Friday, April 5, 2019

Khotbah Bukanlah Stand Up Comedy Oleh: Johannes Nababan , STh


Khotbah Bukanlah Stand Up Comedy
Oleh: Johannes Nababan , STh

D
isuatu ketika adalah seorang Pengkhotbah berkhotbah di suatu Gereja. Pada saat berkhotbah pengkhotbah tersebut menyadari bahwa jemaat yang mendengarkan khotbahnya  tidak serius. Sangat jelas dilihat pengkhotbah  bahwa jemaat sangat bosan mendengar khotbahnya. Sehingga pengkhotbah tersebut berfikir, bagaimana caranya agar jemaat mau mendengarkan khotbahnya dengan serius. Lalu dia membuat sebuah ilustrasi, “ada sebuah ilustrasi” kata pengkhotbah tersebut, secara spontan jemaat langsung kelihatan semangat ingin mendengarkannya. Menyadari keadaan tersebut pengkhotbah melanjutkan khotbahnya. Dulu, ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar saya dapat hadia sebuah sepeda dari orang tua saya, kata pengkhotbah. Ketika saya diberikan sepeda tersebut dari orang tua saya, saya diberi nasehat supaya saya tidak membawa sepeda tersebut ke jalan yang ada turunannya, dengan alasan karena saya masih kecil, tidak mampu menahan rem sepeda dengan kuat, karena apabila itu terjadi saya akan jatuh dan terluka. Saya tidak mengindahkan nasehat orang tua saya, saya malah membawa sepeda saya ke jalanan yang ada turunannya, dan benar saya terjatuh dan terluka. Itulah akibat tidak mau mendengarkan pengajaran dan nasihat orang tua. Mendengarkan ilustrasi tersebut jemaat sangat segar, senang dan tidak ngantuk lagi, lalu pengkhotbah melanjutkan khotbahnya. Saya heran kata pengkhotbah tersebut, “kenapa ketika saya berbicara dari mimbar ini tentang kebodohan saya di sama kecil saya yang tidak mau mendengarkan nasihat orang tua, bapak/ ibu (jemaat) semangat mendengarkannya?” “kenapa ketika saya berbicara tentang Firman Tuhan bapak/ ibu tidak semangat, bosan bahkan ada yang ngantuk?”. Apa yang salah dalam situasi ini?.

Sikap dari Seorang Pengkhotbah
Orang Kristen (jemaat) sangat mendambahkan khotbah yang penuh dengan kata-kata motivasi dan humoris. Sebenarnya tidak ada yang salah mengenai khotbah yang  humoris, yang salah adalah ketika kita sebagai orang Kristen hanya mengingat hal yang humoris tersebut dan melupakan apa pesan Firman Tuhan dalam khotbah yang disampaikan oleh pengkhotbah.
Khotbah  adalah  penyampaian  pesan Tuhan kepada umat-Nya berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, dalam hal ini Alkitab. Alkitab tidak pernah salah dan dapat disalahkan oleh manusia, karena Alkitab adalah Firman Allah. Manusia dapat bersalah dalam menyampaikan Firman Tuhan melalui khotbah. Berkhotbah adalah seni penyampaiaan pesan Tuhan kepada Umat-Nya yang tidak mudah dilakukan, sekalipun ada yang menganggap bahwa berkhotbah itu mudah dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Semua orang bisa berkhotbah, itu benar. Tetapi tidak semua orang dapat menjadi pengkhotbah yang benar.
Setiap pengkhotbah mempunyai caranya sendiri. Dalam hal ini tidak ada prinsip yang ditentukan untuk menyampaikan khotbah. Tuhan memberi kepada kita banyak kebebasan. Maka dari itu setiap pengkhotbah hendeknya mencari metode yang paling cocok dengan bakat dan waktaknya. Selain itu cara meyampaikan khotbah ditentukan oleh situasi. Adalah berbeda sekali, bila Firman Tuhan yang dibawakan itu untuk ibadat gereja atau untuk mengabarkan Injil. Selanjutnya perlu diperhitungkan juga, apakah yang berkunjung itu banyak pemuda/i dan orang dewasa saja, atau ada juga yang masih anak-anak remaja dan anak-anak kecil. Perlu diperkirakan juga, apakah tempat-tinggal pengunjung gereja itu di kota atau di desa. Adakah tradisi di tempat tersebut yang kuat atau pengaruh besar sekularisasi. Hal ini juga penting diperhatikan oleh seorang pengkhotbah agar khotbah tersebut tidak hal yang membosankan dedengarkan oleh jemaat.
Humor dalam Khotbah
Humor dalam khotbah bisa disisipkan sebagai hiburan yang bertujuan mencairkan suasana, bukan untuk membuat candaan yang akhirnya jemaat melupakan pesan khotbah  dan subtansi khotbah itu sendiri. Pengkhobah harus mengendalikan diri  dalam membuat humor, sebab kemampuan manusia untuk hal yang menyenangkan lebih mudah diingat dari pada hal yang serius ataupun makna pesan itu sendiri. Sebab pengkhotbah bukanlah pembuat humor seperti seorang Comic (sebutan kepada orang yang berpropesi Stand Up Comedy) tetapi menggunakan humor  untuk mencapai tujuan yang jelas yaitu subtansi Firman Tuhan dapat dipahami dan dilakukan oleh jemaat.
Berkhotbah membutuhkan pergumulan dan persiapan yang baik, tetapi mendengarkanpun membutuhkan persiapan. Dapat kita menilai berbagai macam khotbah. Baik itu khotbah berapi-api, khotbah komunikatif dan humoris,  khotbah monoton, atau khotbah yang datar tapi semuanya itu sama. Firman Allah tidak hanya datang melalui khotbah yang berapi-api atau khotbah yang humoris tapi juga ada dalam khotbah yang tidak berapi-api dan humoris, tapi hal ini bukan menjadi excuse bagi pengkhotbah. Khotbah asal jadi tentuk tidak baik, akan tetapi kita juga harus pahami, tidak semua pengkhotbah punya talenta dalam menyampaikan khotbah yang berapi-api dan humoris. Jadi, kalau seorang pengkhotbah memberitankan Firman Tuhan, sebenarnya kita juga harus sungguh-sungguh bergumul dan serius mendengarkannya.

Jangan Bosan Mendengarkan Khotbah
Yehezkiel 3:1-9 dan Wahyu 10:8-11 dua kali Tuhan memberikan panggilan yang sama kepada hambaNya, “Makanlah firman ini, yang manis bagaikan madu dalam mulutmu.” Firman Tuhan adalah firman yang indah; firman Tuhan adalah firman kehidupan yang manis, firman yang memberikan keselamatan bagi kita. Firman Tuhan itu tidak jauh dari hidup kita. Bukan saja firman itu muncul menjadi perkataan dan tulisan, tetapi firman itu ada di dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus. Ia adalah firman yang menjelma menjadi manusia dan diam di antara kita (Yohanes 1:14). Itu bukan saja firman yang diucapkan dan dikatakan, tetapi firman itu dinyatakan olehNya. Firman itu menyatakan pengampunan, firman itu menyatakan kasih Allah. Ia tidak bersungut-sungut dan memaki orang. Firman itu berbicara mengenai apa artinya kita tahan dan teguh.
Paulus berkata, “Karena akan datang waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng…” (2 Timotius 4:3-4). Ini adalah tragedi yang dahsyat yang dibukakan oleh firman Tuhan, realita yang akan dan sudah terjadi. Ini bukan bicara mengenai orang-orang yang ada di luar gereja; ini bukan telinga dari orang-orang yang tidak percaya. Ayat ini bicara mengenai orang-orang yang justru ada di dalam gereja, yaitu sekumpulan orang-orang Kristen yang memang tidak mau mendengar firman Tuhan, yang hanya mau mendengar apa yang dia mau dengar, yang hanya mau mendengar apa yang dia suka.
Kesimpulan
Kita hidup dalam dunia yang kian bergelora, disamping kemajuan teknologi yang pesat kita juga diperhadapkan dengan berbagai masalah yang dapat menjauhkan kita dari pada Tuhan. Untuk itu  kita sangat membutuhkan firman Tuhan sebagai penuntun langkah hidup kita setiap hari, karena  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Semakin kita mempertajam pendengaran akan firman Tuhan, iman kita akan semakin kuat di dalamNya.  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  (Ibrani 11:6a).  Sebaliknya, saat kita terus membuka telinga untuk perkara-perkara dunia ini, maka pikiran dan perbuatan kita pun akan semakin duniawi, sebab situasi di sekeliling dan apa yang terlihat mata sangat mudah mempengaruhi kita  "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."  (1 Yohanes 2:16-17).

Jong, S. de, Khotbah: Persiapan-Isi-Bentuk¸Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008
Hidayat Paul, “Pengajaran dan Relevansinya dalam Kehidupan Gereja”, dalam, Berteologi dalam Anugrah, Cipanas: STT-Cipanas, 1997
Wijaya Hengki, khotbah untuk pendidikan warga jemaat, Makasar: STT-Jaffary, 2018
Raprap, L.Z. Maaf, Ini “teh berani”: kumpulah khotbah jenaka Pdt. L.Z. Raprap, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010

Khotbah semptember 2020

 Minggu, 6 September 2020, 13-Set Trinitatis Tema : Manusia Tidak Untuk Diperjual-belikan Ev : Matius 27: 1-10 Pengantar Era globalisasi...