Minggu,
2 Juni 2019 EXAUDI
Penyertaan
Allah Bagi Orang Yang Setia
Daniel 3:21-29
Pendahuluan
Ketika kita membaca kisah Sadrak, Mesak
dan Abednego (SMA) ini, sangat mungkin sekali yang muncul dalam benak kita
adalah kisah heroik dari tiga hamba
Tuhan yang mempertaruhkan nyawanya demi iman mereka kepada Tuhan. Ketika membaca
dan merenungkuan kisah SMA ini penulis berfikir apakah masih ada orang yang
seperti SMA ini hidup di zaman milenial ini? Tidak.. tidak banyak lagi orang
yang memiliki iman seperti mereka, asumsi penulis berdasar pada berita pada
media cetak dan online yang banyak memuat bahwa orang-orang dizaman ini banyak
meninggalkan Tuhan nya beralih menyembah allah lain hanya karena keinginan
daging, iming-iming harta, tahta/jabatan dan hal lain yang berpotensi untuk
meninggalkan kepercayaan nya.
Biasanya
alasan clasik yang dapat kita dengar, semisal jika orang Kristen yang meninggal
Yesus sebagai Tuhan nya ialah, “semua agama itu sama, semua mengajarkan
kebaikan, atau walaupun di KTP saya beragama non-Kristen, tetapi kan di hati
tetap Yesus”. Pada kesempatan kali ini, kita dapat pembelajaran yang sangat
relevan untuk kita teladani dalam kehidupan Kristen di zaman ini, kisah tiga
orang hebat yang rela mati demi iman nya kepada Tuhan, yang imannya tidak
terbayar oleh keingin daging, harta, tahta dan jabatan. Bagaimana kisahnya? Marlah
kita renungkan dalam point pembahasan.
Pembahasan
Kisah ini bermula ketika raja
Nebukadnezar membuat putung emas untuk di sembah oleh sluruh staf kerajaan (ay.
3:1-2). Diantara staf kerajaan tersebut ada orang Yahudi yang bernama SMA yang
tidak mau menyembah sujud pada patung yang dibuat oleh raja Nebukadnezar. Raja murka
dan membuat titah barang siapa yang tidak mau menyembah patung tersebut akan di
masukkan ke dalam perapian yang menyala-nyal (11). Ancaman yang sangat mengerikan
itu tidak ditakuti oleh SMA, ketika raja bertanya dewa mana yang dapat melepaskan kamu dari tangan ku? Mereka menjawab, tidak ada gunanya kami memberi jawaban,
jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan
kami dari perapian yang menyala-nyala itu, seandainyapun tidak, kami tidak akan
memuja dewa dan tidak akan memuja patung emas yang raja dirikan. Pelayan
yang Meresikokan Diri, Sadrakh, Mesakh dan Abednego sedang berada di dalam
tekanan yang besar dari politik dan pemerintahan, tetapi mereka tetap berdiri.
Mereka berdiri di sana dengan meresikokan diri untuk mati. Perapian yang
telah dipersiapkan untuk memanggang/ membakar SMA sangatlah panas, bahkan orang
yang mengangkat mereka dalam perapian itu mati terbakar. Tetapi iman mereka
telah melepaskan mereka dari maut, Allah menyertai mereka, dan hal itu
disaksikan oleh raja dan seluruh staf kerajaan, sehingga mereka disuru keluar
dari perapian itu. Atas keteguhan iman mereka berbuah manis, sehingga raja
mengeluarkan titah yang tidak dapat di duga sebelumnya, bahwa setiap orang,
bangsa, suku atau bahasa manapun yang menghinan Allahnya Sadrak Mesak dan
Abednego akan dipenggal dan rumahnya dirobohkan. Bahkan SMA pun dapat jabatan
ataupun kedududkan yang tinggi di kerajaan Babel.
Masalah sosial, psikologis dan fisik
yang di alami oleh SMA ini sangat berat, dimana mereka harus siap menghadapi
tekanan dari orang-orang sekitar yang memilih mau mnyembah patung, mereka juga
harus siap kehilangan sanak saudara (keluarga), mereka akan kehilangan jabatan
dalam kerajaan, dan harus mati menahan api yang menyalah-nyala. Tapi komitmen
hebat dari mereka, yang berkata “seklipun Allah tidak menolong” mereka tidak
akan menyembah patung tersebut.
Kesimpulan dan Renungan
Jika kita mau menjadi saksi iman,, mau menyaksikan
iman kita, atau melalui kita Tuhan di permuliakan, tidak harus menunggu situasi
seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego baru kita mau beriman, tetapi juga harus
di mulai dari komitmen untuk tetap setia,, dalam ungkapan yang ekstrim Sadrakh,
Mesakh dan Abednego menyatakan bahwa,, jika Tuhan tidak menolong (jika
seandainya tidak), kita harus tetap hidup sesuai dengan kehendak Allah. Semisal
jika hari ini kita tidak memiliki uang, dan seandanya Tuhan tidak memberikan
berkatnya, janganlah klita mencuri, atau seandanya penyakit yang kita alami
belum mengalami kesembuhan, janganlah kita mau meninggalkan Tuhan dengan cara
datang ke praktek perdukunan dan meminta kesembuhan dari sana. Kita harus tetap
pada pendirian bahwa hanya Tuhanlah yang harus kita sembah, dan hanya Tuhanlah
yang harus kita muliakan. Harta, tahta dan keinginan daging hanyalah sementara
jangan jadi hambatan kehidupan kekal kita bersama Tuhan. Amen..
No comments:
Post a Comment