Wednesday, August 26, 2020

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis

Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan

Ev : Matius 27: 1-10

Pengantar

Era globalisasi ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bermigrasi kerja ke negara lain yang berekonomi lebih maju karena alasan kemiskinan yang mendorong mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Kehidupan masyarakat yang terperangkap dalam kemiskinan itu, menjadi lahan yang ideal bagi sekelompok orang untuk memperdagangkan dan mengeksploitasi para buruh, calon buruh, perempuan dan anak-anak. Selain alasan kemiskinan banyak faktor lain terjadinya trafficking di dalam kehidupan manusia antara lain : Skill atau kemampuan, lapangan kerja yang semakin sempit, dsb.

Pembahasan Nats / Refleksi

Apa yang dicatat dalam pasal ini merupakan bagian daripada peristiwa penting dalam perjalanan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Peristiwa penjualan Yesus ini adalah bukti bahwa trafficking sudah ada sejak dahulu walaupun peristiwa ini merupakan bagian penting di dalam sejarah keselamatan orang-orang yang percaya. Peristiwa ini dimulai dengan pembelengguan Yesus dan dibawa kehadapan Pilatus, wali negri pada saat itu (1-2). Pilatus dikenal sebagai wali negri yang keras, bertangan besi dalam memimpin pada waktu itu. Ini adalah bagian penggenapan seperti yang sering dikatakan oleh Yesus bahwa Ia akan diserahkan kepada orang bukan Yahudi. Ketika Yudas melihat bahwa keputusan yang dijatuhkan kepada Yesus adalah hukuman mati menyesallah Yudas. Bukti daripada penyesalannya adalah ia mengembalikan tiga puluh keping perak yang ia terima sebagai akibat daripada tindakannya yang menyerahkan Yesus. Menyesallah Yudas mengandung makna bahwa ia sedang dirundung duka, rasa putus asa, dan murka pada dirinya sendiri. Bukti penyesalan Yudas adalah dia juga mau memberikan pengakuan “aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (4). Dia mengakui bahwa Yesus tidaklah bersalah, dan pengakuannya itu merupakan bukti bahwa kemuliaan Kristus adalah nyata untuk menebus orang-orang berdosa dengan mengorbankan dirinya yang tak bersalah untuk disalibkan. Dengan penuh kesadaran Yudas mengakui bahwa dia telah berdosa karena menyerahkan Yesus demi tiga puluh keping perak. Tanda penyesalah Yudas juga adalah ketika dia melemparkan tiga puluh keping perak ke dalam bait Allah dan mengakhiri hidupnya dengan menggantung dirinya. Bagi Yudas Iskariot kesalahannya adalah fatal maka cara satu-satunya adalah dengan mengakhiri hidupnya. Ini bukanlah tindakan yang patut dicontoh karena akan lebih baik seseorang yang bersalah haruslah ia bertobat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan sebelumnya (5). Dalam tradisi mereka pada saat itu ketika seseorang mengambil uang yang telah dilemparkan sebagai akibat dari uang darah adalah najis oleh karena itu para imam mengatakan bahwa “tidak diperbolehkan memaksukkan uang ini kedalam peti persembahan sebab ini uang darah” (6). Akhirnya uang itu digunakan untuk membeli tanah dan sampai saat ini tanah itu disebut sebagai tanah darah yang digunakan untuk menguburkan orang-orang asing. (8-10).

Refleksi

Perdagangan manusia adalah tindakan yang sangat tidak terpuji dan sangat berlawanan dengan Firman Tuhan. Penjualan Yesus yang dilakukan oleh Yudas adalah contoh perdagangan manusia sekalipun tujuan sebenarnya kisah ini adalah untuk menggenapi kemuliaan Tuhan seperti yang sudah di firmankan. Banyak yang menyebabkan orang-orang tidak terkecuali orang percaya jatuh kepada praktek ini antara lain : kemiskinan, tingkat pendidikan, lapangan kerja, keterampilan atau skill, bencana alam, dsb. Yang harus kita lakukan sebagai gereja (orang percaya) adalah membuat pelatihan dengan memberdayakan jemaat yang memiliki kemampuan (skill) tertentu untuk mendukung jalannya roda ekonomi di dalam rumah tangga. Gereja tidak seharusnya hanya mengurusi masalah moral tetapi ikut peduli kepada jemaat-jemaat di dalam ekonominya agar terhindar dari praktek trafficking.



Minggu, 13 September 2020, 14-Set Trinitatis

Tema : Kenikmatan Dunia Adalah Kesiasiaan

Ev : Pengkhotbah 2 : 4-11

Pendahuluan

Individualistis di zaman modern seperti ini semakin meningkat ditambah dengan kecanggihan teknologi yang semakin maju membuat semua orang lebih mementingkan diri sendiri. Banyak orang yang hanya asik dengan dirinya sendiri oleh karena kenikmatan dunia yang ia rasakan membuat ia lupa akan identitas sebenarnya bahwa ia adalah orang percaya. Menikmati apa yang ditawarkan oleh dunia termasuk : teknologi, harta atau materi, pangkat atau jabatan harus di dalam hikmat Tuhan karena sejatinya itu semua adalah sementara, walaupun sementara dapat membuat seseorang lupa diri dan meninggalkan Tuhan. Pengkhotbah mengatakan semua adalah sia-sia. Kenikmatan dunia adalah sia-sia.

Pembahasan / Isi

Kitab pengkhotbah adalah kitab yang ditulis oleh raja Salomo (1:1) yang mengungkapkan bagaimana pengalaman hidupnya bersama Tuhan. Pengkhotbah mencoba untuk mencari makna daripada hidup yang sebenarnya dalam berbagai situasi baik senang ataupun kenikmatan dunia tersebut. Semua kesenangan fisik yang tersedia baginya : pekerjaan yang besar, rumah-rumah, kebun anggur (4), membuat taman buah (5), kolam-kolam untuk mengairi pohon-pohon muda (6). Selain itu pengkhotbah memperlihatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan mendatangkan nikmat berupa materi yang lebih dari cukup sehingga pengkhotbah dapat membeli budak untuk mengurusi segala keperluan di dalam kehidupan si pengkhotbah itu sendiri. Ternak yang dimilikinya melebihi siapapun yang ada di Yerusalem (7), dengan banyak harta apapun yang ingin dimiliki oleh si pengkhotbah dapat tercukupi semuanya sampai kepada gundik dan biduanita-biduanita yaitu hal-hal yang mendatangkan dosa pun bisa dimilikinya oleh karna harta dunia yang dimiliki (9).. Tidak dapat disangkal bahwa segala yang dimiliki oleh pengkhotbah di dalam kehidupannya adalah hasil kerja kerasnya. Pengkhotbah berambisi mengejar berbagai hal yang istimewa dan besar. Pengkhotbah memusatkan perhatiannya kepada kesenangan dan nikmat duniawi sebagai sumber yang paling utama dalam mendatangkan sukacita. Dia membekali dirinya dengan anggur, perempuan-perempuan, dan nyanyian dengan berbagai kemewahan yang dimilikinya, tapi pada akhirnya dia menyerah akan dirinya sendiri bahwa semuanya itu tidak memberikan kesenangan atau kepuasan yang kekal di dalam hidupnya. Walaupun ia adalah orang besar, bahkan lebih besar dari siapa pun yang ada pada masa itu. Ia benar-benar sadar bahwa semua yang dimilikinya pada masa hidupnya tidak ada artinya karna baginya semua adalah sia-sia. “lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang taka da keuntungan di bawah matahari” (11). Inilah titik balik daripada perenungan sang pengkhotbah akan segala nikmat duniawi yang dimilikinya bahwa tidak ada keuntungannya. Menjaring angina memiliki pengertian bahwa tidak ada habisnya kalau kita mengumpulkan harta dunia ini karena harta dunia ini seperti angina yang sebentar akan pergi dan sebentar akan datang. 

Refleksi

Salomo adalah seorang raja yan kaya-raya, terkenal, berhikmat, serta telah menikmati keindahan dunia ini. Akan tetapi baginya menikmati hidup bukanlah terletak kepada harta yang berlimpah, keberhasilan atau prestasi tertentu di dalam pekerjaan melainkan terletak kepada anugrah yang masih diberikan oleh Tuhan untuk menikmati hidup ini. Pengajaran yang ingin disampaikan adalah tidak ada gunanya mengejar harta duniawi akan lebih baik milikilah rasa mengucap syukur di dalam kehidupan atas apapun yang dimiliki di dalam hidup dan milikilah kualitas hidup yang baik bersama dengan Tuhan dengan itu segala sesuatu pasti akan ditambahkan oleh Tuhan di dalam kehidupan kita.





Minggu, 20 September 2020, 15 Set-Trinitatis

Ev : Lukas 17 : 26-37

Tema : Allah Menyatakan Kuasa-Nya Melalui Bencana Alam

Pendahuluan

Berita tentang bencana alam begitu sering menghiasi media-media massa di Indonesia beberapa tahun terakhir. Hal itu di karenakan banyak bencana alam yang telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia, dari bencana alam yang tidak terlalu menimbulkan kerugian yang banyak (misal: banjir rutin yang terjadi di beberapadaerah) sampai dengan bencana alam yang fatal, yang menimbulkan korban yang sangat besar, baik materi maupun nyawa manusia (Tsunami, Banjir Bandang, Gempa Bumi, Tanah Longsor, Gunung Meletus, dll.). Tidak ada satu pihakpun (baik pribadi maupun pemerintah di dunia ini) yang dapat/berani menjamin bahwa bencana alam tidak akan terjadi lagi di masa mendatang. Ancaman terjadinya bencana alam yang lebih dahsyat lagi (walaupun hal ini sangat tidak diharapkan) tetap menghantui hidup manusia. Sangat menarik yang menjadi Thema khotbah kita pada minggu ini adalah Allah menyatakan Kuasanya melalui bencana Alam. Banyak cara yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan kehadiran-Nya di tengah-tengah manusia. Salah satu tanda itu adalah dengan adanya bencana alam. Salah satu diantaranya adalah Gempa Bumi. Di dalam PL disebutkan beberapa kali penampakan Tuhan kepada umat-Nya, misalnya dalam perjalanan umat Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, Allah menampakkan diri kepada umat-Nya di gunung Sinai (Kel. 19:18). Dalam ayat itu dinyatakan bahwa seluruh gunung Sinai “gemetar sangat.” Kedua kata tersebut menjelaskan adanya gempa bumi, dimana gunung itu bergoyang sedemikian rupa, yang membuat umat Israel sangat ketakutan karena Allah hadir di tengah-tengah mereka

Pembahasan/Isi

Sejatinya Lukas 17 ini menngisahkan tentang perkataan Yesus mengenai kedatangan Kerjaan Allah. Orang-orang Farisi beranggapan bahwa apabila Yesus itu Mesias, Dia akan memperkenalkan pemerintahan-Nya dengan cara segera menyatakan kuasa dan menaklukkan negeri itu secara lahiriah. Yesus mempunyai program yang berbeda, dan jawaban-Nya. Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah. Yesus menggambarkan kedatangan kerajaan Allah itu seperti kedatangan bencana  (seperti: air bah pada zaman nuh dan hujan belerang pada jaman lot) Melalui jawaban Yesus terhadap pertanyaan orang Farisi (20).

Terkait pada thema khotbah “Allah menyatakan kuasaNya melalui bencana Alam”, Bencana alam, apapun itu, selalu terjadi atas ijin Tuhan. Namun ini bukan berarti Dia yang menjadi penyebab, apalagi sumber dari segala malapetaka itu. Tidak pernah terbesit di hati-Nya sedikit saja keinginan melihat manusia mengalami penderitaan yang besar (yang seharusnya tidak perlu terjadi) apalagi bersuka hati melihat sejumlah besar jiwa binasa. Dia bukan Allah yang suka mempermainkan ciptaan-Nya semena-mena demi sebuah keisengan dan hiburan semata. lkitab berkali-kali menyiratkan pesan bahwa penyebab suatu bencana alam terjadi adalah karena perbuatan manusia sendiri. Entah karena secara langsung manusia 'merusak' keseimbangan alam atau secara rohani, mereka melakukan dosa-dosa dan kejahatan yang telah melampaui batas kesabaran Tuhan sehingga Ia harus menjalankan penghakiman-Nya. Selain itu, tempat dimana suatu malapetaka terjadi berhubungan erat dengan kejatuhan rohani mayoritas orang yang berada di wilayah tersebut. Hal ini nampak dari kebinasaan yang dijatuhkan atas Sodom dan Gomora. 

Refleksi

Ketika bencana terjadi, kadang-kadang tidak mudah untuk melihat sesuatu dari sudut pandang Tuhan. Kita tidak mungkin dapat mengidentifikasi mengapa bencana terjadi, tapi kita harus selalu siap untuk mengambil tindakan. Sebagai contoh, kita harus: Percayalah bahwa Tuhan tahu apa yang dia lakukan dengan membiarkan bencana terjadi, dan bahwa ia dapat mendatangkan kebaikan dari situasi buruk. Bagian kita, tatkala mengalami atau mengetahui adanya bencana, adalah menyelidiki hati kita dan mencari tahu maksud hati Tuhan. Selain bantuan dan dukungan secara materiil terus dialirkan kepada orang-orang yang terkena bencana, setiap orang harus merenung dan meratapi keadaan hati dan hidup kita yang membuat Tuhan mengijinkan sesuatu yang buruk terjadi atas kita. 




Minggu, 27 September 2020, 16 Set- Trinitatis

Tema : Kepedulian Terhadap Disabilitas

Ev : 2 Samuel 9 : 1-8

Pendahuluan

Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan yang dimaksud adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya sehingga kesulitan dalam melaksanakan tugas atau tindakan. Istilah yang sering kita dengarkan pada penyandang disabilitas adalah “cacat” (fisik dan mental). Akan tetapi sering perkembangan waktu mereka tidak lagi disebut cacat akan tetapi disabilitas “sebagai seseorang yang memiliki kemampuan dalam menjalankan aktivitas berbeda” yang perlu diperhatikan dan dibantu oleh orang yang normal karena mereka memiliki keterbatasan.

Banyak ayat alkitab yang menyarankan kita manusia untuk peduli pada orang penyandang disabilitas, secara khusus dalam thema minggu ini “Kepedulian Terhadap Disabilitas” kita diingatkan kembali melalui kitab 2 Samuel untuk memberikan kontribusi mengasihi sasama manusia, dan khususnya kepada penyandang disiabilitas.

Keterangan Nast

Seorang yang bermusuhan biasanya menyimpan dendam turun-temurun, dendam yang sulit dilupakan, dendam yang diusahakan untuk dibalas. Raja Daud dimusuhi Saul, raja pendahulunya. Daud tidak mendendam, malah mengasihi Yonatan, putra Saul. Ia juga ingin menunjukkan kasih Allah kepada keturunan Saul, dan ia menemukan Mefiboset, cucu Saul (ay. 2, 3). Diayatnya yang pertama dapat kita lihat bahwa daud berkata “maka aku akan menunjukkan kasih ku kepadanya oleh karena Yonatan” Persahabatan Daud dengan Yonatan dinampakkan juga kepada anak Yonatan, Mefibosyet. Kebiasaan saat itu, seorang raja yang menang, membunuh semua anggota keluarga raja yang dikalahkannya. Mereka diangap ancaman karena dapat saja suatu saat memberontak. Bagi Daud, membagikan kasih Allah dan memelihara kesetiakawanan adalah lebih utama daripada keinginan mempertahankan takhta kerajaan. Kasih Allah itulah yang mendasari persahabatannya dengan Yonatan. Persabahatan Kristen yang benar dan langgeng pun didasarkan pada kasih Allah. Persahabatan yang dirasakan oleh Daud ini juga perluh kita renungkan, marilah kita menjadi sahabat bagi semua orang karena tidak dapat dipungkiri bahwa kita adalah mahkluk social yang tidak dapat hidup dengan sendirinya, artinya kita membutuhkan manusia yang lain untuk tetap dapat bertahan hidup. Sehingga ketika kita berada pada posisi perlu untuk diperhatikan ataupun pertolongan maka saudara-saudara kita yang lain akan memperhatikan kita. Bukan hanya itu, bahkan ketika keturunan kita (anak-cucu kita) memerlukan pertolongan karena orang-orang mingingat sikap baik kita maka keturunan kita itu akan diperdulikan.  

Kasih menjadi nyata. Kasih Allah ini dinampakkan Daud bukan hanya dengan cara tidak membunuh Mefiboset, tetapi ia memberikan seluruh milik Saul kepadanya dan mengijinkannya makan semeja dengan Daud. Yang diterima oleh Mefiboset ini adalah sesuatu yang luar biasa. Mefisboset merasa ia hanya layak diperlakukan seperti bangkai anjing, tetapi Daud memberikan kehormatan yang luar biasa. Kasih sejati seperti yang dinyatakan oleh Daud dengan memberikan yang istimewa, bukan sesuatu yang bekas dan tidak berharga. Daud membuktikan kedekatan-Nya dengan Allah melalui kasih dan kebaikannya pada setiap orang, bahkan kepada orang yang telah berlaku jahat kepadanya. Banyak orang mengaku dirinya memiliki hubungan yang baik dan dekat dengan Allah, tetapi ia tidak menunjukkan kasih kepada sesama. Jika kita memiliki hubungan dekat dengan-Nya, kita akan mewarisi karakter-Nya, yaitu membalas air tuba dengan air susu. 

Refleksi

Daud tidak membiarkan Mefisobet hidup di dlam kepahitan hidup. Ungkapan kasih yang sangat berbeda yang diperlihatkan oleh Daud kepada Mefiboset yang menentang arus yang ada pada waktu itu. Ikatan persahabatan yang dibangun antara Daud dan Yonatan, ikatan persahabatan yang dibangun atas dasar kasih Tuhan. Seperti itulah kasih Tuhan kepada kita, kita yang tidak layak dan berdosa dilayakkan Tuhan di dalam pengorbanannya di kayu salib untuk menebus dosa kita manusia. Mengubahkan ketidaklayakan di dalam anugrah pengorbanan kepada manusia.

Refleksi 

Persahabatan yang dibangun atas dasar kasih Tuhan adalah persahabatan yang akan memberikan dampak positif bagi setiap insan manusia.

Disabilitas bukan hal yang tabu di tengah masyarakat, melalui cerita ini kita diperlihatkan bagaimana kasih yang tulus yang ditunjukkan Daud kepada Mefiboset.

Mengasihi sesama manusia adalah tugas yang utama karna Allah lebih dahulu mengasihi kita maka tugas kita adalah mempersaksikan kasih itu untuk orang-orang di sekitar kita

Thursday, May 2, 2019

Johannes 15:1-8 Minggu, 12 Mei 2019 Jubilate


Minggu, 12 Mei 2019 Jubilate
Tema: Tinggal dan Berbuah di Dalam Yesus
Evangelium: Johannes 15:1-8
Tinggal berarti menetap. Pemahaman on ma na di pangke Jesus laho pasahatton pangajarionna tu angka naporsea tu Ibana, ingkon do tinggal manang menetap sepenuhna di bagasan Kristus Jesus i. perumpamaan na di ajarhon Jesus taringot hubungan ni halak na porsea tu Ibana, tudos ma I tarsongon hau anggur dohot ranting na. boasa di bahen Jesus tudosan tu hau anggur?, Alana taringot tu hau anggur ima sada suan-suanan na sangat di mengerti  halak Israel dari berbagai lapisan, boi ta ida di 4 Musa: 13:20-24; 5 Musa 6:11, ia hau anggur sada suan-suanan na sangat umum di halak Israel. Dalam perawatanna, ia angka ranting naso manghasilhon parbue (buah) di potong doi asa unang menghalangi tu tunas ranting na imbaru, asa tetap marparbue hau anggur i.
Hatorangan
Molo tapaihut-ihut do panjahaionta tu surat ni Johannes 15:1-8 on ia Jesus di patudos do tu hau anggur, jala murid-murid ma ranting na. Molo di Padan na Robi (PL), ia halak Israel didok do porlak anggru ni Tuhan I (Yes. 5:7) na marlapatan doi ia nampuna porlak i, ima Tuhan i. Jadi boi dohonon Tuhan memiliki otoritas penuh manang aha sibaenonna asa porlak nani holongi roha-Na I boi manghasilhon parbue na denggan situtu. Molo ta sangkut pauthon do nast ni jamita on tu dunia pekerjaan, ia parkarejo (kariawan) molo dapot tugas sian bos na asa barang produksi na di karejoi parkarejoi dapot sesuai target na naung di tontuhon jala berkualitas baik, jala di pangidohon bos ni perusahaan ido asa sude parkarejoi serius mangkarejoi karejona, molo ndang sesuai dohot na naung di targethon konsekwensina di pecat. Tontu sahali parkarejoi pasti do dengan serius jala manat-manat mangkarejoi sikarejoaanna I asa dapot sesuai dengan target jala memiliki kualitas yang baik. Boha cara ni parkarejoi asa boi mandapot hasil na songon roha ni bos nai, tontu sahali ingkon do parkarejoi mengikuti prosedur manang tatakerja nanaung ditetaphon di perusahaan i. suang songoni do tong taringot tu turpuk ni jamita di partingkian on, adong do prosedur na naeng sitiopon ni halak Kristen asa tetap marparbue anggur yang memiliki kualitas yang baik. Prosedur na dimaksud ima ingkon mian dibagasan Jesus (Ayat 4). Ia angka ranting naso marparbue di gotap ma I jala di tutung. Hubungan antara ranting dohot hau anggur boi dohonon sada hubungan na melekat, asa boi tetap mangolu ranting I ingkondo tergantung tu bonana.
            Adong hal na menarik taringot tu ranting, ia ranting boi dohonon memiliki kemiripan bahkan persis sama dohot bona na. Na mambendahon bona dohot ranting na, ia bona I umbalga dohot sekaligus sumber kekuatan na maniop ranting I. Ia molo ranting ummetmet doi jala gale na membutuhon bonana gabe parsigantungan na. keberhasilan ni sebuah ranting boi di nilai apakah ranting I marparbue manang daong. Ndang boi ranting I dengan sendirina marparbue, ingkon do ranting I marsihohot tu bonana asa boi tetap mangulu jala marparbui.
            Aha do makna ni pangajarion ni Jesus taringot tu hau anggur on tu angka murid-Na nang tu hita halak naporsea?. Hita jolma manisia ingkon do songon ranting na marsigantung tu bona na. hita ma ranting Jesus I ma bona na, asa boi hita marpabue ingkon do hita marsihohot tu Ibana. Molo dang mian hita dibagasan Ibana “Jesus dibagasan hita, hita di bagasan Ibanandang tarula hita agia aha anggo so mardongan Ibana (ay. 5).  
 Ahado parbue na di maksud i? ia parbue ni anggur, ima sada buah na memiliki dai na tonggi, bergizi/ bervitamin dohot boi mambaen sehat angka jolma na manganhonsa. Aha do artina di parngoluon ta, boa do cara na asa boi hita tudos tu ranting na marparbue i? molo talanjut do manjaha kitab ni si Johannes bindu 15 on, di ayat 9-17 di patorang Jesus do dengan jelas asa sude jolma I marsihaholongan sesama nasida.
Sipahusor-husoron
Marhite turpuk on naeng ma hita mangida tu pudi pardalanan ni ngolunta, nungnga halak Kristen na marparbuehon parbue nadenggan hita? Parbue nadenggan I boi do marragam rumangna, semisal nungnga adong donganta jolma na boi ta urupi,  boi mai marhite sipanganon dohot siinumon, manang manosoi roha ni donganta asa termotivasi ibana patupa nadenggan di parngoluonna, manang asa gabe parholong ni roha ibana disiala na naung ta haholongi ibana, dohot angka pabahenan asing. Molo ndang songoni dope parbue ta, tapajonok ma tu Tuhan ta I, ai Ibana do sumber ni parbue nadanggan di parngoluonta, molo nungnga songoni hita, sai ta tambai ma parbue nadenggan I, asa gabe ranting na di halomohon Tuhan I hita. Amen..


Daniel 3:21-29 Minggu, 2 Juni 2019 EXAUDI Penyertaan Allah Bagi Orang Yang Setia


Minggu, 2 Juni 2019 EXAUDI
Penyertaan Allah Bagi Orang Yang Setia
Daniel 3:21-29
Pendahuluan
Ketika kita membaca kisah Sadrak, Mesak dan Abednego (SMA) ini, sangat mungkin sekali yang muncul dalam benak kita adalah kisah heroik dari tiga hamba Tuhan yang mempertaruhkan nyawanya demi iman mereka kepada Tuhan. Ketika membaca dan merenungkuan kisah SMA ini penulis berfikir apakah masih ada orang yang seperti SMA ini hidup di zaman milenial ini? Tidak.. tidak banyak lagi orang yang memiliki iman seperti mereka, asumsi penulis berdasar pada berita pada media cetak dan online yang banyak memuat bahwa orang-orang dizaman ini banyak meninggalkan Tuhan nya beralih menyembah allah lain hanya karena keinginan daging, iming-iming harta, tahta/jabatan dan hal lain yang berpotensi untuk meninggalkan kepercayaan nya.
 Biasanya alasan clasik yang dapat kita dengar, semisal jika orang Kristen yang meninggal Yesus sebagai Tuhan nya ialah, “semua agama itu sama, semua mengajarkan kebaikan, atau walaupun di KTP saya beragama non-Kristen, tetapi kan di hati tetap Yesus”. Pada kesempatan kali ini, kita dapat pembelajaran yang sangat relevan untuk kita teladani dalam kehidupan Kristen di zaman ini, kisah tiga orang hebat yang rela mati demi iman nya kepada Tuhan, yang imannya tidak terbayar oleh keingin daging, harta, tahta dan jabatan. Bagaimana kisahnya? Marlah kita renungkan dalam point pembahasan.
Pembahasan
Kisah ini bermula ketika raja Nebukadnezar membuat putung emas untuk di sembah oleh sluruh staf kerajaan (ay. 3:1-2). Diantara staf kerajaan tersebut ada orang Yahudi yang bernama SMA yang tidak mau menyembah sujud pada patung yang dibuat oleh raja Nebukadnezar. Raja murka dan membuat titah barang siapa yang tidak mau menyembah patung tersebut akan di masukkan ke dalam perapian yang menyala-nyal (11). Ancaman yang sangat mengerikan itu tidak ditakuti oleh SMA, ketika raja bertanya dewa mana yang dapat melepaskan kamu dari tangan ku? Mereka menjawab, tidak ada gunanya kami memberi jawaban, jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, seandainyapun tidak, kami tidak akan memuja dewa dan tidak akan memuja patung emas yang raja dirikan. Pelayan yang Meresikokan Diri, Sadrakh, Mesakh dan Abednego sedang berada di dalam tekanan yang besar dari politik dan pemerintahan, tetapi mereka tetap berdiri. Mereka berdiri di sana dengan meresikokan diri untuk mati. Perapian yang telah dipersiapkan untuk memanggang/ membakar SMA sangatlah panas, bahkan orang yang mengangkat mereka dalam perapian itu mati terbakar. Tetapi iman mereka telah melepaskan mereka dari maut, Allah menyertai mereka, dan hal itu disaksikan oleh raja dan seluruh staf kerajaan, sehingga mereka disuru keluar dari perapian itu. Atas keteguhan iman mereka berbuah manis, sehingga raja mengeluarkan titah yang tidak dapat di duga sebelumnya, bahwa setiap orang, bangsa, suku atau bahasa manapun yang menghinan Allahnya Sadrak Mesak dan Abednego akan dipenggal dan rumahnya dirobohkan. Bahkan SMA pun dapat jabatan ataupun kedududkan yang tinggi di kerajaan Babel.
            Masalah sosial, psikologis dan fisik yang di alami oleh SMA ini sangat berat, dimana mereka harus siap menghadapi tekanan dari orang-orang sekitar yang memilih mau mnyembah patung, mereka juga harus siap kehilangan sanak saudara (keluarga), mereka akan kehilangan jabatan dalam kerajaan, dan harus mati menahan api yang menyalah-nyala. Tapi komitmen hebat dari mereka, yang berkata “seklipun Allah tidak menolong” mereka tidak akan menyembah patung tersebut.
Kesimpulan dan Renungan
Jika kita mau menjadi saksi iman,, mau menyaksikan iman kita, atau melalui kita Tuhan di permuliakan, tidak harus menunggu situasi seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego baru kita mau beriman, tetapi juga harus di mulai dari komitmen untuk tetap setia,, dalam ungkapan yang ekstrim Sadrakh, Mesakh dan Abednego menyatakan bahwa,, jika Tuhan tidak menolong (jika seandainya tidak), kita harus tetap hidup sesuai dengan kehendak Allah. Semisal jika hari ini kita tidak memiliki uang, dan seandanya Tuhan tidak memberikan berkatnya, janganlah klita mencuri, atau seandanya penyakit yang kita alami belum mengalami kesembuhan, janganlah kita mau meninggalkan Tuhan dengan cara datang ke praktek perdukunan dan meminta kesembuhan dari sana. Kita harus tetap pada pendirian bahwa hanya Tuhanlah yang harus kita sembah, dan hanya Tuhanlah yang harus kita muliakan. Harta, tahta dan keinginan daging hanyalah sementara jangan jadi hambatan kehidupan kekal kita bersama Tuhan. Amen..

Khotbah:Filipi 2:5-11 Kamis, 30 Mei 2019 Kenaikan Tuhan Yesus


Kamis, 30 Mei 2019 Kenaikan Tuhan Yesus
Thema:Yesus Ditinggikan
Khotbah:Filipi 2:5-11
I.                   Patujolo
Dung tajaha Filipi 2:5-11 on, mungkun sahali songon na soadong do hubungan ni turpuk on tu parningotan ni hananaek ni Tuhan Jesus tu banua ginjang. Biasa na jamita nasering ta bege taringot tu parningotan ni hananaek ni Tuhan Jesus ima sian bukku ni evangelium ni si Matius- Johannes di bindu-bindu na parpudi, songon dia Tuhan I dung 40 ari dung mangolo sian na mate Ibana, borhat ibana tu banua ginjang. Di partingkianon hita manaringoti habobongot ni Tuhan I marhite surat ni Apostel Paulus tu huria Filipi. Alai molo tarimang-rimangido adong hal na berbeda di tawarhon tu hita laho manaringoti (mangingot) hananaek ni Tuhan i.Songondia do hatorangan na? tapaihut-ihut ma di hatorangan ni turpuk.
Pembahasan
Marhite torpuk on di arahon Apostel Paulus do huria na adong di luat Filippi asa paserephon dirina songon paroha ni Jesus Kristus. Di patorang apostel Paulus do hadirion ni Jesus na manadingkon hamuliaonNa, patutoru diriNa gabe suman tu jolma manolukhon rupa ni hatoban (hamba/ pelayan) na olo mate do ibana marhite pelayanan nai di hau pinarsilang. Boasa ma di dok Apostel Paulus songoni? Di hatiha i adong permasalahan internal na di ida Apostel Paulus na berpotensi manggurgari hasadaon na adong di huria Filipi, ima sikap na mamentingkon diri sendiri na so memperdulihon angka jolma na asing. Menanggapi permasalahan i, Apostel Paulus mangajak angka huria na adong di Filipi asa pasa dahon pingkiran, roha nang perasaan songon parrohaon ni Kristus Jesus i (2:5). Tontu salahi permasalahan na songon di alami huria na adong di Filipi on ro do tu parngoluonta, baik na marhuria, parsaoranta nang di keluarga ta, alai tong ma sahat haton tu hita, asa songon parohaon ni Jesus i ma nian mangolu di bagasan roha ta.
Sudenai pambahenan ni Jesus I, naeng manian sada etelase manang model nagabe sitiruonta. Aha do naboi ta tiru sian angka pambahenan ni Jesusu i? Haserepon ni rohan  dohot propesionalitas[1] ni Tuhan ima nian mian dibagasan roha nang pingkiranta. Ngolou na serep, narela berkorban, na so mamentingkon diri sendiri, peduli tua angka dongan jala mangulahon nadenggan tu sede halak. Na naeng dohonon ni turpuk on ima taringot tu keteladanan napinasahat ni Jesus, naeng nian adaong  di halak naporsea karakter patoruhon diri jala mansuadahon diri. Boasa didok mansoadahon diri? Mansoadaohon diri ima sada konsep pemahaman na olo mansuadadon hapentingon/ haporluon ni dirina sandiri, demi hapentingon mangulahon angka na ni halomohon ni Tuhan i. Ia tuhan Jesus ba olo do di siksa, di rendahon manang dihna, humongkop dosa ni hita jolam. Hal nasongonan sangat berbanding terbalik sian angka hinalomohon ni jolma, ia hita manisia lebih hirim do rohanta, asa di parsangapi hita, di haholongi, di puji dohot lan na asing, bahkan olo do jolma i manuntun dalam naso nihalomohon Tuhan  asa terwujud ni hinahirim ni roha na i. Alai marhite turpuk on nian marsiajar ma hita sian pangulaon ni Jesus. Songon dia do cara na? Nian naeng ma hita olo manaon angka nahansit naro tu parngoluonta, boi mai tarsongon bura-bura ni jolma na paroa-roahon hita nang ruma tangga ta, jala manaon di haporsukon ni parekonomianta hita, na so olo mangulahon dosa alani sinamot na otik i. Boi pe godang hata na patoruhon diri ta, siala na pogos hita, manang angka pambahenan na merendahon hita, tetap hit satia mangulahon na denggan i. Asa unang mardosa hita, alai gabe sada hamuliaon ma angka na taula di adopan ni Jahowa..
Sipahusorhusoron
Adaong do hata ni Jesus na mandok, ai nasa patimbohon dirina, si paoruon do; jala na paoru dirina, ido sipatimboon (Luk14:11). Songon Jesus na pa patoruhon dirina (ay 8), gabe di patimbo do di ujungna. Bahakan nasa ulu ni tot na di banua ginjang dohot na di tano jala nasa namarhosa marsomba tu Jesus. Suang songoni di hita, molo ta refleksihon do parohaon  nang pambahenan ni Tuhan i di parngoluonta, pos rohanta gabe marmulia ma hita diadopan ni angka jolma manisia nang di jolo ni Tuhan i. Amen



[1] Yesus dengan propesional menjalankan Tugas yang Dia emban dari BapaNya yang disorga, penyerahan diri sepenuhnya terbukti Ia memberikan nyawaNya, demi Tugas yang di Emban-Nya

Evangelium: Lukas 11:1-13 Minggu, 26 Mei 2019 ROGATE


Minggu, 26 Mei 2019 ROGATE
Thema: Tuhan Tangihonma Tangiangku
Evangelium: Lukas 11:1-13
Patujolo
Tarsonggot jala las do roha umbege barita ni si Aldi Novel Adilang, sahalak doli-doli sian Manado na viral bulan Juli na lewat. Ia si Aldi I ma penangkar hian na maringanan di kapal penangkaran na sian hau dohot triplek. Ala gogo do alogo di tanggal 14 Juli 2018 putus ma tali ni jangkar ni Kapal nai, gabe tarapung-apung ma ibana di Samudra Pasifik. Dung pe 49 ari  asa ro kapal kargo na marbendera Panama mangurupi laos mamboan ibana. Dungi sahat ma kapal Kargoi di pelabuhan Tokuyama Jepang di 6 September 2018.  Ndang tardok dokdok ni parsorionna di bagasan 49 ari i. Menurut ni kesaksian na di acara Hitam Putih di Trans7 tanggal 27 September 2018. Selama di tonga laut I bana, aha na dapot sian laut I, inama di pangan jala aek ni laut I nama di inum ibana. Nangali na mohop do ganup ari di taon ibana di tonga ni laut I, songon suara ni galombang I nama partangisonna manaon na hansit i.Bahkan ro do tu pingkiran na asa bunuh diri ibana, alai mauliate ma di Debata ndang saut tahina i. boasa boi ibana manaon galumbang i? didok ibana manjaha Bibel do ibana huhut martangiang. Aha ma tangiang na? tangiang Ale Amanami ma dipandok tamba ni tangiang asa jumpangsa darat. Dipartingkian non pe dipaingot do tu hita marite suratni si Lukas na diajarhon Jesus do tu si seanna taringot tu namartangiang, songon dia penjelasanna? Tapaihut-ihut ma di hatorangan ni turpuk.
Hatorangan
Martangiang boi dohonon sada langka na tarida sederhana, alai berdampak besar. Sangat di sayangkon do godaong do hita halak Kristen na managabaihon tarsingot tu namartangiang. Sialani I godang do halak Kristen na pesimis taringot tu namartangiang, jala godang malas jala maila martangiang. Marhite surat ni si Lukas on  di patorang do tu hita, ia Jesus mangajari siseanna martangiang. Boi ta ida, na sisean nai do namangidohon asa di ajari nasida, jala ndang di tulak Tuhan I pangidoan ni siseanna I, di ajari do nasida ima tangiang Ale Amanami. Dia do na mansai arga si putihanta sian tangiang Ale Amanami on tu parngoluonni partondionta, tontu godang do na boi ondolohonan ta, alai sada na mansai Arga di ajarhon Jesus do tu hita manjou Ama tu Debata. Hubungan ni halak naporsea tu Debata, ndang hubungan na dao hape, alai tarsongon hubungan ni sahalak ama do tu ianakhona, hubungan namansai solhot situtu do hape hubungan ta tu Debata. Huria na nihaholongan dibagasn Jesus Kristus, Songon dia do pengalaman ta manang panghilalaonta taringot tu tangiang Ale Amanai on? Adong do panghilalaan na mansai solhot tu Debata ganup tadok tangiang Ale Amanami? Manang ala somal tadok gabe soadong be panghoruonna?. Ganup ta jouhon “Ale Amanami” ingkon ta sadari jala taahuon na Debata do Amanta jala anak ni Debata do hita. Ndang mardia imbar statusta, pogos manang mora, marpangkat manang ndang. Sude do hita anak ni Debata.
Molo ta rimang-rimangi do isi ni Lukas 11:1-13 on mansai jelas do di patorang Jesus songondia hita martangian. Na parjolo di ayat 2, naeng ma nian tangiang I marisi sada pamujion tu Debata. Na paduahon di Ayat 3 mangido hangoluan siap ari (makanan yang secukupnya) di ajari Tuhan I do asa na tapangido marhite tangiang ingkon sesuai dohot kebutuhan ta, ndang mangido laho tu hapuason ni pardagingonta (keinginan daging). Na patoluhon ayat 4 mangido panesaon ni dosa jala patuduhon sada pertobatan, na olo do tong manesa dosa ni halak namardosa tu hita. Jala mangido asa tontong di dongani Tuhan I hita ni namandalani dalan di parngoluonta.
Mansai burju situtu do Tuhan I, Pangido hamu ma, sai na lehonon do tu hamu: lului hamu ma, sai na jumpangan do hamu; tuktuhi hamu ma, sai ungkapon do di hamu”­. Songon sada ale-ale  namambuka pintu na laho mangurupi dongan na (ayat 5-8), jala songon sada Ama na patupahon na denggan di ianakhon na (11-13), songoni do Tuhan I molo ro hita sian ias ni rohanta mangidohon sipangidoan ta di bagasan tangiangta.
Sipahusor-husoron
Suman do tugoar niminggu ta sadarion, ROGATE lapatanan na martangiang, marhite jamita nasahat tu hita sian buku ni evangelum ni si Lukas on, di ajari do hita martangiang, songon Tuhan Jesus na manjou Ama tu Debata. Asa tong ma hita lam tapasolhot manjouhon Ama pardenggan basai dibagasan tangiangta, dinalao mangido pangurupion Na hombar na hinaringkota di parngoluonta. Ndada holan si Aldi di urupi Debata laho mangalewati galumbang laut I, hit ape tongdo di urupi molo ro hita marsomba marhite tangiangta mangidohon pangurupion ni Jahowa.


Khotbah: Esra 6:13-18 Minggu, 19 Mei 2019 KANTATE



Minggu, 19 Mei 2019 KANTATE
Thema: Marsomba Tu Debata Dibagasan Hasatiaon
Khotbah: Esra 6:13-18
I.                   Patujolo
Cie... nyari referensi ni ye.. heheheh
Erich Henry Liddell sada atlet lari Olimpiade sian Negara Skotlandia na sangat sukses dohot berprestasi. Pada masa kejayaan na, ibana ma paniop rekor lomba lari 100 meter na paling godang maniop medali, jadi ibana ma sada kebanggan sekaligus andalan sian Negara Skotlandia molo mengikuti Olimpiade lomba lari. Sada tingki, ibana diutus mandohoti olimpiade Paris dalam perlombaan 100 meter dohot 400 meter. Ditolak si Erich Henry ma mandohoti lomba 100 meter Alana ketepatan pertandingan na I diselenggarahon pas hari Minggu dengan alasan ibana naeng beribadah tu bagas joro ni Tuhan. Godang ma na marsogoniroha mida ibana, bahkan merasa tertekan do ibana di angka hata na ro manalahon ibana, alai tetap do ibana teguh pada pendirianna i. Kesetiaan ni si Erich Henry on membuahkan hasil, di pertandingan lomba lari 400 Meter ibana ma paniop medali emas. Dibereng Tuhan I do kesetiaan ni si Henry I, jala di lehon do upa disiala na setia ibana. Melalui buku ni panurirang Esra 6:13-18 on, di paingot do hita asa tetap setia marsomba tu Tuhan ta. Unang tarlalap manang moru hasationta alani angka  hasiangan on, alai tapatudu ma hasatiaon I marhite naro hita marsomba tu Debata. Songon dia do penjelasan na? tapaihut-ihut ma di pembahasan ni hatorangan na.
II.               Hatorangan ni Turpuk
Ia si Esra, sada halak na dohot tarbuang rap dohot bangso Israel tu Babel, si boto surat do ibana, jala napistar di bagsan patik ni si Musa. Marihite buku ni Panurirang Esra 6:13-18 on di paboa do tu hita, ia bangso Israel dung mulak sian Babel laho pajonjong kon bagas joro ni Debata hombar tu surat na pinaharuar ni raja Koresih (Sirus) raja sian Persia (ay. 3). Takkas do taboto ia Bagas joro napinajong ni raja Salomo nangnga di segai raja Nebukadnezar raja ni Babel. Molo ta jaha do bindu-bindu sebelumna godang do pergumulan ni bangso I laho pauilihon bagas joro ni Debat i. misalna  si Tatnai  sada pangarajai na adong dibariba ni batang aek Efrat dohot,si Jetar Bosenia  heado naeng manundati pembangunan bagas joro ni Tuhan i. Alai dibindu 6 on nungnga be berlalu masalah i, bahkan 13 di patorang do ia si Tatnai dohot si Jetar ndang be manundati bangso I laho paulihon bagas joro i. di ayat 14 on taido do parsitutuon ni parhalado ni halak Israel laho pajonjongkon bagas joro I asa anggiat tulus aja hatop jonjong (jadi tole ma angka sintua ni halak Juda mangaringkoti ulaon I, jala gira di pasidung, hombar tu hata ni panurirang Haggai dohot Sakaria,…. Diringkoti nasida ma tutu ulaon I jala di pasidung, hombar tu hata ni Debata ni Israel…). Di ayat selanjutna  (15)di patorang di tu hita gira do sidung bagas joro I, dungi marlas ni roha ma halak Israel, angka malim dohot halak lepi, rodi halak angka na asing na mulak sian habuangan babel (16). Sada refleksi do on di hita huria ni Tuhan ta, boi do dohonon gira pe sidung bagas joro i tong do ala Debata na mandongani nasida, jala nasida pe marsada ni roha mangalehon dirina jala patupahon angka na hombar tu pembangunan ni bagas joro ni Tuhan i. Molo taida di partingkian zaman sonari on, godang do pembangunan na di patupa jolma mengalami kesulitan bahkan mangkrak, dan biasana alasan na paling sering ta bege boasa gantung bangunan ni tong do alani sinamot na hurang. Alai di balik nai sebenarna alani hasadaon ni roha do nahurang diangka na patupahon pembangunan i. Alana sada cerminan do on di hita, songon bangso Israel na baru mulak dope sian tano habuangan I, tontu sahali ndang godang sinamot na adong di nasida, alai ala marsada ni roha do nasida laho patupahon pembangunan ni, gira do sidung di ulahon nasida.  Diayat 17-18 di paboa do tu hita ia bangso I ndang lupa mandok mauliate tu Debata, di pelehon nasida do angka pahampahanan nasida dengan jumlah na sangat fantastis songon pataridahon hamauliateon ni nasida tu Debata.
Sipahusorhusoron
Dia do hubungan ni Thema ni jamita sadiron Marsomba Tu Debata Dibagasan Hasatiaon tu turpuk ni jamita dipartingkiannon?, boi do taida sian hasatiaon ni bangso Israel na naeng pajongjongkon bagas joro ni Debata gabe sada bagas panombaon tu Jahowa. Godang do pergumulan na di pangkahilalaon ni bangso I, baoi ma I marhita angka penguasa manang bangso na asing naso marlomoni roha marnida nasida. Alai ndang sumurut hasatiaon ni nasida, totap do dirigkoti nasida laho paulihon bagas joroi. Suang songoni do dihita di partingkian non, molotung pe godang angka na masa diparngoluonta, na padaon diri ta sian jolo ni Tuhanta, unang manian sumurut haporseaon ta, tetap ma hita setia laho marsomba tu Jahowa, marhite di naro hita mandohoti parmingguonta, manang partangianganta, jala marhite pangulahon nadenggan diangka pangalahonta, asa songon bangso Israel I hita, manang songon si Erich Henry I hita na dapotan silasni roha siala Hasatiaonta ro Marsomba tu Jahowa.

Friday, April 5, 2019

Khotbah Bukanlah Stand Up Comedy Oleh: Johannes Nababan , STh


Khotbah Bukanlah Stand Up Comedy
Oleh: Johannes Nababan , STh

D
isuatu ketika adalah seorang Pengkhotbah berkhotbah di suatu Gereja. Pada saat berkhotbah pengkhotbah tersebut menyadari bahwa jemaat yang mendengarkan khotbahnya  tidak serius. Sangat jelas dilihat pengkhotbah  bahwa jemaat sangat bosan mendengar khotbahnya. Sehingga pengkhotbah tersebut berfikir, bagaimana caranya agar jemaat mau mendengarkan khotbahnya dengan serius. Lalu dia membuat sebuah ilustrasi, “ada sebuah ilustrasi” kata pengkhotbah tersebut, secara spontan jemaat langsung kelihatan semangat ingin mendengarkannya. Menyadari keadaan tersebut pengkhotbah melanjutkan khotbahnya. Dulu, ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar saya dapat hadia sebuah sepeda dari orang tua saya, kata pengkhotbah. Ketika saya diberikan sepeda tersebut dari orang tua saya, saya diberi nasehat supaya saya tidak membawa sepeda tersebut ke jalan yang ada turunannya, dengan alasan karena saya masih kecil, tidak mampu menahan rem sepeda dengan kuat, karena apabila itu terjadi saya akan jatuh dan terluka. Saya tidak mengindahkan nasehat orang tua saya, saya malah membawa sepeda saya ke jalanan yang ada turunannya, dan benar saya terjatuh dan terluka. Itulah akibat tidak mau mendengarkan pengajaran dan nasihat orang tua. Mendengarkan ilustrasi tersebut jemaat sangat segar, senang dan tidak ngantuk lagi, lalu pengkhotbah melanjutkan khotbahnya. Saya heran kata pengkhotbah tersebut, “kenapa ketika saya berbicara dari mimbar ini tentang kebodohan saya di sama kecil saya yang tidak mau mendengarkan nasihat orang tua, bapak/ ibu (jemaat) semangat mendengarkannya?” “kenapa ketika saya berbicara tentang Firman Tuhan bapak/ ibu tidak semangat, bosan bahkan ada yang ngantuk?”. Apa yang salah dalam situasi ini?.

Sikap dari Seorang Pengkhotbah
Orang Kristen (jemaat) sangat mendambahkan khotbah yang penuh dengan kata-kata motivasi dan humoris. Sebenarnya tidak ada yang salah mengenai khotbah yang  humoris, yang salah adalah ketika kita sebagai orang Kristen hanya mengingat hal yang humoris tersebut dan melupakan apa pesan Firman Tuhan dalam khotbah yang disampaikan oleh pengkhotbah.
Khotbah  adalah  penyampaian  pesan Tuhan kepada umat-Nya berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, dalam hal ini Alkitab. Alkitab tidak pernah salah dan dapat disalahkan oleh manusia, karena Alkitab adalah Firman Allah. Manusia dapat bersalah dalam menyampaikan Firman Tuhan melalui khotbah. Berkhotbah adalah seni penyampaiaan pesan Tuhan kepada Umat-Nya yang tidak mudah dilakukan, sekalipun ada yang menganggap bahwa berkhotbah itu mudah dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Semua orang bisa berkhotbah, itu benar. Tetapi tidak semua orang dapat menjadi pengkhotbah yang benar.
Setiap pengkhotbah mempunyai caranya sendiri. Dalam hal ini tidak ada prinsip yang ditentukan untuk menyampaikan khotbah. Tuhan memberi kepada kita banyak kebebasan. Maka dari itu setiap pengkhotbah hendeknya mencari metode yang paling cocok dengan bakat dan waktaknya. Selain itu cara meyampaikan khotbah ditentukan oleh situasi. Adalah berbeda sekali, bila Firman Tuhan yang dibawakan itu untuk ibadat gereja atau untuk mengabarkan Injil. Selanjutnya perlu diperhitungkan juga, apakah yang berkunjung itu banyak pemuda/i dan orang dewasa saja, atau ada juga yang masih anak-anak remaja dan anak-anak kecil. Perlu diperkirakan juga, apakah tempat-tinggal pengunjung gereja itu di kota atau di desa. Adakah tradisi di tempat tersebut yang kuat atau pengaruh besar sekularisasi. Hal ini juga penting diperhatikan oleh seorang pengkhotbah agar khotbah tersebut tidak hal yang membosankan dedengarkan oleh jemaat.
Humor dalam Khotbah
Humor dalam khotbah bisa disisipkan sebagai hiburan yang bertujuan mencairkan suasana, bukan untuk membuat candaan yang akhirnya jemaat melupakan pesan khotbah  dan subtansi khotbah itu sendiri. Pengkhobah harus mengendalikan diri  dalam membuat humor, sebab kemampuan manusia untuk hal yang menyenangkan lebih mudah diingat dari pada hal yang serius ataupun makna pesan itu sendiri. Sebab pengkhotbah bukanlah pembuat humor seperti seorang Comic (sebutan kepada orang yang berpropesi Stand Up Comedy) tetapi menggunakan humor  untuk mencapai tujuan yang jelas yaitu subtansi Firman Tuhan dapat dipahami dan dilakukan oleh jemaat.
Berkhotbah membutuhkan pergumulan dan persiapan yang baik, tetapi mendengarkanpun membutuhkan persiapan. Dapat kita menilai berbagai macam khotbah. Baik itu khotbah berapi-api, khotbah komunikatif dan humoris,  khotbah monoton, atau khotbah yang datar tapi semuanya itu sama. Firman Allah tidak hanya datang melalui khotbah yang berapi-api atau khotbah yang humoris tapi juga ada dalam khotbah yang tidak berapi-api dan humoris, tapi hal ini bukan menjadi excuse bagi pengkhotbah. Khotbah asal jadi tentuk tidak baik, akan tetapi kita juga harus pahami, tidak semua pengkhotbah punya talenta dalam menyampaikan khotbah yang berapi-api dan humoris. Jadi, kalau seorang pengkhotbah memberitankan Firman Tuhan, sebenarnya kita juga harus sungguh-sungguh bergumul dan serius mendengarkannya.

Jangan Bosan Mendengarkan Khotbah
Yehezkiel 3:1-9 dan Wahyu 10:8-11 dua kali Tuhan memberikan panggilan yang sama kepada hambaNya, “Makanlah firman ini, yang manis bagaikan madu dalam mulutmu.” Firman Tuhan adalah firman yang indah; firman Tuhan adalah firman kehidupan yang manis, firman yang memberikan keselamatan bagi kita. Firman Tuhan itu tidak jauh dari hidup kita. Bukan saja firman itu muncul menjadi perkataan dan tulisan, tetapi firman itu ada di dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus. Ia adalah firman yang menjelma menjadi manusia dan diam di antara kita (Yohanes 1:14). Itu bukan saja firman yang diucapkan dan dikatakan, tetapi firman itu dinyatakan olehNya. Firman itu menyatakan pengampunan, firman itu menyatakan kasih Allah. Ia tidak bersungut-sungut dan memaki orang. Firman itu berbicara mengenai apa artinya kita tahan dan teguh.
Paulus berkata, “Karena akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng…” (2 Timotius 4:3-4). Ini adalah tragedi yang dahsyat yang dibukakan oleh firman Tuhan, realita yang akan dan sudah terjadi. Ini bukan bicara mengenai orang-orang yang ada di luar gereja; ini bukan telinga dari orang-orang yang tidak percaya. Ayat ini bicara mengenai orang-orang yang justru ada di dalam gereja, yaitu sekumpulan orang-orang Kristen yang memang tidak mau mendengar firman Tuhan, yang hanya mau mendengar apa yang dia mau dengar, yang hanya mau mendengar apa yang dia suka.
Kesimpulan
Kita hidup dalam dunia yang kian bergelora, disamping kemajuan teknologi yang pesat kita juga diperhadapkan dengan berbagai masalah yang dapat menjauhkan kita dari pada Tuhan. Untuk itu  kita sangat membutuhkan firman Tuhan sebagai penuntun langkah hidup kita setiap hari, karena  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Semakin kita mempertajam pendengaran akan firman Tuhan, iman kita akan semakin kuat di dalamNya.  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  (Ibrani 11:6a).  Sebaliknya, saat kita terus membuka telinga untuk perkara-perkara dunia ini, maka pikiran dan perbuatan kita pun akan semakin duniawi, sebab situasi di sekeliling dan apa yang terlihat mata sangat mudah mempengaruhi kita  "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."  (1 Yohanes 2:16-17).

Jong, S. de, Khotbah: Persiapan-Isi-Bentuk¸Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008
Hidayat Paul, “Pengajaran dan Relevansinya dalam Kehidupan Gereja”, dalam, Berteologi dalam Anugrah, Cipanas: STT-Cipanas, 1997
Wijaya Hengki, khotbah untuk pendidikan warga jemaat, Makasar: STT-Jaffary, 2018
Raprap, L.Z. Maaf, Ini “teh berani”: kumpulah khotbah jenaka Pdt. L.Z. Raprap, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010

Thursday, March 14, 2019

Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI



  •  Nama          : Johannes Nababan

    Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI
    Tinjauan Dogmatis Terhadap Uraian Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI dan Implikasinya di GKPI Lumban Ratus Rest. Tano Tombangan
    I. Latar Belakang Masalah
    Penatua adalah pelayan Tuhan, dan apapun yang mereka lakukan haruslah untuk kemuliaan Tuhan. Akan tetapi pada jaman sekarang ini sudah ada sebagian penatua yang tidak lagi menjalankan tugas yang diembannya dengan baik. Jika diperhadapkan dengan Agenda GKPI apakah mereka sudah melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin untuk kemuliaan Allah?. Dalam agenda GKPI ketika penatua menerima tahbisannya menjadi seorang penatua di Gereja GKPI mereka berjanji di hadapan Tuhan dan jemaat untuk berprilaku yang baik dan melaksanakan tugas pelayanan dengan sepenuh hati yang sesuai dengan firman Tuhan baik di  dalam gereja maupun di luar gereja, karena banyak jaman sekarang ini penatua hanya melayani di dalam gereja sedangkan  di luar gereja mereka nampak seperti jemaat biasa.
    Menurut hasil wawancara saya kepada penatua GKPI Lumban Ratus Rest. Tano Tombangan, Pnt. S. Lumabantobing[1] mengatakan, yang menjadi penghalang Penatua dalam melaksanakan tugasnya di gereja dapat disebakan oleh masalah keluarga dan pekerjaan sehingga menyita waktu dalam melaksanakan tugas penatua, dan ada juga disebabkan ketidak-kompakan sesama penatua sehingga menjadi salah satu faktor penghambat dalam melaksanakan tugasnya . Dalam pendapat yang lain, menurut Pnt. S. Br. Simanjuntak dan Pnt. R. Br. Manalu[2] sebagai Penatua yang dari kalangan Ina (Perempuan), menjadi sala satu tantangan tersendiri dalam menjalankan tugas Penatua dalam agenda GKPI khususnya dalam poin satu dan poin dua, alasannya ialah untuk menegur dan membimbing jemaat yang malas ke Gereja bliau sangat segan dan takut (merasa tidak enak) kalau jemaat tersebut sakit hati, seperti yang telah kamu ketahui jemaat GKPI Lumbanratus ini banyak saudara dan krabat kita, ungkap bliau. Untuk menjawab permasalahan tersebut saya akan mencoba memaparkan dalam Tinjauan Dogmatis Uraian Tugas Penatua Berdasarkan Agenda GKPI Serta Implikasinya Bagi GKPI Lumaban Ratus Rest. Tano Tombangan. Semoga pemaparan ini dapat menamba wawasan kita bersama.
    II. Pembahasan
    2.1. Sekilas Tentang GKPI Lumbanratus
    Lumban Ratus merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tano Tombangan Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Indonesia.
    Dan gereja GKPI Lumbanratus salah satu gereja GKPI terbesar di resort Tano Tombangan. Gereja ini didirikan pada tanggal 05 September 1976 dan diresmikan pada tanggal 07 Oktober 1984 dengan nomor register 496/XIX/2/3, dan sekarang yang menjadi Guru Jemaat Pnt S. Lumbantobing dengan jumlah jemaat RT 62, 315 jiwa dengan Penatua melayani delapan orang.[3]   
    2.2. Konteks Desa Lumbanratus
    Keadaan desa Lumbanratus tidak jauh berbeda dengan kehidupa desa pada umumnya, dimana masyarakat Lumbanratus masih banyak berpropesi sebagai petani. Keadaan jemaat GKPI Lumbanratus khususnya berprosesi petani, guru, bidan desa, kepala desa dan wiraswasta. Dan terkhususnya lagi kehidupan Penatua GKPI Lumban ratus semuanya lebertabelakang petani. Masyarakat disana pada umumnya mengikuti tradisi Batak Toba yang terimplementasi dalam setiap kerukunan hidup bersama bagi masyarakat Lumbanratus. Konteks politik didesa Lumbanratus ini tidak begitu fenomenal, karena hanya sebagaian kecil masyarakat yang termuat dalam wadah  politik, misalnya satu orang berpropesi sebagai DPR Tpanulisa Selatan dan satu orang berpropesi sebagai kepala desa.
    2.2. Terminologi Penatua Menurut Alkitab
                Dalam PL istilah Penatua disebutkan dalam bahasa Ibraninya “Zagen” dapat diterjemahkan “berumur, tua-tua, tertua, orang tua, pria dan wanita, senator’ (Kej 10:21; 25: 23; Ul. 5: 23; I sam 4: 3; I Taw 11: 3). Sehingga dapat diartikan bahwa arti dasar kata Penatua dalam konsep PL adalah merujuk kepada orang yang lebih tua atau sudah tua baik pria maupun wanita.[4] Jadi konsep atau defenisi Penatua dalam PL mengarah kepada yang lebih tua-tua yang telah memiliki banyak pengalaman baik itu dalam keluarga, politik, dan masyarakat. Dalam PB istilah penatua disebutkan dua kata yaitu “Penatua” dan “Penilik”. Kata “penatua” (Yun: Presbuteros/Presbiter; Ing: Elder) yang terdapat dalam I Tim 5: 19; KIs 20: 17; Tit 1:5 diartikan sebagai penatua, orang yang lebih tua atau senior atau Majelis yang beranggotakan orang-orang berumur lanjut. Kata ini muncul 66 kali dalam PB. Kata penilik jemaat (dalam bahasa Inggris : overseers) berasal dari bahasa Yunani episkopos. Hal ini bisa ditemukan dalam Fil 1:1 : “Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus di Filipi, dengan para penilik jemaat (episkopoi) dan diaken”. Kemudian dalam I Tim 3: 2a : “Karena itu penilik jemaat (episkopos) haruslah seorang tak bercatat” dan dalam Tit 1: 7a: “Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat(episkopos) harus tidak bercatat”. Kata “penilik” (Yun: Episkopos, bishop. Ing: overseer) yang terdapat dalam I Tim 3:1; Fil 1:1; Tit 1: 7a diartikan sebagai seorang pengawas, pimpinan, pelindung. Dalam bahasa Yunani kata ini adalah hasil gabungan dari dua kata, yaitu: “epi” yang berarti “melebihi”, dan kata “skopos” yang berarti “melihat atau mengamati”, memandang dengan tajam, mengawasi”.[5]
    2.3. Penatua Menurut GKPI[6]
                PRT GKPI 2013 pasal 91 ayat 1 menyebutkan: “Penatua adalah jabatan tahbisan yang diberikan GKPI kepada warga jemaat yang bersedia mempersembahkan diri atas panggilan Tuhan sebagai pelayan di GKPI”. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan bahwa tugas Penatua adalah:
    1. Sebagaimana dikemukakan dalam Tata Ibadah Penabisan Penatua
    2. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diatur dalam Tata Gereja, Peraturan Rumah Tangga, Peraturan GKPI, dan keputusan sinode Am lainnya, serta keputusan sidang sinode, keputusan sidang Majelis Resort, keputusan sidang Umum Jemaat dan keputusan Rapat Badan Pekerja Harian Jemaat.
    3. Dalam melaksanakn tugas Penatua berkonsultasi dengan pemimpin Jemaat dan atau Guru Jemaat.
    2.4. Pengusulan dan Persyaratan Menjadi Penatua di GKPI[7]
    Berikut adalah tatacara pengusulan dan persyaratan menjadi penatua di GKPI:
    (1). Pengusulan seseorang menjadi calon Penatua dapat diajukan oleh:
         a. Anggota Jemaat yang ada di Sektor/Lingkungan melalui Penatua Sektor/ Lingkungan kepada Pengurus Harian  Jemaat
          b. Pengurus Harian Jemaat.
    (2). Persyaratan calon Penatua:
         a. Telah terdaftar sebagai anggota sidi sekurang-kurangnya  5 (lima)  tahun pada Jemaattempat calon Penatua dicalonkan.
         b. Berusia serendah-rendahnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setingi-tingginya 55 (lima puluh lima) tahun.
         c. Memperlihatkan keteladanan di tengah keluarga, Jemaat dan masyarakat, baik dalam ajaran maupun perilaku dengan memedomani 1 Timotius 3:1-10 dan Titus 1:5-9.

    (3)
    . Calon yang diusulkan sebagaimana pada ayat (1) pasal ini dibicarakan dalam rapat Majelis Jemaat, yang khusus diadakan untuk itu, untuk mendapat persetujuan atau penolakan.
    (4)
    . Dalam hal seseorang disetujui menjadi calon Penatua, maka hal itu wajib diberita-jemaatkan dalam Kebaktian Minggu 2 (dua) kali berturut-turut.
    (5). Calon Penatua wajib mengikuti masa pembinaan calon Penatua sekurang kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun.
    (6). Pembinaan calon Penatua diisi dengan kursus dan/atau pelatihan yang khusus diadakan untuk itu, dengan menggunakan Buku/Bahan Pembinaan Calon Penatua yang diterbitkan GKPI.
    (7). Kursus dan/atau pelatihan calon Penatua dapat dilakukan di Jemaat, Resort dan/ atau Wilayah tempat Jemaat calon Penatua.
    (8). Selama dalam masa pembinaan, calon Penatua wajib menghadiri sermon di  Jemaat
    2.5. Uraian Tugas Menurut Agenda GKPI
    Berikut adalah uraian tugas menurut Agenda GKPI:[8]
    1. Mereka adalah Pelayan dalam Gereja untuk memperhatikan keadaan anggota jemaat yang dipercayakan pada pelayanan mereka. Supaya mereka menegur saudara-saudara yang kelakuannya menyimpang dari ajaran Tuhan kita, atau memberitahukannya kepada BPH Jemaat dan Pendeta, supaya mereka turut berusaha memperbaikinya.
    2.  Membimbing warga jemaat, supaya rajin mengikuti setiap kebaktian. Dan kalau diantara mereka ada yang malas, supaya ditanya apa sebabnya.
    3.   Membimbing anak-anak supaya rajin datang ke Sekolah Minggu.
    4. Mengunjungi orang-orang sakit, dan menolong mereka sesuai dengan kemampuan, tetapi yang terpenting ialah mengingatkan Firman Tuhan kepada mereka dan mendoakan mereka.
    5. Menghibur yang berdukacita karena kemalangan atau kesengsaraan, supaya mereka memperolah pengharapan yang hidup dalam Tuhan
    6. Membimbing orang-orang yang sesat dan penyembah berhala, supaya mereka mengaku kesalahannya dan bertobat; agar mereka turut memperoleh hidup yang kekal di sisi Tuhan.
    7. Membantu mempersiapkan segala keperluan pelayanan dalam peribadatan, persembahan dan berbagai usaha untuk kemuliaan Nama Tuhan.
    Demikianlah penatua itu memiliki identitas dan tugas-tugas yang jelas sebagai Hamba (Pelayan) Tuhan, yang bekerja demi dan hanya untuk kemuliaan Nama Tuhan. Selamat Melayani Tuhan, dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
    Dalam perkembangannya hingga masa gereja modern saat ini jabatan penatua menjadi salah satu pelengkap penting dalam tugas pelayanan di gereja meski beberapa gereja memiliki peraturan yang berbeda dalam cara pengangkatannya. Dalam pemanggilan dan pemilihan penatua, GKPI memberlakukan sistem pemilihan penatua yang diusulkan oleh warga jemaat yang ada dalam Wijk/sektor/lingkungan yang bersangkutan kepada Pengurus Harian Jemaat untuk seterusnya diajukan kepada pendeta agar diteliti sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Setelah dinyatakan sesuai dengan persyaratan, maka akan diadakan pembinaan bagi calon penatua minimal 1 tahun dan maksimal 2 tahun dengan meliputi materi yang sudah ditentukan. Setelah menjalani masa proses pembinaan, maka baru dapat dilaksanakan penahbisan menjadi Penatua yang mana jabatan kepenatuaan itu akan berlaku seumur hidup.[9]
    2.6. Tinjauan Dogmatis Terhadap Uraian Tugas Penatua Dalam Agenda GKPI
    Penatua sebagai jabatan Gerejawi pada hakikatnya adalah fungsi pelayanan sebagaimana Kristus adalah pelayan. Jabatan Gerejawi diadakan bukan supaya pejabat Gereja dilayani melaikan supaya ia melayani, sebagaimana Kristus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Setiap jabatan Gerejawi secarah hakikih dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan, Raja Gereja yang mempercayakan jabatan itu. Dalam bentuk yang kelihatan, jabatan itu dipertanggng-jawabkan kepada Gereja menurut tingkatnya masing-masing, dari tingkat jemaat hingga Pusat/Sinode, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.[10]  Dalam hal ini maka di harapkan Penatua di GKPI Lumban Ratus Rest. Tano Tombangan haruslah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penatau (pelayan Tuhan) sesuai yang di amanatkan di dalam agenda GKPI.
     Dalam buku Tata Pengembalaan GKPI juga jelas di pesankan, setiap warga jemaat berhak mendapat penggembalaan umum berupa pekunjungan (perlawatan) dari pelayan jemaat (pendeta dan penatua) minimal sekali setahun. Tujuannya selain mempererat silatuhrahmi dan saling mengenal, juga untuk memelihara iman dan kesetiaan warga jemaat itu kepada Tuhan serta untuk berbagi (sharing) suka-duka dan pergumulan, dengan harapan bahwa ia mendapat penguatan dan bersama para pelayan jemaat menemukan jalan keluar bagi setiap pergumulan dan masalahnya.[11]  
    Jika kita perhatikan ketujuh bidang tugas Penatua dalam agenda GKPI, ada beberapa kata kerja yang merupakan kata kunci dalam mengungkapkan tugas pelayanan Pentaua, seperti: memperhatikan, membimbing, menolong, mengunjungi, mengingatkan, mendoakan, dan membantu. Hal itu menunjukkan lapangan utama pelayanan Penatua adalah di tengah-tengah sektornya, dan tugas utama penatua adalah sebagai gembala (parmahan). Karena itu metode pelayanan Penatua yang sangat tepat dan efektif adalah perkunjungan rumah tangga.[12]
    2.7. Sikap Penatua Untuk Mengatasi Tantangan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Uraian Tugas Penatua dalam Agenda GKPI
    Sebagaimana yang telah saya paparkan dalam latar belakang masalah, bahwa masalah yang ada di GKPI Lumban Ratus yang mengakibatkan penatua tidak melaksankan tugasnya sesuai yang di amanatkan oleh agenda GKPI ialah adanya masalah keluarga, waktu yang terbatas untuk pelayanan, kurangnya kekompakan dalam kebersamaan penatua dan merasa segan dalam menegur jemaat, sehingga menurut penyeminar  perlu mengambil sikap yang mendasar sesuai dengan apa yang GKPI amanatkan untuk mengatasi masalah tersebut.
    2.7.1. Penetua dan Keluarga[13]
    Sebagai pejabat gereja, penatua bertanggung jawab atas pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Maka sebagai konsekuensi dari keputusan seseorang menjadi penatua, ia harus dapat di teladani dalam hal-hal yang positif, di dalam tingkah laku, terlebih di dalam iman, seperti Timotius (1 Tim. 4:12): memberi diri dan hidupnya, waktu dan perhatian secara serius, sungguh-sungguh, konsisten, penuh motivasi dan bertanggungjawab untuk: menata, melayani, mengurus, menggembalakan anggota jemaat yang menjadi hakikat pelayanan dalam gereja.
    Karena itu seorang penatua harus pandai dan bijaksana: membagi, mengatur tenaga dam waktunya antara statusnya sebagai penatua yang melayani, menuaikan tugasnya dalam gereja dengan mengurus, menata, mengatur, serta memimpin keluarga atau rumah tangganya. Seorang penatua tidak boleh mengorbankan, mengabaikan, membiarkan, meninggalkan atau menelantarkan keluarganya (Istri atau suami dan anak-anaknya) demi alasan pekerjaan gerejawi! Sebaliknya, penting untuk dipahami bahwa keluarga atau rumah tangga Penatua harus dapat menjadi contoh, teladan bagi anggota jemaatnya baik kehidupan rohaninya (spritual) maupun dalam kehidupan sehari-harinya.
    2.7.2. Kebersamaan Penatua
    Kebersamaan Penatua dalam gereja merupakan salah satu pilar yang sangat penting dalam rangka mewujudkan misi pelayanan. Sebab para Penatua adalah kelompok pelayan tahbisan yang mengemban tugas yang mulia di tengah-tengah jemaat. Selain itu peran Penatua didalam gereja menggerakkan tugas pelayanan dan juga dalam menangani pelayanan yang berhubungan dengan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan sangatlah penting. Itulah sebabnya di GKPI sermon-semon jemaat dan resort terutama harus dihadiri Penatua.
    Arti kebersamaan yang dimaksud disini adalah satu sikap yang dimiliki oleh Penatua tentang kesamaan pandang dan sikap terhadap misi pelayanan gereja. Kebersamaan tersebut mendorong mereka untuk mewujudkan soliditas dalam menetapkan program bersama dan bagaimana itu dilakukan sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna untuk mewujudkan misi. Kebersamaan tersebut juga mengandung arti yang dalam sebagaimana disebutkan oleh Oleh Paulus dalam Filpi 2:2: ”karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, satu dalam kasih, satu jiwa dan satu tujuan.”
    Dalam kebersamaan Penatua di dalam gereja GKPI mereka disebut sebagai team work dalam melaksanakan tugas pelayanan mulia. Mengingat banyaknya pergumulan yang dihadapi banyak jemaat dan juga program gereja untuk pelayanan maka seorang Penatua tidak boleh jalan sendiri tetapi dia harus seiring sejalan dengan Penatua-penatua lainnya. Kebersamaan penatua adalah kekuatan dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam gereja di bidang Tritugas gereja. Jika Penatua saling berbeda pendapat dan tidak ada kekompakan maka itu akan menjadi awal perpecahan gereja. Tetapi jika para Penatua kompak dan solid, hal itu akan menjadi sebuah kekuatan besar dalam menopang pelayan. Kebersamaan Penatua adalah kesaksian bagi jemaat, di mana jemaat akan melihat kekompakan para Pentua dalam persekutuan mereka. Hal itu akan meningkatkan rasa jemaat kepada Penatua sebab bagi mereka citra Penatua sangat penting. Jika Penatua tidak kompak dan jalan sendiri-sendiri maka jemaat sulit menerima pelayanan mereka. Oleh karena itu hendaklah Penatua GKPI terus kompak dan sulit dalam misi pelayanan gereja sebab itu adalah sebuah Urgensi dalam mewujudkan tugas panggilan Tuhan.[14]  
    2.7. 3. Sikap dalam Mengingatkan/menegur Jemaat[15]
    Sikap dalam mengingatkan/menegur jemaat sebaiknya dilakukan dengan nasihat dalam kasih agar ia menyesal dan memohon pengampunan dan bertobat. GKPI biasanya menyebut proses pelayan ini sebagai tata pelayanan, Penatua hendaknya membentuk komisi perkunjungan jemaat. Anggota komisi perkunjungan terdiri dari sejumlah pelayan dan juga warga jemaat yang memberi diri dan sudah mendapat pelatihan. Komisi bekerja dan membagi diri sesuai dengan pembagian sektor/lingkungan di jemaat tersebut. Perkunjungan tidak digabungkan dengan penyelenggaraan kebaktian sektor/lingkungan dirumah warga jemaat tersebut. Akan tetapi dengan metode pendekatan pribadi yang lebih rinci dan disepakati bersama dengan jemaat yang bersangkutan. Proses ini disebut juga dengan konseling pastoral dan hendak yang melayani harus memiliki pengalaman dalam proses ini. Proses konseling pastoral diadakan pribadi di ruang yang cukup terbuka, konselor berfungsi sebagai pendamping dan pendengar, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada jemaat yang bersangkutan untuk mengutarakan pergumulan, masalah dan isi hatinya serta menggugah, dan memotivasijemaat tersebut untuk menghadapi dan memcahkan masalahnya, dan pada akhir percakapan ditutup dengan berdoa bersama.
    III. Analisa Penyeminar
    Menurut penyeminar segala tugas yang berada dalam agenda GKPI yang ditujukan kepada Penatua harus di taati tanpa meninggalkan satu pointpun, karena jika demikian maka Penatua sudah mengingkari janji setianya kepada Tuhan dan Jemaat/ hal ini berdasar pada Agenda GKPI dimana dalam proses penahbisan Penatua dipertanyakan sembari mengucap janji setia kepada Tuhan untuk berprilaku baik di hadapan Tuhan dan Jemaat, melaksanakan tugas pelayanan Penatua sebagaimana yang tertera dalam Agenda GKPI, dan mau melaksanakannya dengan sepenuh hati serta dengan segala kemampuan sesuai dengan Firman Tuhan. Dan untuk menjawab pertanyaan dan janji setia tersebuat para Penatua merespon dengan jawaban “Ya saya mau! Kiranya Tuhan menyertai saya untuk melakukan semuanya itu”. [16]
    Penatua tidak boleh mengabaikan sasaran pelayanan sesuai yang di amanatkan Agenda GKPI, yaitu: keadaan anggota jemaat yang dipercayakan pada pelayanan mereka,anak-anak sekolah minggu,orang-orang sakit, yang berdukacita karena kemalangan atau kesengsaraan, dan orang-orang yang tersesat. Karena hal ini menunjukkan betapa Penatua terpanggil untuk melayani anggota jemaat yang memiliki banyak pergumulan. Itu berarti penatua berada di garis depan untuk melayani jemaat  di sektornya dengan segalah macam tantangan yang ada supaya anggota jemaat tetap setia dan kuat dalam imannya.
    IV. Kesimpulan
                Penatua GKPI adalah pelayan tahbisan yang memiliki uraian tugas sesuai yang di amanatkan oleh sinode GKPI, diantara tugas yang dimaksud tercantum dalam agenda GKPI sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Dan untuk menjaga supaya uraian tugas Penatua terealisasi dengan baik, Penatua hendak menjalankannya sesuai dengan janji setianya kepada Tuhan dan di hadapan jemaat, dengan tidak mengabaikan salah satu tugas yang tercantum dalam agenda GKPI tersebut.
    V. Daftar Pustaka
    Agenda GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE-GKPI,2013
    Aritonang Jan Sihar (ed), Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014
                J. Conner Kevin, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2004
      Kumpulan Peraturan GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2008
    Pasaribu Oloan  (ed), Almanak GKPI, Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2017
    Pokok-Pokok Pemahaman Iman Gereja Kristen Protestan Indonesia, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 1993
    Tata Pengembalaan GKPI,  Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014
    Sumber Lain:
    Hasil Wawancara dengan Pnt. S, Br. Simanjuntak dan Pnt. R. Br. Manalu pada tanggal 12 April 2017 Pukul 20:02 WIB
    Hasil Wawancara dengan Pnt. S. Lumbantobing pada tanggal  11 April 2017 Pukul 19:58 WIB


    [1] Hasil Wawancara dengan Pnt. S. Lumbantobing pada tanggal  11 April 2017 Pukul 19:58 WIB
    [2] Hasil Wawancara dengan Pnt. S, Br. Simanjuntak dan Pnt. R. Br. Manalu pada tanggal 12 April 2017 Pukul 20:02 WIB
    [3]  Oloan  Pasaribu (ed), Almanak GKPI, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2017), 334
                    [4] Kevin J. Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2004), 237
                    [5] Kevin J. Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru, 239
    [6] Jan Sihar Aritonang (ed), Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI, (Pematangsiantar: KALPORTASE GKPI, 2014), 24
    [7]  Oloan  Pasaribu (ed), Almanak GKPI, 432, bandingkan juga dengan, Kumpulan Peraturan GKPI, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2008), 129-131
    [8] Agenda GKPI, (Pematangsiantar: KALPORTASE-GKPI,2013), 90
    [9]  “Syarat-Syarat Menjadi Penatua” dalam Kumpulan Peraturan GKPI,  BAB 22,129-132
    [10] Pokok-Pokok Pemahaman Iman Gereja Kristen Protestan Indonesia, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 1993), 26-27
    [11] Tata Pengembalaan GKPI, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014), 11
    [12] Humala Lumbantobing, Penatua: “Hakikat dan Tugas Panggilannya”, dalam Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI, Jan Sihar Aritonang, (Pematangsiantar: KOLPORTASE GKPI, 2014), 20
    [13] Parsaoran Sinaga, “Penatua dan Keluarga” dalam Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI,  Jan Sihar Aritonang (ed), (Pematangsiantar: KALPORTASE GKPI, 2014), 44
     
    [14] Humala Lumban Tobing, “Kebersamaan Penatuadalam Buku Pembinaan Calon Penatua GKPI,  Jan Sihar Aritonang (ed), (Pematangsiantar: KALPORTASE GKPI, 2014), 36
    [15] Tata Penggembalaan GKPI,11
    [16]  Agenda GKPI,91 



Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...