Wednesday, December 6, 2017

Tafsiran Amos 1: 2-8 Dengan Metode Naratif

Johannes Nababan
jangan dicopy bulat2
Tafsiran Amos 1: 2-8 Dengan Metode Naratif
I.                   Pendahuluan
Amos 1: 2-8 menceritakan tentang hukuman terhadap bangsa. Bangsa-bangsa tersebut berbuat jahat sehingga memperoleh hasil ekonomi dengan cara penyembahan yang berhala bahkan tidak segan-segan saling berbuat jahat terhadap sesama mereka, sehingga allah murka tehadap bangsa tersebut. Disini penafsir akan menafsirkan Amos 1: 2-8 dengan metode Naratif dengan menggali isi pesan yang akan ditafsir dari ayat tersebut. semoga dapat menambah wawasan bagi setiap yang membaca.
II.                Pembahasan
2.1.             Pengertian Metode Naratif
Narasi adalah sebuah cerita yang berbentuk teks.[1]Metode Naratif merupakan ilmu tafsir yang digunakan untuk menggali dan menyelidiki unsur-unsur yang membangun dalam cerita teks di Alkitab sehingga penafsir dapat memahami pesan dari naskah Alkitab.[2]Dalam konteks metode narasi memperkenalkan suatu pendekatan baru terhadap Alkitab secara sastra Alkitab sendiri terhadap dari cerita-cerita, baik dari aspek wacana atau strukturnya.Sehingga dalam suatu teks dalam metode ini adalah penting mengetahui konteks cerita dalam teks.[3]
2.2.             Tujuan Metode Naratif
Di dalam metode Naratif ini cerita Alkitab yang diungkapkan dalam sebuah tulisan yang berdasarkan fakta tertentu.Cerita yang dipaparkan di dalam teks ini sebenarnya sedang menunjukkan kepada suatu “dunia lain” yang disebut sebagai dunia cerita, yang dimana dijadikan sebuah sarana ataupun alat yang dipakai penulis untuk mengungkapkan sesuatu yang bukan hanya sekedar gambaran yang bersifat fiksi belaka, melainkan sebuah gambaran yang di ambil dari kehidupan sehari-hari.[4]
Adapun yang menjadi tujuan metode penafsiran Naratif ini sebagai berikut:[5]
a.                   Menemukan makna Firman Allah sebagai karakter dari teks itu sendiri
b.                  Membantu untuk menceritakan makna cerita yang dituliskan dalam Alkitab
c.                   Menemukan pemahaman yang lebih jelas tentang pengertian, prinsip-prinsip dasar, metode-metode serta perananya dalam sejarah perkembangan.
2.3.             Kelebihan dan Kekurangan Metode Naratif[6]
a.                   Kelebihan
1.                  Metode ini menggabungkan dan menghubungkan pokok cerita (makro) dan cerita-cerita yang membangunnya (mikro). Sebab dalam narasi bisa saja makna cerita dalam teks terdapat mikro, apabila itu sendiri.
2.                  Metode ini menggunakan merenkontruksi cerita teks dalam sifat-sifat aktif dan pasif dalam teks dan menghubungkannya dalam pengertian sebab akibat untuk menemukan tujuan yang disampaikan.
b.                  Kekurangan
1.                  Alkitab itu sendiri dalam cerita kesusasteraan keagamaan memiliki perbedaan konteks yang besar dalam setiap teks dengan yang lain secara historis.
2.                  Metode penafsiran narasi dengan pendekatannya mirip dengan pendekatan metode kanonikal  yang kurang bersifat historis.
2.4.            Kitab Amos
2.4.1.      Pengertian Kitab Amos
Amos berarti “mengangkat beban” atau “membawa beban”. Nama yang cocok baginya karena ia selalu memperhatikan beban rakyat dan memperingatkan mereka agar menjahui cara hidup yang tidak baik.[7]Kitab Amos adalah kitab ketiga dari kedua belas kitab nabi kecil. Dari segi kronologis amos sebenarnya menempati urutan pertama diantara nabi-nabi penulis, teman sezaman Hosea dan Mikha, namun sedikit lebih tua. Namanya berarti “penanggung beban”.[8] Kitab Amos sebenarnya tidak memuat sebuah “ceritera pemanggilan” di dalam pengertian biasa, tetapi penyusun kitab ini menyisipkan di tengah-tengah sebuah “ceritera nabi” (Am 7: 10-17 di mana kesaksian diri oleh Amos terdengar dengan jelas. Nabi itu baru saja menerima pengusirannya dari bait suci di Betel, lalu menangkis dengan pengakuaannya: “Aku ini bukan nabi dan aku tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umatKu Israel” (Am 7:14-15).[9]
2.4.2.      Latar Belakang Kitab Amos
Pada awal abad ke-8 SM, Tuhan Allah mengambil dan mengutus dia untuk bernubuat di kerajaan Israel Utara (Am. 7:4-15).[10]Amos adalah seorang warga kerajaan Yehuda bukanlah warga kerajaan Israel. Dan tempat kediaman ialah Tekoa, kira-kira 15 Km disebelah selatan Yerusalem di pinggir padang gurun Yehuda.[11] Amos adalah seorang peternak domba dan disamping dia juga mengurus kebun ara di hutan.
Pada masa itu kerajaan sedang menikmati masa-masa kejayaannya, terutama di bidang ekonomi, politik dan militer.Akan tetapi ada satu hal yang dilupakan, yaitu Keadilan Sosial.Karena itu Amos muncul dengan protesnya yang keras sekali terhadap buruknya keadilan Allah, Amos pergi ke Betel tempat raja Yorebeam II tinggal. Disanalah dengan berani Amos memberitakan berita keadilan, kebenaran dan hukum Ilahi karena dosa terhadap umat yang tidak mau mendengarakan apa yang dikatakan Tuhan terhadap mereka.[12]
Nubuat Amos ini ditujukan kepada keadaan buruk masyarakat Israel dan Yehuda, yakni bahwa orang-orang miskin disiksa.Satu-satunya jalan keselamatan untuk Israel dan Yehuda ialah mereka harus mencari Tuhan, sebab seperti yang tertulis di Amos 5:4 “Carilah Aku, maka kamu akan hidup”.[13]
2.4.3.      Penulisan dan Waktu Penulisan Kitab Amos
Kitab Amos secara tradisional ditulis pada pertengahan atau akhir masa pemerintahan Yerobeam II (sekitar 760 SM).Penyelidikan sejarah dalam perhitungan kronologis sudah mendorong tanggal penulisan nubuat-nubuat Amos lebih dekat ketahun 750-748 SM, saat menjelang kematian Yorobeam.[14]Amos bernubuat dua tahun sebelum gempa bumi besar yang merusak beberapa tempat di Israel termasuk ibukotanya Samaria.[15] Kejadian gempa bumi yang mendorong Amos untuk mengumumkan pendahuluan kitab yang menunjukkan bahwa bencana alam itu sebagai penggenapan dari yang dinubuatkanNya pada Israel dan sebagai penegasan oleh Allah (Amos 2:13, 9:1) karena itu tampak lebih mudah menerima bahwa Amos menuliskan pernyataan-pernyataan ini sesudah ia kembali ke tokea dalam perjalanan singkatnya untuk berkhotbah sekeliling Israel.[16]
2.4.4.      Tujuan Penulisan Kitab
Tujuannya secara logis dan sangat erat berkaitan dengan nubuat nabi tentang hukuman dan pembuangan bagi Israel:[17]
a.                   Mengingatkan umat mengenai akibat-akibat ketidaktaatan terhadap perjanjian.
b.                  Amos menyalahkan secara khusus perbuatan-perbuatan ketidakadilan sosial dan kemunafikan rohani. Dan ditujukan kepada beberapa orang untuk bertobat dari dosa, dan kemabli kepada norma-norma perilaku yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan Yahweh.
c.                   Membesarkan hati dan menanamkan pengharapan dan sisa-sisa umat yang hidup benar diantara bangsa itu dengan cara meyakinkan mereka bahwa hukuman Allah bukanlah akhir dari segalanya Ia akan mengingat perjanjian-Nya dengan Israel dan membaharui kembali kasih setia-Nya.
2.4.5.      Ciri-ciri Kitab Amos
a.                   Kitab merupakan seruan kenabian untuk keadilan dan kebenaran.
b.                  Kitab ini menunjukkan kesiapan dan kesediaan Allah memaki orang yang takut akan Allah meskipun mereka tidak memiliki mandate kependetaan untuk memberitakan amanatNya.
c.                   Gaya yang tegas dan penuh semangat mencerminkan kesetian sang nabi yang kuat dan kokoh kepada Allah dan standart-standart kebenaranNya bagi umat perjanjian itu.

2.4.6.      Struktur Kitab Amos
A.                 Pendahuluan (1:1-2)
B.                 Delapan ucapan Ilahi atas hukuman bangsa-bangsa (1:3-2:16)
1.                  Damsyik (1:3-5)
2.                  Gaja (1:6-9)
3.                  Tirus (1:9-10)
4.                  Edom (1:11-12)
5.                  Amon (1:13-15)
6.                  Moab (2:1-3)
7.                  Yehuda (2: 4-5)
8.                  Israel (2:6-16)
C.                 Tiga amanat nubuat bagi Israel (3:1,6:14)
1.                  Dosa Israel memastikan hubungannya yang akan datang (3:1-15)
2.                  Korupsi Israel disegala tingkat (4:1-13)
3.                  Hukuman yang adil atas Israel adalah kebinasaan dan pembuangan (5:1-6:14)
Ø    Ratapan kematian Israel (5:1-3)
Ø    Penolakan Israel untuk mencari Tuhan (5:4-17)
Ø    Teguran dan celaka atas Israel (6:1-16)
4.                  Lima penglihatan hukuman tentang dosa (7:1-9:10)
Ø    Penglihatan tentang belalang yang rakus (7:1-3)
Ø    Penglihatan tentang api yang menghanguskan (7:4-6)
Ø    Penglihatan tentang tali sipat (7:7-9)
Ø    Sisipin Historis : Amazia dan hukumannya (7:10-17)
Ø    Penglihatan tentang Tuhan yang sedang menghukum (9:1-10).[18]
2.4.7.      Tema-tema Kitab Amos
a.                   Allah adalah Allah dari seluruh bangsa
Pemahaman seperti ini tampak dalam pemberitaan nabi pasal 1:2-2:5. Pasal-pasal ini menyatakan bahwa Tuhan akan menghukum bangsa-bangsa lain karena dosa-dosa mereka. Dengan berita ini nabi Amos menegaskan bahwa semua bangsa berada dalam control Allah.
b.                  Pemilihan Allah atas Israel
Pilihan Allah atas bangsa Israel tidak berarti Allah memberikan hak istimewa kepda bangsa Israel.Pikiran tentang pemilihan Allah merupakan bangsa metaphor yang melukiskan hubungan khusus umat Israel dengan Allah. Karena ketika umat Israel melanggar perjanjian Allah, maka Israel juga akan dihukum seperti bangsa-bangsa lain.[19] Salah satu tindakan hukuman yang penting adalah kelaparan, bukan lapar akan roti tetapi mendengarkan firman Allah (Amos 8:11).
c.                   Pengertian Ibadah
Bangsa Israel pada zaman Amos mempunyai anggapan bahwa ibadah yang bersifat ritul merupakan cara satu-satunya untuk menyelamatkan Tuhan. Karena itu mereka sangat bersemangat. Mereka menyangka dengan cara itu mereka sudah berhasil menyenangkan hati Tuhan. Bangsa Israel beranggapan bahwa Tuhan dapat disuap dengan persembahan yang melimpah.Amos mempunyai pandangan bahwa pemahaman keagamaan yang berkembang dalam masyarakat itu adalah kesalahan besar, sebab ibadah yang sebenarnya ialah menyatukan ibadah yang bersifat ritual dengan tingkah laku umat setiap harinya.
d.                  Keadilan dan Kebenaran
Pokok teologi keadilan dan kebenaran merupakan inti pemberitaan Amos.Karena pemberitaan Amos dilatar belakangi oleh memuncaknya sikap hidup korupsi di Israel.Dalam hal ini ada kepincangan sosial, yang kaya dan yang berkuasa semakin kaya, yang miskin dan yang lemah semakin miskin dan lemah.Didunia peradilan terjadi penyuapan, yang benar disalahkan, dan yang salah dibenarkan karena uang.Inti pemberitaan adalah tegakkan, singkirkan penyalahgunaan kekuasaan dan hapuskan kekejaman dan kekaliman.Amos menghendaki agar solidaritas kemanusiaan diantara bangsa Israel sebagai bangsa perjanjian harus dihidupkan kembali.[20]
2.5.            Langkah-langkah Penafsiran Naratif
2.5.1.      Analisa Intertekstual
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam melaksanakan exsegese narasi adalah membatasi suatu teks yang akan ditafsirkan. Pembatasan ini bisa dilakukan pada dasar tempat, waktu, tokoh atau tema cerita, dll.Namun didalam exegese narasi pembatasan ini bukan berarti terputusnya hubungan antara cerita teks dengan teks sesudah dan sebelumnya atau teks yang lainnya.Karena salah satu ciri khas dari exsegese narasi adalah menjunjung tinggi adanya kesatuan cerita dalam Alkitab.Dari kesatuan ini muncul dua konteks dalam narasi yaitu konteks mikro dan makro.[21]
1.                  Konteks Mikro
kitab Amos menceritakan tentang kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang dikota Damsyik yang terlihat dalam Amos 1: 3-6. Dalam hal ini bangsa-bangsa telah melakukan perbuatan jahat dengan cara melanggar semua perintah Tuhan, peringatan terhadap kota Damsyik sudah sering diingatkan oleh Allah tetapi mereka mengindahkan itu semua. Sama halnya dengan Yesaya 24: 6 disini mengatakan tentang nubuat akhir zaman. Tuhan Allah menghancurkan semua bumi dan kota-kota yang ada disitu akan hangus dan lenyap dan penduduk mendapat hukuman semua karena mereka melanggar suatu perintah amat yang di sampaikan kepada mereka.
2.                  Konteks Makro
Pada konteks makro yang terdapat Amos 1:2-8 disini bahwa Allah marah atas bangsa pilihannya seperti yang terdapat di Amos 2:1-16.Bahwasanya bangsa pilihannya tidak taat lagi terahadap perintah Allah.Dan Amos disini untuk memberitakan Firman Allah supaya mereka sadar bahwa Allah lah Sang Pencipta.
2.5.2.   latar/ Setting
a. Tempat
Adapun tempat yang terdapat dalam tafsiran Amos 1:2-8 ini adalah dikota-kota yang ada di Israel dan di Yehuda.
b. Alur/Plot
Alurnya adalah Alur cerita karena bagian-bagian narasi yang saling berhubungan satu sama lain. Hal ini menyangkut hukuman Allah atas bangsa-bangsa yang ada di Israel dan di Yehuda.
d.                  Tokoh
Dalam tafsiran Amos 1:2-8 tokohnya ialah Amos. KarenaAmos disini sedang memberitakan firman Allah kepada bangsa Yahudi dan Israel.
e.                   Gaya Bahasa
Bentuk gaya narasi dan penulisan adalah gaya penekanan. Gaya penekanan ini bisa dalam bentuk kalimat atau perbuatan yang ada didalam teks.Bentuk penekanan ini bertujuan untuk supaya pembaca dapat mengerti arti makna yang disampaikan dengan perkataan Tuhan atas hukuman yang diberikan kepada mereka.
2.6.            Tafsiran Implisit
Dalam Amos 1: 2-8 menceritakan tentang hukuman atas bangsa-bangsa yang ada di Israel dan di Yehuda dikarenakan bangsa tersebut mengalami pemberontak didalam Tuhan. Maksudnya disini Tuhan ingin merubah semua bangsa yang ada dikota tersebut supaya mereka tidak menyimpang terhadap jalan Tuhan.

2.7.2.      Kritik Apparatus
Ayat 5a-a :
DalamTeks  Masora ditemukan kata “וְשׇֽׁבַרְתּׅי בְּרׅ֣יחַ ךַּמֶּ֔שֶׂק” yang artinya “Mematahkan memalangi pintu”. Dalam Kritik Apparatus barangkali dipindahkanlah kata belakang dengan kata “מבית עדן” yang artinya “Dari Bet-Eden”.
Keputusan :Penafsir menerima Kritik Apparatus dikarenakan para ahli penafsir menemukan arti yang sesungguhnya yang akan ditafsir.
Ayat 8a :
Dalam teks masora ditemukan kata “אֲךׄנׇֽי” yang artinya “kita tidak sendiri”. Dalam Kritik Apparatus tidak terdapat dalam teks Yunani asli barangkali dicoret, dikarenakan terjemahan para ahli menemukan kata dalam teks masora memperkabur teks tersebut.
Keputusan :Penafsir menolak Kritik Apparatus, dikarenakan tidak ada teks para ahli yang mendukung atau mengkritik dari teks tersebut atau barangkali dicoret.
2.7.3.      Terjemahan Akhir
Ayat 2 : berkatalah ia: “Tuhan mengaum dari Sion dan dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya; keringlah padang-padang pengembalaan dan layulah puncak gunung Karmel”.
Ayat 3 : Beginilah firman Tuhan: “karena tiga perbuatan jahat Damsyik, bahkan empat, Aku tidak menarik kembali keputusan-Ku: oleh karena mereka telah mengirik Gilead dengan eretan pengirik dari besi,
Ayat 4 : Aku akan melepaskan api kedalam istana Hazael, sehingga puri Benhadad dimakan habis;
Ayat 5 :Dari Bet-EdenAku akan mematahkan memalangi pintu Damsyik dan melenyapkan penduduk dari Bikeat-Awen serta pemegang tongkat kerajaan; dan rakyat Aram harus pergi sebagai orang buangan ke Kir,” firman TUHAN.
Ayat 6 :Beginilah firman TUHAN: “Karena tiga perbuatan jahat Gaza, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: oleh karena mereka telah mengangkut ke dalam pembuangan suatu bangsa seluruhnya, untuk diserahkan kepada Edom,
Ayat 7 : aku akan melepas api ke dalam tembok Gaza, sehingga purinya dimakan habis;
Ayat 8 : Aku akan melenyapkan penduduk dari Asdod dan pemegang tongkat kerajaan dari Askelon; aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan Ekron, sehingga binasalah sisa-sisa orang Filistin,” firman Tuhan ALLAH. 
2.8.            Tafsiran
Amos adalah seorang pekerja sebagai peternak domba dari Tekoa.Dalam kerajaan yang ada di Yehuda yaitu Uzia dan raja Israel yaitu Yerobeam anak Yoas.Kerajaan Israel dan Yehuda saling menganggarkan harta kekayaan mereka, dikarenakan apa yang dibuat dalam kedua kerajaan yang ada disitu dalam mengambil kekayaan adalah dalam pemujaan berhala. Mereka memperoleh kekayaan nya lewat penyembahan berhala.Tetapi Uzia mungkin dipengaruhi oleh Yerobeam, raja Israel.Yerobeam memerintah kira-kira empat puluh tahun (793-753 SM) dan amat sangat, sukses.Pengaruhnya jauh melebihi pengaruh Uzia hampir dalam segala bidang.Dalam kepemimpinannya di bidang agama, Yerobeam, dengan sengaja mendorong praktik-praktik pemujaan dewa kesuburan.Ia tidak meninggalkan pemujaan terhadap Yehovah, tetapi menjadikannya berhala dengan menambahkan dengan tiang-tiang pemujaan, patung-patung dan terafim. Kehidupan sosial bangsa itu ditandai dengan perzinaan, perampokan, dan pembunuhan.Kemewahan orang-orang kaya dibangun di atas ketidakadilan dan penindasan terhadap orang-orang miskin. Pada umumnya orang berpendapat bahwa Amos bernubuat sekitar 760 SM. Zaman Amos merupakan suatu masa keamanan politik bagi Israel, yang dicerminkan dalam kesombongan dan kesembronoan golongan yang berkuasa. Peperangan dengan Siria telah berakhir dengan kemenangan Israel.Yerobeam “mengembalikan daerah Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba”.Sikap sembrono ini merupakan ciri dari tahun-tahun akhir pemerintahan Yerobeam, bukan tahun-tahun awalnya.Ancaman kekuasaan Asyur di bawah Tiglat-pileser III (745-727 SM) belum muncul.
Kehidupan Amos. Amos adalah penduduk asli Tekoa, yang terletak di padang gurun Yehuda, dua belas mil sebelah selatan Yerusalem. Ia adalah seorang gembala, yang menambah penghasilannya dengan memungut buah ara hutan. Panggilan Allah datang kepadanya ketika ia sedang menggembalakan kawanan ternaknya. Pengakuannya bahwa Tuhan memanggilnya secara langsung  membuat dia dapat disejajarkan dengan semua nabi yang mengalami penyataan langsung dari Allah. Meskipun Amos berasal dari Yehuda, ia bernubuat di Kerajaan Utara. Meskipun demikian, pemberitaannya membangkitkan antagonisme atau pertentangan sedemikian rupa sehingga ia kembali ke Yehuda, tempat ia melakukan pemberitaannya secara tertulis.
Pemberitaan Amos. Proklamasi besar pada awal nubuat ini menetapkan nada dari pemberitaan Amos. Suara Tuhan, seperti auman singa, akan terdengar dalam penghakiman dari Sion. Sang nabi menunjukkan rusaknya rohani di bawah formalisme agama dan kekayaan materi masa itu.Ia mengritik keras para pemimpin karena memburuknya keadilan sosial dan moralitas serta menunjukkan pengabaian total mereka terhadap hak-hak azasi dan kepribadian manusia. Ia menandaskan bahwa umat Allah harus mencari Tuhan dan bertobat serta menegakkan keadilan, jikalau mereka ingin tetap hidup. Tetapi karena orang-orang Israel tidak mau bertobat, maka bagi mereka hanya ada penghancuran. Hari Tuhan akan merupakan, penegasan tentang berbagai tuntutan sifat moral Allah terhadap orang-orang yang telah menolak Dia. Kalau ini disadari, kemuliaan kerajaan Daud yang telah dijanjikan akan didirikan; dan hari itu tak dapat dielakkan. Pemberitaan Amos sebagian besar adalah “teriakan meminta keadilan”.Firman Tuhan menjunjung tinggi sikap kasih persaudaraan, rekonsiliasi.Perlu menyadari bahwa bangsa kita hancur, karena tindakan dehumanisasi berkepanjangan. Beberapa hal penting dapat wujudkan apabila ingin bangkit dari keterpurukkan bangsa itu, Tuhan mengembalikan semangat kasih persaudaraan, Tuhan akan menghapuskan segala bentuk dan sikap mengotak-kotakkan bangsa hanya karena doktrin, seluruh komponen bangsa harus secara bersama memperjuangkan dan menghargai kehidupan.

III.             Refleksi Teologi
Kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel memperoleh kekayaan dengan suatu penyembahan berhala.Dikerajaan tersebut memiliki tujuan memperoleh kehidupan ekonominya dengan mendapatkan berkat dari ilah-ilah, apapun yang dikerjakan oleh kerajaan tersebut suatu tindakan yang mencelah terhadap Tuhan.Amos disini tugasnya untuk mengajarkan bangsa-bangsa yang ada disitu, walaupun dia seorang peternak domba dari Tekoa dia seorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Tuhan menghancurkan kota-kota yang ada disitu yaitu Damsyik, istana Hazael dan kerajaan,  Gaza, Edom, Penduduk dari Asdod, kerajaan dari Askelon, Filistin, Bet Eden, karena mereka mengabdi pada pemikirin tersendiri sehingga Allah melenyapkan orang-orang yang ingin menghancurkan dan mengajak orang-orang untuk berbuat kejahatan. Dalam ayat Imamat 26: 21 dikatakan disini kutukan terhadap bangsa Israel sama halnya dengan hukuman terhadap orang-orang yang ada dikerajaan Yehuda dan Israel. Siapa yang menentang Allah akan menambah hukuman terhadap yang melanggarnya bahkan sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosanya. Artinya disini hidup dalam keberdosaan suatu perbuatan yang maksiat.
Dalam hal ini penafsir dapat mengambil sebuah refleksi pada konteks zaman sekarang, dimana masih ada sekarang yang menganut kepercayaan terhadap patung-patung.Pencarian harta dapat diperoleh dari penyembahan patung-patung itu.Disini Allah murka terhadap kita umat manusia untuk memusnahkan orang-orang yang berbuat jahat.Kenapa ada dikatakan adanya akhir zaman?Dikarenakan umat manusia sudah menghilang dari ajaran Allah.Apa yang tidak pantas dikerjakan manusia itu pula yang dikerjakan manusia itu pula sehingga sering Tuhan mendatangkan mala petaka seperti Tsunami, Gempa Bumi, Tanah Longsor. Kita dikota Aceh sering Tuhan murka terhadap orang-orang disitu, dikarenakan mereka berbuat jahat terhadap sesama mereka, tempat peribadahan pun sering menjadi acuan peperangan sehingga tempat peribadahan itupun dibakar habis.Sering terjadi juga tempat penyimpanan narkoba dikota tersebut. Mereka seperti tidak mempunyai kepercayaan terhadap Tuhan lagi, seperti ada perkataan siapa yang kuat dialah yang berkuasa dan siapa yang lemah dia akan disingkirkan. Dari sini Allah tidak menginginkan hal-hal seperti itu, yang Allah inginkan supaya orang-orang yang ada disitu saling mengasihi terhadap sesame dan saling memperdulikan.
IV.              Kesimpulan
            Dari pemaparan diatas penafsir dapat menyimpulkan kerajaan Yehuda dan Israel yang melatar belakangi dengan memperoleh hasil ekonomi dari ilah-ilah yang mereka sembah. Kota-kota yang ada didaerah tersebut Tuhan akan melenyapkan orang-orang yang berbuat dosa sehingga apapun yang dilakukan orang-orang Yehuda dan Israel suatu perbuatan yang jahat. Amos merupakan nabi yang dipilih Allah untuk menyadarkan bangsa Yehuda dan bangsa Israel.Oleh karena itu karena bangsa Yehuda dan Israel tidak mendengarkan perkataan Amos Tuhan Allah pun murka terhadap bangsa tersebut dan menghabiskan orang-orang yang ada disitu.

V.                 Daftar Pustaka
Baker,David L. Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: Gunung Mulia,2002
Bakker,F.L. Sejarah kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Barth, C Theologi Perjanjian Lama, Jakarta: Gunung Mulia, 2005
Berlin, Adele Poetics and Interpretation of Biblical Narative, Sheffield: the Almond Press, 1998
Blankenbaker, Frances Inti Alkitab Untuk Para Pemula, Jakarta: BPK-GM, 2007
Boland, B.J.KitabAmos Tafsiran, Jakarta: Gunung Mulia, 1997 
E.G. Singgih, Apa dan Mengapa Exsegese Narasi, Yogyakarta: Duta Wacana,1993
Hill, Andrew E. &Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas,2008
J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, Jakarta: Gunung Mulia, 1991
Ludji, Barnabas Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, Bandung: Bina Media Informasi, 2009
Marpaung, Halomoan Penuntun Memahami Alkitab, Medan:pers. Stella Perinting,2014
Saragih, Agus Jetron, Eksegese Naratif, Medan: P3M STTAbdi Sabda, 2006
Sitompul, A.A, Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK-GM, 2002




[1] A.A. Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab, (Jakarta:BPK-GM, 2002), 302
[2] Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif, (Medan: P3M STTAbdi Sabda, 2006), 6-8
[3] E.G. Singgih, Apa dan Mengapa Exsegese Narasi, (Yogyakarta: Duta Wacana,1993), 14
[4]Adele Berlin, Poetics and Interpretation of Biblical Narative, (Sheffield: the Almond Press, 1998), 134.
[5] Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif, 6-8
[6] Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif, 24
[7] Frances Blankenbaker, Inti Alkitab Untuk Para Pemula, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 181
[8] Andrew E.Hill &Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,2008), 609
[9] C. Barth, Theologi Perjanjian Lama, (Jakarta: Gunung Mulia, 2005), 15
[10] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: Gunung Mulia,2002), 121
[11] B.J.Boland, KitabAmos Tafsiran, (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 2-3 
[12] J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), 129-130
[13] F.L. Bakker, Sejarah kerajaan Allah 1 Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 654-655
[14] Andrew E.Hill &Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, 610
[15] Halomoan Marpaung, Penuntun Memahami Alkitab, (Medan:pers. Stella Perinting,2014), 145
[16] Andrew E.Hill &Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, 609
[17] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lama, 613
[18] Halomoan Marpaung, Penuntun Memahami Alkitab, 148
[19] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 51-54
[20]  Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, 56-58
[21] Agus Jetron Saragih, Exsegese Narativ, 35

Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah c. Pemilihan nast khotbah d. pengenalan/ pengolahan teks serta Fungsi dan pelaksanaan Hermeneutika

Johannes Nababan

Langkah-langkah Dalam Mempersiapkan Khotbah
c. Pemilihan nast khotbah
d. pengenalan/ pengolahan teks serta Fungsi dan pelaksanaan Hermeneutika
I. Pendahuluan
Berkhotbah tidaklah mudah untuk itu perlu kita pahami bagaimana cara berkhotbah yang benar dan cara menyampaikan maksud firman Tuhan yang akan disampaikan yang berdasar pada Alkitab. Pada kesempatan kali ini saya selaku penyaji akan membahas bagaimana langkah-langkah dalam mempersiapkan khotbah, pemilihan nast, pengenalan/pengolahan teks serta fungsi dalam pelaksanaan hermeneutika. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama.Tuhan Yesus memberkati.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Khotbah
Khotbah adalah sebuah proses komunikasi. Dalam hal ini Tuhan sebagai Pencipta dan Penebus secara berlanjut berkomunikasi melalui firman-Nya kepada umat manusia, secara khusus kepada umat yang percaya kepada-Nya. Jadi, kita dapat melihat khotbah sebagai suatu proses komunikasi yang terdiri dari teks Alkitab ( firman Tuhan), sumber berita, pesan, sebagai pusat komunikasi Allah dengan jemaatNya. Suatu hal yang harus diingat oleh seorang pengkhotbah adalah bahwa ia sedang menyampaikan firman Tuhan. Sejauh mereka menyadarinya (peran pengengkhotbah sebagai channel, hal itu akan menjadi sebuah dasar yang sangat baik, yaitu ketika mereka mau berbicara tentang pemahaman mereka akan firman Tuhan. Khotbah lebih sering dipahami sebagai manusia membicarakan sesuatu tentang firman Tuhan dari pada Tuhan yang berbicara tentang sesuatu kepada manusia. Dengan kata lain, pengertian khotbah masa kini sesungguhnya lebih pada penyampaian pemahaman kita (Pengkhotbah tentang Tuhan, bukan tentang Tuhan yang menyampaikan dirinya melalui pengkhotbah). Untuk itu seorang pengkhotbah perlu berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan khotbah demi kepentingan-kepentingan lain yang tidak sesuai dengan maksud Alkitab.[1]
2.2. Pemilihan nast Khotbah
Alkitab sebagai titik acuan dasar khotbah. Dalam hal ini seorang pengkhotbah perlu memilih nast yang akan dikhotbahkan, dalam Alkitab banyak hal yang perlu diperhatikan oleh pengkhotbah dalam pemilihan nast tersebut. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih nast: [2]
a.         nast khotbah harus merupakan gagasan yang utuh bukan sepotong-sepotong, artinya pengkhotbah tidak memilih nast yang berakhir dengan koma tetapi secara keseluruhan merupakan satu gagasan utuh. Pengkhotbah juga perlu hati-hati memilih nast yang terdiri lebih dari satu gagasan, sebaik nya nast itu dipenggal.
b.         Nast khotbah harus merupakan informasi yang penting untuk disampaikan. Memang semua bagian Alkitab penting, tetapi ada yang sangat penting yang kita sampaikan pada waktu dan kondisi tertentu.
c.         Nast khotbah merupakan jawaban atas kebutuhan manusia. Alkitab adalah jawaban dari semua kebutuhan manusia, akan tetapi ada ayat-ayat yang sangat relevan untuk disampaikan sebagai jawaban atas pergumulan jemaat pada saat-saat tertentu.
d.         Nast khotbah harus terjangkau oleh kemampuan pengkhotbah untuk menafsirkannya, jangan memilih nast yang sulit dimengerti
e.         Ketersediaan waktu kita menyelidikinya
Menurut De Jong, ada beberapa cara dalam menetukan nats dalam berkhotbah, yaitu[3]:
1.       Menentukan nats dengan memperhatikan hubungan Kitab Suci dengan konteks sekarang, sehingga khotbah menjawab berbagai pergumulan yang ada.
2.       Penentuan nats Khotbah berdasarkan tahun Gerejawi (Kalender Gerejawi), yang telah disediakan oleh Gereja.
3.       Pemilihan berdasarkan Perikop, dengan demikian jemaat dapat mengerti memahami teks secara keseluruhan
4.       Pemilihan nats bebas
Menurut Jerry Vines dan Jim Shaddix, dasar dalam pemilihan nats Khotbah ada tiga jenis[4], yakni:
1.       Perikop-perikop berdasarkan Almanak, yaitu nats khotbah yang sudah ditentukan sinode suatu Gereja berdasarkan Almanak yang sudah disusun.
2.       Khotbah Deretan ( Lectio Continiua), jenis khotbah yang dengan terus-menerus memakai nats dari satu Kitab saja.
3.       Pemilihan nats bebas, dimana seorang pengkhotbah yang menentukan natsnya sendiri.
2.3. Pengenalan/Pengolahan teks
Pengenalan/pengolahan teks sangat diperlukan dalam mempersiapkan khotbah, karena hal tersebut merupakan suatu upaya untuk lebih memahami nast yang dipilih  oleh pengkhotbah tersebut sehingga pengkhotbah dapat menarik apa yang sesungguhnya disampaikan oleh Alkitab dan membawanya kepada suatu aplikasi pada konteks zaman sekarang.[5]Rancangan kerja untuk persiapan khotbah:[6]
a.                  membaca nast khotbah dengan teliti, jika mungkin dalam bahasa asli; membandingkan beberapa macam terjemahan. Memeriksa skopus nast yang mendahului dan yang mengikuti perikop kita.
b.                  Membandingkan nast-nast yang sejajar atau yang bersangkut-paut dengan perikop khotbah.
c.                  Menentukan jenis-jenis nast kita : cerita, nubuat, perumpamaan, Mazmur, ajaran, teguran.
d.                  Menyelidiki latar belakang perikop khotbah
e.                  Menafsirkan nast khotbah ayat demi ayat sambil mempergunakan buku-buku tafsiran yang ada.
f.                   Mencari skopus perikop kita : apakah tujuan nast khotbah
g.                  Untuk mengerti pokok nast kita dalam terang seluruh Alkitab : memeriksa kamus theologia, membaca fasal yang bersangkutan dalam buku theologi Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, memberikan fasal-fasal dalam buku-buku dogmatika dan etika yang dapat memberi penjelasan untuk nast kita.
h.                  Apakah arti perikop ini untuk jemaat yang akan mendengarkan khotbah kita ?
i.                    Apakah persamaan persoalan masa sekarang dengan masa yang dahulu ketika peristiwa dalam nast kita terjadi ?
j.                   Dapatkah kita belajar sesuatu dari Sejarah Gereja berhubungan dengan nast kita ?
k.                  Contoh atau perumpamaan manakah yang dapat menerangkan arti nast kita pada masakini ?
l.                    Dengan cara bagaimanakah kita berkhotbah tentang nast kita sehingga tiap-tiap pendengar insaf : inilah Injil (kabar kesukaan) Tuhan yang tidak hanya berlaku untuk dunia dan Gereja pada umumnya, melainkan untuk saya pribadi juga ?
2.4. Fungsi dan Pelaksanaan hermeneutika
Hermeneutika berasal berasal dari bahasa Yunani yaitu Hermeneuo.Kata ini diartikan sebagai ungkapan, menyebut, menerangkan ataupun menerjemahkan.Asal kata ini diambil dari seorang dewa Yunani yang bernama Hermes yang berperan sebagai pembawa pesan dewa kepada manusia.[7]Jadi hermeneutika adalah suatu ajaran tentang prinsip-prinsip dan kriteria yang digunakan untuk menafsirkan suatu pernyataan supaya dapat dimengerti dengan benar.Prinsip tersebut sangat diperlukan untuk memahami teks Alkitab agar dapat dimengerti sipembaca.[8]
Hermeneutika dalam  pelaksanaannya didukung dengan berbagai analisis. Analisis-analisis ini sangat penting dalam menjelaskan makna teks, analisis yang dimaksud ialah analisis salinan kuno, analisis introduksi, analisis sejarah dan latar belakang, analisis sastra, analisis arti kata, analisis tata bahasa, serta analisis sosial budaya. Setelah ditafsirkan dengan berbagai analisis pengkhotbah dapat mengumpulkan data yang cukup banyak sehingga ia dapat menemukan benang merah yang dapat menghubungkan bagian satu dengan bagian yang lain. Dengan demikian, si pengkhotbah dapat menyeleksi informasi yang dianggap saling berkaitan.Informasi ini merupakan suatu pembahasan yang dapat menerangkan bagian Alkitab yang telah diselidiki tersebut.Penjelasan ini disusun secara logis dan teratur lalu dituliskan menjadi sebuah tafsiran. Setelah diperbaiki jadilah sebuah tafsiran yang utuh dan jelas, dengan kata lain pengenalan/pengolahan teks tersebut bertujuan untuk memahami pesan Alkitab yang akan disampaikan melalui khotbah, baik dibagian pendahuluan, penjelasan, ataupun bagian penutup khotbah.[9]
III. Kesimpulan
Dalam berkhotbah seorang pengkhotbah perlu memilih nast yang akan dikhotbahkan jika tidak ditentukan oleh Gereja misalnya Almanak. Tentu saja dalam pemilihan nast kothbah seorang pengkhotbah  perlu memahami nast yang akan dikhotbahkannya dan kepada siapa di tujukan, sehingga firman Tuhan yang akan disampaikan sesuai dengan Alkitab. Dan untuk itu seorang pengkhotbah perlu mengelolah teks tersebut atau pun mengkajinya supaya dapat menarik apa yang sesungguhnya disampaikan oleh Alkitab dan membawanya kepada suatu aplikasi pada konteks zaman sekarang.
IV. Daftar Pustaka
Heuken A, EnsiklopediaGereja III,H-J, Jakarta: Yayasan Cipta Lokal Carata, 2004
Jong De, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk, Jakarta:BPK-GM, 2007
Kasmanto Budi, Panggilan Berkhotbah, Yogyakarta: ANDI, 2013
Rothlisberger H, Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998
Sutanto Hasan, Homiletik, Malang:Literatur SAAT, 2007
Tambunan Lukman, Khotbah dan Retorika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010
Vines Jerry dan Jim Shaddix, Homiletika, Kuasa dalam Berkhotbah, Malang:Gandum Mas, 2009



[1] Lukman Tambunan, Khotbah dan Retorika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 5
[2] Budi Kasmanto, Panggilan Berkhotbah (Yogyakarta: ANDI, 2013),49-50
[3] De Jong, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk,(Jakarta:BPK-GM, 2007), 21
[4]Jerry Vines dan Jim Shaddix, Homiletika, Kuasa dalam Berkhotbah,(Malang:Gandum Mas, 2009), 131-133
[5]De Jong, Khotbah Persiapan-Isi-Bentuk, 21
[6]H.Rothlisberger, Homiletika, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998) , 47-49
[7]H.Rothlisberger, Homiletika,41
[8] A.Heuken, EnsiklopediaGereja III,H-J, (Jakarta: Yayasan Cipta Lokal Carata, 2004), 23
[9] Hasan Sutanto,Homiletik, (Malang:Literatur SAAT, 2007),  131

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...