimpinannya.[1]
Jonathan Parapak seorang cendekiawan Kristen dan pendiri Perkantas dalam kata pengantarnya pada buku Integritas : Memimpin di bawah pengamatan Tuhan yang ditulis oleh Jonathan Lamb mengatakan bahwa lebih memprihatinkan lagi berkembangnya masalah perpecahan dan bentrokan dalam berbagai institusi kristiani bahkan di gereja yang disebabkan masalah korupsi dan integritas para pejabatnya. Mungkin kita cenderung melihat integritas hanya dari sudut pandang korupsi uang, namun kita lupa bahwa integritas sangat terkait dengan seluruh aspek kehidupan.[2]
Integritas adalah modal utama semua orang, namun sekaligus modal yang paling jarang dimiliki olehnya. Inilah tragedi terbesar dalam kepemimpinan. Peneliti kepemimpinan James Kouzes dan Barry Posner dalam buku mereka berjudul Credibility : How Leaders Gain and Lose It, Why People Demand It melaporkan hasil riset mereka selama ampir 20 tahun dari survey terhadap ribuan kaum profesional dari empat benua bahwa karakteristik nomor satu yang paling kritis bagi seorang pemimpin adalah integritas. [3]
Di millenium ketiga ini, kebutuhan akan pemimpin sejati semakin nyata. Sebagai masyarakat dunia, bangsa, juga komunitas yang lebih terbatas, kita sampai pada tahap pendakian yang penuh risiko. Pemimpin yang tidak visioner, berintegritas tinggi, serta cerdas dapat mencelakakan mereka yang dipimpinnya, bahkan juga kalangan lain.[4]
John Stott berpendapat bahwa integritas, konsistensi, ketulusan, transparansi, keutentikan dan keandalan, betapa mengagumkanya rangkaian kebaikan dari sifat-sifat moral kristiani ini. Sayangnya tidak selalu sifat-sifat ini mencirikan kehidupan umat Allah. Lebih jauh beliau mengatakan integritas adalah ciri orang-orang yang terintegrasi secara selaras, yang di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara kehidupan pribadi dan kehidupan di muka umum, antara yang disaksikan dan yang diterapkan, antara yang diucapkan dan yang dilakukan. Integritas merupkan ciri esensial dari seorang pemimpin dan yang terpenting dari para penginjil.[5]
Arti integritas telah mengalami erosi. Bagi sebagian besar orang dari berbagai bangsa di dunia ini, kata integritas menimbulkan gagasan pura-pura suci dan pikiran jahat apalagi di dunia ekonomi, bisnis dan politik. Dewasa ini di era modern norma-norma dasar dari integritas bisa dihancurkan dalam sekejap mata.norma-norma yang mempunyai arti penting yang abadi. Billy Graham berkata, “Integritas adalah lem yang merekatkan cara hidup kita menjadi satu. Kita harus terus-menerus berjuang untuk menjaga agar integritas kita tetap utuh”. Ketika kekayaan hilang, tidak ada apa pun yang hilang; ketika kesehatan hilang, sesuatu hilang; ketika watak hilang, segala-galanya hilang.[6]
Tidak mengherankan bila banyak media memberitakan tidak hanya mengenai para politikus yang berjatuhan, tetapi juga para pendeta yang menggelapkan dana gereja atau yang berselingkuh dengan perempuan-perempuan yang bekerja di gereja. Kisah-kisah seperti ini sangat laris terjual karena merupakan contoh kemunafikan yang terang-terangan. Memang ada sedikit sensasi disana, tetapi kita bisa memahami reaksi orang awam yang menyadari kemunafikan para pemimpin mereka, khususnya yang berasal dari kalangan gereja atau politikus yang merasa berhak menuntut orang lain bagaimana seharusnya berperilaku. Kita sudah menjadi terlalu biasa melihat korban yang berjatuhan dari kalangan petinggi gereja. Kita pun menjadi khawatir cara hidup kita akan menyiratkan pertentangan dengan apa yang kita khotbahkan. Betapa banyak kehancuran yang disebabkan oleh kesenjangan antara ajaran dan perilaku para pendeta maupun para pemimpin yang berseru kepada orang lain supaya hidup menurut standar Allah, namun mereka sendiri munafik. Sungguh mereka telah mencemarkan reputasi gereja.[7]
Integritas adalah antiskripsi bagi semangat zaman kita sekarang. Falsafah hidup yang jauh jangkauannya yang membimbing budaya kita berputar disekeliling mentalitas yang materialistis dan konsumerisme.
Dewasa ini kita banyak menyaksikan kesenjangan kredibilitas yang terjadi dalam kehidupan bergereja. Pentingnya kehidupan yang berintegritas muncul dari kenyataan bahwa kita dipanggil oleh Allah yang setia. Watak Allah dicirikan oleh kasih yang tidak berkesudahan dan selalu setia, penuh rahmat dan kebenaran, kasih dan terang. Jika kita belajar untuk mengenal-Nya, maka kita terpanggil untuk mewujudkan sifat-sifat tersebut, menjalani hidup yang berpadanan dengan panggilan ini, serta hidup sesuai dengan watak Allah.
Kepemimpinan seorang hamba Tuhan didasarkan atas pesimis utama, yaitu Allah yang oleh kehendak-Nya yang berdaulat telah menetapkan dan memilih setiap hamba Tuhan kepada pelayanan memimpin. Pesimis ini ditegaskan oleh J. Robert Clinton yang mengatakan, "Hamba Tuhan adalah seseorang yang dipanggil Allah sebagai pelayan, yang ditandai oleh kapasitas melayani, tanggung jawab pemberian Allah untuk membawa suatu kelompok umat Allah (gereja), mencapai tujuan-Nya bagi, serta melalui kelompok ini" (Clinton 1989:36).
Apa yang diungkapkan oleh Clinton di atas memiliki beberapa implikasi penting yang harus dicermati, antara lain: Pertama, panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi hamba Tuhan adalah bersifat mutlak (Yoh 3:27) di mana panggilan Allah merupakan dasar kepemimpinan seorang hamba Tuhan. Karena Allah memanggil, maka mereka yang terpanggil menemukan diri terpanggil kepada tugas melayani. Panggilan Allah ini adalah panggilan khusus, di mana Ia oleh rahmat-Nya memanggil seseorang menjadi hamba Tuhan, yang diawali dengan panggilan pembebasan kepada keselamatan-Nya (Band: Yoh 15:16; 10:28, 29Rm 12:8Ef 4:11-16Kel 18:17-21; dan Kis 6:1-7).
Panggilan keselamatan dari Allah yang membebaskan dari dosa adalah dasar bagi integritas diri seorang hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan disebut baik, setia jujur, rajin, tahan uji, mempunyai mental, bermoral, beretika, terpuji, dan sebagainya bukan karena ia memang baik, tetapi karena ia adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh Kristus. Seorang berdosa menjadi positif, karena ia tertebus oleh Kristus dari dosa dan diampuni di mana pertobatan adalah wahana ia mengalami pengampunan dari Allah yang menjadikannya manusia baru dengan hidup dan sikap serta pengalaman yang positif" (2 Kor 5:17Ef 2:6-111 Yoh 1:9). Panggilan kepada keselamatan ini memberi dasar bagi integritas dan kredibilitas diri hamba Tuhan. Dengan integritas dan kredibilitas yang tinggi, maka hidup rohani, etis, dan moral hamba Tuhan akan menampakkan karakter yang agung di mana ia dapat disebut sebagai Christ Like Leader. Kedua, Panggilan Allah atas pemimpin ini merupakan dasar kekuatan rohani hamba Tuhan, di mana kekuatan rohani ini merupakan dinamika bagi integritas dan kredibilitas dirinya sebagai hamba Tuhan. Dalam perspektif Ibr 13:7, 17, pelayan seperti ini adalah  model dan hamba Tuhan bertanggung jawab yang dapat dipanuti karena ia dengan rendah hati menghidupi dan mempertahankan iman yang murni dan melaksanakan tugas pelayanannya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai hamba Tuhan, ia dianggap kompeten dalam bidang hidup rohani, karena kuasa penebusan Kristus oleh Roh Kudus yang mengerjakan di dalam dirinya dinamika rohani yang mendewasakannya menjadi pelayan rohani yang handal. Pada sisi lain, sebagai hamba Tuhan bertanggung jawab, ia akan terbukti kompeten dengan kinerja yang membawa kebaikan bagi semua pihak dalam pelayanannya.
Merujuk kepada kebenaran yang disinggung di atas, dapatlah ditegaskan di sini bahwa dengan integritas dan kredibilitas diri yang tinggi dari seorang hamba Tuhan, ia dapat mencerminkan kehidupan etis dan moral yang tinggi yang bermuara kepada karakter tinggi. Karakter rohani seperti ini memiliki aroma yang kuat, yang dalam kaitan sosialnya dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan etis dan moral umat Allah dengan pengaruh positif. Dengan demikian, hamba Tuhan yang memiliki integritas seperti ini akan menemukan bahwa dalam kinerja pelayanannya oleh pengasihan Allah ia dapat mewujudkan pengaruh positif yang akan meneguhkan jemaat yang dipimpinnya dengan kehidupan etis dan moral yang bertanggung jawab, sehingga ia disebut kredibel. Pada sisi lain, ia dan jemaat Kristen yang dilayaninya dapat menjadi sumber pengaman yang dengan kekuatan positif dapat melebarkan pengaruh yang mengalahkan tantangan etis dan moral yang merongrong serta merusak kehidupan lingkungan gereja.
Melalui tulisan ini saya mengajak kita semua untuk melihat betapa pentingnya karakter, integritas dan kedewasaan rohani seorang hamba Tuhan dalam pertumbuhan gereja. Hasil riset yang dilakukan oleh Barbara Kellerman, profesor kepemimpinan di Center for Public Leadership di Harvard Universitymenyatakan bahwa kejatuhan hampir semua jenis pemimpin (termasuk pemimpin gereja) terutama lebih disebabkan oleh cacat karakter dari pada kurangnya kompetensi dalam kepemimpinan. Penelitian yang dilakukan oleh James Kousez dan Barry Posner mendukung persepsi bahwa integritas adalah modal utama seorang pemimpin. Riset mereka yang melibatkan ribuan kaum profesional dari empat benua selama hampir dua puluh tahun menunjukkan bahwa integritas adalah kualitas paling vital yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal yang senada juga diungkapkan oleh George Barna, setelah melakukan penelitian selama 15 tahun terhadap kehidupan gereja, akhirnya ia mengambil kesimpulan bahwa alasan utama mengapa gereja kehilangan pengaruhnya adalah karena tidak adanya pelayanan yang baik. Kesadaran akan hal ini seharusnya mendorong para hamba Tuhan untuk terus mengevaluasi diri, waspada terhadap titik-titik rawan yang dapat menjatuhkan dirinya dan terus-menerus memperlengkapi diri dalam anugerah dan kuasa Tuhan.
Kita harus dengan jujur dan berani mengakui bahwa tingkat kemerosotan karakter dan integritas para hamba Tuhan makin meningkat dari tahun ke tahun. Skandal seks, keuangan, tamak akan harta/fasilitas, haus kekuasaan dan kedudukan, tidak rela posisinya digantikan oleh orang lain, semangat saling menjatuhkan sesama pemimpin, kebal terhadap kritikan, otoriter, merasa diri paling berpengalaman dan paling dibutuhkan, sulit bekerjasama dalam perbedaan, sulit mengakui kelebihan orang lain, melakukan kebohongan publik, malas belajar dan tidak mau terus memperlengkapi diri, merupakan contoh-contoh gejala kejatuhan para hamba Tuhan yang makin nyata pada masa kini. Istilah ‘kejatuhan hamba Tuhan’ yang digunakan dalam tulisan ini mengacu pada “cacat” karakter dan integritas yang menggerogoti efektivitas dari seorang hamba Tuhan.
Pdt. Jesse Jackson yang dianggap sebagai salah seorang pelayan rohani yang berpengaruh di Amerika karena keterlibatannya secara aktif dalam bidang politik, HAM dan pelayanan gerejawi, akhirnya pada tanggal 18 Januari 2001 harus mengakui di depan publik bahwa ia telah memiliki seorang anak diluar nikah berumur 20 bulan.  Perselingkuhannya sudah terjadi sejak tahun 1998. Yang menarik adalah hasil perselingkuhan itu justru terungkap pada saat ia dipercaya menjadi konselor bagi mantan presiden Bill Clinton dalam kasus Monica Lewinski. Contoh lain adalah Pdt. Ted Haggard, seorang pemimpin yang dihormati di Amerika, pendeta senior dari New Life Church di Colorado Springs dan menjadi anggota dewan America Mission, akhirnya pada tahun 2006 terungkap bahwa dia seorang homoseks. Terungkapnya kasus ini justru pada saat Pdt. Haggard dengan gencar melarang homoseks dan pernikahan sesama jenis di Amerika. Dia berjuang memerangi homoseks di Amerika, padahal dirinya sendiri juga seorang homoseks. Contoh-contoh kasus di atas memang sebuah ironi, tetapi inilah kenyataannya. Bagaimana dengan gereja-gereja di Indonesia? Para Hamba Tuhan kita juga banyak yang mengalami kejatuhan yang memalukan, bahkan dengan sengaja berusaha menutup-nutupi supaya tidak terbongkar di depan publik. Gereja-gereja banyak yang pecah bukan karena perbedaan dalam memahami kehendak Tuhan, bukan karena perbedaan dalam memperjuangkan kebenaran Tuhan (seperti reformasi Martin Luther), tetapi pecah karena ambisi pribadi yang tidak suci dan tamak akan kekuasaan.
Hal ini membuat tingkat kepercayaan jemaat kepada para hamba Tuhan makin berkurang dan pengaruh pelayanannya makin lemah. Jikalau seorang hamba Tuhan telah kehilangan kepercayaan dan pengaruhnya bagi jemaat, gereja mau dibawa ke mana? Jikalau seorang hamba Tuhan telah kehilangan kepercayaan dan rasa hormat dari jemaat, bagaimanakah mungkin pesan khotbahnya didengar oleh jemaat? Jemaat akan satu demi satu meninggalkan gereja itu karena kecewa dengan tingkah laku pelayananya. Jemaat kehilangan panutan dan teladan hidup yang diharapkan dari seorang pemimpin rohaninya.
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Ressort Batu Onom sebagai komunitas yang beriman kepada Yesus Kristus selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada jemaat melalui liturgi (pengudusan), diakonia(pelayanan), koinonia (pembinaan persekutuan) dan Kerygma (pewartaan) segala bentuk keterlibatan dan pelayanan gereja adalah untuk pertumbuhan dan perwujudan iman, sehingga jemaat semakin bertumbuh secara kuantitas dan iman jemaat semakin diteguhkan secara kualitas.
Integritas memang bukan suatu yang mudah untuk dimiliki seseorang. Dalam kamus bahasa Indonesia mengartikan integritas itu sebagai suatu keutuhan, kejujuran, penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Integritas memiliki pengertian yang mendalam untuk setiap pemimpin. integritas yang tinggi menuntut para pemimpin untuk bersifat terbuka dan jujur.
Jika integritas seorang pemimpin tidak kuat, maka dikala badai tekanan datang, runtuhlah kepemimpinan yang sudah dibangun. Tetapi jika seorang pemimpin memiliki integritas, maka sekuat apa pun badai tekanan datang, ia tetap menjadi seorang pemimpin yang dapat diandalkan. Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan menangani kerumitan dari setiap permasalahan yang ada berdasarkan integritas. Integritas terlihat ketika ada tantangan yang melanggar kode etik dan cara menyelesaikan kerumitan persoalan yang sedang dihadapi. Tetapi kenyataannya banyak hamba Tuhan yang berada dalam zona aman saja dalam melayani di gereja dan disibukkan dengan kegiatan-kegiatan lain di luar gereja, bahkan banyak waktu yang tersita untuk melakukan aktivitas diluar gereja sehingga terkadang tidak bias hadir dalam persekutuan gereja. Hal ini perlu kembali disadarkan akan komitmen seorang yang akan menjadi hamba Tuhan.
Pertumbuhan jemaat Gereja Kristen Protestan Simalungun Ressort Batu Onom yang signifikan dipengaruhi regenerasi biologis, sehingga adanya anggapan bahwa integritas hanya berlaku kepada masing-masing pribadi jemaat untuk taat membawa keluarganya datang beribadah kegereja yang sama dengan orang tuanya saja.
Dalam alkitab perjanjian lama Pelayanan Daniel memiliki pengaruh selama 70 tahun penjajahan Babel sampai masa pemerintahan Persia. Daniel hidup sehat sampai usia 80 atau 90 tahun. Fokus utama nubuat Daniel adalah pada orang-orang kafir. Dalam setiap keadaan dan dalam setiap krisis, Daniel mengarahkan kita pada Allah yang secara berkuasa bekerja dalam sejarah manusia. Daniel sanggup menolak sikap berkompromi karena hubungannya dengan Allah yang maha kuasa. Ketaatan Daniel secara sederhana merupakan pernyataan keberadaan Allah yang maha kuasa. Dia memandang Tuhan sebagai Raja di atas segala raja dunia dari Babel. Dalam pasal 1, Daniel dan kawan-kawannya dipisahkan dari tempat asal mereka dan dibawa ke Babel pada waktu mereka muda. Kemungkinan mereka baru berusia antara 12-14 tahun. Di Babel mereka harus menjalani program pelatihan selama 3 tahun untuk mempersiapkan mereka menangani persoalan bangsa Yahudi dalam kekaisaran Babel.
Bermula dari perintah raja Nebukadnezar kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat dan pengertian tentang ilmu, mereka dilatih supaya kelak mereka dapat bekerja pada raja nebukadnezar. Daniel memberi teladan praktis dan bersifat pribadi bagi pergumulan kita. Ia adalah contoh dari orang yang karirnya mencapai posisi dengan kekuasaan dan prestise besar dalam sistem dunia, namun yang tidak pernah mengkompromikan prinsip-prinsip dasar Alkitab. Ia menunjukkan kepada kita cara menjalani hidup rohani yang utuh di bawah tekanan dunia sekuler. Mereka yang mengalami godaan untuk menyerah terhadap tekanan semacam itu akan banyak belajar dari Daniel.
 Melalui pengamatan dari penulis, integritas ini sangat penting terhadap sebuah pertumbuhan gereja, seperti apa yang saya tuliskan diatas banyak para hamba Tuhan gereja yang berpengaruh  berjatuhan, sehingga jemaat gereja menjadi ragu melihat kredibiltas seorang Hamba Tuhan dan ini jelas akan mempengaruhi iman jemaat yang berdampak pada pertumbuhan jemaat, oleh karena itulah penelitian memberi judul: PENGARUH INTEGRITAS HAMBA TUHAN  ( menurut Daniel 1:6-17) TERHADAP PERTUMBUHAN JEMAAT DI GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN RESSORT BATU ONOM.



1.2    Identifikasi Masalah     
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan maka penulis berusaha mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam pembahasan Skripsi ini sebagai berikut :
1.         Adanya indikasi bahwa   hamba Tuhan kurang memahami tentang makna pertumbuhan jemaat dipengaruhi oleh Integritas menurut Daniel 1:6-17.
2.         Ada persepsi bahwa Integritas menurut Daniel 1:6-17 tidak berhubungan dengan pertumbuhan jemaat.
3.         Ada persepsi bahwa integritas Integritas menurut Daniel 1:6-17 bukanlah hal yang penting dalam pelayanan seorang hamba Tuhan.

1.3    Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penulis lebih terfokus sesuai dengan judul dan tidak meluas kedalam permasalahan yang lain, maka penulis memberikan batasan terhadap masalah penelitian. Pembahasan terhadap permasalahan juga didasarkan pada keterbatasan tenaga, dana dan waktu serta tempat dilakukannya penelitian yaitu pada GKPS Ressort Batu Onom sehingga penelitian hanya membahas masalah yaitu  “Adanya Pengaruh Integritas menurut Daniel 1:6-17 Terhadap Pertumbuhan Jemaat GKPS Ressort Batu Onom”.
1.4    Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apakah kecenderungan  integritas menurut Daniel 1:6-17 dalam kreteria baik?
2.      Apakah kecenderungan pertumbuhan jemaat di GKPS Ressort Batu Onom dalam kreteria baik?
3.      Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Integritas l terhadap pertumbuhan jemaat di GKPS Ressort Batu Onom berdasarkan Daniel 1:6-17?
1.5    Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui Apakah kecenderungan Integritas menurut Daniel 1:6-17 di GKPS Ressort Batu Onom dalam kreteria baik
2.      Untuk mengetahui Apakah kecenderungan pertumbuhan jemaat di GKPS Ressort Batu Onom dalam kreteria baik
3.      Untuk mengetahui Apakah kecenderungan Integritas menurut Daniel 1:6-17 terhadap pertumbuhan jemaat di GKPS Ressort Batu Onom berdasarkan Daniel 1:6-17
1.6    Manfaat  Penelitian                                                                           
Manfaat penelitian ini  diharapkan  bermanfaat dan berguna baik secara Teoritis, Praktis maupun Akademis, Yaitu :
1.      Manfaat  Teoritis :
a.       Memberikan sumbangsi pengetahuan kepada hamba Tuhan GKPS Ressort Batu Onom tentang Integritas  yang dijalankan selama ini.
b.      Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu teologia
2.      Manfaat Praktis : Penulis ingin menyajikan data empiris yang berkaitan dengan Integritas menurut Daniel 1:6-17 dihubungkan dengan Pertumbuhan Jemaat GKPS Ressort Batu Onom  agar menjadi masukan yang berarti bagi seluruh hamba Tuhan maupun institusi (gereja) dalam membangun dan mengembangkan Integritas di lingkungan GKPS Ressort Batu Onom.
3.      Tujuan Akademis : Untuk memenuhi syarat akademis guna mencapai gelar Sarjana Teologi.

1.7     Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam 5 (lima) BAB, terdiri dari :
BAB I, merupakan Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II, merupakan Kajian Teori, Kerangka Berpikir dan Hiposkripsi Penelitian yang menjelaskan keseluruhan Kajian Teori dari pembahasan topik yang ada serta gambaran dari Kerangka Berfikir dan Hiposkripsi Penelitian yang penulis gunakan.
BAB III, merupakan Metode Penelitian, yang didalamnya akan dibahas tentang Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel, Variabel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik Analisis Data dan Hiposkripsi Statistika.
BAB IV, merupakan Analisis dan Pembahasan, dalam bab ini kita bisa melihat hasil-hasil penelitian yang ada yang terdiri dari Deskripsi Data, Pengujian Persyaratan Analisis, Pengujian Hiposkripsi, Pembahasan Hasil Penelitian dan Keterbatasan Penelitian dalam pembuatan dan penyelesaian Skripsi ini.
BAB V, merupakan bab Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Implikasi serta Saran.
















BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA TEORITIS

2.1              Kajian Teoritis
2.1.1     Integritas Daniel Sebagai Hamba Tuhan
Kitab Daniel merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu masa yang sangat sulit dalam sejarah bangsa Israel. Mereka sedang mengalami masa penghukuman Tuhan, jauh dari tanah air mereka yang berkaitan erat dengan perjanjian dan janji Tuhan kepada mereka. Mereka ada di Babel sebagai orang tawanan dan kelihatannnya seakan-akan mereka tidak lagi mempunyai hari depan.
Zaman Daniel merupakan suatu waktu dimana sangat dibutuhkan bukti nyata, bahwa Allah Israrel, Yahwa, hidup dan berkuasa atas dunia ini, bahwa kuasaNya melebihi segala kuasa lain, bahwa Ia mengetahui masih merencanakan suatu hari depan bagi orang yang menjadi penyembah dan pengikut Dia.
Dalam dunia timur tengah kuno, tanggapan umum dari bangsa-bangsa, bahwa pada waktu bangsa-bangsa berperang, dewa-dewanya ikut berperang. Bangsa yang menang dalam peperangan ialah bangsa yang dewanya lebih berkuasa. Bangsa yang kalah ialah bangsa yang dewanya kurang berkuasa. Dengan kata lain, kemenangan diperoleh diatas bumi justru karena kemenangan yang diperoleh di “surga” (lihat 2 Raj.18:32-35; yes.36:18-20). Karena kerajaan Yehuda dikalahkan oleh tentara Babel, Yerusalem diruntuhkan dan orang-orang Yehuda dibawa tertawan ke Babel, maka orang-orang Babel dan orang-orang dari bangsa lain mengira, bahwa dewa Babel terbukti lebih berkuasa daripada Yahwa, Allah Israel. Orang-orang Yehuda pun yang tidak kuat dalam imannya dipengaruhi oleh konsep demikian.
Melalui peristiwa-peristiwa yng tercantum dalam Daniel 1-6, Tuhan membuktikan kepada orang-orang itu, bahwa sebenarnya Ia tetap adalah Allah yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa. Ia berkuasa atas elemen dunia dan mahluk, berkuasa atas alam pikiran manusia, berkuasa atas segala kebijaksanaan manusia dan pernyataan roh lain, berkuasa atas raja-raja dan atas segala kerajaan di dunia, bahkan atas sejarah dunia ini. Perhatikanlah pengakuan Nebukadnezar bahwa Allah Daniel adalah Allah yang Maha Tinggi, 3:26; 4:2,34; dan Raja Surga 4:37. Juga pengakuan Darius, bahwa Allah Daniel adalah Allah yang Hidup 6:21 dan 27.
Peristiwa-peristiwa dan pernyataan ini juga dapat menghibur dan menguatkan hati orang-orang Yahudi yang tertawan di Babel. Mereka yakin, bahwa Allah mereka memang Maha Tinggi dan Maha Kuasa, dan bahwa Ia dapat menyelamatkan orang-orang yang setia yang bersandar kepada Dia. Melalui peristiwa-peristiwa dan pernyataan itu Tuhan juga menyediakan hati mereka untuk menerima sebagai firman Tuhan, penglihatan, dan nubuat itu dinyatakan, bahwa Allah memang menguasai sejarah dunia ini. UmatNya harus setia dan bersandar kepadaNya sebab umat Tuhan pada zaman itu, yaitu pada bagian akhir masa pembuangan, dan juga umat Tuhan yang berusaha untuk membangun kembali Yerusalem dan tanah air mereka, Israel, sangat membutuhkannya, Tuhan member nubuat-nubuat dengan sangat jelas melalui Daniel. Dan sebab umatNya akan menderita sekali dibawah pemerintahan Antiokhus epifanes, Tuhan memberi nubuat-nubuat secara rinci dan tepat tentang masa itu.
Dalam kitab Daniel juga dinyatakan rahasia, bahwa dibelakang pertempuran dan pergumulan diatas bumi ada juga penguasa-penguasa yang hendak merintangi rencana Tuhan (10:3, 20; 12:1) dan menentang umat Tuhan.
2.1.2     Tulisan dan Penulis Kitab
Penulisan kitab Daniel pada bagian awal di pakai “bahasa ibrani” dan di bagian tengah kitab digunakan “bahasa aram” dan dibagian akhir kitab Daniel digunakan “bahasa ibrani” . konsep penggunan dua bahasa ini sering di pakai pada karangan – karangan daerah timur tengah kuno,yang di tulis oleh seorang penulis .[8]
Peristiwa – peristiwa dari kitab Daniel jelas sekali dengan latar belakang dari abad ke enam SM, dan Daniel membicarakan sejumlah raja yang namanya tidak dituliskan, tetapi ia menunjukan kepada “raja utara”dan raja “raja negri selatan” dengan sejarah timur tengah sejak masa Alexander agung pada abad ke4 SM, dan di sepanjang antiokhus IV.[9]
Pendapat tradisional menganggap bahwa kitab ini di tulis oleh Daniel sendiri pada abad ke 6 B.C (kejadian – kejadian yang tercatat dalam pasal 1 -6 kitab ini ) . walaupun demikian , ada sebagian sarjana mengatakan bahwa kitab ini sebetulnya di tulis oleh seorang yahudi yang tidak di ketahui namanya , yanga menulisnya pada abad ke 2 B.C. [10]
2.1.3        Tahun Penulisan
Pelayanan Daniel meliputi periode kurang lebih selama 70 tahun. Ia mulai melayani selama pemerintahan Yoyakim, terus berlangsung sampai pemerintahan – pemerintahan Yekonnya dan Zedekia dari Yehuda ia mengakhiri pelayanannya selama pemerintahan Koresy ,raja media Persia kitab ini kemungkinan di tulis kurang lebih sekitar tahun 560 & 536 B.C. [11]
Tahun penulisan kitab Daniel adalah antara 605 dan 530 SM, pada waktu periode  awal penawanan diBabel. Daniel bernubuat dibawah pemerintahan raja Nebukadnezar.[12]
2.1.3.1  Struktur Kitab
Kitab Daniel dapat dibagi menjadi dua bagian besar sebagai berikut:
1.         Pasal 1-6, yaitu sejarah atau riwayat diri Daniel dan apa yang terjadi atas dirinya
2.         Pasal 7-12, yaitu nubuat Daniel dan apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Adapun ringkasan isi dari setiap pasal kita Daniel adalah sebagai berikut:
Pasal   1      Integritas Daniel,  tidak menajiskan diri dengan memakan santapan raja, itu terjadi tidak lama setelah mereka sampai di Babel ± 605 SM
Pasal   2      Daniel memberitahu Nebukadnezar isi serta makna mimpinya. Terjadi nya + 603 SM (tahun ke-2 Nebukadnezar)
Pasal   3      Patung emas Nebukadnezar, dan tiga teman Daniel dicampakkan ke dalam perapian sebab tidak menyembahnya.
Pasal   4      Daniel memberi tahu makna mimpi Nebukadnezar, bahwa Nebukadnezar akan menderita sakit jiwa selama 7 tahun.
Pasal   5      Daniel memberitahu Belsyazar arti tulisan ditembok. Terjadinya pada malam Babel ditaklukkan oleh Darius (539 SM). Usia Daniel sudah ± 80 tahun
Pasal   6      Daniel diselamatkan dari gua singa
Pasal   7      Daniel mendapat penglihatan empat binatang dan anak manusia
Pasal   8      Daniel mendapat penglihatan domba jantan dan kambing jantan
Pasal   9      Doa Daniel dan pengertian bilangan tujuh puluh kali tujuh masa
Pasal 10      Daniel mendapat penglihatan tentang seorang yang mulia
Pasal 11      Raja negeri Utara dan raja Negeri Selatan
Pasal 12      Keterangan tentang akhir zaman

2.1.3.2  Latar belakang kitab Daniel

Kitab Yehezkiel dan Kitab Daniel ditulis dalam masa Pembuangan, nama yang biasanya diberikan untuk zaman selama orang-orang Yahudi dari kerajaan Yehuda dipindahkan dari negara mereka setelah penghancuran Bait Suci, ibu kota, dan kerajaan mereka oleh Nebukadnezar. Penghancuran ini datang dalam tiga tahap: Pertama, pada tahun 605 SM, Nebukadnezar menaklukkan Yoyakim dan membawa para tawanan, di antaranya Daniel dan tiga rekannya (#/TB Dan 1:1-6*; lih. di bawah pada #/TB Dan 1:1*). Belakangan, pada tahun 597 SM, dalam perjalanan lain ke Palestina, setelah tindakan pemberontakan dari raja Yehuda, Yoyakim dan Yoyakhin perlu dihukum, Nebukadnezar sekali lagi membuat Yerusalem takluk. Kali ini dia membawa 10.000 tawanan, di antaranya Raja Yoyakhin dan nabi muda Yehezkiel (#/TB Yeh 1:1-3*; bdg. #/TB 2Taw 36:10*; #/TB 2Raj 24:8-20*). Akhirnya, pada tahun 587 SM, setelah pengepungan Yang lama, Nebukadnezar menghancurkan kota itu beserta Bait Allah dan mencerai-beraikan seluruh masyarakat Yahudi (#/TB 2Raj 25:1-7*; #/TB Yer 34:1-7; 39:1-7; 52:2-11*).
Pemulihan negeri itu dimulai pada tahun 538 SM, ketika sang pemenang Koresy, raja dari kerajaan Media-Persia yang baru dan penakluk Babel, sesuai dengan kebijakan umum tentang pemulihan memulangkan orang-orang tawanan ke negeri mereka, mengeluarkan keputusan bahwa orang-orang Yahudi boleh pulang (#/TB 2Taw 36:22,23*; #/TB Ezr 1:1-4*). Sekalipun beberapa orang Yahudi tetap tinggal dalam pembuangan bertahun-tahun
Kitab ini mencatat berbagai peristiwa dari penyerbuan pertama Nebukadnezar ke Yerusalem (tahun 605SM) hingga tahun ketiga pemerintahan Koresy (tahun 536 SM). Daniel adalah tokoh utama dan penulis kitab ini. Kepenulisan oleh Daniel bukan hanya dinyatakan secara tegas dalam 12:4, tetapi juga tersirat dalam banyak petunjuk riwayat hidupnya sendiri dalam pasal 7-12, Yesus menghubungkan kitab ini dengan “nabi Daniel” (Mat.24:15) ketika mengutip 9:27.
Kitab Daniel merupakan kitab yang paling dikenal namun juga adalah kitab yang paling rumit di antara kitab – kitab perjanjian lama. Kitab ini berisi kisah mengenai seorang pemuda Israel yang di ambil secara paksa dari tanah airnya agar didik untuk tugas diplomatik di kota babel yang besar . dengan cepat ia naik ,reportasinya tetap bertahan , bahkan ketika kerajaan babilonia runtuh di sekeliling meskipun ia sudah semakin tua karirnya mencapai puncak pada waktu ia ditetapkan sebagai salah satu dari pejabat tinggi tiga serangkai yang menduduki jabatan kedua sesudah raja dalam kerajaan media Persia yang sedang berkembang .
Remaja yang ada di kitab Daniel ini sangat saleh dan mereka bertumbuh besar di istana nebukadnezar, dimana ia terus mendorong baik orang yahudi maupun kafir untuk percaya kepada Allah . sebagian besar kitab Daniel disusun dalam bahasa aram , dan hal ini berbeda dengan kitab – kitab lain dalam perjanjian lama yang ditulis dalam kitab bahasa ibrani .[13]
Daniel saat usia remaja termasuk orang –orang yehuda yang di buang ke babel pada tahun 606 SM oleh raja nebukadnezer ,Daniel di tawan bersama ketiga temannya yaitu Hananya ,Misael, Azarya. Dan oleh  aspenas kepala pegawai istana,mereka diberi  “nama baru” khas babel yaitu: Beltsazar, sadrakh, mesakh dan Abednego. Daniel berasal dari keluarga yang “berpendidikan” atau dari kalangan “ bangsawan” di yerusalem. Dan kemungkinan besar Daniel dari keturunan raja Hizkia, kitab Daniel dikenal akan “nubuatnya” tentang mesias dan “akir zaman” yang juga membicarakan tetang soal waktunya yang mencakup tentang masa depan yang dekat dan masa depan yang jauh, yaitu nubuatnya tentang antikristus pada akhir zaman. [14]
Daniel memuat kisah –kisah yang mencakup kurung waktu dari tahun 606 /605 SM , sampai sesudah Koresy menduduki babel pada tahun 539. Kitab ini mengisahkan pengalaman – pengalaman beberapa orang yahudi yang di buang ke Babel . pembrontakan Makade berujung pada pegambilahlian kembali bait itu pada tahun 164. [15]
Kitab – kitab Daniel ini bukan hanya menginformasikan tentang masa depan , tetapi juga memberikan petunjuk kepada kita bagaimana menjalani hidup hari ini dengan mengarahkan pikiran kepada hari esok.[16]
2.1.3.3  Tema Kitab : Kedaulatan Allah dalam Sejarah [17]
2.1.4     Genre[18] Kitab Daniel
Kitab Daniel adalah sebuah karangan “apokaliptik” karena memuat nubuat-nubuat mengenai masa mendatang dan mengenai akhirat yang disampaikan melalui metafora dan kiasa-kiasan, juga melalui mimpi dan penglihatan.
Istilah apokaliptik diambil dari bahasa Yunani “apokalypsis” yang berarti wahyu atau penyataan, bahwa lebih dari setengah kitab Daniel, yakni pasal 7-12, dan mungkin pasal 2 juga, bersifat apokalipotik.
2.1.5     Politik
Kedaulatan Allah dalam peristiwa-peristiwa politik dibicarakan dengan lebih langsung dalam penglihatan-penglihatan di Alkitab ini. tujuannya adalah menangani pengharapan masyarakat yang sedang berada dalam pembuangan dan pada masa paskah pembuangan. Kedaulatan Allah merupakan inti dari kitab ini dan dapat dilihat sedang bekerja, baik dalam arena rohani maupun politik.[19]

2.1.6     Sosial Budaya
Banyak perubahan budaya dan agama menimpa orang-orang Yahudi melalui pembuangan mereka. Di antaranya adalah munculnya ibadah sinagoge sebagai pengganti ibadah di Bait Suci, dan setidaknya suatu permulaan menuju penggunaan bahasa kedua, yaitu Aram (juga disebut Siria atau Kasdim). Sejumlah bukti membawa pada kesimpulan bahwa bahasa Abram sebenarnya adalah Aram. Pernyataan-pernyataan Alkitab (#/TB Ul 26:5*; #/TB Kej 31:47*) menunjukkan bahwa keluarga yang darinya Abram, Ishak, dan Yakub berasal, menggunakan bahasa Aram. Bukti-bukti arkeologi (mis., Batu-batu Moab, Dokumen-dokumen Ras Syamra) menunjukkan bahwa bangsa Kanaan menggunakan suatu bahasa yang hampir sama dengan bahasa Ibrani. Jadi orang-orang Yahudi, pada zaman sebelumnya, bahkan sebelum tinggal di Kanaan, telah mengambil "bahasa Kanaan," yang, dengan sedikit perubahan, menjadi bahasa Ibrani. Di Babel, mereka menemukan bahasa Aram sebagai bahasa perdagangan. Itu juga menjadi bahasa diplomasi selama beberapa masa (bdg. #/TB Yes 36:11,12*). Jadi, agaknya orang-orang Yahudi mengambil bahasa Aram, yang benar-benar sangat serupa dengan bahasa Ibrani (meski tidak seluruhnya sama; lih. #/TB 2Raj 18:26*) dan selama beberapa waktu mereka memakai dwibahasa. Situasi ini tampaknya yang melatarbelakangi fakta bahwa enam pasal Kitab Daniel adalah dalam bahasa Ibrani.
Ritual – ritual kebiasaan orang yahudi ,ia mencemarkan Bait suci Yerusalem dengan cara mendirikan patung Dewa Zeus Olympius dan mempersembahkan hewan babi .[20]
2.1.7     Agama
Nebukadnezar mengutus untuk membangun patung emas dan menuntut supaya semua orang menyembah patung itu sebagai allah mereka .[21] Raja Belsyazar dan para pembesar serta istri dan gundiknya , untuk minum anggur dengan memuji –muji dewa – dewa dari perak dan emas , tembaga , besi, kayu, dan batu. [22]
2.1.8     Pola Pikir ( Watak Penulisan dan Watak Penerima )          
Daniel  pribadinya taat dan setia dalam beriman kepada allah , ia sikapnya cerdik dan bijaksana dalam menghadapi suatu masalah mimpi , dan bersandar pada allah dan wataknya tidak serakah ketika dijanjikan akan di beri hadiah dan kekuasaan jika mampu mengartikan mimpi raja. [23]

2.2              Histori Kritis
Orang-orang Kristen pada umumnya berpendapatan, bahwa Daneil 1-6 sangat berbeda dengan Daniel 7-12. Isi Daniel 1-6 sangat dianggap sebagai cerita-cerita yang sangat menarik bagi anak-anak sekolah minggu dan mudah dipahami. Namun artinya dan berita sebenarnya, dan hubungannya dengan kehidupan kita sekarang ini, sering tidak disadari atau dipentingkan.
Sebenarnya, seluruh kitab Daniel penting bagi gereja pada umunya, dan bagi setiap orang Kristen; penting berkenaan dengan kehidupan pribadi sebagai seorang Kristen di zaman ini, dan berhubungan dengan sikap dan kelakuan dalam mengahadapi segala tekanan hidupdan situasi kita, bahkan situasi internasional. Disamping itu, isi kitab Daniel ini sangat memuliakan Allah yang maha tinggi, yang berdaulat mutlak atas dunia.
2.2.1           Pengarang Dan Zamannya
2.2.1.1              Beberapa pendapat
a.       Jelas Josephus (37-100AD)beranggapan, bahwa pengarang Daniel sebagai yang tertulis dalam kitab Daniel, dan bahwa Daniel itu seorang nabi diantara nabi-nabi yang teragung, karena Daniel itu bernubuat tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, serta menetapkan juga peristiwa yang akan terjadi. Dan bahwa khusus isi Daniel 11-12, telah dialami oleh orang-orang Yahudi dibawah pimpinan Antiokhus Epifanes, dan juga kemudian pada waktu tentara Roma menghancurkan Yerusalem (josephus, jewish Antiquities X, hal. 266, 276, 280).
b.      Penafsir-penafsir Yahudi yang pengajarannya tertilis dalam Talmud (s/d akhir abad ke- 5 AD) juga beranggapan demikian.
c.       Orang-orang Kristen pada awal zaman masehi tidak menyaksikan kepengarangan Daniel , missal: Hippolytus, Theodoret, Jerome.
d.      Baru pada akhir abad ke -3 AD ada orang yang menyangkal bahwa pengarangnya nabi Daniel. Orang yang mengatakan demikian adalah Prophyry (232-305AD), seorang Neoplatinos, yang sangat menentang ajaran Kristen. Pada waktu itu orang-orang Kristen senang menunjukan nubuat-nubuat untuk mendukung pemberitaannya tentang Kristus.
Prophyry berpendirian, bahwa seseorang tidak mungkin mengetahui hal-hal dimasa mendatang. Sebab itu, ia mengatakan bahwa bagia-bagian kitab Daniel yang dikatakan nubuat,sebenarnya bukan nubuat  mengenai masa mendatang, melainkan catatan yang ditulis pada zaman  Antiokhus Epifanes (175-164SM) oleh seorang pengarang yang namanya tidak diketahui. Jerome  menulis buku tafsirannya tentang Daniel khususnya untuk membuktikan bahwa pendapat Prophyry itu salah ( kita mengetahui tentang pengajaran Prophyry itu hanya karena disebut Jerome. Karangan Prophyry itu tidak ada lagi).
Orang-orang kisten tetap yakin bahwa pengarangnya adalah Daniel, sampai pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke -18 saat para pengeritik mulai muncul.mereka pada umumnya berpendapat sama dengan Prophyry. Mereka menganggap kitab Daniel sebagai kitan pseudopigrafi,  yaitu yang ditulis oleh orang yang tidak diketahui nama pengarannya, yang menulis seakan-akan ia sendiri adalah Daniel, padahal tidak. Kitan ini ditulis pada zaman Makabe, setelah peristiwa yang ditunjuk dalam pasal 11. Sampai sekarang ini, sebagaian sarjanan berpendapat demikian.
Namun demikian banyak juga sarjana yang ternama yang menolak pendapat sarjana tersebut, misalnya: C.F.Keil, R.D. Wilson, E.J. Young, R.K. Harisson, dan J.G. Baldwin mereka tetap yakin bahwa pengarannya Daniel.
Jadi, perlu kita pertimbangkan alasan-alasan yang diajukan oleh sarjana-sarjana yang beranggapan bahwa pengarangnya bukanlan Daniel.

2.2.1.2        Alasan-alasan Penolakan Daniel sebagai pengarangnya
Sarjana-sarjana yang menolak bahwa Daniel menulis kitab itu pada abad ke-6 SM, serta berpendapat bahwa kita itu ditulis pada zaman Makabe (abad ke -2SM ( Antiokhus Epifanes mati ca. 164/3) berdasarkan alasa-alasan sebagai berikut:
a.       Dalam perjanjian lama (PL) bahasa Ibrani, kitab Daniel terdapat bukan bersama-sama kitab para nabi, melainkan pada bagian ke-3, yang disebut tulisan (atau ketubim, Hagiografa, The Writing). Diantara kitab-kitab tulisan, atau ketubim, itu letak kitab Daniel ke-3 dari yang terakhir. Para sarjana ini mengatakan bahwa kitan-kitab dalam bagian ke-3 itu ditulis pada abad ke-3 dan ke-2, yaitu setelah kitab-kitab lain dalam bagian pertama dan kedua sudah diterima sebagai firman Tuhan. Maka mereka mengatakan, bahwa jelas kitab Daniel tidak ditulis pada abad ke -6 SM.
b.      Daniel tidak disebut dalam daftar orang-orang Israel  yang terkenal yang tercantum dalam kitab Eklesiastikus 44:1, dst. Kitab Eklesiastikus ditulis  ca. 180SM oleh Ben Sirach. Para sarjana tersebut mengatakan, bahwa nama Daniel tidak tercantum dalam daftar itu sebabpada waktu itu ia belum dikenal , yakni kitab Daniel belum ditulis. Hal itu sesuai dengan tahun ca. 165SM (zaman Makabe) untuk tahun penulisannya.
c.       Mereka mengatakan bahwa, didalam kitab Daniel terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak mungkin dibuat oleh seorang pengarang yang baik hidup pada abad ke -6 SM itu, yakni sebagai berikut:
-        Daniel 1:1 bertentangan dengan Yeremia 25:1,9; 46:2 mengenai tahun Daniel dan teman-temannya dibawa ke Babel.
-        Pemakaian istilah “orang Kasdim”
-        Mengenai Belsyazar
d.      Bahasa ibrani yang dipakai, bahasa Aram (2:4b-7:28), dan kata-kata dari bahasa Persia dan Yunani yang terdapat didalamnnya, merupakan bukti, bahwa kitab Daniel ditulis sekitar abad ke-3 atau ke 2 SM.
e.       Tidak mungkin kalau ratusan tahun sebelum sesuatu terjadi  seseorang dapat menubuatkan dengan sedemikian rinci dan tepat, hal-hal seperti tercantum khususnya dalam pasal 11. Isi pasdal itu sangat tepat dengan kejadian-kejadian pada waktu pemerintahan Antiokhus Epfanes (175-164SM). Jadi mereka mengatakan, bahwa jelas Daniel ditulis pada zaman itu, yaitu setelah terjadi peristiwa-peristiwa tersebut, untuk menghibur dan menguatkan orang-orang Yahudi yang sangat menderita dibawah pemerintahan  Antiokhus Epifanes.
2.2.1.3        Sanggahan-sanggahan Terhadap Alasan-alasan Tersebut
A.       Letak kitab Daniel dalam kitab-kitab PL
-        Dalam kitab bahasa Ibrani, kitab Daniel digolongkan kedalam kitab-kitab yang disebut tulisan (Ketubim), dan tidak digolongkan kedalam kitab-kitab Para Nabi karena kedudukan Daniel dalam masyarakat. Kedudukannya bukan sebagai nabi “resmi” seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan lain sebagainya, yang dipanggil Tuhan khusus untuk fungsi/jabatan kenabian, yaitu untuk menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel.
Daniel menjabat dalam pemerintahan kerajaan Babel dan Persia. Ia seorang ahli kenegaraan yang berkedudukan tinggi dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan asing itu. Namun Tuhan memberikan kepada Daniel karunia seorang nabi, yaitu Tuhan memberikan dia hikmat untuk mengerti makna mimpi dan penglihatan yang Tuhan berikan kepada raja dan kepada Daniel sendiri. Tuhan memakai dia untuk menyampaikan nubuat dan firman-Nya kepada raja asing itu, dan juga secara umum, pada waktu-waktu yang tertentu. Tetapi jabatannya dalam masyarakat dan tugas yang dilakukan setiap hari adalah sebagai pejabat tinggi dalam pemerintahan bangsa asing, dan bukan sebagai nabi orang Yahudi.
Dalam septuaginta dan dalam terjemahan-terjemahan Alkitab lain yang diterjemahkan lebih akhir daripada itu, kitab Daniel diletakkan dangan kitab-kitab para nabi, yaitu setelah kita Nabi Yehezkiel, oleh karena nubuat-nubuat yang tercantum didalamnya.
-        Kita tidak menyetujui pandangan para sarjana tersebut mengenai pembentukan kanon Alkitab. Kita tidak menyetujui  pendapat yang mengatakan bahwa kita-kitab pada bagian ke-3 PL muncul disana oleh karena mereka diterima sebagai firman Tuhan lebih akhir daripada kitab-kitab dalam bagian pertama dan bagian kedua. Maka kenyataan, bahwa kitab Daniel termasuk ke dalam kitab-kitab tulisan itu, tidak menyatakan apa-apa mengenai tahun penulisan kitab Daniel.
B.        Terkenalnnya Daniel
-        Dalam daftar orang-orang Israel ternama yang terdapat dalam kitab Eklesiastikus, selain nama Daniel juga tidak tercantum nama-nama Ayub, semua para hakim selain Samuel , Raja Asa dan Yosafat, Mordekhai, dan Ezra. Namum jelas mereka orang-orang Israel yang diakui ternama pada abad ke -2 itu, bahkan jauh sebelumnya. Jadi kenyataan, bahwa tidak disebut nama Daniel dalam daftar itu, tidak membuktikan bahwa dia dan kitab Daniel itu belum dikenal.
-        Karangan-karangan lain dari abad ke -2 SM misalnya kitab-kitab Makabe, Barukh, Sibylline Oracles, menyinggung mengenai Daniel dan isi kitabnya.
-        Dari gulungan-gulungan laut mati jelas bahwa kitab Daniel bahkan sangat popular pada abad ke -2 SM.
Kesimpulan : karangan-karangan abad ke -2SM tidak membuktikan, bahwa kitab Daniel juga ditulis baru pada abad itu. Sebaliknya diantara karangan-karangan itu ada karangan yang mendukung tahun penulisan yang lebih awal untuk kitab Daniel.


C.    Soal Penanggalan
-        Dikatakan dalam Daniel 1:1 bertentangan dengan Yeremia 25:1,9 dan 46:2 mengenai tahun Daniel dan teman-temannya dibawa ke Babel. Perhatikan ayat-ayat tersebut, sebagai berikut:
Daniel 1:1 “pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem lalu mengepung kota itu.”
Daniel 1:3-4 orang-orang muda dipilih untuk dibawa ke Babel. Kepala istana Aspenas, ditugaskan memilih orang-orang itu dan membawa mereka ke Babel.
Yeremia 25:1 menyebut”tahunh keempat pemerintahan Yoyakim, yaitu dalam tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar, raja Babel”
Yeremia 25:9 firman Tuhan yang disampaikan pada tahu itu menyatakan, bahwa Tuhan akan menyuruh Nebukadnezar, raha Babel, datang melawan negeri Yehuda.
Yeremia 46:2 Firaun Neko, raja Mesir, dikalahkan dekat Karkemis oleh Nebukadnezar, raja Babel, dalam Tahun yang keempat pemerintahan Yoyakim.
Nampak seakan-akan Daniel dan Yeremia menyebut tahun berebda dalam peristiwa yang sama dimana Nebukadnezar, raja Babel, mengalahkan Firaun Neko, meneyerang Yehuda, mengepung Yerusalem, lalu membawa pemuda-pemuda baik dan terpilih ke Babel. Tetapi perbedaan dalam catatan mereka itu adalah oleh karena cara yang berbeda dipakai mereka untuk menghitung tahun pemerintahan Yoyakim. Sebenarnya mereka membicarakan tahun yang sama.
Daniel bertempat tinggal diBabel , maka ia memakai cara negeri itu waktu menghitung tahun pemerintahan rajaYoyakim . yoyakim diangkat menjadi raja Yehuda sekitar Oktober-Nopember 609 SM. Daniel menghitung tahun pemerintahan menurut cara Babel, yakni:
1.         Jangka waktu mulai seseorang raja naik taktha sampai ke Tahun Baru disebut sebagai Tahun Kenaikan Taktha; kemudian dari Tahun Baru itu sampai TahunBaru berikutnya disebut tahun pertama, lalu tahun kedua, ketiga, dan seterusnya.
2.         Tahun Baru adalah pada bulan Tishri (September/Oktober).
Yeremia menghitung tahun itu dengan cara lain, sesuai dengan kebiasaandi Yehuda pada waktu itu. Mengenai cara itu ada dua pendapat, sebagai berikut:
1.      Tahun seorang raja naik taktha disebut langsung tahun pertama. Setelah Tahun Baru disebut Tahun Kedua, dan seterusnya. Tidak dipakai Tahun Kenaikan Taktha. Tahun baru adalah pada bulan Tishri sama seperti di Babel. Cara itu dipakai di Mesir, yang memang berpengaruh diYehuda pada zaman itu. Jadi tahun yang Daniel sebutkan sebagai tahun ketiga pemerintahan Yoyakim, dengan memakai cara Babel ( dengan Tahun Kenaikan Taktah), bila dihitung menurt cara Yehuda, akan disebut tahun keempat pemerintahaanya.[24]
2.      Yeremia tetap memakai system dengan Tahun Kenaikan Taktah, sebagaimana dulu biasa dipakai di Yehuda, tetapi dengan memakai Tahun Nisan (Maret/April)sebagai Tahun Baru. Rupanya nabi-nabi Yerimia, Yehezkiel, Hagai dan Zakharia biasanya menghitung tahun mulai dari Nisan sebagai Tahun Baru (lihat Kel. 12:2)[25]. Tahun Baru dibanding dengan cara menghitung dengan Tishri sebagai Tahun Baru ( lihat pada diagram dibawah ini).





T
 
T
 
T
 
N
 
N
 
N
 
N
 
Ke-3
 
Ke-2
 
Ke-1
 



Ke-4
 
Ke-3
 
Ke-2
 
Ke-1
 
Nisan

April
 



Yeremia
Yehuda
 
Jan 609                        Jan 608                   Jan 607                     Jan 606                    Jan 60               Jan 604    









Daniel
Babel
 




Nebukadnezar
Mengepung Yerusalem
 
Tishri

Okt’
 
          Nebukadnezar mengepung Yerusalem tidak lama sebelum awal September 605 SM, yakni diantara Nisan dan Tishri pada tahun 605 SM itu, maka tepatlah apa yang tertulis dalam Daniel dan Yeremia. Justru waktu antara Nisan dan Tishri itu disebut tahun ke 3 di Babel(daiel)dan tahun ke-4 oleh Yeremia. Cara inilah lebih disetujui oleh para sarjana sekarang ini.
Kenyataan bahwa Yeremia 25:1 menyebutkan tahun ke-4 pemerintahan Yoyakin sebagai tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar dan dapat juga dijelaskan menurut cara-cara diatas. Bahasa Ibarani yang diterjemahkan “tahun pertama” dalam Yeremia 25:1 ialah haŝŝānā’ šōnĭt yang secara harfiah berarti “tahun awal” (kepala). Kata-kata itu dapat mempunyai arti tahun kenaikan tahta atau dapat berarti tahun pertama pemerintahan raja dengan arti khusus yang diterangkan diatas.
Jikalau Yeremia memakai cara yang sama untuk menghitung tahun pemerintahan Nebukadnezar dan Yoyakim, kata-kata tersebut tahun kenaikan taktah. Tetapi jikalau dipakai cara yang biasa untuk membicarakan tahun pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, sedangkan tahun pemerintahan raja nebukadnezar, raja Babel, disebut menurut perhitungan orang Babel, kata-kata Ibrani kemungkinan besar berarti tahun pertama. Masa nebukadnezar naik tahta di Babel pada tahun 7 September 605 M sampai 604 SM adalah termasuk tahun ke-4 pemerintahan Yoyakim di Yehuda, menurut perhitungan cara Yeremia. Menurut cara perhitungan yang sama, masa itu yang akan disebut Tahun Kenaikan Tahta Nebukadnezar. Tetapi menurut cara yang dipakai di Babel, masa 7 September sampai Tishri 605 SM yang di sebut Tahun Kenaikan Nebukadnezar dan dari Tishri 605 SM sampai  Nisan 604 SM (waktu berakhir tahun ke-4 pemerintahan Yoyakim) termasuk tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar. Maka jelas ayat-ayat tersebut diatas tidak bertentangan melainkan benar.
Bahkan adanya perbedaan itu, yang sesuai dengan cara menghitung tahun yang berbeda yang dipakai pada zaman itu, sebetulnya mendukung pendapat, bahwa Daniel mengarang kitabnya pada abad ke-6 SM sebab, jika pengarang kitab Daniel seorang Yahudi yang hidup pada abad ke-2 SM, sangat tipislah kemungkinan bahwa ia akan memakai car Babel untuk menghitung tahun pemerintahan raja, sebab pada abad ke-2 SM cara Babel itu sudah tidak dipakai. Mengenai Yeremia 25:9, peristiwa yang dinubuatkan pada perikop ini bukan peristiwa pada saat Daniel dan teman-temannya dibawa ke Babel, melainkan serangan Nebukadnezar terhadap Yerusalem pada tahun 597 dan 586 SM.
Dalam 2 Raja-raja tertulis”majulah berperang Nebukadnezar raja Babel, lalu Yoyakim menjadi takluk kepadanya tiga tahun lamanya”. Dan dalam 2 Tawarikh 36:6”Nebukadnezar, raja Babel, maju melawan dia (Yoyakim) membelenggunya dengan rantai tembaga untuk membawanya ke Babel”(tidak dijelaskan dia jadi membawanya kesana atau tidak). Peristiwa ini memang terjadi sebelum Nebukadnezar menyerang Yerusalem  pada 597 SM, karena pada waktu itu Yoyakim sudah meninggal (2Raj.24:6-10). Maka ayat-ayat itu dapat dipandang sebagai hal yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam Daniel 2:1-2. Catatan sejarah Babel untuk masa 626-556 SM yang sekarang sudah ditemukan tersimpan dimuseum Inggris juga sesuai dengan catatan dalam Alkitab. Menurut catatan sejarah Babel, dalam tahun 605 SM, sekitar bulan Mei, Nebukadnezar sebagai pengganti ayahnya yang sudah tua, memimpin tentara Babel mengalahkan tentara Mesir dalam pertempuran di Karkemis (ditepi sungai Efrat). Lalu Nebukadnezar bersama tentaranya melakukan pengejaran terhadap orang Mesir yang hendak melarikan diri dan pulang ke Mesir sebelah selatan. Waktu mengejar mereka Nebukadnezar menaklukan seluruh tanah “Hatti” yakni Aram dan Palestina. Pada tanggal 15 Agustus, waktu Nebukadnezar masih di daerah tanah ”Hatti” itu, ayahnya, Nabopolazar, meningggal dunia. Sebab itu Nebukadnezar harus segera pulang ke Babel, dimana pada tanggal 7 September ia diangkat menjadi Raja Babel.
Seorang ahli sejarah yang bernama Berossus mencatat, bahwa Nebukadnezar menyerahkan kepada beberapa temennya orang-orang tawanan yang diambilnya dari antara orang-orang Yahudi, Fenike dan Aram, dan dari bangsa-bangsa lain yang dijajah Mesir, supaya ia dapat pulang lebih cepat ke Babel[26]
Tercatat dalam 2 Raja-raja 23:34 bahwa Yoyakim diangkay menjadi raja Yehuda oleh Firaun Nekho dari Mesir. Maka negeri Yehuda itu lalu dianggap termasuk wilayah Mesir. Setelah mengalahkan Firaun Nekho di Karkemis dan waktu “merebut segala yang termasuk wilayah raja Mesir mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai Efrat ”(2 Raj.24:7), Nebukadnezar perlu menahlukkan raja Yoyakim di Yehuda (2 Raj. 24:1 dan 2 Taw. 36:6)
Catatan Berossus itu sesuai dengan Daniel 1:3, dimana dikatakan, bahwa Nebukadnezar menyuruh kepala istananya, yaitu, Aspenas, membawa beberapa tawanan orang Israel ke Babel. Kenyataan bahwa Nebukadnezar disebut ”raja” oleh Daniel, padahal pada waktu itu ia belum naik tahta Babel, tidak menjadi soal. Pada waktu tersebut Nebukadnezar sudah berfungsi sebagai raja , menggantikan ayahnya yang tua. Juga, pada waktu Daniel menuliskan kitabnya, nebukadnezar sudah lama menjadi raja Babel,dan dikenali demikian oleh pembaca kitab Daniel.
Pemakaian istilah “Orang Kasdim”
Dalam kitab Daniel, istilah “orang Kasdim” dipakai dengan dua pengertian,
1.      Mengenai suatu suku bangsa yang tinggal dibagian Selatan negeri Babel, orang-orang Babel menyebut mereka orang kasdim, (Dan. 5:30 ;9:1). Nebukadnezar seorang kasdim, dan rupanya istilah itu menjadi dipakai untuk seluruh daerah negeri Babel. [27]
2.      Mengenai suatu golongan orang tertentu, golongan itu dianggap sebagai orang-orang bijak, dan ahli ilmu nujum (Dan 2:2 ; 4-5, dan lain-lain).
Sebagian Sarjana mengatakan, bahwa pengertian yang kedua untuk istilah itu tidak ditemukan ditempat- tempat lain dalam PL. Juga tidak terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman itu. Oleh karena kedua hal tersebut dikatakan bahwa memakai istilah tersebut dengan pengertian yang kedua merupakan suatu hal yang tidak tepat, bahkan salah. Dikatakan pula bahwa pengertian ini terdapat hanya pada waktu yang jauh kemudian.
Akan tetapi perlu kita ingat bahwa Nebukadnezar, menurut suku bangsanya, adalah seorang Kasdim. Maka tidak mengherankan apabila Daniel memakai istilah “orang Kasdim” dalam arti kesukuan itu, bahkan untuk negeri Babel. Istilah dengan arti kesukuan itu dipakai diayat-ayat lain dalam PL, misalnya 2 Raja-raja 24:2 ; 25:4 ; 2 Tawarikh 36:17; Yesaya 13:19 ; 23:13 ; 43:14 ; Yeremia 21:4. Juga pada prasasti-prasasti dari abad ke 10, ke 9, ke 8 SM.
Ahli sejarah, Herodotus 450SM dalam bukunya berjudul Persian Wars (Peperangan-peperangan Persia), sering memakai istilah “orang Kasdim” dalam arti kesukuan. Selain itu ia mengenal mereka juga sebagai suatu imamat,serta menyebutkan bahwa beberapa kebiasaan agama mereka dilakukan pada zaman Raja Koresy, bahkan mungkin sebelumnya. Maka bukanlah merupakan hal yang kurang tepat apabila Daniel juga memakai “orang Kasdim” sebagai istilah untuk suatu golongan orang yang tertentu, yaitu para imam (Dan 3:8), ahli nujum, dan orang yang terdidik dalam ilmu orang-orang Kasdim (Dan 2:10 ; 4:7 ; 5:7,11), yaitu orang-orang berhikmat.
Penyakit Nebukadnezar (Dan 4:14-16 ; 20-36)
Ada sarjana-sarjana mengatakan, bahwa karena dalam catatan sekuler, prasasti-prasasti dan sebagainya mengenai zaman sejarah itu tidak tercantum bahwa raja Nebukadnezar pernah sakit jiwa, maka jelas bahwa apa yang diceritakan oleh Daniel mengenai hal itu tidak benar.
Dalam kita mempertimbangkan betul tidaknya isi kitab Daniel tentang Nebukadnezar pernah menjadi sakit jiwa, ada tiga hal yang perlu diperhatikan,yakni :
1.      Mengetahui dan mengingat sikap orang-orang timur tengah kuno (Mesopotamia) terhadap orang yang sakit jiwa. Mereka beranggapan, bahwa segala sakit penyakit adalah hasil usaha jahat dewa-dewa dari dunia bawah, yang memasuki tubuh manusia melalui lubang-lubang dikepalanya lalu mengganggu kesehatan tubuhnya. Penyakit jiwa dianggap mereka sebagai kerasukan setan-setan yang unggul. Karena itu orang yang sakit jiwa ditakuti dan mungkin dihormati. Dan orang yang sakit jiwa itu diusir atau dipisahkan dari masyarakat lalu dibiarkan.
2.      Menyelidiki apakah dalam catatan atau tradisi dari zaman itu terdapat sesuatu yang mendukung apa yang dikatakan Daniel, ataupun yang membuktikannya salah. Memang tidak ada (atau belum ditemukan) catatan eksplisit, bahwa Nebukadnezar pernah sakit jiwa. Tetapi, oleh karena sikap orang zaman itu, hal itu tidak berarti ia tidak pernah sakit jiwa. Sebenarnya ada tradisi dan catatan yang mungkin mempunyai latarbelakang bahwa ia pernah sakit demikian, yaitu sebagai berikut :
-           Josephus mencatat, bahwa seorang imam Babel yang hidup ±300 tahun setelah kematian Nebukadnezar menyatakan adanya tradisi bahwa Nebukadnezar, setelah menjadi raja Babel 43 tahun, tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal. Rasa hormat dan takut kepada raja akan membuat orang enggan menjelaskan keadaan seperti dilukiskan dalam kitab Daniel.
-           Eusebius jjuga mencatat juga tradisi dari abad ke-2 SM, yaitu bahwa pada masa akhir pemerintahannya raja Nebukadnezar “dirasuk oleh salah satu dewa”, dan bahwa ia tidak kelihatan di kota Babel.
-           Suatu prasasti dari zaman Nebbukadnezar, walaupun sebagian tidak lagi dapat dibaca karena sudah rusak, namun sangat penting, menyatakan sebagai berikut : “selama 4 tahun pusat kerajaanku dikotaku tidak menggembirakan hatiku. Diseluruh kerajaanku tidak kubangun tempat tinggi kekuasaanku, harta mulia kerajaanku tidak kuperlihatkan. Pada pemujaan Marduk, tuan/rajaku, sumber sukacita hatiku di Babel, ibukota kerajaanku, tidak kunyanyikan pujian kepadanya, tidak kusediakan persembahan bagi mezbahnya, dan tidak kubersihkan kanal-kanal. “(C. H Rawlinson, Historical Evidences of the Truth of the Scriptural Records [1859], hal 185,440 n 29.). Salah satu tugas seorang raja Babel yang tidak boleh diabaikan ialah bahwa ia harus menyembah dewa Marduk dalam suatu upacara besar setiap tahun. Jadi pernyataan, bahwa pernah Nebukadnezar tidak melakukannya, mendukung kemungkinan bahwa pernah ia sakit jiwa selama beberapa tahun.
3.      Menguji dan mempertimbangkan ketepatan penjelasan Daniel. Keadaan Nebukadnezar yang dilukiskan dalam Daniel 4 tepat sekali untuk semacam sakit jiwa tertentu, yang disebut “Boanthropy”. Orang yang sakit boanthropy mengira bahwa ia seekor lembu, dan ia berlaku demikian.
Kondisi medis ini memang tidak sering dilihat, namun pada tahun 1946 R. K. Harrison memperhatikan keadaan seseorang yang sakit boanthropy dalam sebuah rumah sakit jiwa di Inggris. Orang itu sepanjang hari berada di alam terbuka dihalaman rumah sakit itu. Cuaca apapun tidak mengganggu dia. Biarpun kedinginan dan kehujanan namun ia tidak jatuh sakit dan seakan-akan ia tidak merasakannya. Orang itu harus dimandikan dan dicukur, ia tidak melakukannya sendiri. Makanannya  semata-mata rumput saja. Ia tidak pernah mau makan makanan yang disediakan bagi pasien-pasien lain. Dan ia tidak mau duduk makan bersama-sama dengan mereka. Dapat diperhatikan bahwa ia dengan teliti dan cerdas membedakan antara rumput baik dan rumput liar.
Keadaan jasmaninya sangat baik. Kelainan dilihat hanya dalam hal rambutnya yang lebih panjang dan kukunya lebih kasar dan tebal daripada biasanya (bdk. Dan 4:33). Dalam perilaku dan sifatnya orang itu tenang, tetapi tidak menyadari kenyataan.[28] Jadi jelaslah Daniel melukiskan dengan sangat tepat semacam penyakit jiwa yakni boanthropy.
Mengenai Belsyazar
Ada sarjana-sarjana mengatakan, bahwa pengarang Daniel salah dalam dua hal berkenaan dengan belsyazar, yaitu sebagai berikut :
1.      Daniel menyebut Belsyazar raja Babel, serta mengatakan bahwa kerajaannya diberikan kepada orang media dan Persia (pasal 5), padahal menurut daftar raja-raja Babel, ayahnya Nabonidus yang sebenarnya adalah raja Babel pada waktu itu. Betul, menurut daftar raja-raja Babel dari catatan sejarah kerajaan itu, Nabonidus adalah raja terakhir kerajaan itu. Nama Belsyazar tidak disebut dalam daftar itu. Tetapi, menurut catatan lain dari prasasti zaman itu :
-           Belsyazar adalah putra sulung Nabonidus.
-           Nama Belsyazar sering dipakai dalam kontrak-kontrak yang tertulis pada lempengan-lempengan (tablet) sebab ia menjabat sebagai wakil raja waktu ayahnya diluar negeri.
-           Nama Belsyazar dipakai bersama dengan nama raja Nabonidus dalam rumus sumpah dari zaman itu. Hal demikian tidak pernah terjadi pada putra raja lain. Hal ini menyatakan bahwa Belsyazar berfungsi sebagai raja.
-           Ada juga bukti bahwa Belsyazar menerima pajak dan menggunakn hak dan kekuasaan seorang raja.
-           Dalam catatan lain dari zaman itu tertulis dengan terang, bahwa Nebonidus mempercayakan “the king-ship,” yakni pemerintahan kerajaan dan fungsi raja, kepada Belsyazar.
Dari hal-hal tersebut di atas jelas bahwa meskipun Nabonidus bukan Belsyazar yang terdaftar sebagai raja Babel, namun selama jangka waktu tertentu Belsyazarlah, bukan Nabonidus yang berfungsi sebagai raja disana. Namun demikian,selama ayahnya hidup Belsyazar tidak dapat digelari “raja” dalam catatan resmi kerajaan itu. Selama ayahnya hidup, Belsyazar tidak boleh melakukan upacara dalam perayaan tahun baru, yaitu “berjabat tangan dengan Bel.” Bel adalah nama lain untuk Marduk, dewa Babel. Hanya rajalah yang boleh melakukan upacara itu.
Keadaan demikian berlangsung selama lebih dari separuh dari masa pemerintahan Nabonidus, yaitu kurang lebih 10 tahun waktu Nabonidus berada di negeri Arab, yakni Teima. Ia kembali ke Babel hanya setelah Babel dikalahkan oleh orang Media dan Persia. Nabonidus tinggal di Teima sekian lamanya, sebab ia tidak mau menyembah Marduk dewa Babel, melainkan ia mau menyembah dewa Bulan, yakni Sin. Jikalau ia menetap di Babel, haruslah ia setiap tahun mengambil peranannya sebagai raja dalam memperbaharui perjanjian-perjanjian kepada Marduk, dan ia tidak akan mempunyai kebebasan untuk menyembah Sin. Ia meninggalkan Babel dan berdiam di Teima, dan menyerahkan pemerintahan kerajaannya kepada putranya Belsyazar. Kita mengetahui hal-hal tersebut dari prasasti-prasasti yang ditemukan arkeolog-arkeolog, diantaranya ada yang ditulis oleh Nabonidus sendiri.[29] Selain itu, raja Koresy menulis bahwa Nabonidus tidak menyembah Marduk, melainkan menyembah dewa-dewa lain, dan justru oleh sebab itulah Marduk, dewa Babel, menyerahkan kotanya Babel kepada Koresy yang menghormatinya. [30] Sebab sekian lamanya Belsyazar menjabat dan berfungsi sebagai raja ganti ayahnya, Daniel tidak dapat  dipersalahkan karena menyebutnya raja Belsyazar. Teristimewa apabila kita memperhatikan Daniel 5:7, 16, 29 dimana dikatakan, bahwa orang yang memberitahu makna tulisan itu kepada Belsyazar akan diberi kekuasaan sebagi orang ketiga didalam kerajaannya.
Jelas pengarang kitab Daniel mengetahui, bahwa Nabonidus adalah orang pertama dan Belsyazar orang kedua dalam kerajaan itu, meskipun menyebutnya “raja” sesuai dengan fungsinya. Jadi, tepat sekali yang dikatakan oleh pengarang kitab Daniel itu.
2.      Yang dikatakan merupakan kesalahan lain dari pengarang kitab Daniel ialah bahwa didalam pasal 5, ia menyebut Nebukadnezar sebagai ayah Belsyazar, dan Belsyazar sebagai anak Nebukadnezar (5:2, 11,13,18,22.). dikatakan bahwa pengarang kitab Daniel menulis demikian sebab ia mengira bahwa ayah Belsyazar adalah Nebukadnezar, padahal ayahnya adalah Nabonidus. Dan Nabonidus juga bukan anak Nebukadnezar, sehingga Belsyazar sebagai cucunya boleh disebut “anaknya”. Tetapi sebutan “anak” dan “ayah” itu tidak merupakan persoalan apabila kita ingat hal-hal berikut :
-           Didalam PL istilah “ayah” dan “anak” dipakai tidak hanya dalam arti sempit, yaitu menunjukkan kepada suatu hubungan darah daging. Misalnya Elisa menyebut Elia “Bapaku” (2 Raj 2:12), dan tidak ada hubungan keluarga antara mereka. Istilah “ anak-anak (putra-putra) nabi” diterjemahkan sebagai “rombongan nabi”. Pemakaian istilah “anak”dan “bapa/ayah” dalam PL mirip dengan pengertian dan pemakaian istilah itu dalam bahasa Indonesia.
-           Istilah-istilah ini juga dipakai untuk menyatakan hak seseorang memerintah sebagai raja, meskipun menurut kelahirannya ia bukan keturunan raja. Dalam sebuah prasasti di Asyur, Salmaneser  menyebut raja Israel Yehu “anak Omri” meskipun tentu ia mengetahui bahwa Yehu bukan seorang keturunan Omri. Jadi, istilah itu dapat mengacu kepada satu hubungan jabatan, dan bukan hanya hubungan darah daging semata-mata.
-           Pernah dikatakan bahwa mungkin Nabonidus menikah dengan seorang putrid Nebukadnezar sehingga Belsyazar, anak mereka, adalah anak cucu Nebukadnezar. Memang jelas dari Dan.5:10-12 bahwa ibu Belsyazar adalah seorang yang berperan besar dalam istananya, dan ia mengetahui bagaimana Daniel telah membantu  Nebukadnezar.
Dari keterangan diatas, jelas kita tidak dapat membuktikan bahwa pengarang Daniel salah apa yang dikatakannya tentang Belsyazar. Malah sebaliknya, apa yang dikatakannya tepat sehingga merupakan bukti bahwa benar ia hidup pada zaman itu. Pada abad ke-3 dan ke-2 SM, nama Belsyazar tidak dikenal lagi. Kita mengetahui sekarang dari penemuan-penemuan para arkeolog.


2.3  Eksegetis Daniel 1:6-17
Latar Belakang Nats
Raja Nebukadnezar yang ada dalam kisah Daniel ini adalah Raja Nebukadnezar II yang memerintah sekitar tahun 605–562 SM di Kerajaan Kasdim. Kerajaan Kasdim ini menguasai daerah Ancient Near East (ANE) kurang lebih 1 abad lamanya. Sebelum kerajaan ini menjadi besar, daerah ANE dulunya dikuasai oleh bangsa Asyur, yakni bangsa yang mengalahkan Israel Utara dan membuang bangsa tersebut dan tidak pernah kembali lagi. Bangsa Kasdim menyatakan diri merdeka dari Asyur pada tahun 626 SM oleh rajanya yang pertama Nabopolassar, ayah Raja Nebukadnezar. Selain Asyur dan Kasdim, salah satu bangsa yang juga kuat pada masa itu adalah Mesir. Mesir sempat menjajah Yehuda tetapi kemudian Mesir dikalahkan oleh Kasdim.
Setelah bangsa Israel Utara dihukum Tuhan dengan pembuangan oleh Asyur, Israel Selatan (Yehuda) tidak juga bertobat dari jalan-jalan mereka yang jahat karena itu Allah juga melakukan hal yang sama kepada Yehuda. Yehuda dikalahkan oleh Bangsa Babel yang mulai Berjaya dan sangat kuat dan memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas. Pembuangan Yehuda oleh Babel terjadi 3 gelombang dalam 3 pemerintahan raja Yehuda. Yosia (memerintah selama 31 tahun) Yoahas (memerintah selama 3 bulan), dipecat raja Mesir.
Urutan raja-raja Yehuda menjelang dan pada waktu pembuangan:
•Yoyakim (memerintah selama 11 tahun), raja jahat ~ pembuangan 1
•Yoyakhin (memerintah selama 3 bulan 10 hari), raja jahat ~ pembuangan 2
• Zedekia (memerintah selama 11 tahun), raja jahat ~ pembuangan 3
Narasi ini menjelaskan bahwa pada waktu Babel mengalahkan Yehuda Nebukadnezar mengambil perkakas-perkakas yanga ada di Bait Allah. Menurut catatan kuno mengenai tradisi pada waktu itu, pengambilan perkakas-perkakas rumah penyembahan serta dewa-dewanya merupakan hal yang biasa terjadi pada waktu itu. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa allah bangsa yang peralatan penyembahannya diambil dinyatakan telah kalah sehingga alat-alat bahkan patung-patung yang mereka punyai turut diambil. Jadi pengambilan perkakas rumah Allah oleh Nebukadnezar bukan sekedar karena benda-benda tersebut terbuat dari emas dan kelihatan indah melainkan untuk menyatakan kemenangannya atas Allah bangsa Yehuda.
Bagian awal dari kitab ini, dalam pembacaan pada masa tersebut, menyatakan bahwa Allah Yehuda telah ditaklukkan oleh allah Bangsa Babel yang besar sehingga Allah Israel tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Namun keseluruhan Kitab ini berbicara lain. Kekalahan Yehuda bukanlah kekalahan Allah Israel melainkan karena mereka telah memberontak kepada Allah. Allah merelakan reputasi namaNya direndahkan oleh karena kekalahan bangsa Israel tetapi Allah Israel, sepanjang kitab Daniel, tampil sebagai Allah yang berkuasa, Allah yang tidak dapat dikalahkan dan Allah yang tidak membiarkan seorangpun memegahkan diri dan mencuri kemuliaanNya. Raja-raja Babel yang besar menerima hukuman dari Allah Israel karena mereka tidak menghormati Allah yang Mahabesar dan melanggar kekudusanNya.
Bangsa yang dibuang ke Babel adalah bangsa Yehuda (Israel Utara), karena itu istilah yang sering digunakan untuk menyebut bangsa tersebut adalah “Yehuda” (8x disebutkan). Sementara itu istilah “Israel” digunakan 4x saja dan 3x digunakan hanya dalam doa Daniel saja. Satu-satunya penggunanaan istilah Israel diluar doa Daniel (Dan 9) adalah ayat 3, yang memiliki konteks pemilihan beberapa orang dari kaum bangsawan yang baik dalam segala hal untuk disiapkan untuk melayani di istana Babel. Penggunaan istilah ini memang terkesan agak asing dari konteks Kitab Daniel yang justru lebih sering menggunakan istilah Yehuda. Kemungkinan tujuan penulis menggunakan istilah Israel berhubungan dengan umat perjanjian Allah, karena dalam doa Daniel (pasal 9) istilah Israel memiliki makna umat Allah yang telah mengikat perjanjian dengan Allah Abraham, nenek moyang mereka.
Istilah Israel menjadi penting dan ditekankan oleh penulis untuk menegaskan 4 orang muda yang terpilih untuk melayani istana Babel adalah orang-orang yang memegang teguh perjanjian Allah mereka dengan umatNya. Jadi orang-orang terbaik yang dipilij oleh Aspenas, kepala sida-sida Babel tersebut adalah keturunan Yehuda tetapi orang Israel, yang berarti umat perjanjian Allah. Pesan lain yang kuat ditekankan oleh penggunaan istilah Israel adalah theology of remnant, yakni: ditengah-tengah Yehuda yang meninggalkan Allah hingga Allah menghukum mereka, terdapat beberapa orang, dari keturunan raja atau kaum bangsawan Yehuda yang masih memegang teguh iman mereka dan memelihara perjanjian dengan Allah Israel. Atau dapat juga dikatakan bahwa orang-orang terbaik dalam berbagai aspek (tidak ada sesuatu cela, berperawakan baik, memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak, memilki pengertian tentang ilmu, cakap bekerja) justru adalah orang-orang yang setia kepada Allah Israel dan tidak meninggalkan perjanjianNya.
Empat orang-orang Yehuda yang terpilih dalam kelompok yang dipersiapkan untuk melayani di Istana adalah Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. Nama-nama ini adalah nama Ibrani yang maknanya berhubungan dengan Allah. Daniel berarti “Allah adalah hakimku” atau “Allah telah menghakimi,” Hananya berarti “Yahweh telah beramah tamah,” Misael berarti “Dia yang adalah Allah,” dan Azarya berarti “Yahweh telah menolong.” Nama-nama 4 orang muda ini sangat indah dan menyatakan kebesaran dan hubungan umat Allah dengan Allahnya. Namun setelah mereka “ditangkap” dan dididik untuk menjadi pelayan Raja Babel, maka Aspenas mengganti nama-nama Ibrani itu menjadi nama-nama Kasdim yang juga berhubungan dengan dewa-dewa yang disembah orang Kasdim. Nama Daniel diganti menjadi Beltsazar (Dewa Bel menjaga hidupnya), Sadrakh kemungkinan berarti “aku sangat ketakutan kepada Dewa Marduk,” Mesakh tidak terlalu jelas artinya tetapi berhubungan dengan Dewa Marduk atau Dewa Mithras, Abednego berasal dari kata Abed-Nabu yang berarti “hamba Dewa Nabu.
Ayat 6-8, (Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan  dirinya)
    הירזעו מישאל חנניה דניאל יהודה מבני בהם ויהי BHc Daniel 1:6
     בלטשאצר לדניאל וישם שמות הסריסים שר להם וישם BHc Daniel 1:7
                                 דבע~וגנ ולעזריה מישך ולמישאל שדרך ולחנניה

            המלך בפתבג לא־יתגאל אשר על־לבו דניאל וישם BHc Daniel 1:8
     לא אשר הסריסים טר //corrected jdp // משר ויבקש משתיו וביין
     לאגתי
         
   
ITB Daniel 1:6 Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.
ITB Daniel 1:7 Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.
ITB Daniel 1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
NJKV Daniel 1:6 Now from among those of the sons of Judah were Daniel, Hananiah, Mishael, and Azariah.
NJKV Daniel 1:7  To them the chief of the eunuchs gave names: he gave Daniel the name Belteshazzar; to Hananiah, Shadrach; to Mishael, Meshach; and to Azariah, Abed-Nego.
NJKV Daniel 1:8 But Daniel purposed in his heart that he would not defile himself with the portion of the king’s delicacies, nor with the wine which he drank; therefore he requested of the chief of the eunuchs that he might not defile himself.
BIS Daniel 1:6 Di antara pemuda-pemuda itu terdapat juga Daniel, Hananya, Misael dan Azarya, semuanya dari suku Yehuda.
BIS Daniel 1:7 Kepala rumah tangga istana mengganti nama-nama mereka menjadi: Beltsazar, Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
BIS Daniel 1:8 Dengan pertolongan Allah, Daniel disayang dan dikasihani oleh Aspenas. Daniel bertekad untuk tidak menajiskan dirinya dengan makanan dan minuman anggur dari istana raja, sebab itu ia minta kepada Aspenas supaya boleh mendapat makanan lain.
Di istana raja, Daniel menerima nama Babel ini  tanpa protes, Dalam bahasa Ibrani 1. “Daniel” Allah adalah hakimku, namun sesudah diubah menjadi “Beltsazar” (bahasa Chaldee), artinya menjadi hamba dewa Bel, 2. “Hananya” dalam bahasa Ibrani berarti “Karunia Allah” namun setelah diubah menjadi  “Sadrakh”, artinya adalah anugrah baginda, 3. “Misael” dalam bahasa Ibrani berarti “Allah yang Maha Mulia” namun setelah diubah menjadi  “Mesakh”, artinya adalah dewa yang maha tinggi, 4. “Azarya” dalam bahasa Ibrani berarti “yang dilindungi Allah” namun setelah diubah menjadi  “Abednego”(bahasa Kasdim), artinya adalah tentara dewa bintang.
Meskipun rupanya nama ini berhubungan dengan doa kepada Dewa Bel (Marduk) Yesaya  46:1, Dewa Bel sudah ditundukkan, dewa Nebo sudah direbahkan, patung-patungnya sudah diangkut di atas binatang, di atas hewan; yang pernah kamu arak, sekarang telah dimuatkan sebagai beban pada binatang yang lelah, tampak inkonsisten dengan ketaatannya yang kuat terhadap peraturan tentang makanan. Meskipun nama keempat pemuda dari Yehuda tersebut diganti dengan nama-nama Kasdim, bahkan berhubungan dengan nama dewa-dewa mereka, iman keempat anak muda tersebut tidak tergantikan oleh dewa-dewa tersebut. Iman mereka tetap kepada Allah Yahweh meskipun mereka telah diberi nama baru yang kafir oleh penguasa pada waktu itu. Seluruh Kitab Daniel menunjukkan bahwa keempat orang ini begitu tangguh di dalam iman dan memanifestasikan kehadiran Allah yang begitu nyata dalam hidup mereka. Ayat 6-7 menyebutkan 4 orang nama, kemudian di ayat 8, tiba-tiba yang disebutkan berketetapan tidak menajiskan diri dengan santapan raja hanyalah Daniel.
Ayat 9-12, (Jujur )
              שר לפני ולרחמים לחסד את־דניאל האלהים ויתן BHc Daniel 1:9
                                                                                     םיסירסה

        המלך את־אדני אני ירא לדניאל הסריסים שר ויאמר BHc Daniel 1:10
 טר למה אשר ואת־משתיכם את־מאכלכם מנה אשר
ךלמל את־ראשי וחיבתם

    הסריסים שר מנה אשר אל־המלצר דניאל ויאמר BHc Daniel 1:11
 הירזעו מישאל חנניה חנניה על־דניאל
מנ־הזרעים ויתנו־לנו עשרה ימים את־עבדיך נס־נא BHc Daniel 1:12
      התשנו ומים ונאכלה

ITB Daniel 1:9 Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;
ITB Daniel 1:10 tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: "Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja."
ITB Daniel 1:11 Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya:
ITB Daniel 1:12 "Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum;


NJKV Daniel 1:8 Now God had brought Daniel into the favor and goodwill of the chief of the eunuchs.

NJKV Daniel 1:9 And the chief of the eunuchs said to Daniel, "I fear my lord the king, who has appointed your food and drink. For why should he see your
NJKV Daniel 1:10 faces looking worse than the young men who are your age? Then you would endanger my head before the king."

NJKV Daniel 1:11 So Daniel said to the steward whom the chief of the eunuchs had set over Daniel, Hananiah, Mishael, and Azariah,

NJKV Daniel 1:12 "Please test your servants for ten days, and let them give us vegetables to eat and water to drink.

BIS Daniel 1:9  (#/I_BIS Dan 1:8)

BIS Daniel 1:10 Karena takut kepada raja, Aspenas berkata, "Raja sendiri telah menetapkan makanan dan minumanmu, jadi jika menurut pendapatnya engkau kelihatan kurang sehat daripada pemuda-pemuda yang lain, pasti aku akan dibunuhnya."

BIS Daniel 1:11 Kemudian Daniel merundingkan hal itu dengan pengawal yang ditugaskan oleh Aspenas untuk mengurus Daniel dan ketiga kawannya. Kata Daniel,

BIS Daniel 1:12 "Ujilah kami selama sepuluh hari; berilah kami hanya sayuran dan air untuk makanan dan minuman.

Tetapi ayat 11 kembali menyebutkan lagi keempat nama pemuda tersebut dan ketetapan untuk makan dan minum terpisah dari hidangan raja diberlakukan kepada mereka berempat. Jadi Daniel adalah pemimpin di antara mereka berempat karena itulah yang disebutkan menghadap pemimpin pegawai istana dan mendisukusikan hal ini hanya Daniel saja.
Apa yang salah dengan santapan dan minuman raja Babel sehingga Daniel dan teman-temannya melihat bahwa makan makanan tersebut berarti menajiskan diri mereka? Kata menajiskan dalam bahasa aslinya adalah gaal yang biasanya digunakan berhubungan dengan darah (Yes 59:3; 63:3; Rat 4:14), berhubungan dengan persembahan yang najis (Mal 1:7, 12) dan berhubungan juga dengan keimaman yang tidak sesuai dengan peraturan bagi seorang imam (Ezra 2:62; Neh 7:64). Dengan demikian maka Daniel dan teman-temannya menolak makanan dan minuman raja berhubungan dengan hukum Taurat Musa. Menurut Taurat Musa makanan digolongkan sebagai makanan tahir bukan saja karena makanan tersebut dari hewan-hewan yang tergolong tahir saja tetapi juga bagaimana proses hewan tahir tersebut disiapkan menjadi hidangan termasuk bagaimana hewan tersebut mati/ dibunuh.
Ayat 13-15  Berani Terima Tantangan
    את האכלים הילדים ומראה מראינו לפניך ויראו BHc Daniel 1:13
   ךידבע־מע עשה תראה וכאשר המלך פתבג

   הרשע ימים וינסם הזה לדבר להם  וישמע BHc Daniel 1:14

        בשר ובריאי טוב מראיהם נראה עשרה ימים ומקצת BHc Daniel 1:15
       ךלמה פתבג את האכלים מנ־כל־הילדים

ITB Daniel 1:13 Setelah sepuluh hari, bandingkanlah rupa kami dengan rupa pemuda-pemuda yang makan makanan yang ditetapkan oleh raja, lalu ambillah keputusan berdasarkan pengamatanmu itu."

ITB Daniel 1:14 Pengawal itu setuju dan mengadakan percobaan itu selama sepuluh hari.

ITB Daniel 1:15 Setelah waktu itu habis, mereka kelihatan lebih sehat dan kuat daripada semua pemuda yang telah mendapat makanan dari meja raja.

NJKV Daniel 1:13 "Then let our appearance be examined before you, and the appearance of the young men who eat the portion of the king’s delicacies; and as you see fit, so deal with your servants."

NJKV Daniel 1:14 So he consented with them in this matter, and tested them ten days.

NJKV Daniel 1:15 And at the end of ten days their features appeared better and fatter in flesh than all the young men who ate the portion of the king’s delicacies.

BIS Daniel 1:13 Setelah sepuluh hari, bandingkanlah rupa kami dengan rupa pemuda-pemuda yang makan makanan yang ditetapkan oleh raja, lalu ambillah keputusan berdasarkan pengamatanmu itu."

BIS Daniel 1:14 Pengawal itu setuju dan mengadakan percobaan itu selama sepuluh hari.

BIS Daniel 1:15 Setelah waktu itu habis, mereka kelihatan lebih sehat dan kuat daripada semua pemuda yang telah mendapat makanan dari meja raja.

Daniel dan teman-temannya merasa perlu untuk menjaga diri mereka tetap benar dihadapan Tuhan sehingga mereka meminta makanan vegetarian. Vegetarian mencegah mereka memakan daging yang mereka tidak tahu apakah proses pembuatannya sesuai dengan hukum Musa atau tidak. Tetapi hal ini menunjukkan betapa mereka serius dengan kekudusan mereka sebagai umat perjanjian Allah. Permintaan Daniel pada awalnya tidak diterima oleh pemimpin pegawai istana karena ia khawatir bahwa Daniel dan teman-temannya terlihat kurang sehat dibandingkan dengan orang-orang yang turut dididik bersama-sama dengan mereka. Oleh karena itu Daniel meminta permintaan mereka diuji coba selama 10 hari. Permintaan Daniel ini diselingi oleh narrator dengan ayat 9 yang menyatakan bahwa Allah menyertai Daniel dan teman-temannya. Pemimpin pegawai istana itu menerima permintaannya karena “Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu.” Jadi kerinduan mereka untuk hidup sesuai dengan perintah Allah dapat terjadi karena Allah sendiri yang turut intervensi dalam proses perijinan tersebut. Akhirnya dilakukanlah percobaan kepada 4 pemuda ini dengan memberikan sayur dan air sebagai ganti makanan dari hidangan raja.

Ayat 16-17, Pengakuan Orang Lain
       להם ונתן משתיהם ויין את־פתבגם נשא המלצר ויהי BHc Daniel 1:16
     םינערז
     מדע האלהים להם נתן ארבעתם האלה והילדים BHc Daniel 1:17
       בכל־חזון הבין ודניאל וחכמה בכל־ספר והשכל
    תומלחו
ITB Daniel 1:16 Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka.

ITB Daniel 1:17 ¶ Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.

NJKV Daniel 1:16 Thus the steward took away their portion of delicacies and the wine that they were to drink, and gave them vegetables.

NJKV Daniel 1:17   As for these four young men, God gave them knowledge and skill in all literature and wisdom; and Daniel had understanding in all visions and dreams.

BIS Daniel 1:16 Sejak itu pengawal itu tidak lagi menghidangkan kepada mereka makanan dan minuman yang ditetapkan oleh raja, melainkan hanya sayuran dan air saja.

BIS Daniel 1:17   Allah memberikan kepada keempat pemuda itu hikmat dan keahlian dalam kesusasteraan dan ilmu. Selain itu kepada Daniel diberikan-Nya juga kepandaian untuk menerangkan penglihatan dan mimpi.

Setelah lewat 10 hari, masa percobaan yang telah disepakati, maka hasilnya adalah keempat orang itu lebih baik perawakannya dan lebih gemuk. Apakah vegetarian lebih gemuk dari orang-orang yang makan daging? Bagian ini sedang tidak mengatakan bahwa vegetarian lebih baik dari pada makan daging, karena bangsa Israel dalam perayaan-perayaan mereka makan daging dan minum anggur, bahkan para imam selalu mendapat bagian dari korban-korban yang dipersembahkan kepada Allah. Sehingga narasi ini tidak bisa ditafsirkan sebagai ayat-ayat yang mendukung vegetarian lebih baik, atau Daniel dan teman-temannya menjadi gemuk karena mereka hanya makan sayur-sayuran saja. Narasi ini ingin menegaskan penyertaan Tuhan kepada keempat orang Yehuda yang mau memelihara hukum Tuhan di tengah-tengah situasi yang sulit, mereka tidak mau kompromi tetapi juga tidak konyol. Mereka meminta ijin dan menyepakati waktu uji coba dan ternyata Allah menolong mereka sehingga di ayat 16, narrator mengatakan bahwa pemimpin pegawai istana itu melihat bukti bahwa mereka tetapi sehat bahkan lebih baik sehingga makanan mereka tetapi dikhususkan hanya sayuran dan air saja. Interfensi Allah kembali muncul dalam narasi ini, khususnya pada bagian kesimpulan. Daniel dan teman-temannya adalah orang-orang yang takut akan Allah, mereka menghormati Allah dan hukum-hukumnya. Dalam tradisi Yahudi (khususnya dalam Amsal) takut akan Allah adalah awal atau permulaan dari pengetahuan. Pengetahuan dan kepadaian tidak berasal dari diri manusia sendiri melainkan dari Allah. Hikmat yang sejati tidak berawal dari arogansi manusia atas kemampuannya yang meneliti dan mencari pengetahuan sendiri, melainkan pemberian Allah. Karena itulah empat anak-anak Tuhan ini diberikan Allah pengetahuan dan kepandaian bahkan Daniel mengapatkan pengertian mengenai penglihatan dan mimpi.




2.4                                                  Integritas Daniel
Dari landasan teori oleh para ahli dan hasil eksegese nats Alkitab, Integritas seorang Daniel sangat relevan bagi kehidupan kekristenan saat ini secara pribadi, secara kelompok gereja, bangsa dan Negara, bahkan dalam hubungan internasional.
2.4.1     Pengertian Integritas
Integritas dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti kejujuran; mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki kemampuan yang memancarkan kewibawaan.[31]
Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc., M.A., Ph.D mengatakan bahwa Integritas berasal dari bahasa Latin “integrare” yang artinya “menjadi utuh” dan diadopsi ke dalam bahasa Inggris sebagai, yaitu “Integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhanKemudian digunakan juga dalam dunia matematika yang kita kenal dengan “bilangan integral” atau bilangan bulat. Dalam dunia komputer juga ada istilah Integral Data Type” yang menunjuk kepada tipe data apapun yang juga merepresentasikan bilangan bulat itu sendiri, Jadi integritas adalah tentang suatu kesatuan yang utuh (a whole).
Menurut Jonathan Lamb kata “integral” adalah sebagai hal yang sangat mendasar atau sangat penting untuk keadaan yang lengkap, yang utuh, yang tidak kurang, dan menyeluruh. Maka dalam konteks itu juga kita harus memahami makna kata integritas itu sendiri, yang menunjuk kepada eksistensi manusia seutuhnya, yaitu antara perkataan dan perbuatannya harus selaras dan diterapkan dengan tepat. Kalau saya punya integritas, kata-kata dan perbuatan saya sesuai, saya adalah diri saya, tidak peduli di mana diri saya atau bersama siapa. Seseorang yang punya integritas tidak membagi loyalitas (itu sikap mendua), ataupun dia hanya pura-pura (itu kemunafikan). Orang yang memiliki integritas adalah orang yang utuh; mereka bisa diidentifikasi dengan kesatuan pikirannya. Orang yang memiliki integritas tidak punya apa pun untuk disembunyikan dan tidak punya apa pun untuk ditakuti. Kehidupan mereka seperti buku terbuka. V. Gilbert Beers mengatakan, “Seseorang yang punya integritas adalah orang yang menetapkan sistem norma untuk menilai semua kehidupan.”[32]
Jhon Stott pernah menuliskan demikian, “Integritas adalah ciri orang-orang yang terintegrasi secara selaras, yang di dalam dirinya tidak ada dikotomi antara kehidupan pribadi dan kehidupan di muka umum, antara yang disaksikan dan yang diterapkan, antara yang diucapkan dan yang dilakukan”.[33] Maksudnya, keselarasan antara perkataan dan perbuatan itu harus menjadi ciri khas orang-orang yang hidup terintegrasi.
Selanjutnya, Jhon Poulton, yaitu mantan penasihat Uskup Agung dalam bidang penginjilan mengatakan, “Kesaksian yang paling efektif berasal dari mereka yang mewujudkan hal-hal yang mereka katakan. Mereka adalah perwujudan dari pesan mereka sendiri. Orang Kristen harus konsisten dengan perkatan mereka sendiri, apa yang dikomunikasikannya pada dasarnya merupakan keaslian pribadinya”.[34] Maksudnya, pada dasarnya perkataan seseorang itu mencerminkan kepribadiannya.
Daniel  dengan integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian utuh dalam kata dan perbuatan. Sebagaimana perilakunya di depan umum, begitulah kenyataan kehidupannya. Sebagai seorang hamba Tuhan, ia selalu melakukan apa yang dikatakannya dan mengatakan apa yang dilakukannya. Integritas merupakan tulang punggung dari seorang hamba Tuhan. Dengan lain kata bahwa integritas juga merupakan tiang utama (main post) berbagai macam jenis pelayanan kerohanian, bahkan juga di bidang sekuler.[35]
Integritas adalah reputasi kredibilitas, moralitas tinggi, kejujuran dan karakter yang menurut karakter Kristus. Integritas Daniel sangat penting untuk menjadi hamba Tuhan yang sukses dalam pelayanan digereja. Orang yang akan dilayani harus tahu bahwa yang melayani mereka dapat diandalkan, dapat dipercayai. Kalau seorang hamba Tuhan kehilangan integritas seperti yang dilakukan Daniel  maka, hamba Tuhan tersebut kehilangan kapasitas untuk berfungsi dengan baik. Untuk mempertahankan integritas, seorang hamba Tuhan harus mengikuti nasihat Yohanes dalam 1 Yohanes 1:7 “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa”.[36]
Pelayanan hamba Tuhan memiliki dua dimensi, yaitu “Perintah Allah” sebagai dimensi Illahi dan “Tanggapan manusia atas pilihan dan perintah Allah” sebagai dimensi manusia. Sebagai hamba Tuhan yang baik, haruslah memperhatikan segi “dimensi manusia” dengan menjaga “integritas” kehidupan, karena Allah selalu memilih manusia dengan “integritas” yang baik.[37]
Integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan lebih banyak siapa diri kita. Dan siapa diri kita, pada gilirannya menetapkan apa yang kita lakukan. Sistem norma kita merupakan sebagian besar dari diri kita yang tidak bisa dipisahkan dengan diri kita. Ini menetapkan prioritas dalam kehidupan kita dan menilai apa yang akan kita terima atau kita tolak.
John C. Maxwell mengatakan delapan puluh persen dari apa yang dipelajari orang datang melalui stimulasi visual, 10 persen melalui stimulasi pendengaran, dan 1 persen melalui indera lainnya. Maka merupakan hal yang masuk akal bahwa semakin banyak pengikut meliat dan mendengar pelayanannya  konsisten dalam tindakan dan perkataan, akan semakin besar pula konsistensi dan loyalitas mereka. Apa yang mereka dengar, mereka pahami. Apa yang mereka liat, mereka percayai. Terlalu sering kita berusaha memotivasi pengikut kita dengan sarana yang cepat mati dan dangkal. Yang diperlukan orang bukanlah motto untuk dikatakan, melainkan teladan untuk dilihat.[38]
Semakin bisa dipercaya diri anda semakin besar pula kepercayaan orang lain yang ditempatkan pada diri anda, dengan demikian memungkinkan diri anda memiliki hak istimewa mempengaruhi kehidupan mereka. Semakin kurang di percaya diri anda, semakin kurang pula kepercayaan yang ditempatkan orang lain pada diri anda dan makin cepat anda kehilangan kedudukan untuk mempengaruhi.
Mengapa integritas sangat penting, menurut Pdt. Prof. Dr. Ir. Bambang Yudho, M.Sc., M.A., Ph.D ada 3 hal, yaitu :[39]
a.           Tuhan selalu memperhatikan integritas manusia yang dipilih-Nya menjadi seorang hamba bagiNya. Dalam Kitab 1 Raja-raja 9:4-5 dikatakan : “Mengenai engkau, jika engkau hidup dihadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku, maka Aku akan meneguhkan takhta kerajaanmu atas Israel untuk selama-lamanya.....” Tuhan Yesus juga merupakan teladan yang sempurna, seperti terdapat di dalam Matius 22:16b, yang berkata : “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun”. Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 1:12, juga mengatakan : “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh kekudusan dan kemurnian dari Allah”.
b.          Seorang dengan integritas akan melayani orang lain dengan penuh kepercayaan. Ia akan melangkah tanpa rasa khawatir. Amsal 10:9 mengatakan : “Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui” dan Amsal 28:1 juga dikatakan : “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.
Alkitab terus-menerus mengingatkan kita untuk menjalankan kehidupan yang sepadan dengan panggilan kita, “Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yoh 2:6). Ini adalah mengenai iman yang dijalankan, kebenaran yang diterapkan dalam tindakan, kesalehan dalam menjalani kehidupan di tempat kerja. Jemaat Kristen mula-mula tentu saja harus menjalani hidup mereka secara konsisten. Ada hubungan yang erat antara kekudusan dan misi. Gereja mula-mula sangat diperhatikan gerak-geriknya. Kehidupan mereka, pekerjaan mereka, keluarga mereka, respon mereka ketika berada dalam tekanan; semua ini harus mendukung pesan radikal yang mereka sampaikan pada abad pertama.
Paulus juga sangat menyadari bahaya yang dihadapi seorang hamba Tuhan. Ketika berbicara kepada para penatua di Efesus, ia menekankan, “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Ro Kudus menjadi penilik untuk mengHamba Tuhankan jemaat Allah” (Kis. 20:28). Ia mengatakan hal yang sama kepada Timotius : “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu... Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Tim. 4:12,16). Perintahnya sangat penting dalam kedua nasihat tersebut : awasilah kehidupanmu, kesalehanmu, keberlangsungan kehidupan rohanimu terlebih dahulu.
Bukan hanya dilapisan gereja atau agama saja integritas diseru-serukan bahkan di semua lapisan masyarakat ada seruan yang kuat agar semua pelaku, baik di bidang usaha, politik, untuk hidup berintegritas. Integritas dipandang sebagai kualitas yang sangat mendasar dan penting dalam apa yangkita akan lakukan. Kita tidak perlu terkejut bila integritas dinilai tinggi dalam sektor usaha.
Integritas juga merupakan hal yang sangat diperhatikan dikalangan para pegawai. Penelitian menunjukkan bahwa, ketika para pegawai ditanyai mengenai apa yang paling mereka kagumi dari seorang pemimpin, maka integritas merupakan salah satu dari tiga kualitas yang paling sering disebutkan. Bagi kebanyakan pegawai tersebut integritas berarti bertindak jujur, mereka menginginkan atasan mereka bersikap jujur dengan pegawainya, dan juga bersikap konsisten. Pemimpin-pemimpin dalam bidang usaha atau politikus atau para hamba Tuhan sebaiknya tidak mengatakan hal yang sama sekali berbeda dengan apa yang mereka katakan keesokan harinya.
Integritas bisa berarti keadaan yang utuh dan lengkap. Satu definisi dari kata ‘integral’ adalah sangat mendasar atau sangat penting untuk keadaan yang lengkap; utuh; sempurna; tidak ada yang kurang; menyeluruh. Dalam pengertian ini, integritas menyatakan kehidupan yang menyatu dengan baik. Ada keterkaitan antara bagian-bagian yang berbeda dari kehidupan seseorang. Sistem nilai yang kita anut akan membentuk setiap segi kehidupan kita, baik di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Ada kekompakan antara kepribadian kita dan cara hidup kita.
Integritas juga bisa memiliki arti lebih umum dalam percakapan sehari-hari. Kita menggunakannya untuk menggambarkan kualitas yang berhubungan dengan kebenaran dan moralitas. Integritas mengandung arti bahwa kita adalah orang yang ‘lurus’, jujur dan tulus. Kita bisa dipercayai karena adanya konsistensi kata, sifat dan tindakan. Inilah wujud luar dari integritas yang tertanam dalam batin.
Ketika seorang hamba Tuhan  pada setiap tingkatan gagal menjalani kehidupan yang berintegritas, maka akibatnya sungguh sangat fatal. Kegagalan ini meracuni komunitas, menghancurkan kepercayaan, menggagalkan misi yang saling terkait dan menyatu, dan yang paling berbahaya kegagalan ini bisa mengkhianati usaha-usaha dalam pengabaran Injil dan merendahkan Allah yang kita sembah. Namun ketika para hamba Tuhan menjalani kehidupan yang sesuai dengan kata-kata yang mereka ucapkan, menepati janji-janji mereka, melayani komunitas mereka; pendeknya memperliatkan kepada kita Yesus Kristus itu sendiri; maka komunitas kristiani itu akan terbina dan misi kristiani pun akan meningkat. Integritas bila benar-benar dipahami dan dilakukan dengan setia, bisa mengubah karya para hamba Tuhan, memperkuat pelayanan gerejawi dan organisasi dan mendukung kesaksian kehidupan kekristenan kita.
Hamba Tuhan pada dasarnya adalah suatu hubungan atas dasar kepercayaan, oleh karena itu kredibilitas sangat penting. hubungan Paulus dengan jemaat Korintus memperlihatkan bagaimana Paulus adalah seorang Integritas Hamba Tuhan. Kalau kita melihat 2 Korintus, Jemaat Korintus memiliki kecurigaan yang cukup besar akan kualitas pelayanan Paulus hal ini terlihat dengan faktanya bahwa Paulus dikritik dalam banyak hal, diantaranya Paulus dituduh sebagai orang yang sangat tidak bisa diandalkan karena berjanji untuk mengunjungi orang-orang Korintus, namun ternyata tidak ditepati. Paulus juga dituduh telah bertindak secara berbelit-belit dan tidak tulus, tidak mau berterus terang.
Latar belakang hubungan Paulus dengan Jemaat Korintus adalah Paulus sudah bersama-sama jemaat Korintus sebagai Hamba Tuhan kurang lebih delapan belas bulan seingga kalau diukur dari sudut waktu ini hubungannya dengan jemaat sudah sangat dekat, Paulus bangga dengan mereka seperti seorang ayah bangga terhadap anak-anaknya. Ada beberapa hal yang terjadi dalam jemaat yang tidak sepadan dengan kehidupan komunitas orang kristen, sehingga Paulus harus memberi teguran keras kepada mereka, Paulus arus menulis kepada mereka dengan kata-kata yang tampaknya tajam sekali. Setiap orang yang terlibat dengan tugas mendisiplin warga gereja akan memaami bahwa untuk melaksanakannya dibutukan usaha dan pengorbanan emosi yang sangat majal. Jemaat Korintus tentu saja sangat merasa sakit atas teguran itu. Bagi Paulus tugas mendisiplin itu juga penuh pengorbanan,tentu saja, ia berharap bahwa pada akirnya kehangatan dan keintiman persekutuan mereka bisa dipulihkan kembali.
Larry Keefauver mengatakan integritas adalah apa yang dilakukan di balik pintu dalam pelayanan ketika kamera dan mikrofon dimatikan. Tanpa integritas suatu pelayanan pasti akan hancur. Dengan integritas, hamba Tuhan mempraktekkan apa yang mereka ucapkan, dibalik pintu yang tertutup bersama orang lain, di tempat-tempat yang jauh dan dengan mereka yang paling karib dengan hambaNya. Lukas 12:2-3 berbunyi “Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.”[40]
Myles Munroe menuliskan bahwa salah satu kualitas dan karakteristik yang diperlukan dalam kepemimpinan sejati adalah Integritas yaitu konsistensi dalam perkataan dan tindakan seseorang; kelayakan untuk dipercaya; karakter yang benar.[41]
Pakar kepemimpinan Warren Bennis dalam bukunya Leaders : Strategies for Taking Charge menulis bahwa integritas adalah fondasi untuk membangun rasa percaya (trust). Trust ini berkaitan erat dengan predictability. Seorang pemimpin yang memiliki integritas membangun rasa percaya dengan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila ia diperhadapkan dengan tantangan moral, segala keputusan dan aksinya dapat diprediksi.[42]
Integritas dimengerti sebagai “wholeness, completeness, entirety, unfied”. Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan dalam seluruh aspek hidup, khususnya antara perkataan dan perbuatan. Beberapa kamus mendefinisikan integritas sebagai, “the condition of having no part taken away” atau “the character of un-corrupted virtue.” Yakobus memberikan definisi yang senada. Orang yang berintegritas adalah orang yang “mature and complete, not lacking anything” (Yakobus 1:4). Iman dan perbuatannya menyatu. Bakan dari perbuatannya, orang dapat melihat imannya (Yakobus 2:8).[43]
Penulis melihat banyak sekali indicator yang terdapat pada indicator jika dihubungkan dengan pendapat dari teori-teori para ahli, namum demikian penulis membatasinya dengan memilih 4 indikator yang terpenting yang merupakan indicator dari eksegese kitab Daniel 1:61-7, antara lain:
1.         Tidak menajiskan Diri
2.         Jujur
3.         Berani Mengahdapi Tantangan
4.         Pengakuan Orang Lain

2.4.2     Tidak Menajiskan Diri
[KBBI] najis= 1 kotor yg menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kpd Allah, spt terkena jilatan anjing: tempat yg  — ; makanan yg  — ;  2  kotoran (tinja, air kencing); 3  jijik: aku  —  mendengar perkataan itu, menajiskan  1 menjadikan najis (kotor, cemar); mengotorkan; mencemarkan: ~  tempat yg suci;  2 menganggap najis; menyatakan sbg najis: ~  hewan; ~ anjing;
Kej 2:9  Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Kej 2:17  tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Kej 3:3  tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." Dalam PL Allah untuk  memberi pengertian batasan untuk tidak bercela, najis, menjadi cemar.
Cara dosa dan sikap kompromi dengan dunia merusak segala sesuatu yang dimaksudkan untuk hidup kudus. Kel 20:25  Tetapi jika engkau membuat bagi-Ku mezbah dari batu, maka jangan engkau mendirikannya dari batu pahat, sebab apabila engkau mengerjakannya dengan beliung, maka engkau melanggar kekudusannya. Im 5:2  Atau bila seseorang kena kepada sesuatu yang najis, baik bangkai binatang liar yang najis, atau bangkai hewan yang najis, atau bangkai binatang yang mengeriap yang najis, tanpa menyadari hal itu, maka ia menjadi najis dan bersalah.
Kekudusan Daniel dengan tidak menajiskan diri menyertai diri Daniel, dalam PL Bil 5:2  "Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya semua orang yang sakit kusta, semua orang yang mengeluarkan lelehan, dan semua orang yang najis oleh mayat disuruh meninggalkan tempat perkemahan;
Bil 35:34  Maka janganlah najiskan negeri tempat kedudukanmu, yang di tengah-tengahnya Aku diam, sebab Aku, TUHAN, diam di tengah-tengah orang Israel", Yes 56:2  Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat.
Yes 56:6  Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
Alkitab mencatat adanya beberapa indoktrinasi yang dilakukan raja Nebu­kad­­nezar terhadap bangsa Yehuda. Pertama-tama, kepala istana di­pe­rin­tah­kan untuk memilih be­­­­berapa orang Israel (ter­ma­suk Daniel dan ketiga kawannya) untuk dididik di dalam istana raja. Me­­reka diajar mengenai tu­lis­an, bahasa dan kebudayaan bangsa Babel su­paya identitas mereka se­­bagai orang Yehuda hi­lang. Mereka (menurut beberapa catatan tra­disi yang diwariskan) ke­ti­ka di­­­bawa ke istana raja berumur 15 atau paling tua sekitar 17 tahun dan sangat memenuhi kriteria yang Raja tetapkan yaitu ber­pe­ra­wakan ba­­ik, berpengatahuan banyak dan mempunyai penger­ti­an tentang ilmu. Dan bukan hanya itu saja, setelah mereka dimasukkan ke dalam istana, itu ber­arti me­reka sudah terisolasi dari bangsanya sedemikian rupa sehingga tidak akan ber­te­mu de­ngan orang tuanya, apalagi dengan lingkungan bangsa mereka. Usaha Nebukadnezar meng­hi­lang­­kan identitas tidak hanya dari luar melainkan juga da­ri dalam, yaitu dengan cara meng­ganti na­ma mereka. Perihal nama bagi orang Israel sangat penting oleh karena mencerminkan sifat orang yang percaya kepada Allah Yahwe. Daniel yang artinya God is my judge menjadi Beltsazar (Belt protect his life atau dewa Baal melindungi dirinya); Hananya (God shows His grace) menjadi Sa­drakh (comment of Aku; dewa bulan bangsa Sumerian); Misael (who is what God is) menjadi Mesakh (who is what Aku is); Azarya (Lord helps) menjadi Abednego (the servant of Nebo). Na­mun mungkin sekali walaupun nama mereka diganti, di dalam persekutuan empat orang Yehuda mu­da ini mereka tetap memanggil dengan nama asli mereka, sehingga mereka dapat saling men­du­kung satu sama lain di dalam iman.
Tetapi yang  menarik disini ada­lah dimana Daniel, Hananya, Misael dan Azarya mem­pu­nyai ke­tetapan hati untuk tidak pernah me­­­na­jis­­kan diri dengan mengambil makanan yang su­dah di­per­sem­bahkan pada raja. Walaupun me­reka sudah putus hubungan sama se­kali dengan bang­sa dan orang tua­nya te­tapi fokus iman dan pikiran mereka tetap pada Allah Yahwe dan ka­lau mereka mengambil makanan tersebut, me­re­ka berarti sudah menajiskan diri dan tidak me­nye­nang­kan Allah Yahwe.
Ayat 8 merupakan satu ayat yang sangat penting tentang bagaimana prin­sip pen­di­dikan anak diajarkan.
Memang Alkitab ti­dak mencatat tentang hal ini, tetapi secara urut­an logis Alkitab, sangat mungkin orang tua Daniel dan ketiga kawannya menanamkan prinsip pen­ting hukum taurat  dan prinsip takut akan Allah Yahwe (yang terdapat dalam Ul 6:4) semen­jak mereka masih bersama-sama. Se­hingga wa­lau­pun mereka harus menjadi orang yang “terhilang,” ma­suk dalam bangsa Babel dan dididik selama 3 tahun, mereka tidak akan per­nah berubah oleh ka­rena fondasi iman mereka sudah tertanam de­ngan begitu kokoh. Dalam kitab Amsal dikatakan, “Di­diklah orang muda me­nurut jalan yang pa­tut baginya sehingga pada masa tuanya ia tidak akan me­nyimpang daripada ja­lan tersebut.” Hal kedua yang perlu kita pelajari disini adalah dimana Daniel dan kawan-kawannya melihat disitu bukan sekedar hal tentang boleh makan atau tidak ma­kan, melainkan dalam budaya tersebut mereka tahu bahwa ketika seseorang mengambil ma­kan­an yang telah dipersem­bah­kan pada raja, maka itu berarti orang tersebut berhutang budi, ber­janji setia dan mau tunduk mut­lak pada raja, yang saat itu dipercaya sebagai titisan dewa mereka (de­wa Babel). Kedua, itu juga berarti bahwa orang tersebut ingin diperkenan oleh dewa baal. Hal se­macam ini pasti sudah dimengerti dengan jelas oleh Daniel. Maka selanjutnya kita akan mempelajari empat hal tentang pergumulan iman Daniel dan ketiga kawannya:
  1. Menjaga kekudusan
  2. Memiliki iman sejati
  3. Memilki harapan
  4. Percaya diri
2.4.2.1  Menjaga Kekudusan  
Allah memanggil bangsa Israel adalah bukan kepada personal, melainkan kepada keseluruhan umat-Nya. Tetapi Dia bekerja kepada semua umatnya adalah melalui orang – orang tertentu sebab Allah itu adalah kudus, sementara manusia tidak semua berpikir hal yang kudus dan tidak semua selalu menjaga ke kudusannya. Dari kata וְ כֹּל הַ עַם yang artinya adalah dan seluruh bangsa, seluruh umat. Sekalipun banyak orang Israel yang tidak sampai ke tanah Kanaan, hal itu bukanlah visi misi dari Allah, melainkan karena pilihan ke tidaktaatan personalnya kepada janji Allah. Demikian juga banyak hamba Tuhan sekarang yang tidak sampai kepada rencana keberhasilan pelayanan dengan benar adalah karena pilihan untuk tidak taat. Hal itu bukanlah bagian dari rencana Allah. Sebab rencana Allah adalah bukan kegagalan dan bukan ke susahan, melainkan keberhasilan dan ke bahagiaan atau damai sejahterea / Syalom. אֶל adalah kata petunjuk yang mengarahkan kepada tujuan yang akan di tuju oleh bangsa Israel yaitu tanah kanaan, yang telah di janjikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel dan ke pada ke turunannya untuk mereka duduki ( kata kerja beri, memberi/ נתן ). Kata ini menunjukkan bahwa Allah telah memberikan tanah itu sepenuhnya kepada bangsa Israel. Banyak orang ingin ingin dibenarkan  dibenarkan Allah tetapi mau taat dan menjaga kekudusan hidup  yang diberikan Allah atas keinginan kita sendiri.1 Korintus 6:11b “tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita ”
2.4.2.2        Memiliki iman sejati
Seorang tidak dapat me­nga­­takan bahwa ia beriman tetapi ia tidak mengerti dengan jelas fondasi yang bagaimanakah yang harus ia bangun dan apakah yang menjadi objek daripada imannya. Sebab tidak ada se­orang pun yang dapat mem­ba­ngun iman yang sejati (iman yang dapat menolong dia menghadapi ke­sulitan demi kesulitan) tan­pa adanya fondasi Tuhan dan firmanNya. Alkitab dari awal hingga akhir menjelaskan de­ngan tuntas bahwa diri Tuhan adalah objek iman yang dapat dipercaya. Se­be­lum saudara Tuhan panggil pulang, hal inilah yang menjadi tanggung-jawab kita untuk me­nge­nal siapa diriNya, sebab ada di­mensi dan sifat Allah yang lain yang tidak kita pahami, demikian pula dalam mengenal kehendaknya. Inilah hal yang harus kita pergumulkan seumur hidup kita! Jangan harap eng­kau dapat mengenal dan memahami pribadi dan karakter Tuhan se­leng­­kap-leng­­kapnya dan apa yang menjadi kehendakNya jikalau engkau tidak pernah membaca Alktiab.
2.4.2.3        Memiliki Harapanan
Yang dimaksud pengharapan disini ada­­lah ha­sil yang didapat, walaupun kenyataan sepertinya sangat ber­to­lak be­la­kang dengan apa yang dimengerti. Walaupun secara pemikiran bangsa Yehuda Allah Yahwe ka­lah, te­tapi itu tidak akan pernah menggoncangkan pengharapan Daniel beserta kawan-kawannya karena mereka per­­ca­ya pada sa­atnya nanti Allah Yahwe akan kembali menopang dan memberikan kekuatan. Dan itu menjadi sumber ke­kuatan untuk terus-menerus berjalan di dalam iman dan percaya ter­ha­dap Tuhan. Namun di da­lam realita hidup kita sehari-hari secara pribadi, kita seakan sulit sekali me­nerjemahkan dam me­lihat ta­ngan Tuhan dibalik lembah bayang-bayang maut. Bahkan ak­hir­nya banyak orang yang ke­ce­wa dan menolak terhadap Tuhan. Padahal, kalau kita mau mencoba me­nelusuri, ada banyak hal dimana kita tidak berhak untuk protes terhadap Tuhan, bahkan bagi orang-orang seperti Yeremia, Yesaya ataupun Yunus. Sebab ketika mereka dengan begitu cepat kecewa dan menolak Tuhan, maka mereka tidak dapat melihat sesuatu yang melampaui, yang akan terjadi. Mata iman ada­lah mata yang dapat melihat sesuatu yang melampaui apa yang da­pat dilihat dan dipahami di dalam pertolongan Allah. Alangkah menyedihkan kalau orang Kristen me­lewati kesulitan dengan tanpa memiliki harapan seperti ini!
2.4.3     Kejujuran
2.4.3.1  Pengertian Umum
Dalam 2Esd. 16:49, AV menggunakan kata honesty (’ kejujuran’), sementara NRSV dan REB memilih virtous (’ kebajikan’). Namun, ‘kejujuran’ dalam Kej 30:33, Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku: Segala yang tidak berbintik-bintik atau berbelang-belang di antara kambing-kambing dan yang tidak hitam di antara domba-domba, anggaplah itu tercuri olehku."   dalam NRSV dan TB-LAI diberi arti modern.
Kejujuran sebuah komitmen kepada Tuhan, Mal. 2:6  Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan. 7  Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam. 8  Tetapi kamu ini menyimpang dari jalan; kamu membuat banyak orang tergelincir dengan pengajaranmu; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi, firman TUHAN semesta alam.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial manusia, seringkali kita mendengar bahkan kita sering berbicara mengenai kejujuran. Walupun ada juga yang sring berbicara mengenai kejujuran akan tetapi ketika ditanya pengertiannya tidak dapat menjawab mengenai arti kejujuran. Lalu pertanyaan selanjutnya yang kemudian muncul adalah, bagaimana kita akan bertindak jujur kalau kita tidak mengetahui arti dari sebuah kejujuran?
Banyak sekali pandangan mengenai pengertian kejujuran. Jujur diartikan sebagai ketulusan hati untuk tidak curang terhadap diri sendiri dan tidak curang terhadap oranglain. Kejujuran merupakan keselaranan antara kata hati dan kata yang diucapkan, antara kata yang diucapkan dan sikap serta perbuatan nyata. Sebagai orang Kristen kita dinasehati untuk selalu berbuat jujur, di tengah berbagai ketidakjujuran danketidakbenaran, kita harus tetap bersikap benar, jujur dan adil.
Orang yang jujur adalah orang yang dengan sadar, mau dan rela untuk mengakui segala sesuatu yang terjadi, sesuai dengan realita yang ada.
Kejujuran terletak dalam multi dimensi, artinya bahwa kejujuran tiodak terletak hanya dalam satu dimensi, tetapi ada dalam banyak sekali dimensi, bahkan mungkin semua dimensi kehidupan manusia.
Jujur, adalah sikap pribadi. Jujur diekspresikan dengan kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Tidak ditutupi atau bahkan tidak menipu. Alasan orang harus jujur yaitu,kemungkinan terjadi kesalahpahaman, kemungkinan menghindar secara emosional, kemungkinan menyakiti perasaan orang lain yang sebenarnya tidak perlu kita lakukan, kemungkinan membuang-buang waktu dan energi mental dengan percuma
Setiap manusia pasti pernah dan terlibat dalam hal yang berkaitan dengan kejujuran. Entah merasa dibohongi atau mencoba untuk melakukan sebuah kejujuran. Mau atau tidak untuk berkata jujur itu merupakan suatu pilihan. Hal-hal yang dihindari pada dasarnya menyangkut dua hal, yaitu rasa dan logika. Tiga poin diantaranya adalah persoalan rasa. Tiga dari Empat memiliki arti sebagian besar. Jadi, kejujuran memiliki kaitan sangat erat dengan perasaan.
Untuk berlaku jujur, itu tidak mudah. Ada rasa malu, takut, marah atau gengsi. Tapi, energi besar yang diperlukan untuk jujur .energi itu merupakan dorongan dari manusianya sendiri untuk secara sadar, sukarela dan adanya kemauan dari dalam diri untuk berlaku jujur. Dengan adanya pemahaman, pengertian, penghargaan, penghormatan, kasih sayang dan cinta, maka kejujuran itu akan terasa mudah untuk diungkapkan. Sampai saat ini, kejujuran adalah sesuatu tindakan yang baik bagi manusia. Walaupun mungkin beberapa dari kita sudah tak mengakui pernyataan tersebut. Kejujuran dalam pandangan moraladalah keadaan dimana manusia tahu, sadar, rela dan mau untuk mengakui atau melakukan kejujuran sesuai dengan realita yang ada. Oleh karena itu, terjawab sudah kapan kita harus jujur. Jawabannya tentunya dalam segala setiap tindakan kita sebagai manusia(tindakan baik bagi manusia).
Untuk membiasakan sikap jujur, maka kejujuran itu perlu ditanamkan sejak dini. Anak yang sudah dibiasakan jujur sejak kecil, akan menjadikan sikap itu sebagai kebiasaan. Bagaimana kita bisa membiasakan kejujuran sejak dini? Berikut beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendidik seorang anak untuk biasa bersikap jujur.
1.      Kejujuran dimulai dengan komitmen dalam Tuhan
2.      Kejujuran rela menanggung risiko
3.      Kejujuran Membangun Percaya Janji Tuhan
4.      Orang yang hidup dalam kebenaran
2.4.3.2        Kejujuran dimulai dengan komitmen dalam Tuhan
Mzm 119:112, “Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu, untuk selama-lamanya, sampai saat terakhir.” Ini adalah komitmen awal pemazmur yang menghasilkan  perbuatan-perbuatan yang tercantum di ayat-ayat setelah 112, dan puncak keputusannya menghasilkan perbuatan jujur , ayat 128: Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci.  Sebuah kejujuran dimulai dengan pertemuan dan pengalaman pribadi dengan Tuhan.  Pemazmur menyadari bahwa Tuhan adalah sumber hidup dan sumber kebahagiaannya, baginya tidak ada kebahagiaan di luar ketaatan pada Firman Tuhan.  Karena itu ia berkomitmen untuk mencondongkan hatinya untuk ketetapan-ketetapan Tuhan/Firman Tuhan, bukan untuk beberapa hari, atau beberapa bulan,tapi untuk SELAMA-LAMANYA.  Dan keputusan untuk taat ini membawa dia pada komitmen berikutnya komitmen hidup jujur.
Tidak ada seorang pun mampu membangun kejujuran yang berkenan di hadapan Tuhan  tanpa pertolongan Tuhan.  Dan sebaliknya, Tuhan sanggup mengubah orang  yang sangat tidak jujur menjadi jujur oleh kuasanya.  Zakheus adalah contoh Alkitab yang sangat jelas bagi kita, seorang penipu yang diubahkan Tuhan, beberapa tokoh Alkitab selain pemazmur, yang hidup jujur. Zakheus  adalah seorang Yahudi.  Tradisi keluarga Yahudi sangat ketat mengajarkan Taurat kepada setiap anak-anak mereka.  Dengan demikian, Zakheus adalah seorang yang sangat tahu ajaran Firman Tuhan, termasuk untuk jujur dan tidak mencuri.  Tapi mengapa Zakheus kemudian memilih sebuah pekerjaan yang dibenci banyak orang, khususnya dibenci oleh suku bangsanya sendiri?  Ia menjadi pemungut cukai bagi Kerajaan Romawi yang saat itu menduduki dan menjajah bangsa Yahudi?  Zakheus dianggap pengkhianat bagi bangsanya, kerena memungut pajak bagi “musuh” dan lebih parah lagi, Zakheus memungut lebih dari yang seharusnya, ia memungut berlipat-lipat dan menyimpannya bagi dirinya sendiri.  Sebuah pencurian dan pemerasan terang-terangan,  Zakheus melakukan hal itu Karena cinta uang,  Firman Tuhan berkata Cinta uang adalah akar kejahatan.  Zakheus mencintai uang lebih daripada bangsanya sendiri!  Zakheus pikir bahwa uang bisa memenuhi semua kebutuhannya,  Pikirnya uang pun bisa memuaskan hatinya yang butuh diisi.  tapi dalam perjalanan pengalamannya, ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa uang tidak bisa mengisi hatinya, ruang hatinya tetap kosong, bahkan ia kehilangan teman.. semua orang membencinya, semua orang menjauhinya, rumahnya sepi tanpa tamu.. (dalam budaya bangsa Yahudi, bertamu adalah lambang persahabatan), Zakheus tidak punya sahabat karena ketidakjujurannya, bahkan sahabat yang mungkin dulu ada menghilang!  Ini titik terendah kehidupan Zakheus dalam pilihan hidupnya untuk tidak jujur.  Di titik terendah ini, ia tiba-tiba mendengar tentang Yesus, Orang yang kabarnya adalah Mesias penggenapan janji di Kitab Suci, Orang yang katanya hebat tapi penuh belas kasihan, Orang yang bisa menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati.  Zakheus tahu ia sakit, sakit di hatinya oleh perbuatannya sendiri, dan  entah apakah Zakheus tergerak oleh karena mendengar Yesus penuh belas kasih, atau hanya oleh rasa penasaran saja tentang “orang hebat” – yang pasti Zakheus digerakkan Tuhan untuk melangkah keluar rumah, menghentikan kesibukannya menghitung uang untuk sejenak, dan mau melihat atau lebih tepatnya “menonton” Tuhan Yesus.
Tapi untuk sekedar menonton pun ternyata tidak mudah bagi Zakheus, Dia seorang terkenal,  seandainya dia dihormati, orang terkenal ini akan langsung diberi jalan oleh rakyat biasa.  Tapi karena ia tidak dihormati dan dibenci, maka orang  menyikut dia saja pada saat ia berusaha menembus kerumunan orang banyak.  Bisa kita rasakan betapa rendah reputasi Zakheus.
Singkat cerita Zakheus memutuskan naik pohon, untuk menghindari tekanan dan rasa malu, semua orang melihat ke arah Tuhan Yesus, tampaknya mustahil ada yang bakal mendongak ke atas pohon, sehingga si pejabat ini, merasa dia tidak akan dipermalukan karena kepergok berada di atas pohon.  Tapi  ternyata Tuhan Yesus melihat  Zakheus di atas pohon, Tuhan Yesus tidak mempermalukan dia, tapi memberi penerimaan yang diluar pikiran Zakheus “segera turun, sebab hari ini aku harus menumpang di rumahmu”  Ini adalah tanda penerimaan dan persahabatan.
Dengan cara ini Tuhan Yesus masuk di hati Zakheus, Masuknya Yesus di hati Zakheus, menyapu keluar kotoran di hatinya yaitu ketidakjujurannya.  Di hari masuknya Tuhan Yesus di hatinya, Zakheus membuat komitmen, untuk hidup jujur!  Dan hidup bagi Tuhan. Zakheus mulai membangun kualitas dirinya dengan membangun kejujuran.
Komitmen jujur membentuk kebiasaan jujur. Komitmen pada dasar yang kuat menolong kita untuk kuat dan bertahan untuk melakukan komitmen hidup jujur.  Anak kecil yang menulis surat tadi membuat komitmennya atas dasar keberadaan ibunya, dia tahu ibunya serba tahu tentang dirinya, maka ia akan jujur selalu pada ibunya dan selama ibunya hidup.  Namun komitmen hidup jujur yang hendak kita bangun bukan atas dasar keberadaan manusia yang terbatas pengetahuannya, dan terbatas masa hidupnya.  Komitmen hidup jujur kita dibangun atas dasar Tuhan Maha tahu semua / seluruh isi hati dan pikiran kita, sekecil apa pun itu, serapi apa pun kita menyimpannya.  Komitmen hidup jujur kita dibangun atas dasasr Tuhan yang Kekal, yang hidup selamanya, yang kehadirannya tak pernah berhenti menyertai kita.  Itu yang akan memampukan kita untuk bertahan pada komitmen hidup jujur dan membentuk kebiasaan kita.


2.4.3.3        Kejujuran rela menanggung risiko
Tadi saya katakana bahwa tidak selalu kejujuran itu merugikan sama sekali, tapi itu bukan berarti kejujuran tidak berisiko.  Ada risiko yang  harus kita hadapi ketika berkomitmen untuk hidup jujur.
Yusuf adalah seorang yang jujur apa adanya baik dalam perkataan maupun dalam perbuatannya sejak dia berusia muda.  Banyak orang yang mengartikan kisah Yusuf kecil dengan mengatakan Yusuf seorang yang besar mulut, hanya karena ceritanya menimbulkan kemarahan dan iri hati pada kakak-kakaknya.  Namun kalau kita mau teliti memperhatikan, Yusuf kecil menceritakan mimpinya apa adanya, tidak ada penambahan apa pun dari ceritanya hingga bagi saya, gelar “besar mulut” tidak pantas dikenakan pada Yusuf.  Yusuf adalah contoh tokoh yang jujur. Yusuf menanggung resiko-resiko oleh karena kejujurannya.  Di usia 17 – yang pada jaman itu masih dianggap usia anak-anak, Yusuf di masukkan ke sumur kering dan di jual oleh saudara-saudaranya sendiri karena cerita jujurnya disalah-pahami sebagai orang yang besar mulut dan “bossy”- hendak jadi bos bagi kakak-kakak dan orangtuanya. Di rumah Potifar, Yusuf menanggung resiko dijebloskan ke penjara karena kejujurannya tindakannya, di penjara Yusuf masih harus menanggung penjara 2 tahun sekalipun ia telah jujur bekerja dan memberi tahu makna mimpi teman-teman sepenjaranya yang salah satunya sukses keluar dari penjara.
Kejujuran memang beresiko.  Di jaman yang makin bobrok ini, menjadi orang jujur dianggap sama seperti menjadi orang bodoh.  Sistem kerja dan system dalam masyarakat kita juga nampaknya mendesak kita untuk berlaku tidak jujur.  Beberapa waktu lalu, saya lupa menghidupkan lampu sepeda motor saya di siang hari, biasanya saya hidupkan, tapi  malam sebelumnya  saya terpeleset dari motor di parkiran kost, dan dengan sigap teman membantu mematikan mesin dsb.  Eh, besoknya pas lewat jln semeru ada operasi pemeriksaan masal, saya ditilang dan mesti mengurus ke pengadilan atau kantor lantas dengan membayar denda.  Tiba di sekolah tempat saya melayani, murid-murid saya berkata.. ngapain miss susah-susah ditilang, kasi duit aja…  ntar di pengadilan surat miss diilangin lagi.. saya gelisah bukan main.. ada rasa kesal dan marah kenapa berada di Negara yang sistemnya bobrok begini, saya datang ke kantor lantas, dan di sana pas ketemu orang yang complain sudah disidang, sudah bayar, tapi SIMnya tidak dikembalikan karena tidak ditemukan di pengadilan, hilang entah ke mana… saya  bertambah gelisah.. surat saya juga tidak ditemukan, dan diminta datang 2 hari kemudian.  Puji Tuhan 2 hari kemudian, surat itu ada dan saya membayar sesuai aturan yang ada .. sekalipun banyak orang yang menganggap ini tindakan bodoh.  Harapan saya tidak bertemu masalah seperti ini, dan satu-satunya cara adalah tidak ceroboh dan berdoa supaya Tuhan menjaga pengguna jalan di sekitar saya untuk juga hati-hati..  karena semua itu diluar control kita.
Cerita tadi hanya salah satu contoh sederhana dari resiko kejujuran, masih banyak lagi resiko yang lebih besar.  Ada pendeta yang masuk penjara bertahun-tahun karena memberitakan injil dan menjawab jujur apa adanya ketika ditanya.  Ada juga anak muda yang dimusuhi satu kantor karena tidak mau bergabung dalam korupsi dan penipuan rekan-rekannya terhadap pemilik perusahaan.  Ada seorang anak kecil yang dimarahi orang tuanya habis-habisan karena memberitahu apa adanya bahwa ortunya ada di rumah waktu penagih hutang datang.  Kejujuran itu berisiko, namun jika kita telah berkomitmen untuk hidup jujur, maka Tuhan memampukan kita untuk menempuh resiko kejujuran. Firman Tuhan berkata berbahagialah mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran. Mat 5 :10 Dan Firman ini tidak stop sampai disini saja, tapi ada kelanjutannya: Karena merekalah yang empunya kerajaan Sorga.

2.4.3.4        Kejujuran Membangun Percaya Janji Tuhan

Orang jujur akan memiliki hidup kekal. (Mat 5:10) Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, bagaimana dengan orang-orang yang tidak mengenal Kristus namun hidupnya jujur, bukankah ada orang-orang seperti itu, seperti Confusius dsb?  Kejujuran yang didasarkan kebenaran diri sendiri adalah “keangkuhan terselubung” yang tidak diperkenan Tuhan.  Tanpa penebusan Kristus, segala kesalehan kita seperti kain kotor di hadapan Tuhan (Yes 64:6).  Kejujuran sejati: yaitu bertindak dan berkata benar atas dasar kebenaran Tuhan, bukan atas dasar kebenaran yang kita bangun sendiri.  Dan Tuhan menjanjikan hidup kekal bagi setiap orang yang hidup dalam kebenaranNya.
Orang jujur menjadi orang yang dapat diandalkan dan menjadi berkat.  Ams 11:11; Ayub 6:25  – Hal ini yang terjadi pada diri Yusuf, anak Yakub.  Di manapun Yusuf berada, dia selalu dipercaya dan diberkati, ketika di rumah Potifar ia sampai menjadi pemimpin pelayan tertinggi dan usaha Potifar diberkati, ketika di penjara, Yusuf dipercaya dan disayang oleh penjaga penjara, ketika di Istana Mesir, Yusuf dipercaya menjadi Perdana Menteri, dan negeri itu diberkati dan dijauhkan dari malapetaka kelaparan.  Seorang teman bercerita bagaiamana ia berusaha jujur dengan usaha tokonya,  Ia tidak menyadari betapa Tuhan memberkatinya sampai suatu hari dia memutuskan untuk taat Firman Tuhan, tutup toko pada hari Sabat.  Pada hari senin pelanggan datang dua kali lipat dari biasanya, pelanggannya yang biasanya berbelanja pada hari Minggu tidak mencari toko yang lain, dan berusaha datang di hari senin, kata mereka “kami nggak mau belanja di toko yang lain, soalnya tokomu jujur”.  Bagaimana pedagang yang jujur selalu menjadi pilihan utama pelanggan, pegawai yang jujur selalu menjadi prioritas untuk menempati posisi penting, dan teman yang jujur selalu dicari-cari untuk dijadikan sahabat.
Mengapa masih banyak orang-orang yang mengaku mengenal Kristus, mengenal Firman Tuhan  masih saja sulit hidup jujur,  tidak mau memulai komitmen untuk jujur, apalagi menanggung resikonya?  Karena tidak mempercayai janji penyertaan Tuhan bagi orang-orang jujur.  Mereka lebih mempercayai kebohongan dunia bahwa orang jujur pasti melarat, pasti tertinggal di belakang.  Bp/ibu, sunguh, butuh iman untuk dapat hidup jujur.   Kejujuran dibangun dengan mempercayai janji Tuhan.  Bagaimana dengan kita?

2.4.3.5        Orang yang hidup dalam kebenaran
Seperti apa Tuhan menilai kejujuran? Ayat bacaan hari ini menggambarkan jelas akan hal ini. "Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup matanya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, bentengnya ialah kubu di atas bukit batu; rotinya disediakan air minumnya terjamin." (Yesaya 33:15-16). Dari ayat ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa Tuhan menjanjikan penyertaanNya secara luar biasa bagi orang-orang yang memutuskan untuk hidup jujur. Tuhan menjaga dan melindungi mereka bagai orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi, membentengi, dan dilimpahi berkat sehingga semua kebutuhan terjamin. Dalam prakteknya bisa jadi sulit, mengingat godaan untuk berlaku curang terus menyerang kita dari segala sisi dan sepertinya sudah menjadi gaya atau bahkan budaya manusia hari ini. Tapi meski sulit atau malah terlihat seolah merugikan, Tuhan tidak akan pernah menutup mataNya dari usaha dan keseriusan kita. Dalam Mazmur dikatakan "Tuhan tidak akan pernah menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." (Mazmur 84:12). Tuhan juga sudah berfirman: "Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia." (Amsal 2:7-8). Karenanya tepatlah jika Pemazmur mengatakan "Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!" (Mazmur 32:11).
Hobi berbohong pun menunjukkan perbuatan melanggar kejujuran. Seringkali bermula dari kebohongan-kebohongan kecil, tetapi itu bisa menjadi kebiasaan yang pada suatu ketika sudah menjadi sulit untuk diubah. Yesus berkata "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37). Kejujuran dalam berbicara atau berkata-kata juga sangat penting untuk kita perhatikan. Orang jujur bukan saja membawa manfaat baik pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain bahkan punya kekuatan untuk mendatangkan berkat bagi kotanya. Dalam Amsal kita bisa membaca sebuah ayat yang berbunyi "Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya." (Amsal 11:11).
Panggilan untuk hidup jujur disebutkan dalam begitu banyak ayat dalam Alkitab. Ini jelas menunjukkan betapa pentingnya hidup dengan jujur di mata Allah. Pandangan dunia mungkin akan mengatakan bahwa semakin anda pintar menipu maka keuntungan akan semakin besar, tetapi selain perbuatan itu bisa membuat kita rugi sendiri, Tuhan pun sangat tidak suka terhadap bentuk-bentuk kecurangan yang dilakukan oleh orang bermental penipu. Bahkan dalam sebuah ayat Tuhan dikatakan jijik melihat penipu. (Mazmur 5:7). Paulus berseru: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Korintus 6:9-10)
Untuk bisa menerapkan sikap jujur, kita harus ingat bahwa dunia tidak akan pernah bisa menjamin kebahagiaan kita. Tidak peduli seberapa besarpun harta kekayaan yang kita miliki, kebahagiaan sejati hanyalah berasal dari Tuhan. Oleh karena itulah kita harus mulai menerapkan sikap hati yang tulus untuk memilih bersikap jujur. Sikap hati yang tulus, itulah yang menjadi awal dari datangnya kejujuran. Firman Tuhan berkata "Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya." (Amsal 11:3). Tuhan tidak akan pernah menutup mata dan mengabaikan anak-anakNya yang mau memilih untuk jujur, itu haruslah kita sadari sepenuhnya dan pegang teguh sebagai prinsip hidup. Dunia mungkin memandang kejujuran sebagai kerugian, dunia mungkin menertawakannya, tetapi yakinlah bahwa itu bernilai tinggi di mata Tuhan. Bayangkan sebuah hidup yang diisi dengan kejujuran, dan didalamnya penuh limpahan berkat Allah. Bukankah itu luar biasa? Semua itu bisa menjadi bagian dari hidup kita kalau kita mau memutuskan untuk hidup jujur tanpa syarat. Kitalah yang bisa membuktikan bahwa kejujuran bukan mendatangkan kerugian malah bisa mendatangkan keuntungan baik di dunia ini maupun dalam kehidupan selanjutnya kelak. Mari kita belajar untuk memelihara sikap jujur dan jadilah orang-orang yang berintegritas dalam segala aspek kehidupan.



[1] A.M. Mangunhardjana, Kepemimpinan, (Yogyakarta: Kanisius, 1976)
[2] Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008, hlm.17.
[3] Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos), 2004, hlm.62.
[4] Robby Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan (Gloria Graffa), 2004, hlm.20.
[5] Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008, hlm.14.
[6] John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. (Jakarta : Binarupa Aksara),1995.hlm.48.
[7] Jonathan Lamb, Integritas (Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur), 2008, hlm.21.
[8] ETIKA PEJANJIAN LAMA, JAKARTA, 2010, 471                                                                                                 
[9]ANDREW E. HILL dan JHON H. WALTON , SURVEI PERJALANAN LAMA,cet.1, 2013,Gandum Mas.
[10] Philip Johnston, pengantar untuk mengenal alkitab ,cet,1, 2011
[11] Carl A. Reed, M.TH & Iwan S. Taringan , M.TH,pengantar perjanjian lama
[12] Alkitab Rainbow. Cet 2011
[13] ALKITAB RAINBOW,cet.TAHN 2011,Percetakan LembagaALKITAB Indonesia
[14] Pdt. DR. KAREL SOSIPATEL, etika perjanjian lama ,cet.januari 2010
[15] Philip Johnston, pengantar untuk mengenal alkitab ,cet,1, 2011
[16] RAY C. STEDMAN,perjanjian lama ,Jakarta, cet.23,2003.
[17] Alkitab Penuntun, Gandum Mas Full Life Study Bible, Cet. 2013 Hal. 1338
[18] Genre secara harfiah berarti “macam”. Kata genre dipakai sebagai istilah khusus untuk golongan-golongan sastra yang sesifat, misalnya “genre apokaliptik,” “genre hikmat,” dan lainsebagainya.
[19] DR.RA. Jaffary Tafsir Kitab Daniel, Yayasan Kalam Hidup ,cet. 1, April 2008.Hal.36, Bandung
[20] Penghantar untuk mengenal Alkitab ,Philip Jonhston ,cet.1, September 2011.
[21] Carl A. Reed, M.TH & Iwan S. Taringan , M.TH,pengantar perjanjian lama,
[22] ETIKA PERJANJIAN LAMA, Pdt.DR.Karel Sosipater,Jakarta,cet,januari 2010.
[23] ETIKA PEJANJIAN LAMA, JAKARTA, 2010, 471                                                                                          

[24] Joyce G.Baldwin, Daiel-T.O.T.C. (Leicester: Inter Varsity Press, 1978, hal. 20-21; Edward J.Young, Daniel (Edinburgh:The Banner of Truth Trust, 1972), hal.269.
[25] Edwin R. Thiele, A Choronology of the Hebrew Kings (Grand Rapid: Zondervan, 1977), hal.68; Jhon C. Whitcomb, Chart of Old Testament Kings and Prophets, 5 ed.(Winona Lake:Grace Seminary, 1977)
[26] Josephus, Contra Apion I,19; Antiquities X,11,1
[27] Leon Wood, A Commentary on Daniel (Grand Rpids Zondervan, 1973) hal 232
[28] R. K. Harrison, Introduction to the Old Testament (Grand Rapids,Eerdmans, 1969), hal 1114-1115.
[29] James B. Pritchard, red., The Ancient Near East, vol II (Princeton: Princeton University Press, paperback, 1975), hal. 106-112
[30] Ibid., (Princeton: Princetom University Press, paperback, 19580, hal 206-207
[31] Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Difa Publisher), hlm.382.
[32] Andreas B. Subagyo, Sabda Dalam Kata – Penyampaiannya, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 2000)
[33] Frances esselbein, Marshall Goldsmith, Richard Beckhard, Organisasi Masa Depan, (Jakarta; PT. Elex Media Komputindo, 1997)
[34] Andreas B. Subagyo, Sabda Dalam Kata – Persiapannya, (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 2000)
[35] Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.20.
[36]  Jeff Hammond, Kepemimpinan Yang Sukses, (Metanoia),2003,hlm.51-52.
[37] Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.19.
[38] John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di  Dalam Diri Anda, (Jakarta : Binarupa Aksara),1995.hlm.40.
[39] Bambang Yudho, How To Become A Christian Leader, (Yayasan Andi),2006,hlm.20-22.
[40]  Larry Keefauver, 77 Kebenaran Yang Hakiki Dalam Pelayanan. (Semarang : Media Injil Kerajaan),hlm.121-122.
[41]  Myles Munroe, The Spirit of Leadership. (Immanuel), 2006.hlm.276.
[42]  Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos), 2004, hlm.62.
[43]  Sendjaya, Kepemimpinan Kristen (Kairos), 2004, hlm.63-64.

No comments:

Post a Comment

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...